DISCLAIMER: Ojamajo Doremi © Toei Animation, 1999-2004. Ojamajo Doremi 16, 17, 18, 19 & 20's series (light novel) © Kodansha, 2011-2019. Tidak ada keuntungan komersial sepeserpun yang saya dapatkan dari fic ini.

Summary: Sidestory dari 'Our Future' chapter 15. Pandemi COVID-19 yang terjadi diawal tahun 2020 menyebabkan beberapa negara menerapkan peraturan physical distancing, yang salah satu poinnya adalah menyuruh warga yang tinggal di negara tersebut untuk tetap di rumah saja. Kebijakan ini pun berlaku di kota Misora yang merupakan tempat tinggal dari Doremi dkk yang sekarang sudah berkeluarga. Bagaimanakah cara mereka menghabiskan waktu di rumah saja bersama suami dan anak-anak mereka masing-masing? Akankah pekerjaan mereka terganggu? Mampukah mereka bekerja dari rumah? Bagaimana dengan Hana-chan yang tidak sempat merayakan hari ulang tahunnya karena harus mengurusi pasien yang positif corona di Rumah Sakit? Temukan jawabannya disini.


Stay at Home

.

Prologue


Sekolah diliburkan.

Semua event penting jadi berantakan.

Ada yang ditunda, bahkan ada juga yang dibatalkan.

.

Sebagian besar orang di dunia ini diperintahkan untuk tetap di rumah saja.

Belajar dari rumah.

Bekerja dari rumah.

Beribadah dari rumah.

Semua orang pun menyadari, betapa pentingnya mencuci tangan dengan baik dan benar.

Semua ini disebabkan oleh sebuah virus yang menyebar ke seluruh dunia pada awal tahun ini, yang bernama virus corona.

WHO pun menyebut virus dan penyakit yang mendunia ini sebagai COVID-19.

.

Lembaga dunia itu pun memerintahkan semua orang untuk melakukan social distancing.

Yang sekarang diganti menjadi physical distancing.

Salah satu poinnya adalah menyuruh semua orang untuk tidak keluar rumah jika tidak diperlukan.

Akhirnya, beberapa kota yang tadinya ramai menjadi seperti kota mati.

Tak terkecuali kota Misora.

.

Sekolah…

Gedung pertunjukan…

Gelanggang Olahraga…

Bioskop…

Semuanya sepi.

Pusat perbelanjaan yang tadinya selalu dipadati pengunjung sekarang sudah tidak seramai biasanya.

Kafe dan Restoran pun sudah tidak melayani makan di tempat.

.

Orang-orang itu lebih memilih untuk memesan barang yang diperlukan dan makanan atau minuman yang ingin mereka konsumsi lewat daring.

Jasa kurir dan pesan antar pun menyebar berkeliling kota.

Mereka mengantarkan semua pesanan itu ke rumah-rumah tempat para pemesan melindungi diri mereka dari virus.

Memastikan bahwa para pemesan itu mendapatkan semua yang mereka perlukan.

Tidak kelaparan…

Tidak kehausan…

Juga tidak merasa bosan…

Saat itulah mereka menyadari bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri.

Tetap harus saling tolong-menolong.

Meski sedang menjaga jarak.

.

Bagaimanapun…

Tidak ada yang menginginkan hal ini sampai terjadi.

Hampir semua orang di seluruh dunia hanya ingin agar virus ini cepat menghilang.

Itulah sebabnya mereka patuh untuk tetap di rumah saja.

Walaupun mereka mungkin merasa bosan karena tidak bisa keluar rumah dengan bebas.

Karena mereka yakin bahwa pengorbanan mereka akan meringankan beban dari beberapa orang lain yang terpaksa masih harus bekerja diluar sana.

.

Dan beberapa orang itu adalah para tenaga medis.

Yang sekarang menjadi garda terdepan.

Orang-orang yang secara langsung menghadapi virus tersebut.

Merekalah yang dengan sabar merawat para pasien yang terlanjur sakit, terpapar virus tersebut.

Walaupun harus menanggung resiko ikut terpapar virus.

.

Mereka tidak peduli.

Tidak.

Mereka tidak egois.

Mereka lebih memilih untuk tetap merawat pasien-pasien itu sampai sembuh.

Memenuhi janji mereka yang tertulis dalam sumpah profesi mereka.

Sebagai dokter…

Juga sebagai perawat…

Semua ini menunjukkan bahwa mereka adalah tenaga yang profesional.

.

Kembali ke kota Misora.

Kota ini juga terkena dampak dari menyebarnya virus corona.

Beberapa profesi di kota ini pun terpengaruh oleh wabah yang mendunia ini.

.

Guru…

Musisi…

Mereka harus bekerja dari rumah.

Mengajar lewat daring…

Berkolaborasi lewat daring…

.

Ada juga yang terpaksa tidak bekerja untuk sementara waktu karena harus di rumah saja.

Atlet…

Aktris…

Semua jadwal kegiatan mereka pun berubah.

Tidak ada turnamen.

Tidak ada syuting.

Harus memutar otak memikirkan apa yang harus mereka lakukan supaya mereka tidak merasa bosan di rumah saja.

.

Walaupun begitu…

Ada pula yang masih bisa bekerja diluar rumah.

Sekalipun kegiatan mereka dibatasi.

Karena mereka menyediakan semua yang diperlukan oleh orang-orang yang berada di rumah saja.

Makanan…

Minuman…

Juga kebutuhan pokok lainnya.

Memang tidak banyak yang membeli semua itu langsung di tempat usaha mereka.

Tapi bukan berarti mereka tidak boleh memenuhi kebutuhan orang-orang itu secara tidak langsung.

Karena secara bersamaan mereka juga mendapatkan pesanan lewat daring yang harus mereka kirimkan.

.

Itulah mereka.

Semua itu adalah profesi dari mereka yang akan diceritakan disini.

Mereka yang dulu telah banyak berjasa di Majokai.

Dan sudah kuanggap sebagai putri-putriku sendiri.