DISCLAIMER: Naruto dan Highschool DxD adalah milik masing-masing pembuatnya.

WARNING: Overpower!Naru, Alive!Minato, Alive!Kushina, OOC!, Speech-impaired!Naru.

SUMMARY: Perang akbar yang berkecamuk di Dunia nya telah berhasil ia menangkan, dia yang saat kecil sendirian kini berakhir dengan kesendirian kembali karena perang telah merenggut semuanya. Sekarang ia hidup di Dunia yang penuh konflik antar ras, namun disini ia hanya ingin hidup tenang karena baginya perangnya sudahlah selesai.

.

.

.

.

Chapter 2.

.

Pagi yang cerah kembali menyapa daratan kota kuoh, orang-orang sudah mulai sibuk dengan aktifitas masing-masing.

Burung-burung mulai berhamburan keluar dari sarangnya diantara pepohonan hijau, mereka terbang tanpa arah dengan satu tujuan yaitu mencari makan atau hanya menikmati kebebasan di udara yang masih sejuk ini.

Kini Naruto sendiri sudah bangun dari tidurnya sekitar satu jam yang lalu dan sekarang ia yang saat ini memakai haori putih biru pun sibuk menyemprotkan air ke tanaman hias yang ia miliki, contoh saja tanaman bonsai.

Ini hari minggu dan Naruto merasa ia ingin dirumah saja dan meliburkan kedai miliknya, umumnya ia tetap membuka kedainya saat minggu namun sekarang Naruto agak malas dan memilih merawat tanaman hias dan tanaman holtikultura miliknya.

Dan sekaligus membersihkan rumah beserta pekarangannya nanti.

Naruto tak mau melewatkan udara sejuk di minggu pagi hari. Burung-burung yang hinggap di pohon rindang samping rumahnya mulai berkicau saling bersahutan dan menambah melodi alam terdengar nyaman di telinga Naruto.

Tak lupa juga ia menyalakan radionya yang ia letakkan di lantai teras samping rumah.

Namun sekali lagi saat saluran radio itu memutar lagu idol laki-laki atau perempuan dari Negeri seberang maka dengan cepat Naruto segera mengganti salurannya.

Lagu mereka tak ada yang cocok untuknya.

Oh benar, Naruto juga punya kolam ikan mini yang berisi ikan koi warna warni dibawah pohon dan ia membuat sirkulasi air di kolam itu dengan baik agar airnya tetap jernih dan enak dipandang.

*Sreek sreek*

Bunyi sapu lidi terdengar saat Naruto menyapu pekarangan rumahnya untuk membersihkan dedaunan yang gugur dari pohon.

Bersiul-siul ia lakukan mengikuti kicauan para burung yang masih hinggap di pohon dan anehnya seakan mengerti itu para burung terus berkicau dengan variasi suara mereka, menambah kesan asrinya pagi yang menyapa Naruto.

.

.

.

Sementara di depan kedai milik Naruto yang tutup itu terlihat dua perempuan yang tengah berdiri mematung menatap tulisan 'TUTUP' di pintu masuk kedai.

Satu orang yang dapat diketahui adalah Rossweisse dan satunya lagi seorang gadis dengan wajah cantik berambut pirang cerah panjang, pakaian mereka yang kasual menambah kesan elok dilihat mata.

"Tak biasanya dia tutup, Naruko-sama." celetuk Rossweisse menatap tulisan di pintu masuk kedai.

Sementara Naruko yang juga melihat seluk beluk kedai kecil itu memicingkan matanya. . .

"Mungkin ini hari minggu Ross-chan, dan jangan memanggilku dengan itu, panggil aku Naruko saja,"

"Ehh ba-baiklah Naruko-chan," Rossweissee mengangguk kaku.

"Nah begitu lebih baik,"

"Umm tapi biasa minggu ia selalu buka kok, aku pelanggan setianya dan aku tahu jadwal dia." ucap Rossweisse sembari mengingat kebiasaan dari pemilik kedai ini.

"Yah siapa tahu dia lelah, Ross-chan. Semua juga butuh libur." tanggap Naruko enteng.

"Mmhh kurasa begitu, maaf aku mengajakmu disaat yang tidak tepat. Padahal ramen disini adalah ramen yang paling enak, pasti Naruko-chan ketagihan sepertiku," Rossweisse menghela nafas karena tak bisa membuat Naruko merasakan ramen dewa ini.

"Tak masalah Ross-chan, kapan-kapan kita juga bisa kesini lagi." tersenyum lembut Naruko mulai berjalan pergi dan diikuti oleh Rossweisse.

"Baiklah, aku juga akan mengenalkanmu dengan pemilik sekaligus pembuat ramen kedai ini, walaupun dia punya keterbatasan tapi ia sangat baik dan aku umm aku. . .aku. . ." Rossweisse menghentikan ucapannya setelah ia hampir keceplosan.

"Kau kenapa?"

"Ahh ie, maaf aku sedikit melamun..." Naruko menatap bingung gadis yang merupakan peerage sahabatnya ini, ia mengendikkan bahunya pelan.

"Umm soal keterbatasan tadi dia memangnya kenapa Ross-chan?," tanya Naruko penasaran.

"Dia tak mampu berbicara, Naruko-chan," jawab gadis perak itu dengan nada lemah dan Naruko yang mendengarnya pun terdiam sejenak.

"Yah lebih baik kita tidak membicarakan kekurangan seseorang karena itu tidak baik, bukan begitu?," tukas heir dari phenex itu lembut, ya Naruko merasa jika Rossweisse ada rasa terhadap manusia itu, ia kemudian kembali menatap kedepan.

"Iya, mmm dan perlu Naruko-chan tahu jika nama dia sangat mirip dengan namamu," Ujar Rossweisse dan mendapat sedikit lirikan dari Naruko.

"Bukan nama saja namun wajah kalian juga hampir sama dan sedikit beda dibeberapa sisi saja, dan aku sering merasa jika kalian adalah kembar," dan ucapannya kali ini mendapat perhatian lebih dari Naruko.

"Heee benarkah?. lalu kalau boleh tahu siapa nama manusia itu?" ada rasa penasaran dengan apa yang diutarakan Rossweisse padanya.

"Namanya adalah Naruto," jawab gadis perak tersebut, ia sedikit menahan jengkel karena dapat Rossweisse sadari dari ucapannya jika Naruko terasa merendahkan ras manusia, ia harus sabar karena sifat Naruko memang begitu jika kepada manusia.

"Naruto?. Manusia itu tak punya marga?," tanya Naruko dengan kepala manggut-manggut ringan.

"Umm selama ini hanya itu yang kutahu, dia tak memiliki marga," tanggap Rossweisse sekenanya, entah kenapa telinganya agak panas.

Sejenak Naruko terdiam, ia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap kedai masih terlihat dalam pandangannya, entah kenapa hatinya seperti tercubit sesuatu setelah mendengar penjelasan dari Rossweisse.

Bagi Naruko ia memanglah penggila ramen dan ramen yang paling ia sukai adalah ramen buatan Kushina, sang ibu. Ia baru tahu jika Rossweisse ternyata juga suka dengan mie berkuah itu setelah merasakannya di kedai yang ia tatap saat ini.

Nama pemilik kedai yang hampir mirip dengannya.

Wajahnya hampir kembar dengan dirinya menurut Rossweisse.

Naruko ingin tahu seperti apa manusia bernama Naruto ini, seberapa mahirnya dia dalam meracik ramen sampai membuat Valkyrie pendamping Odin ini tergila-gila dengan ramennya.

Sebenarnya ia juga sekolah di Kuoh di tahun yang sama seperti Rias namun ia tidak tahu sama sekali jika ada kedai ramen enak, Rossweisse sendiri hanya diam saja. Yah ia tak menyalahkan gadis itu karena sebelumnya Rossweisse sendiri tidak tahu makanan kesukaannya dan baru sekarang dirinya diajak.

Tapi. . .

Ada waktu senggang untuk mampir tapi malah kedainya yang tutup.

Yah mungkin ia akan kembali kesini nantinya jika ada waktu lagi karena sekarang ia agak sibuk dengan rating game iblis muda yang mulai bergulir dan akan kembali bergabung dengan para peerage nya di dunia bawah.

Oya. . Naruko memang menargetkan dirinya dan anggotanya menjadi ranking satu di jajaran iblis muda.

Naruko ingin terus dan terus menjadi kuat agar bisa melindungi Menma adik kecilnya yang paling ia sayangi dan keluarganya nanti.

Selain itu ia sebenarnya juga ingin menyelidiki sesuatu yang ada di hutan kota Kuoh, hutan yang punya batas langsung dengan akademi Kuoh.

Naruko merasakannya, sesuatu yang berhubungan dengan Chakra.

Benar, ia selalu merasakan lonjakan chakra yang amat sedikit berpusat di tengah hutan kota semenjak seminggu yang lalu dan lonjakan itu terjadi secara sporadis yaitu pagi, siang atau malam.

Tak menentu.

namun saat dicek pun Naruko tak menemukan sesuatu apapun yang mencurigakan disana.

Unik sekali karena Rias atau Sona tak bisa merasakan energi chakra tersebut, hanya dirinya saja yang tahu.

Apa memang kepekaan dirinya lebih tinggi dari kedua sahabatnya itu?.

Itu membuat Naruko kebingungan, jika saja tak ada rating game di Dunia bawah maka ia bisa menyelidiki secara menyeluruh hutan tersebut bersama peerage nya.

"Naruko-chan!. . ." Naruko terhenyak saat Rossweisse memanggilnya agak keras,

"Ah maaf. . .Aku agak melamun tadi," ia terkekeh malu.

"Memikirkan rating game mu?," tanya Rossweisse menebak dan dijawab anggukan oleh Naruko.

"Salah satunya itu, mm~ baiklah saat luang nanti ajak aku ke kedai itu lagi ya, aku gak sabar ingin merasakan ramen yang katamu paling enak itu, Ross-chan." ia agak malu menjelaskan karena Rossweisse juga tahu jika ia dari dulu sering memikirkan rating game, maka dari itu ia segera mengalihkan pembicaraan.

"Tentu saja, baiklah kita pergi." Rossweisse tersenyum dan mereka pergi kembali menuju ketempat Rias karena mereka semua akan pergi ke Dunia bawah karena ini adalah hari libur.

Bagi Rossweisse sendiri berteman akrab dengan Naruko phenex adalah hal baik, disamping Naruko adalah sahabat dari Rias yang merupakan King-nya Naruko pun juga bisa akrab dengan siapapun

Namun ada satu hal yang membuat Rossweisse sedikit tidak menyukai salah satu heir dari phenex tersebut yaitu terkadang Naruko suka merendahkan Manusia.

Seperti yang pernah dikatakan Rias padanya jika beberapa phenex memang memandang derajat namun ada banyak phenex lain yang tidak seperti itu.

.

.

.

Kembali ke Naruto.

Kali ini dia sedang duduk bersila dengan tenang, semua pekerjaannya sudah beres dan halaman depan samping belakang rumah sudah bersih.

Istirahat, itu yang dilakukan Naruto dengan badan bersender pada dinding rumah dengan mata terpejam.

=Mindscape=

Hamparan rumput yang begitu luas sejauh mata memandang dengan angin semilir lembut, terlihat juga Danau yang jernih, air terjun besar, pegunungan. sejauh mata memandang adalah semua keadaan alam yang masih alami.

Tempat ini berada di alam bawah sadar paling dasar Naruto.

Kini terlihat sebuah altar bulat berporos garis menengah yang terbuat dari batu bersih, disana Naruto berdiri dan telah duduk sembilan makhluk besar berbagai bentuk, memiliki ekor satu sampai sembilan mengelilingi dirinya sebagai poros inti makhluk tersebut.

Pakaian yang dikenakan Naruto bukanlah pakaian yang ia kenakan saat di Dunia nyata, namun sekarang ia memakai pakaian yang sama dengan wujud sempurna dari entinitas tertinggi dari pendiri Ninshu.

Visual pakaian serba putih bersih dengan sembilan magatama mengalungi lehernya, jika sang pendiri Ninshu memiliki tanduk namun Naruto tidak memilikinya dan rambutnya yang sebelumnya pirang cerah kini berubah menjadi putih perak.

Dan mata berwarna biru jernihnya semenjak lahir kini berganti menjadi mata yang dulu pernah menghancurkan Konoha dalam sekali serang, mata ungu dengan pola riak air.

["Kami baik-baik saja jika kau ingin mengetahui keadaan kami, Naruto."] ujar makhluk yang mirip seperti kucing namun fisiknya seperti kobaran api biru kehitaman.

["Kami dalam kondisi terbaik, gaki."] timpal makhluk yang mempunya wujud rubah monster berwarna orange dan sembilan ekor yang dimilikinya melambai-lambai pelan.

Walaupun Naruto diam namun semua sudah mengerti apa yang ingin dikatakan oleh partner manusia sekaligus sahabat mereka itu.

Mendengar itu Naruto yang tetap diam pun tersenyum lalu mengangguk, menoleh dan melihat setiap wujud dari para sahabatnya, kemudian ia memejamkan kedua matanya dan secara perlahan tubuh Naruto dimulai dari kaki menuju keatas menghilang tertiup angin.

["Yang sejati tak akan meninggalkan satu dengan yang lainnya,"] ucap makhluk besar berbentuk rakun sembari menatap Naruto yang mulai terkikis.

["Kita sudah melalui hal tersulit dengan selamat, walaupun semuanya telah meninggalkanmu tetapi kami akan selalu bersamamu,"] ucap seekor makhluk yang satu-satunya mempunyai sayap diantara mereka.

["Hiduplah dengan ketenanganmu, Naruto,"]

["Perang kita sudah selesai,"]

Seekor rubah berekor sembilan memejamkan matanya saat menimpali ucapan lainnya, ia yakin jika partnernya masih mendengar perkataannya.

Tak ada yang mengetahui jika rubah tersebut meneteskan sedikit airmatanya dan dengan cepat ia mengibaskan salah satu ekornya ke mukanya, namun ada satu makhluk yaitu monster kucing berwujud kobaran api biru yang melihatnya.

['Hanya dua kali aku melihatnya, tangismu saat kematian Ojii-sama dan tangismu yang sekarang,'] batinnya.

['Mengingat kau sudah bersamanya sejak dia masih bayi dan kau melihat semua yang diterima olehnya, Kurama.'] ia lebih memilih diam karena ia yakin ikatan Rubah ini dengan Naruto amatlah kuat.

.

Membuka kembali matanya kini kesadaran Naruto sudah kembali ke Dunia, ia menyunggingkan kedua bibirnya keatas saat mendengar semua ucapan para sahabatnya, termasuk ucapan dari Kurama yang membuatnya bersyukur jika ia masih merasakan makna dari adanya teman, sahabat sekaligus keluarga.

Menghela nafas Naruto mulai berdiri dan berjalan memasuki bilik rumahnya, ia merasa badannya agak pegal karena sudah lama tubuhnya tidak merasakan pertarungan dan mungkin sebentar lagi ia akan bermain-main lagi di hutan kecil dekat kedai miliknya.

Yah sudah sekitar dua mingguan sebenarnya ia selalu pergi ke hutan tengah kota kuoh untuk bermain sendirian entah itu pagi, siang atau malam dan bahkan ia pernah ke sana setelah menutup kedainya saat malam.

Naruto tidak takut dengan apapun, ia bahkan sudah mengalahkan rasa takutnya akan hantu.

Bermain disini dalam artian Naruto melatih ringan semua teknik ninjanya, mulai dari senjata ataupun penggunaan semua chakranya.

Chakra di tubuh dan chakra alam.

Tentu sebelumnya Naruto selalu menciptakan sebuah penghalang murni buatannya agar tak ada yang merasakan tiap gejolak energi yang ia keluarkan.

Naruto melakukannya selain untuk menjaga fisiknya ia juga tak mau kemampuannya menumpul, hanya berjaga saja.

Itu dikarenakan Naruto selalu memikirkan gadis pirang iblis pengguna chakra itu.

Menurut Naruto gadis itu sangat berpotensi memiliki kekuatan yang besar karena gadis iblis yang tak ia ketahui namanya itu memiliki alur chakra dan energi demonic dalam satu tubuh.

Mau tak mau juga gadis itu akan bisa merasakan chakra miliknya jika secara sembrono dirinya mengeluarkan lonjakan chakra karena mungkin hanya ia dan gadis iblis pirang itu yang paham dengan sistem kerja chakra.

Sebuah potensi yang bisa mengganggu ketenangan yang sudah ia rasakan sekarang.

Iya, Naruto mengasumsikan jika gadis iblis itu adalah ancaman dimasa mendatang.

Namun sekali lagi, jika Naruto tak akan mengusik siapapun di Dunia ini dan ia tak mau diusik oleh siapapun juga.

.

.

.

Dan sekarang disinilah ia berada, hutan tengah kota. Untuk mencapai kesini dalam waktu singkat amatlah hal mudah bagi Naruto.

Apa yang dilakukannya?. Naruto hanya duduk ditengah hamparan tanah lapang dimana ditengah lapang itu ada sebuah pohon yang ia tumbuhkan sendiri dengan kemampuannya untuk dijadikan tempat berteduh.

Duduk saja, menikmati oksigen murni dari hutan asri yang melegakan paru-parunya.

Hal ini biasa ia lakukan saat masih bersama sang petapa mesum jika mereka istirahat dalam sebuah perjalanan.

Entah kenapa Naruto terkekeh kecil saat kembali mengingat kelakuan mesum ayah baptis sekaligus gurunya tersebut. Sebuah kenangan manis yang ditinggalkan olehnya walau hanya sebentar karena sang guru telah tewas ditangan seorang murid lainnya yang merupakan pemimpin dari organisasi kriminal, 'Fajar'.

Sebuah efek domino dimana ia membalas kematian sang guru, mengalahkan murid yang merupakan senpai satu guru itu dengan susah payah.

Naruto termenung, jujur ia merindukannya dan tak menyangka jika ajaran darinya sangat berguna bagi hidupnya saat ini.

Menyenderkan punggungnya ke pohon ia menatap telapak tangan kanannya dimana disitu terlihat lambang matahari.

Sebuah energi kebiruan berkumpul dan perlahan energi itu membentuk sebuah bola dengan putaran chakra yang kuat tak beraturan, rambutnya bergerak lembut saat terbelai oleh angin yang disebabkan oleh bola chakra tersebut.

Rasengan.

Ini adalah sebuah jurus, namun bagi Naruto ini adalah kenangan tak terlupakan yang diturunkan sang guru padanya, matanya terus menatap jurus yang masih aktif ditangannya tersebut.

Naruto melamun.

Kemudian ia tersentak, ia belum membuat penghalang untuk keamanan dirinya dari luar, dengan cepat Naruto menghilangkan kemampuan itu dari tangannya, sedikitpun ia tak mau ada yang tahu soal ini.

Akan tetapi sebuah bola api besar tiba-tiba datang dari arah hutan menuju kearahnya, ia diserang.

Namun Naruto hanya diam dan tetap duduk bersender karena sebelum bola api yang meluncur itu mengenainya bola tersebut telah musnah oleh sesuatu tak kasat mata.

Dapat Naruto rasakan jika bola api yang baru saja musnah tersebut terpancar sebuah energi demonic.

Ia mengutuk dirinya sendiri karena tidak membuat penghalang dahulu karena pikirannya hanyut dalam sebuat ingatan masa lalu dan sekarang ia harus dihadapkan oleh masalah.

*Wuuush*

Hembusan angin menerpa wajah Naruto hingga ia menutup matanya untuk menghindari debu dan saat ia membuka mata Naruto dapat menangkap sosok gadis pirang dengan aura iblis terpancar darinya.

Gadis inilah yang ia lihat dimalam penyerangan malaikat kesandung bulan kemarin, gadis yang mempunyai chakra seperti dirinya.

Karena jarak mereka hanyalah sepuluh meter saja kini Naruto dapat melihat secara menyeluruh fisik dari gadis didepannya dan otaknya sedikit lemot ketika mengetahuinya.

Di semua lini gadis iblis itu memang sangat mirip dengan jurus mesum yang dulu ia ciptakan untuk melawan para guru chunin nya namun ini adalah versi sempurna karena wajah gadis didepannya ini lebih cantik dari jurus konyolnya itu.

Naruto bahkan sweatdrop dan hampir mengira makhluk didepannya ini adalah klon miliknya jika dia tak mengeluarkan aura iblis.

Tapi yang terpenting sekarang adalah akibat kebodohannya ia terdeteksi secara cuma-cuma oleh sosok didepannya ini.

"Mmm hanya manusia, aku terkejut ternyata yang mengeluarkan chakra sejak seminggu kemarin adalah manusia sepertimu huh," ia berkata dengan nada merendahkan.

Benar, gadis itu adalah Naruko phenex. Ia yang sebelumnya berada diruangan milik Rias dan akan berangkat menuju Mekai langsung mengurungkan niatnya ketika sesaat merasakan gejolak chakra dari tengah hutan kota, berterima kasihlah terhadap kemampuan sensor chakra yang diajarkan oleh bibinya yaitu Tsunade di Mekai sana.

Tsunade?.

Itu akan menjadi cerita dilain waktu.

Sekarang mereka berhadapan, Naruko yang berdiri angkuh dan Naruto yang masih duduk tenang dibawah pohon. Sebuah takdir yang tidak mereka ketahui jika keduanya adalah saudara, lahir dari rahim yang sama namun berbeda dalam dimensi dan berbeda dalam kisah hidup.

Kesunyian dan penderitaan bagi Naruto.

Keluarga dan kebahagiaan bagi Naruko.

.

.

Setelah selesai mengobservasi Naruko dan memastikan ini bukanlah ilusi atau klon miliknya kini Naruto berdiri dari duduknya dan menatap Naruko dengan pandangan menyipit.

["Iblis pengguna chakra, apa lagi yang ingin Tuhan berikan pada Naruto,"]

["Ia sudah cukup dengan perangnya dan ia hanya ingin hidup tenang tanpa masalah, Tuhan."]

["Kami bersumpah akan menumpas semua yang mengganggunya, sekalipun kami bersatu kembali menjadi Juubi."]

Suara-suara bergema dialam bawah sadar Naruto dimana itu tempat para makhluk berekor bersemayam.

"Manusia, kenapa kau punya chakra sepertiku?." gadis itu bertanya sementara Naruto hanya diam saja.

Naruko menunggu jawaban namun setelah ditunggu beberapa waktu ia tak mendapat jawaban apapun dan itu membuatnya jengkel. Ia tak suka jika diabaikan, terutama pada manusia.

Ia tak tahu jika Naruto memang tak bisa berbicara, bisu.

Sebelum Naruko ingin mengatakan sesuatu lagi matanya melihat jika laki-laki didepannya itu mengangkat kedua tangannya lalu membuat berbagai kode.

Sekarang ia paham, Naruko memahami tiap kode itu.

Kode tangan yang bermakna, 'Aku tak mau bertarung,'

"Ufufu ternyata kau tak bisa bicara," ejek Naruko tertawa,

Memang Naruko sangat baik terhadap iblis lainnya namun sekali lagi ia punya kebiasaan agak buruk yaitu merendahkan manusia.

Gadis phenex itu terdiam sejenak setelah mengetahui sesuatu dari laki-laki didepannya ini.

'Eh?. bukannya ciri-ciri manusia ini mirip dengan apa yang dikatakan Rossweisse-chan? dia mirip denganku.' pikirnya menatap jeli tiap wajah maupun fisik Naruto.

'Tak peduli, ia tidak layak memiliki chakra ditubuhnya, manusia ini harus mati, dasar lemah.' Naruko membatin dengan senyum meremehkan.

Tak salah Naruko membatin seperti itu karena ia memang hanya merasakan sedikit sekali pancaran chakra yang dimiliki oleh pemuda didepannya ini, mungkin dalam kalkulasi otaknya Naruko yakin jika chakra dari orang didepannya hanya bisa membuat dua jurus dan berakhir pingsan.

Sebuah tebakan yang akan mengundang maut baginya.

Sekarang Naruko kembali melihat manusia tersebut memberi kode tangan dan dapat Naruko artikan. . .

'Aku ingin hidup tenang.'

Gadis phenex itu terkekeh pelan, ia membuat segel tangan dan menciptakan satu klon.

Tangannya menengadah dan klon miliknya mulai melakukan sesuatu dan tak lama sebuah energi chakra tercipta dan membentuk bola dengan putaran cepat, sebuah rasengan.

Satu serangan akan membunuh manusia didepannya ini.

"Tentu, lebih baik kau mati dengan tenang, Manusia." ucap Naruko mengancam yang hanya ditatap biasa oleh Naruto.

Sementara Naruto yang merasa kodenya tak digubris pun merasa gusar, jujur saja sedari tadi Naruto jengah mendengar lontaran kata dengan makna merendahkan dari diri iblis perempuan didepannya ini.

mata safirnya menatap jurus rasengan yang ada dalam tangan Naruko.

["Khakhakha dia hanya lalat bagimu,"] ujar salah satu makhluk dalam dirinya, mendengar tertawanya Naruto dapat menyimpulkan jika yang berbicara barusan adalah Shukaku.

Naruto menengadahkan tangan kanannya dan sebuah energi chakra berkumpul dan membentuk jurus yang sama.

Sementara Naruko yang melihat itu tersentak saat manusia didepannya membuat jurus yang sama.

Naruto menatap gadis iblis didepannya dengan tatapan redup, rasengan yang ada ditelapak tangan kanannya secara perlahan mengeluarkan bunyi sedikit mendengung dan ditambah warna putaran chakra itu perlahan juga memutih.

Ia menambahkan sedikit elemen angin dan energi alam, itu seperti mencampurkan racun tambahan untuk sebuah jurus perusak.

Namun rasengannya sekarang masih dibawah level dari Rasenshuriken, itu adalah sebuah jurus miliknya yang dulu diawal dalam ingatannya saat nenek Tsunade pernah menyimpulkan jika Rasenshuriken berada di tipe Kinjutsu karena efek mematikannya.

Suara bising mendengung itu terdengar di kedua telinga Naruko dan membuatnya sedikit gentar, ia sadar akan suatu hal.

'Di-dia menambahkan sebuah elemen ke rasengan?, a-aku bahkan belum mampu melakukannya,' pikirnya mengobservasi jurus yang diciptakan manusia didepannya, rasa iri mulai ia rasakan.

Ego tinggi dan sifat remeh lebih menguasai Naruko, ia yang tidak berpikir matang pun melesat kedepan,

Moto dari Naruko sendirinya adalah 'yang penting yakin' sehingga membuatnya berani tanpa memikirkan resiko.

Sementara Naruto yang melihat musuhnya melesat cepat kearahnya pun berjalan maju, ia tak perlu memakai kecepatannya karena ia ingin mengadu rasengan bercampur sedikit elemen angin miliknya dengan rasengan gadis iblis itu.

"Matilah!. . ." teriak Naruko percaya diri dan mengarahkan rasengannya ketubuh Naruto, begitu juga sebaliknya Naruto juga langsung mengarahkan jurus miliknya.

*Daaasshh*

Dua rasengan bertumbukan dan membuat hempasan angin yang kuat disekitar, saling mendorong terjadi diantara mereka.

*Ngiiiiiinggg*

Dengungan dari rasengan Naruto bertambah nyaring dan perlahan mengikis habis rasengan Naruko.

*Buuuumm*

Ledakan langsung menyelimuti mereka dengan asap yang mulai mengepul menutupi area.

Perlahan asap mulai dengan bantuan angin yang berhembus, terlihat jika dua makhluk berbeda ras dan berbeda gender itu saling memunggungi.

*Bruuukk*

Naruko tersungkur namun tangan kiri dan lututnya masih mampu menahan tubuhnya untuk tidak ambruk ke tanah, pakaiannya yang ia kenakan sekarang kini telah rusak, seperti gembel.

Ia terbatuk dan sedikit tetesan darah muncul di pinggir bibirnya yang manis.

Naruko mengatur nafasnya yang memburu, perlahan ia menoleh dan menatap tangan kanannya yang terasa amat sakit.

Tak lama kemudian ia terbelalak saat melihat tangannya terluka begitu parah, ia mencoba meregenerasinya namun nihil, kemampuan regenerasi phenex miliknya seperti tak berfungsi, kebingungan melanda dirinya.

Sakit sekali.

Naruko bahkan tak mampu menggerakkan pergelangan tangan dan jemarinya itu, terasa lumpuh.

Ia mencoba menoleh kebelakang untuk melihat keadaan manusia yang menjadi lawannya tadi.

Dan apa yang tertangkap oleh matanya membuat Naruko terkejut. Manusia itu ia masih tetap berdiri kokoh membelakanginya dengan rasengan yang masih aktif, bahkan telinganya masih mendengar suara dengungan melengking dari jurus itu.

Dan entah bagaimana itu terjadi matanya dapat melihat fatamorgana sosok bayangan dalam diri manusia itu yang sangat familiar baginya.

"To-Tou-sama. . ." gumannya lirih.

.

.

.

~PUTUS DISINI~

.

AN: Ini adalah chapter 2 dan semoga kalian menikmati cerita ini. Terima kasih atas reviewnya, semua sudah saya tampung.

Silahkan me-review kembali dengan saran maupun kritik yang baik, atau bertanya apapun soal fanfic ini.

Saya ucapkan terima kasih dan sampai jumpa di chapter selanjutnya.

11 Juli 2020.