All chara belong to Masashi Kishimoto.

An alternative universe story.

Typos in this area

Hope you like it.

Hinata membuka matanya perlahan, mengedarkan pandangan pada ruangan bernuansa putih dengan aroma kental berbau obat – obatan.

Mencoba mengingat dengan apa yang terjadi, Hinata meringis kepalanya terasa sakit sekali.

Sesuatu dalam dirinya menyadari, dengan selang infus yang tertanam di lengan kirinya.

Netranya menangkap sosok pri berambut pirang tengah tertidur pulas pada sofa sebelah kiri ranjangnya.

Uzumaki Naruto.

Mengernyitkan kening, Hinata menatap Naruto segan.

Maniknya menatap Naruto penuh tanda tanya. Apa yang dilakukkan mantan kekasihnya di ruangannya? Apa yang terjadi padanya?

Pintu terbuka, membuyarkan lamunan Hinata. Maniknya menangkap sosok perempuan yang tidak asing baginya.

Perempuan bersurai merah muda, dengan potongan pendek dan gaya rambut berbeda.

Mungkin berubah.

Perempuan itu mengenakan snelli khas seorang dokter. Guratan wajahnya sedikit berubah, tidak seceria biasanya, namun tetap menyejukkan.

Tanpa sadar Hinata mencengkram selimutnya erat, meremasnya kuat. Hinata tidak bisa menutupi tatapan tidak sukanya pada perempuan itu.

Sakura Haruno. Teman nya. Mantan Sahabatnya

"Hinata, kau sudah sadar bagaimana perasaanmu?" tanya Sakura dengan nada khawatir. Hinata menatap tidak peduli sakura, baginya kekhawatirannya hanya rekaan semata.

Suara sakura membangunkan tidur Naruto. Naruto mengerjapkan matanya tidak percaya dengan sorot mata bahagia dan penuh syukur.

"Hime kau sudah sadar?" hendak melangkahkan kakinya, sebelum teriakan Hinata memekakkan telinganya.

"BERHENTI..."

Naruto dan Sakura menatap Hinata heran "Apa..apa yang dilakukan kedua penghianat disini? Apa yang terjadi padaku? Kalian berusaha mencelakaiku lagi kan?" Hinata bergetar. Nafasnya terengah engah dengan keringat mengucur deras.

Sakura dan Naruto terpaku.

"Apa yang kau bicarakan?" Naruto berusaha menjangkau Hinata menatapnya dalam, seakan Hinata bisa terhisap kapan pun dalam tatapannya.

"Kalian berselingkuh. Naruto kun berselingkuh dengan mantan sahabatku, kalian pikir aku bodoh?"

"Hinata... aku tidak ada hubungan apapun dengan suamimu.. Aku bahkan sudah menikah"

Hinata terdiam.

Suami?

"Kalian pasti bercanda. Mana mungkin aku menikahi tukang selingkuh." Hinata terengah, mengatur nafasnya "Aku melihatnya, 14 Februari tahun 2000... Naruto kun..." Hinata tidak mampu meneruskan air matanya mengalir tanpa perintah.

Naruto menatap Hinata khawatir, menenggelakan Hinata dalam pelukannya. Mengusap surai gelap Hinata dengan beberapa kecupan pada pucuk kepalanya.

"Itu masa lalu. Kau istriku... Kita sudah menikah." Bisik Naruto menenangkan.

Hinata mengamuk.

Mencabut selang infus, mendorong Naruto dengan kuat.

"Kau pasti bercanda."

.

.

.

Naruto menatap Sakura tidak percaya.

Menatap hasil pemeriksaan fisik dan hasil tes kognitif yang menyatakan jika istrinya mengalami amnesia.

Benturan akibat kecelakaan mobil yang dialami Hinata menyebabkan benturan keras.

Retrograde amnesia. Hinata melupakan 10 tahun kehidupannya.

Naruto mendesah frustasi.

Hinata hanya mengingat bagian terburuknya di dalam kehidupannya.

Naruto mentap ayah mertuanya dengan perasaan menyesal.

Jika saja Naruto tidak mengizinkan istrinya mengemudi seorang diri.

Jika saja Naruto tidak membiarkan istrinya membawa mobil.

Jika saja Naruto meminta tolong anak buah nya untuk menjemput boruto.

Jika saja Naruto bisa memutar ulang waktu.

Hiashi memandang Naruto dengan tatapan sendu.

"Sudahlah ini bukan salahmu. Tugas kita sekarang membantu Hinata mengingat semuanya."

.

Hinata menatap ayahnya dengan pandangan menolak dan memelas.

"Aku tidak mau pergi dengan Naruto kun ayah, kumohon ini berat untuk ku."

Hiashi menatap Hinata iba. Perselingkuhan Naruto di masa lalu saat keduanya masih menjadi sepasang kekasih masih membekas di benaknya kuat.

Hinata memerlukkan perawatan intensif selama 6 bulan bersama dokter kejiwaan akibat peristiwa itu.

Naruto menatap Hinata dengan pandangan terluka. Itu mungkin sudah 10 tahun yang lalu, tapi selamanya akan menjadi kenangan terburuk Hinata.

"Kau harus mencobanya, agar ingatanmu segera kembali." Hiashi mengelus lembut surai Hinata yang dibalas dengan gelengan keras Hianata.

"Aku tidak mau, tolong aku ayah."

"Tolong mengertilah, ini akan lebih memudahkan mu. Kau sudah punya keluarga kecil sekarang" sebagai seorang ayah dan seorang mertua, Hiashi harus memposisikan dirinya netral. Selama 5 tahun kehidupan rumah tangga Hinata, Hiashi tidak pernah mendapati menantunya melukai hati putrinya.

Naruto terlihat menjaga Hinata dengan baik.

Tidak sekalipun membuat Hinata bersedih.

Dorongan keras pada pintu utama mengalihkan atensi semua orang dewasa disana, menatap bocah kecil pirang, bermata biru menatapnya dengan air mata mebanjiri pelupuknya, bocah itu berlari kearah Hinata dengan tangan di rentangkan sambil berteriak "Ibu"

Jantung Hinata berhenti berdetak sesaat.

Menatap bocah kecil cetakan Naruto menatapnya sendu. Tanpa sadar Hinata menundukkan tubuhnya, menatap lekat bocah pirang yang menatapnya bercucuran air mata, sesekali mengelap air yang keluar dari hidungnya. Lengannya terulur menyentuh pipi gembil bocah itu, memberikan ciuman ringan pada kedua pipinya.

"Sarada bilang, ibu melupakan ku. Sarada bohong kan bu?"

Hinata menatap bocah itu tidak mengerti.

"Dia Boruto. Boruto Uzumaki. Putra kita, dua bulan lagi usianya 4 tahun."

TBC