Disclaimer : Hypnosis Mic adalah milik King Records dan Evil Line Records. Saya selaku author hanya memakai chara untuk fanfiction sebagai hiburan.

Judul : Janji Ketemu

Genre : Friendship, Humor, Comedy

Rate : K

Rosho yang duduk di halte bus tak henti-henti mengerakkan kakinya hingga menghentak lantai. Kedua tangan yang ia singkap di bawah dada terus menerus gelisah menanti seseorang.

"Nangdi arek loro iki?!" ucap Rosho melirik kanan dan kiri jalan.

Tampak seorang pria berambut hijau pastel dengan kemeja dasi hijau dan jas kotak-kotak oranye berlari ke arahnya. Pria itu adalah Sasara Nurude

"Haa.. sepurane telat, Rosh.. Haa.." ucap Sasara ngos-ngosan.

"Kon yo Sar, janjian dadak kon seng telat!" Rosho mengetuk-ketuk kaca di jam tangannya.

"Yo wes ayo ndang.." Sasara menarik tangan Rosho untuk segera menaiki bus.

Perjalanan selama 20 menit menuju mall. Mereka berdua kini telah menuruni bus dan bergegas masuk ke dalam untuk mendinginkan diri di cuaca yang cukup panas hari ini.

"Ya opo om Rei? Nangdi arek e?" tanya Rosho kesal dengan sifat terlambatnya itu masih gak ada obat.

"Katane kita duluan ae, ngko arek e nunggu nang food court,"

"Halah ngomong ae luwe!" emosi Rosho tak terbendung.

Sasara yang tak tahu harus bagaimana hanya bisa pasrah dan menepuk pundak Rosho, "Wes langsung ndek food court ae ta iki?"

Rosho masih ngedumel. Sambil menarik nafas dalam-dalam, ia membuka mulutnya, "Iyo wes ayo.."

Mereka berdua berjalan menuju food court, Sasara yang merasa bersalah pun mengajak bercanda Rosho sebisa mungkin untuk membalikkan mood pria berkacamata bulat ini.

Sampai di tempat makan, mereka melirik kanan kiri setiap meja yang terisi.

Tidak ada satupun dari mereka menemukan seorang pria bertopi fedora ataupun memakai jaket berbulu hitam lebat.

"Kan, nangdi hah? Janjian nang food court arek e dewe durung teko?!" kali ini Rosho ngedumel dengan menaruh kedua tangannya di pinggang.

"Sabar lah, golek kursi dhisik!" Sasara mencoba menghibur kembali Rosho dengan mengajaknya mencari tempat duduk yang mudah terlihat supaya Rei dapat menemukan mereka berdua.

Sasara menemukannya. Dengan sigap Sasara memegang pergelangan tangan Rosho dan menariknya ke tempat duduk tersebut.

"Wes jam piro iki, Sar?! Arek e sek turu a? Wong e wes tuwek ngono.." dumel Rosho tampak pasrah ditarik begitu saja oleh Sasara secara tidak sengaja mengejek umur Rei yang sudah kepala 4.

Sasara pun mendengarnya, tapi memilih untuk diam mendengarkan saja.

"Lek ngene terus kon mbek aku ae wes seng dalan,"

"Ra luwe ta awakmu?"

"Ora! Mangkel iyo!"

Ketika mereka sibuk bercakap, tiba-tiba saja dari belakang datang seorang pria tua menyapa mereka. Rosho melihatnya.

"Halo.."

"Hola halo matane hah? JAM PIRO IKI OM REI!" Rosho hampir menghantamkan jam tangannya itu ke muka Rei.

"Maaf, tadi macet di jalan haha.." Rei membalasnya dengan tawa supaya Rosho tidak memarahinya lagi.

Namun sepertinya emosi Rosho tidak dapat diredam.

"Halah.." ingin rasanya Rosho menghajar pria hampir paruh baya ini, kalau perlu menggunakan hypnosis mic. Sayang niat Rosho terurungkan berkat Sasara yang terus menepuk-nepuk dadanya.

"Wes ta lah, seng penting om Rei wes teko. Gini om, sepurane dadak yo.." ucap Sasara sambil melekatkan kedua tangannya sebagai tanda minta maaf mengganggu kesehariannya.

"Gapapa lah, santai saja," respon Rei sambil melepaskan kacamata hitamnya.

"Wes teko kabeh, ya opo saiki ae?"

"Sesuk! Yo saiki lah,"

"Ojo emosi tok, cepet tuwek kon!" ledek Sasara mencoba mencairkan suasana.

"Kalian iki rek seng nggawe aku emosi!" ucap Rosho sambil menunjuk-nunjuk Sasara dan Rei.

Rei tidak terlalu memperdulikan Rosho dan mencoba bertanya memastikan jadwal dadakan yang Sasara janjikan, "Kau mau membeli baju kan, Sar?"

"Iyo om, njaluk tulung milihin," pinta Sasara sambil menggaruk kepalanya.

"Mek klambi tok yo, ngajak loro-loro ne." ketus Rosho membuang muka.

"Yo kan sekalian, ben kalian akrab ngono. Nggko kan bentar lagi tanding divisi. Kudu kompak rek!"

Baik Rosho maupun Rei saling memandang satu sama lainnya. Tubuh Sasara yang kecil berada di tengah antara mereka hanya memandang mereka yang lebih tinggi darinya.

Tapi jauh di lubuk hati, Sasara ingin menciptakan tim kompak. Sebuah Dotsuitare Honpo yang ingin disebut sebagai divisi Osaka yg solid dan memenangkan pertandingan rap itu.

Rosho masih sinis, sedangkan Rei berusaha tersenyum pada Rosho supaya Ia tidak terus menerus kesal kepadanya.

"Baiklah, aku minta maaf karena terlambat tadi. Selanjutnya aku tidak akan mengulanginya lagi. Maafkan aku, Rosho, Sasara." tidak tanggung-tanggung Rei membungkukkan badannya 90 derajat sebagai permintaan maaf mendalam atas keterlambatan datang.

Mendengar permintaan maaf tersebut membuat senyuman tipis terlukis di wajah Sasara. Kemudian dia berbalik menoleh Rosho.

"Rosh.. Kon ya opo?" tanya Sasara memandang muka Rosho.

Rosho masih menggerutu, namun akhirnya pria berambut ungu pastel ini luluh juga, "Iyo yo.. Tak maafin, ojo diulang maneh!"

"Yo wes.. Ndang ndek Matahari!" Sasara meluncur dengan cepat meninggalkan mereka berdua di belakang. Rei dan Rosho mengikuti begitu saja seperti tidak berkutik dengan tingkah pemimpin mereka sendiri.

-tamat-

Bagaimana nih tanggapan kalian tentang Osaka-ben yg diubah boso jowo Suroboyo-an kek gini? Bikin nyaman baca atau tidak kah?

Tapi sepertinya kedepan bakal balik lagi pake bahasa Indonesia. Saya gk pandai nih bikin boso jowo, maafkan ya

Review please, biar saya tahu ada fans Sasara disini hehe