Birthday.
Naruto by Masashi Kishimoto
Warning: Incest, Inseki, OOC, Typo, AR, Lime, smut, Lemon.
.
.
.
"Huh? Aduh, Minato lupa lagi akan hari ulangtahunku, dia malah memberikan ucapan selamat lewat email." Kushina menatap layar ponselnya, dia benar-benar dibuat kesal di saat hari ulang tahunnya yang jatuh pada tanggal sepuluh Juli. Dia berpikir jika Minato akan memberikan hadian seperti beberapa waktu lalu, tetapi semuanya hanya wacana saja. "Dasar pembohong!"
Kushina melempar ponselnya ke sofa empuk di ruang keluarga itu, dia menghembuskan napasnya lelah. Dia tahu jika Minato akan sangat sibuk bekerja di kantor luar kota, bahkan bisa beberapa minggu dia di luar kota dan itu membuat Kushina kesepian. Sebagai seorang suami, seharusnya Minato bisa memberikan waktunya bersama Kushina.
"Lama-lama aku bosan."
"Aku pulang!"
Sebuah suara mengejutkan Kushina, dia segera beranjak dan melihat sosok yang baru saja pulang. Kedua violet itu melihat sosok pemuda pirang yang sedang merapihkan sepatunya, dia membawa sebuah kantong plastik yang berisi benerapa makanan. "Selamat datang Naruto."
"Oh kak Kushina. Aku tak tahu jika kau ada di rumah."
Biasanya Kushina akan keluar ke minimarket untuk membeli bahan makanan, berhubung Minato tak ada di rumah, jadi dia tidak pergi ke minimarket itu. "Kakak sedang malas Naruto." Kushina pun berjalan masuk ke ruang keluarga untuk kembali duduk di sofa empuk itu. Bermalas-malasan adalah kesukaannya jika tak ada kegiatan penting. "Kau membawa apa?"
"Ini buat Menma."
"Menma sedang ada di rumah neneknya, baru saja tadi sebelum kau pulang."
Naruto mengerjapkan kedua matanya, dia menatap kantong plastik yang di dalamnya ada dua buah Ramen Miso. "Sayang sekali berarti."
"Kalau boleh, Kakak saja yang makan Ramen itu. Sudah lama kakak tak memakannya," ujar Kushina. Dia sepertinya menginginkan Ramen yang sedang dibawa oleh Naruto. Pemuda itu memberikan makan tersebut pada Kushina yang sedang duduk santai di atas sofa. "Kakakmu itu lupa mungkin akan ulang tahun Istrinya."
Naruto yang saat ini tengah mengambil beberapa peralatan makan pun menghentikan kegiatannya, dia lalu melanjutkannya lagi dan membawa semuanya ke meja ruang tamu. "Kak Minato kan emang suka kerja, aku saja memakluminya kok, Kak." Dia meletakkan peralatan makan tersebut di atas meja.
"Iya, tetapi apa dia tak berpikir untuk beristirahat sejenak dari pekerjaannya? Apakah dia akn terus bekerja?"
"Dia kan bekerja untuk memenuhi kebutuhanmu, aku juga kerja paruh waktu tapi kebutuhanku tak begitu banyak." Naruto menuangkan Ramen itu pada mangkuknya, dia menepuk tangannya untuk berdoa sebelum makan. "Kak Minato bekerja demi dirimu." Pemuda itu pun memakan Ramen miliknya.
Kushina juga melakukan hal yang sama seperti Naruto, dia menuangkan semua makanan itu pada mangkuknya, lalu memakannya. "Tapi ya ada batasnya Naruto."
Naruto hanya bisa tersenyum dalam diam, mereka berdua menghabiskan ramen miso itu dengan cepat. Kushina mengambil peralatan makan tersebut dan membawanya ke wastafel. Wanita itu kembali ke sofa untuk bersantai, dia melihat Naruto yang sedang duduk di lantai dekat dengan dirinya, pemuda itu tengah bermain dengan ponsel miliknya.
Dia menyeringai saat Naruto terlalu fokus pada ponsel pintar itu, Kushina pun menggeser tubuhnya mendekati Naruto, lalu mengalungkan kedua kaki jenjangnya itu pada leher Naruto. "Kena kau!"
"Eh, Kak! Ke-kenapa?!"
"Hanya iseng."
Naruto seolah tengah menahan napasnya saat kedua kaki Kushina mengapit lehernya, secara reflek kedua tangan Naruto memegang paha putih Kushina untuk mencoba melepaskan kedua kaki Kushina. Wajah wanita itu merona saat kedua pahanya di pegang oleh Naruto, adik iparnya itu tak sadar jika dirinya sedang menahan rasa malu saat kedua pahanya di remas.
"Ahnn."
"Kak, ada apa? Kok suaranya begitu?"
Kushina langsung menutup mulutnya, wajahnya sudah sangat merona saat itu juga, dia benar-benar malu sekarang. "Bu-bukan apa-apa bodoh!" Apitan Kushina bertambah, kepala pirang itu saat ini berada di antara dua paha putihnya.
"Kak lepas!" Kedua tangan Naruto semakin menjalar ke atas, dia masih belum sadar apa yang saat ini tengah dilakukannya. "Aduh Kak."
Kushina menunduk, kedua payudaranya menutupi kedua mata Naruto. "Fufufu, Kakak tak ada kerjaan aja, jadi iseng deh ke Naruto."
"Ukh!"
Kushina bisa melihat gundukan yang muncul di celana Naruto, dia juga bisa melihat rona merah di kedua pipi adik iparnya itu. Kedua kakinya bergerak turun, sampai pada gundukan celana milik Naruto.
"Eh, Kak, a-apa yang kau lakukan?!"
Kushina tak menjawabnya, dia malah memberikan pijatan pada gundukan itu menggunakan jemari kakinya. Wanita itu menekannya sesekali.
"Ka-kak Kushina!"
"Mainan baru."
Kushina terus menekan-nekan gundukan itu hingga pinggul Naruto terangkat, sebuah cairan keluar dari dalam sana, membuat celana Naruto basah akan cairan tersebut.
"Ehhh, selesai?"
Naruto menghirup napasnya banyak-banyak sesaat setelah klimaksnya dengan kaki Kushina.
...
..
...
Malam pun datang, Kushina turun dari kamarnya untuk mengambil air di lemari pendingin, dia haus setelah tertidur beberapa jam. Dia masuk ke dapur tanpa suara, ia menguap lebar sembari mengambil sebuah botol air dingin dari dalam lemari pendingin. Kedua violetnya itu tak sengaja melihat sosok Naruto yang sedang tidur di sofa dengan keadaan telanjang serta hanya ditutupi sebuah selimut saja.
Kushina merona hebat saat melihat sebuah benda besar yang tengah berdiri saat Naruto sedang tertidur, wanita itu penasaran akan benda dibalik selimut tersebut dia juga bisa melihat tubuh atletis yang membuat dirinya merasakan panas pada tubuhnya. Ia meneguk ludahnya kasar saat berhasil mendekati Naruto, ia benar-benar dibuat berdebar-debar saat melihat dari dekat tubuh si pirang tersebut.
Kushina mencoba untuk menyingkap selimut putih tersebut ia takut jika dirinya membangunkan pria pirang itu. Wajahnya kembali diselimuti rona merah, tapi kali ini lebih pekat daripada yang tadi, jantungnya terus berdegup kencang, tubuhnya terasa sangat panas saat ini. Tangan putihnya terangkat untuk menyentuh benda besar tersebut.
Padahal tadi siang dia dengan beraninya menekan penis Naruto hingga klimaks tapi sekarang, menyentuhnya saja ia ragu. Benda itu seolah monster yang siap menerkam siapa saja. Tapi ada sebuah pertanyaan yang ada dibenaknya, apakah Naruto punya seorang pacar? Tidak, tidak, ia tahu jika Naruto masih belum memiliki kekasih.
Tapi dirinya sudah memiliki suami, dan Naruto adik iparnya.
Gigi-gigi Kushina bergemelatuk, dia sadar jika masih ada Minato.
"Persetan!"
Kushina menggenggam penis ereksi Naruto, dia pun bergerak ke atas sofa, lebih tepatnya tepat di depan penis tegang Naruto. Genggaman Kushina agak menguat, lalu dia mulai menggerakkannya naik turun.
Kushina bisa merasakan betapa kerasnya benda tersebut, adik iparnya itu diam-diam mempunyai tubuh yang atletis dan begitu menggairahkannya. "Sial, aku sudah basah sepertinya," gumamnya saat merasakan bagian bawahnya sudah mengeluarkan cairan. Wanita itu kembali meneguk ludahnya kasar, dia ingin untuk memasukkan benda itu ke dalam mulutnya, dia mulai membuka mulutnya, lidahnya terjulur keluar dan menjilati batang kemaluannya tersebut.
Sembari tangan putihnya mengocok batang tersebut, Kushina juga menjilati penis Naruto dari atas hingga kebawah, sesekali memasukkan ujung penis itu ke dalam mulutnya, dia sedikit kesusahan saat memasukkan benda tersebut, karena ukurannya yang sedikit lebih besar daripada milik Minato.
"Kak Kushi..."
Wajah Kushina langsung berubah pucat, dia melihat Naruto yang mulai bangun dari tidurnya, benar-benar diluar dugaan. Kushina langsung melepas genggaman tersebut, dan mundur kebelakang hingga pinggulnya menyentuh ujung sofa. Dia benar-benar dibuat terkejut dengan Naruto.
"Kak..." Naruto mencoba untuk berpikir jernih, kedua mata biru itu menggelap saat melihat tubuh Kushina yang begitu menggoda. Dia sudah tak bisa mengontrol hawa nafsunya lagi. "Maafkan aku."
Naruto pun beranjak merangkak di atas tubuh Kushina, dia mulai menciumi leher Kushina serta kedua tangannya meremas buah dada milik wanita itu, Naruto menyingkap kaos polos yang dikenakan Kushina. "Na-naruto... Stop... A-aku kakak iparmu!"
"Aku tak peduli dengan itu," balas Naruto yang masih terus menciumi leher Kushina. "Tak memakai bra? Kak Kushi juga tak memakai celana dalam, huh?"
Kushina menggigit bibir bawahnya, dia tak menjawabnya karena memang dia suka tidur tak memakai dalaman. Naruto menyeringai dibuatnya, dia mengingkap kaos yang dikenakan Kushina ke atas, kedua tangannya mulai meremas buah dada Kushina, dia meremasnya dengan lembut sembari menatap wajah Kushina yang sudah sangat merona.
Kushina sendiri mencoba untuk tak mendesah, dia memang menikmati remasan di buah dadanya, tapi dia terlalu malu hanya untuk mengeluarkan desahannya. Kedua kakinya bergerak tak karuan, darahnya juga mulai berdesir kencang saat itu juga.
"Hyah..." Desahan Kushina lolos dari mulutnya, dia melihat Naruto yang sedang menjilati puting susunya yang berwarna merah jambu itu. "Ku-kumohon... Naruto..."
Naruto seolah tak mendengarnya, dia memasukkan puting susu Kushina ke dalam mulutnya dan menghisap buah dada tersebut hingga mengeluarkan cairan putih dari sana. Naruto terkejut, tapi dia terus saja menghisapnya.
Kushina melihat Naruto layaknya seorang bayi yang sedang menyusui dirinya, dia malah memeluk kepala pirang itu, meremas rambut Naruto. Wanita itu mendongak ke atas menatap langit-langit ruang tamu itu.
"Naruto... Kakak ingin..."
Naruto menarik dirinya, dia pun melepas kaos yang dikenakan Kushina tak lupa dengan celana pendek yang dikenakan oleh wanita itu, dan sekarang Kushina sudah telanjang bulat di depan Naruto. Pria itu pun membuka kedua kaki jenjang Kushina, dia melihat vagina Kushina yang sudah sangat basah akan cairan Kushina.
Tangan Naruto bergerak untuk menyentuh vagina Kushina, jari telunjuk Naruto pun mulai masuk ke dalam tubuh Kushina. "Kak Kushina ingin?" Kushina mengangguk lemah, dia benar-benar menginginkan penis Naruto saat ini. "Ingin penisku? Nanti saja ya." Naruto tertawa kecil melihat Kushina yang memasang wajah kecewanya. Naruto pun mendekatkan wajahnya pada vagina Kushina, dia mulai menjilati bagian kewanitaan dari Kushina.
"Hmmhh!" Kushina menahan desahannya, kedua kaki Kushina memeluk kepala Naruto, wanita itu menenggelamkan kepala pirang tersebut. Dia menyukai dengan cara Naruto untuk membuat tubuhnya menjadi panas seperti saat ini. Dibandingkan dengan Minato, dia lebih memilih dengan Naruto, pria itu benar-benar memanjakan dirinya.
...
..
...
"Jadi kau sudah tak tahan Kak Kushina?"
Kushina menatap nyalang pada Naruto, violet itu berkilat tajam pada sosok pria yang ada di bawahnya, napasnya tersengal-sengal setelah klimaksnya yang pertama kali bersama Naruto. "Kau memang adik ipar sialan."
Naruto kembali mengeluarkan tawa kecilnya mendengar umpatan dari Kushina, pria itu berada di bawah Kushina saat ini, kedua mata biru itu berkilat tak kalah tajam saat menatap violet Kushina. Wanita itu pun mengangkat tubuhnya ke atas, dia menggenggam penis Naruto yang sudah tegang itu dan mengarahkannya pada vaginanya yang sudah sangat basah.
Kushina menurunkan pinggulnya, penis itu masuk ke dalam tubuhnya. "Akh!" Kushina merasakan sesak di dalam tubuhnya, penis Naruto terlalu besar untuk masuk ke dalam liang senggamanya, tapi dia terus menurunkan pinggulnya dengan sekali hentak. Kushina memekik kecil saat penis itu berhasil masuk semuanya ke dalam tubuh Kushina.
Wajahnya mendongak ke atas merasakan penis itu, pantatnya pun diremas oleh Naruto lalu menggerakkan pinggulnya naik turun. Kushina mendesah kecil saat penis itu keluar masuk di dalam vaginanya, kedua tangannya bertumpu di atas dada bidang Naruto, dia juga menggerakkan pinggulnya naik turun, kedua matanya menutup menikmati gesekan antara dinding rahimnya dan penis Naruto.
Kedua payudara Kushina memantul seiring gerakan mereka berdua, Naruto sendiri tak tahan untuk menggenggam keduanya, dia mengarahkan tangannya untuk meremas buah dada Kushina, puting susu berwarna merah jambu itu di cubit oleh Naruto hingga mengeluarkan air susu dari dalam sana.
"Naruto... Fuck me! Ahhh yeah..."
Kushina mendesah memanggil nama Naruto, penis pria kuning itu benar-benar membuatnya bergairah saat ini. Dia terus menggerakkan pinggulnya sembari kedua payudaranya diremas oleh Naruto.
"Kak Kushi... Vaginamu..."
"Kau merasakan vaginaku? Ohh, penis besarmu itu terus menusukku..."
Kushina mempercepat gerakan pinggulnya. "Kak, aku akan..."
"Keluarkan semuanya di dalam, Naruto!"
Naruto meremas kuat payudara Kushina, dia menancapkan dalam-dalam penisnya dan mengeluarkan semua cairan putihnya ke dalam vagina Kushina. Wanita itupun juga sudah mencapai klimaksnya yang kedua, mereka berdua klimaks secara bersamaan serta menyerukan nama masing-masing.
...
..
...
Pagi ini terlihat biasa saja, Minato juga baru saja pulang dari pekerjaannya. Dia tak lupa untuk mengucapkan selamat ulangtahun pada sang Istri. Kushina sendiri tersenyum menerima hadiah yang diberikan oleh sang suami, tapi jauh di lubuk hatinya dia merasa puas bermain bersama Naruto sebelum Minato datang.
"Aku akan pergi ke kantor sampai jam sepuluh malam, maafkan aku."
"Tidak apa kok, aku memakluminya."
"Baik aku akan pergi, Naruto tolong jaga kakakmu!"
Naruto mengacungkan jempolnya sambil memasang senyuman.
"Aku pergi dulu! Sampai nanti!"
Beberapa saat setelah Minato pergi, Naruto beranjak dari tempat duduknya, dia melepas celana pendeknya dan mengeluarkan penis besarnya, pria itu berjalan mendekati Kushina yang tengah menata makanan untuk sarapan pagi.
Pria itu menyingkap rok pendek Kushina, dan memasukkan penisnya ke dalam tubuh Kushina. Wanita itu bertumpu di ujung meja makan. "Kau tak puas dengan semalam?"
"Belum, kau belum memuaskanku, Kak Kushina."
"Ufufufu, lanjutkan sampai nanti sore! Puaskan aku, Naruto."
"Oh ya, selamat ulang tahun, Kakak ipar tercinta, " ujar Naruto sambil meremas payudara Kushina.
...
..
.
End!