Chapter 1: Awal

Demon Slayer Belongs to Koyoharu Gotouge.

warn: OOC, humor gagal, boys love, typo.

Selamat membaca!


Hari ini adalah hari pendaftaran siswa baru di berbagai kegiatan setelah menjalani ospek selama empat hari lamanya di Sekolah Kimetsu. Beberapa siswa kelas berlomba-lomba membuat stand semenarik mungkin untuk menggaet para siswa baru masuk ke dalam kegiatan klub mereka.

"Neeee, Tanjirouuuu." Suara pemuda bersurai pirang memanggil kawannya di sebelah sembari manik matanya melirik ke sana dan ke mari. Wajahnya sedikit bersemu, hidungnya kempas-kempis, ribuan kupu-kupu menggelitik di dalam perut. Dia begitu senang bukan main ketika melihat banyaknya perempuan. Ditambah lagi, kakak tingkatnya itu selain cantik, mereka juga manis. Merasa tidak ada sahutan. Zenitsu, pemuda bersurai pirang mulai menggoyangkan tubuh.

"TANJIROUUUUU. DENGARRRR." Suara nyaringnya sukses membuat beberapa siswa baru maupun tingkat atas melirik. Kepo.

"Zenitsu. Tenanglah!" Pemuda yang dipanggil Tanjirou mencoba menenangkan. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri karena sudah menjadi pusat perhatian. Terlihat gelisah. "Aku akan mendengarkan! Jadi berhenti menggoyangkan tubuhku! Lihat! Kita menjadi tontonan, tahu!"

"Aku bingung sekali mau masuk klub yang mana!" Serunya. Tanjirou hanya mendengarkan dengan seksama. Di sisi lain merasa malu. "Banyak sekali kakak tingkat yang manis dan cantik di sana!"

Surai merah kehitaman Tanjirou menoleh ke berbagai arah. Bahkan anting hanafuda yang dipakainya bergerak mengikuti surainya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Zenitsu, kakak tingkatnya manis dan cantik. Tapi, bukan berarti Tanjirou menginginkan sebuah hubungan romansa pada mereka. Lagi pula, dia tak punya waktu untuk melakukan hal itu, karena dia harus mengurusi kelima adiknya semenjak orang tuanya selalu dinas ke luar kota, bahkan negeri.

"Oh iya," Tanjirou sadar akan sesuatu. "Di mana Inosuke?"

Zenitsu terkejut. Sikap melankolis muncul. Kepala kuning melirik ke sana dan ke mari. Mencari sosok salah satu kawannya yang berwajah cantik.

"Bagaimana cara aku mendaftarkan diriku di sini, orang tua?!" Suara nyaring penuh emosi terdengar. Zenitsu dan Tanjirou menoleh. Mereka hafal suara itu. Secara perlahan mereka menoleh ke arah sumber suara. Di sana, Inosuke, pemuda berwajah cantik dengan tiga kancing kemeja yang terbuka tengah menunjuk-nunjuk kertas yang ada di atas meja. Itu adalah klub boxing

"Siapa yang kau panggil orang tua, bocah dungu?!" sahutan kekesalan dikeluarkan oleh sang penjaga stand.

Ctak. Ctak.

Dua perempatan siku-siku mampir di pelipis Inosuke kala dipanggil bocah dungu. Tentu saja aksi mereka menjadi tontonan siswa lain.

"SIAPA YANG KAU PANGGIL BOCAH DUNGU, ORANG TUA?!"

Zenitsu dan Tanjirou langsung melesat menghampiri Inosuke sebelum adanya pertumpahan darah. Zenitsu langsung menyeret Inosuke menjauh, sedangkan Tanjirou sempat beberapa kali meminta maaf atas perbuatan Inosuke. Padahal, ia tak perlu melakukan hal itu. Ah, anak yang baik hati.


Kini, Inosuke, Tanjirou dan Zenitsu tengah duduk di bangku panjang sembari meminum soda yang sempat mereka beli. Masih bingung dengan klub mana yang akan mereka masuki.

"Monjiro!" Panggil Inosuke. Tanjirou menoleh pada Inosuke, ia sudah lelah memperingati Inosuke tentang namanya. "Kenapa orang tua itu marah-marah dan mengataiku? Padahal aku berniat untuk mendaftar."

Padahal kau yang memulainya dasar anak bodoh sialan?! Pekik Zenitsu dalam hati. Sedangkan Tanjirou hanya tersenyum miris karena Inosuke tidak tahu kesalahannya.

"Bagaimana jika masuk klub sepak bola saja?" Saran Tanjirou.

"TIDAAKKKK MAUUU! KAU TAHU, TANJIROU, DI SANA TIDAK ADA PEREMPUANNYA! AKU TIDAK MAU! TIDAAAAAAAAKKK!" Teriak Zenitsu dengan sikap melankolisnya. Tanjirou menghela nafas.

"Aku masih masuk klub tadi." Ujar Inosuke.

Sudah jelas kau akan di tolak! Pekik Tanjirou dan Zenitsu dalam hati. Mencoba mencari cara lain.

"Oh!" Tanjirou tahu klub apa yang akan dimasukinya. "Bagaimana jika kita masuk klub musik saja? Lumayan kalau kita sudah mahir, kita bisa membuat lagu sendiri!"

"Tidak buruk, kau bagus dalam memilih Taro!" Inosuke memukul punggung Tanjirou. Lihat? Namanya sudah diganti lagi.

"IDE YANG BAGUS TANJIROU! PASTI DI SANA AKAN BANYAK WANITA! DAN—" Zenitsu kembali berbicara tanpa henti. Membicarakan bagaimana wanita-wanita yang menontonnya akan tergila-gila.

Ya, biarkan saja Zenitsu terus bermimpi. Kita berdoa saja agar Inosuke tak mengacau dengan cara merusak peralatan klub musik. Jangan lupa, berdoa juga untuk keselamatan Tanjirou selama bersama Zenitsu dan Inosuke.