One Day Full of Madness

BoBoiBoy Animonsta Studios

Collab with himmedelwies

'AU! Humor garing, EBI yang tidak sesuai, bahasa ngaco (?)'

Cerita ini terinspirasi dari sebuah video YouTube.

.

.

~ Happy reading ~

.

.

Taufan menatap lekat layar ponsel pintar miliknya selama beberapa menit, berharap mendapat pesan singkat dari sang doi, tapi malah pesan cinta dari operator yang setia mampir.

Bosan karena tidak ada yang menarik, Taufan menoleh ke sebelahnya, memandang pemuda berkacamata yang sedang fokus dengan sebuah gitar akustik. Taufan menoleh ke sisi yang lain, tampak kedua adiknya sedang asik bermain game online.

'Kenapa jadi diem-dieman gini sih, udah kaya lagi latihan perang atau kapel yang lagi ngambek-ngambekan aja!' gerutu Taufan dengan penuh kekesalan melihat yang lain asik dengan dunia masing-masing. Mungkin memang benar kata netizen, nasib jomblo ngenes stadium lanjut membuat nyamuk pun enggan mendekat.

"Heh Fang, kau sudah menemukan lagu yang cocok untuk hari ini?"

Fang yang baru ingin memetik gitarnya setelah diam beberapa saat langsung membatalkan aksinya, jelas kesal karena direcoki Taufan. Gitar itu ditidurkan di atas meja. "Sudah, jika tadi kau tidak menggangguku dengan pertanyaanmu itu."

Taufan sang pelaku utama hanya cengegesan tidak jelas. Tanpa Fang ketahui, Taufan sedang merencanakan sebuah konspirasi jahat. Meskipun begitu, Fang tetap menatap Taufan ngeri dengan tangan menggenggam ponsel. Layar menunjukkan nomor instansi pelayanan pengiriman paket ekspres ke akhirat bebas ongkos kirim.

"Kenapa kau senyam-senyum begitu? Kesurupan?" Memang sih sahabatnya yang satu ini selalu mengenakan topi miring ke samping, tapi bukan berarti otaknya juga ikut miring ... 'kan?

Mendengar ucapan Fang membuat Blaze dan Thorn ikut menatap Taufan, cengo kuadrat. Kedua remaja itu pun saling pandang seolah berbicara dalam diam. Taufan yang sadar sedang menjadi atensi semua orang di sana lantas tersenyum kikuk.

"Duh, aku sangaaaaaaaat mengerti jika kalian semua menyayangiku. Tapi tidak perlu sampai khawatir begitu, aku baik-baik saja kok~!" seru Taufan dengan penuh percaya diri.

"Jijik."

"Tidak usah munafik, tidak perlu~" Fang yang mendengarnya semakin yakin jika sahabatnya ini memang sudah tidak waras.

Sebelum Taufan makin ngaco, Fang langsung mencecar pertanyaan. "Sudahlah, katakan saja apa rencanamu!" Ingatkan Fang untuk menelepon layanan rumah sakit jiwa terdekat nanti, tidak ada kantor pos yang mau menerima paket manusia soalnya.

"Kalian tahu akun Viral HapHap? Youtuber terkenal itu." Masih mempertahankan senyumannya, Taufan melanjutkan, "Aku kepikiran untuk bikin konten kayak salah satu video mereka. Gimana menurut kalian?"

"Kita ngeplagiat gitu?" sewot Fang sensitif.

Senyuman Taufan berubah menjadi seringai. Ngeri, sob.

"Inspirasi, Bro. Lagian banyak kok yang ngelakuin ini, tapi entar kita tambahin sesuatu yang Blaze pasti demen banget."

Mendengar namanya disebut, Blaze langsung menyahut, "Apa nih apa nih apa nih?"

Thorn ikut menyahut meski naskah tidak menyuruhnya berbicara. Break the fourth wall. "Entahlah entahlah entahlah."

"Kenapa kalian jadi meranin karakter dua bocah tuyul di film Si Joeki 2 hah?!" Taufan menjitak kepala kedua adiknya. Fang melongo di tempat.

Tumben-tumbennya gitu, Taufan mau pakai kekerasan. "Nih, kalian liat video ini, habis itu pasti langsung ngerti maksudku."

Usai mengatakan sebaris kalimat penuh keyakinan, Taufan melempar ponsel berlogo apel kecaploknya. Blaze menyambut dengan suka cita, menonton video itu bersama Thorn dan Fang.

Sekitar sepuluh menit kemudian, mereka mengangguk-angguk paham seperti mainan goyang-goyang yang biasa ada di dalam mobil, tentu saja sambil senyum-senyum sendiri.

Sudah jelas, lama-lama mereka akan menjadi bawahan Taufan dalam Kerajaan Senyum Setengah Stres. "Gimana? Ngerti kan?"

Blaze segera memberi respon, "Paham paham! Udah tahu juga targetnya siapa, hehe!"

"Emangnya siapa, Kak?" tanya Thorn. Masih lugu ternyata.

"Siapa lagi kalau bukan ..."

"... Halilintar?" sambung Fang. Lalu bau-bau Perang Dunia Ketiga pun merebak ke mana-mana.

.

~o0o~

.

"Hasciim!"

Halilintar mengusap hidungnya yang terasa gatal. Menurut perkiraan cuaca yang dibacanya tadi pagi, sekarang sudah memasuki awal musim kemarau, jadi rasa-rasanya mustahil dia terkena flu. Tapi daripada flu, Halilintar justru merasakan firasat tidak enak, seperti akan ada hal sial yang menimpanya. Ah, tapi semoga saja firasatnya salah.

Tanpa sebab, pikiran Halilintar jatuh pada ketiga adik pencipta onarnya.

"Kak Halilintar kenapa? Kalo tidak enak badan istirahat saja." Gempa yang memang dasarnya berhati lembut langsung menyarankan.

Halilintar berdeham lalu menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa, mungkin yang tadi karena debu."

"Baiklah, tapi jangan dipaksakan ya, Kak, aku lanjut melayani pesanan dulu," ujar Gempa lalu meninggalkan Halilintar yang sedang mencatat pesanan pelanggan.

Sepertinya hari ini berjalan dengan tenang dan damai, tapi benarkah begitu ? Hanya Tuhan dan geng Taufan yang tahu.

Belum genap sepuluh menit Halilintar meyakini bahwa hari ini akan menjadi hari yang indah dan tentram, muncul tiga orang sableng dengan tangan yang menenteng gitar serta kamera memasuki area kedai. Satu di antaranya telah Halilintar tetapkan sebagai pelaku utama kejahatan. Tidak percaya? Lihat saja apa yang akan ia lakukan nanti. Halilintar berani bertaruh uang satu milyar jika tidak terjadi apa-apa.

"Selamat siang Kak Hali~" sapa Taufan dengan sangat riang yang justru berarti buruk bagi Halilintar.

Hancur suasana hati Halilintar hari ini, tentu saja karena melihat wajah Taufan. "Mau apa kau? Kalau hanya ingin mengganggu, lebih baik kau pergi atau aku akan dengan senang hati menendangmu dari sini," tukas Halilintar memberikan penawaran sadis, yang tentu saja hanya disambut cengiran menyebalkan oleh Taufan. Sudah sering merasakan Tendangan Sepeda Muda—yang Tua hanya milik Tok Aba tercinta, ups, Tok Aba agak sensitif dipanggil tua—membuat Taufan kebal.

"Tenang Kak, santuy, aku tidak berniat jahat kok. Hanya ingin memesan, ya kan Thorn?" Taufan melirik Thorn memberikan kode rahasia yang ajaibnya langsung Thorn tangkap dengan baik berupa anggukan kepala. Beruntunglah Taufan, di saat seperti ini Thorn bisa diandalkan.

Tanpa menunggu Halilintar merespon, Taufan segera melancarkan aksinya. "Ayo kita mulai."

Seperti sebuah grup musik yang ingin menggelar konser dadakan, Fang segera menempatkan diri di samping Taufan, sementara Thorn mengambil posisi beberapa langkah di depan meja Halilintar, Taufan, dan Fang seraya memegang kamera dalam mode siap untuk merekam.

Halilintar dibuat tercengang dengan tingkah ketiga mahkluk itu. Ia paham sekarang, jadi mereka sedang membuat konten konyol lagi. Halilintar yang memang dasarnya selalu berhati-hati jadi semakin berburuk sangka.

"Halo gaess welcome back to Shadowind channel~ bertemu lagi dengan Taufan!" Senyum bertabur efek bling-bling seketika muncul sebagai latar suasana.

"Dan Fang, orang tertampan di seluruh galaksi!" Fang bersikap narsis sambil tersenyum nista, sontak saja membuat para pengunjung berteriak heboh. Di sisi lain, Halilintar merasa ingin muntah. Dia itu lebih tampan dari Fang, egonya berteriak.

"Jadi hari ini kita mau ngapain, Fan?" Wajah Taufan muncul memenuhi kamera.

"Karena hari ini adalah awal musim panas, dan karena hari ini istrinya Pakcik Burger lahiran, maka dari itu kita mau coba pesen cokelat di Kokotiam Tok Aba sambil nyanyi~"

Hening seketika. Ice dan Solar yang sedang mencatat pesanan di meja lain bahkan ikut melongo mendengarnya, lupa dengan karakter masing-masing. Lah apa hubungannya lahiran sama konten YouTube coba? Fang menyenggol Taufan, karena seingatnya yang Taufan katakan tadi tidak sesuai dalam naskah perjanjian gelap mereka.

"Emang sejak kapan Pakcik Burger punya istri?" tanya Thorn memperumit suasana.

Para penonton penasaran, Taufan meringis pelan, Fang berpose narsis di kamera, Halilintar bersiap untuk menekan nomor panggilan darurat. "Ahahahaha, oh salah ya, ternyata kucing tetangga sebelah yang baru lahiran." Taufan tertawa hambar menutupi suasana canggung yang sedang terjadi.

Halilintar berdecak kesal sebagai peringatan akan dimulai perang saudara. "WOI KAU INI NIAT MAU PESAN ATAU CUMA MAU PAMER DI DEPAN KAMERA MACAM ORANG IDIOT, HAH?!" tanya Halilintar nyolot. Lihat saja, baru hitungan beberapa detik, pemuda yang sering Taufan panggil listrik korslet itu sudah ingin meledak.

Gempa yang sudah siap untuk pergi belanja terpaksa mengurungkan niatnya. Ada yang lebih dulu harus dia urus, bisa bahaya jika baku hantam benar-benar terjadi.

"Hmm, ada apa ya ini? Aku dengar ada ribut-ribut di sini." Senyum manis bak malaikat kematian membuat Taufan tersentak panik. Biar pun sableng, Taufan masih sayang nyawa untuk tidak berurusan dengan Gempa. Bogemnya menyakitkan, cyiin, eh, gaes.

"Eh, bukan apa-apa kok. Tenang saja Gem, engga usah khawatir aku cuma ingin pesan kok. Serius deh, ini sambil nyanyi biar sekalian menghibur pengunjung." Taufan memasang senyum meyakinkan, memulai drama cari muka.

Dewi Fortuna berpihak pada Taufan. "Nyanyi! Nyanyi!~" Sorakan para pengunjung kedai seolah menjadi pendukung Taufan untuk melakukan aksi laknatnya.

Gempa mengernyitkan dahi, tampak berpikir. Sedetik kemudian ekspresinya kembali melunak. "Baiklah, silakan memesan. Aku ingin pergi belanja keperluan kedai yang menipis. Kalian baik-baik ya." Gempa memberi penekanan pada kalimat terakhir, yang berarti awas saja kalo kalian sampai membuat keributan dengan masih mempertahankan senyum manisnya, tapi cukup membuat Taufan dan Halilintar merinding.

Setelah kepergian Gempa, Fang memberi isyarat pada Thorn agar bersiap, karena perekaman video akan segera dimulai.

"Yo, kembali lagi di acara nyanyi bareng Shadowind hari ini~! Sekarang kita mau langsung memesan, penasaran kan gimana? Ayo ikutin terus video ini sampe akhir!" Taufan menyudahi orasi tak pentingnya, lalu tangannya mengeluarkan ponsel untuk melihat sederet pesanan yang sudah diubah ke dalam bentuk lirik lagu.

Fang menyetem senarnya, memastikan senar-senarnya dalam kondisi prima untuk digunakan. Setelah memosisikan jari-jari tangan kirinya untuk mencari kunci dan dirasa sudah memilih kunci yang cocok, Fang mengejreng gitarnya. Kebiasaan, pamer dulu.

Taufan mulai bernyanyi dengan nada Abang Tukang Bakso, lagu cilik dari negara tetangga. "Halo Kak Halilin, ayo dengar ini, kupesan hot choco~" Halilintar mulai merapalkan doa keselamatan.

Lalu entah bagaimana jadinya, lirik lagu yang Taufan nyanyikan berubah nada menjadi lebih santai temponya, bukan lagi memakai nada lirik pertama. "Hot choco spesial dengan 70 mili air panas, tiga sendok bubuk cokelat, 2 sendok teh gula. Harus gula anti diabetes ya, batas kedaluarsanya harus masih tiga bulan lagi, terus dicampur 30 mili air dingin~"

Permintaan macam apa itu? Sampai takaran air juga harus diukur, dan lagi gula anti diabetes? Oh tenang saja Taufan. Jangankan gula, sianida pun akan dengan senang hati aku campurkan ke minumanmu. Dalam hati Halilintar berniat jahat.

"Aku suka hot choco idaman setiap orang~" Taufan terus menyanyi seolah tanpa beban, mengabaikan tatapan membunuh yang Halilintar berikan.

"Toppingnya pake choco chips enam buah, jangan lupa astor dua buah ditaro di samping kanan harus sejajar berhadapan, tambahkan krim vanilla ditaro ditengah-tengah~"

"Apa-apaan, kau pikir ini restoran bintang lima jadi bisa request seenaknya?!" tanya Halilintar ngegas.

Taufan tersenyum lebar mendengar itu. Memang tidak salah memilih Halilintar sebagai objek keusilannya. "Suka-suka dong, Kak Hali lupa? Pembeli kan raja~" Memang sudah hobinya Taufan minta ditabok.

"Cih, aku tidak sudi melayani orang sepertimu!" Halilintar berdecih kesal. Ingin rasanya ia menghajar setan berwujud biru di depannya ini, namun pesan Gempa membuat Halilintar mengubur niatnya.

"Hot choco Tok Aba favorit semua orang~" Petikan gitar Fang dan suara merdu Taufan membuat para penonton makin histeris.

Halilintar hendak pergi meninggalkan dua makhluk astral yang sudah mengacaukan hari baiknya. Namun hal itu tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Taufan, ia selalu punya 2002 cara untuk menistakan Halilintar. Kenapa bukan 1001? Sudah terlalu umum. "Sabar dulu Kak Hali, pesanannya belum selesai~"

Menghela nafas lelah, Halilintar terpaksa kembali menulis. Ia tidak bisa meminta tolong saudaranya yang lain untuk menggantikan, karena Ice dan Solar tampak sedang sibuk melayani pembeli baru yang mulai berdatangan.

"Pesan ice choco satu, dengan 115 mili air es dan 10 mili air dingin, es batunya harus yang bulat, jangan yang kotak apalagi yang hancur. Tidak diterima, hiyahiyahiyaa~"

"Es batu bulat ya? Sayangnya disini tidak ada es batu bulat, tapi jika kau ingin menyumbangkan kepalamu untuk dijadikan cetakan es batu sepertinya bisa." Halilintar menyeringai lebar, serem gaes. Persis seperti tokoh psikopat dalam film yang biasa Taufan tonton bersama Fang.

"Ehh gak jadi Kak, seadanya aja." Taufan meralat pesanannya, masih sayang nyawa. Begini-begini Taufan masih muda loh, masih ingin bertemu jodoh.

Merasa Halilintar tidak membalas ucapannya, Taufan lanjut bernyanyi dengan gaya sok roker kurang riasan. "Tiga setengah sendok bubuk choco, satu setengah sendok gula tebu pilihan, untuk topping-nya empat sendok mesis warna-warni harus disebar merata, krim vanila dibentuk melingkar seperti ice cream cone. Jangan lupa stroberi merah dibelah dua lalu diletakkan di samping kanan dan kiri~! Yeahhh!"

Seperti cewek PMS, banyak mau. Itu pendapat yang Halilintar tujukan untuk Taufan.

Lalu nada nyanyian itu berubah lagi menjadi lebih cepat dan lebih keras. "Aku suka hot choco, tapi Fang suka ice choco~" Peduli setan, apa untungnya juga buat Halilintar mengingat hal kesukaan mereka.

"Beda rasa tapi masih satu kesukaan~" Taufan mengakhiri lagunya dengan senyum penuh kebanggaan, namun petikan gitar belum juga berhenti.

Setelahnya Fang menginterupsi. "Yo, sekarang giliran Thorn," Halilintar beristighfar banyak-banyak, berharap ada meteor jatuh tepat mengenai kedua makhluk di depannya agar semua kegilaan ini segera berakhir.

Tugas memegang kamera pun telah diambil alih oleh pengunjung yang berbaik hati, sehingga Thorn bisa bergabung bersama Fang dan Taufan.

"Thorn pesan ice choco tapi engga pake es batu~" Jika didengarkan dengan jelas, suara Thorn terkesan lebih imut, berbeda dengan suara Taufan, apalagi jika dipadukan dengan petikan gitar, benar-benar manis, tapi Halilintar bersumpah tidak akan sudi mengakuinya.

"Cokelatnya yang banyak, gulanya diganti dengan empat puluh setengah tetes madu~" Taufan dan Fang tersenyum nista melihat wajah kesengsaraan Halilintar. Kapan lagi 'kan? Fang menahan tawa kala melihat pemuda berwajah papan tulis itu tersiksa. Memang dasar Fang si alien tidak berakhlak.

"SETENGAH TETES ITU GIMANA WOI?!" tanya Halilintar murka, nampak jelas ekspresinya yang sudah seperti kompor meledak sekarang.

"Bodooooo~ amaaaat~ pelanggan adalah raja~ harus dimanja~ lalalalala~~" Sungguh laknat kau Taufan, anak sepolos Thorn kau ajarkan hal tidak beradab. Lihat saja, Halilintar pasti akan memberitahu Gempa nanti.

"Thorn pesan ice choco tapi pakenya air hangat~" Dalam hati Taufan menghitung mundur, bersiap menerima nasihat dari sang kakak tersayang.

"ITU NAMANYA HOT CHOCO, KAU INI UDAH GEDE KOK RESE SIH?!" Halilintar ngamuk, Fang tertawa pelan, para pengunjung menonton dengan mata melebar. Lumayan, tontonan gratis.

"Kak Hali engga boleh kasar. Kasihan loh, ini kan Thorn yang mesen," sahut Taufan sok baik, memulai drama jadi anak alim. "Tega sekali adik sendiri dibentak-bentak. Kak Hali ini kakak macam apa?"

'pesanan Thorn palamu, mana mungkin anak sepolos Thorn menjadi licik dan jahat.' Begitulah batin Halilintar meronta kasihan pada Thorn yang mudah sekali dipengaruhi dan juga pada dirinya sendiri.

Para menonton berbinar kagum menatap Taufan, namun Halilintar hanya mendengkus. Taufan itu pandai mendrama, lihat saja sekarang ia bersikap seperti tokoh baik padahal nyatanya antagonis sejati.

"Satu lagi kak abis ini udahan deh, janji~" ujar Taufan dengan pandangan tertuju pada ponselnya. Memang hanya tersisa sebaris lirik saja. Ah, sayang sekali hal-hal menyenangkan selalu cepat berakhir.

Meski kesal setengah mati, tapi Halilintar tetap menuliskan pesanan terakhir Thorn. Halilintar itu profesional, terutama soal pekerjaan.

"Toppingnya pake choco chips sama mesis dibentuk gambar daun~ jangan lupa pake daun mint sama astor dan ceri merah harus berkode FFFFFF~" Thorn mengakhiri lirik terakhir lagunya dengan nada ceria. Tidak terlupa lirik di tengah-tengah adalah suatu kesenangan tersendiri. Fang bertos ria bersama Taufan, bahagia sudah menyelesaikan misi sesat.

"Senang berbisnis dengan Anda, Saudara Fang," ujar Taufan sambil mengajak Fang bersalaman.

"Begitu juga dengan saya, Saudara Taufan. Semoga kita bisa bekerja sama lagi di lain waktu," tanggap Fang sambil membalas uluran tangan Taufan.

'Lihat saja Taufan, ucapkanlah selamat tinggal pada dunia, akan kupastikan kau tidak akan selamat nanti,' ancam Halilintar dengan penuh dendam. Oh tentu saja Taufan tidak tahu jika malaikat maut sudah mengincarnya.

.

~oOo~

.

Dua puluh menit berlalu, Halilintar sudah kembali dengan tiga gelas minuman di atas nampan. Perlu perjuangan keras untuk membuat pesanan super 'aneh, gila, tidak jelas, menyebalkan, dan menyusahkan' dari mereka. Jika ada yang bertanya bagaimana caranya mengukur setengah tetes madu, tidak perlu bingung. Sudah jelas Halilintar tidak mengikuti instruksi ngaco itu.

Mustahil rasanya mengukur 0,025 ml tanpa alat khusus. Beda urusannya jika itu Solar, pasti akan dengan senang hati ia lakukan.

Bagaikan anggota kerajaan yang menunggu datangnya jamuan makanan, Taufan tersenyum penuh arti saat Halilintar tiba di mejanya. Tanpa perlu ditebak, orang-orang pun tahu ide jahat selanjutnya sedang dipersiapkan.

Dengan tidak niat, Halilintar meletakkan satu per satu gelas minuman cokelat di atas meja tempat Fang, Taufan dan Thorn berada.

"Apa lagi sih?!" tanya Halilintar frustasi setelah merasakan tepukan pelan di pundaknya, Halilintar yang sudah terlanjur naik darah sontak menoleh tanpa memikirkan kejutan apa lagi yang akan dilakukan kedua adiknya dan Fang.

"HUAAAAAAAAA!" teriak makhluk itu dengan suara mencekam, meniru Sadako yang baru keluar dari sumur.

"HUAAAAAAAAA!" teriak Halilintar kaget setengah mampus saat menatap sosok berambut panjang, berbaju putih dengan wajah penuh darah serta bola mata palsu yang menggantung di pipi. Sosok di depannya tersenyum lebar dengan cairan merah yang menempel di bibirnya. Sadako kekinian abad ke-21.

Halilintar sontak mundur menjauh hingga tersandung kaki kursi lalu jatuh menabrak meja. Matanya terpejam, merapalkan doa-doa pengusir mahkluk gaib. Taufan dan Fang tertawa keras melihat Halilintar yang ketakutan, lalu bertepuk tangan dengan penuh semangat. Thorn yang menyaksikannya ikut bersorak—seru dan lucu menurutnya.

"Berhasil gaess, kerenlah aktingmu, Blaze!" puji Taufan yang dibalas cengiran lebar oleh setan jejadian itu. Memang benar fakta yang mengatakan bahwa Taufan adalah dedemit yang menjelma sebagai adik durhaka.

Seketika Halilintar membuka matanya, sadar bahwa telah masuk jebakan manusia-manusia jahanam. Jika dipikir-pikir, benar juga, mana ada setan di siang hari. Kalaupun ada, biasanya setan tidak akan mau muncul di tempat-tempat yang ramai.

Terompet sangkakala berkumandang lebih awal. Halilintar menabuh genderang pertanda dendam sampai kiamat.

"Jadi kalian menantangku ya? Mmmm~?" tanya Halilintar seraya tersenyum miring. Kalau dibuang aura-aura gelap itu, senyum Halilintar sebenarnya menawan pakai sangat, tapi lupakan saja. Sekarang Halilintar tidak takut lagi, justru sangat ingin menghajar Trio Trouble Maker dan Fang.

Blaze yang merasa nyawanya dalam bahaya segera melangkah cepat keluar kedai, menyusul kedua saudaranya dan Fang yang telah berlari jauh di depan.

"Woy tunggu, aku gak bisa lari woy!" Blaze berteriak panik sambil terus berlari dengan penuh perjuangan. Dalam hati, Blaze merutuki kostum yang ia pakai membuatnya susah bergerak. Namun nasib buruk lebih cepat menghampiri, Blaze pun jatuh tersungkur akibat tersandung kostum yang ia kenakan.

Apakah ini yang namanya buah karma? Penyebabnya tentu saja karena telah durhaka kepada Halilintar.

"Kenapa Blaze? Sudah lelah berlari?" Blaze membeku di tempat, lalu dengan mode slow-motion ia menolehkan kepalanya ke samping. Sebenarnya tanpa melihat pun Blaze tahu suara familiar itu, tapi tidak apa-apa, biar dramatis. Terus ia terlalu takut menerima kenyataan jika harus menemui ajal lebih awal daripada yang lain. Lebih enak kalau bareng-bareng 'kan?'

"Ampun Kak! Iya! Aku menyerah! Sungguh, tolong maafkan aku!" ujar Blaze menangis palsu dengan kedua tangan yang terangkat ke atas, persis seperti oknum kriminal celana dalam ilegal yang sedang terciduk polisi.

Mari kita panjatkan doa bersama, semoga Blaze tenang di sana.

.

~oOo~

.

Gempa memandang Trio Trouble Maker dan Fang dengan pandangan yang sulit diartikan, netra cokelat yang biasanya teduh dan penuh keramahan telah berubah menjadi dingin. Tidak ada senyum hangat yang terbit di wajahnya, yang ada hanya wajah tenang tanpa ekspresi.

Taufan sang pelaku utama sudah cemas dengan bercucuran keringat dingin.

Cuaca yang semula cerah berubah warna menjadi kelabu, diikuti dengan suara petir yang menyambar bersahutan, seolah menggambarkan keadaan kelam yang sedang terjadi. Sekarang ada Gempa yang baru saja pulang, perlu diketahui kombinasi amukan Halilintar-Gempa itu dahsyatnya mengalahkan kenakalan biadab dari Trio Trouble Maker.

Sore hari tepat di belakang Kedai Tok Aba, sidang dadakan resmi digelar, dengan Halilintar sebagai pelapor, Ice dan Solar sebagai saksi, Gempa sebagai hakim, dan Gopal sebagai penikmat minuman gratis.

"Aku ingin tahu atas dasar apa kalian melakukan hal itu?" tanya Gempa menuntut jawaban, netranya tidak lepas memperhatikan para tersangka yang sudah berlutut memohon ampun.

"Eh, itu Gem, tentu saja untuk menghibur pengunjung," dusta Taufan, ya memang benar sih pengunjung terhibur, tapi tujuan utama yang sebenarnya adalah untuk mengusili kakak sulung tercinta pakai petik tunggal.

"Bukannya Kak Taufan bilang untuk mengerjai Kak Halilintar ya?" Sungguh mulia kau Thorn, kejujuranmu membawa keuntungan bagi Halilintar dan derita bagi Taufan.

Ingin mengatai Thorn pengkhianat, tapi tak tega. Lagipula, mana tega Taufan menyakiti adiknya yang sesungguhnya titisan peri imut? Memang salahnya sih, mengajak bawahan yang lugu itu ... sesuatu sekali.

"Hueeee Kak Gempa! Tolong maafkan Thorn, Thorn janji tidak akan nakal lagi!" Thorn menangis sendu, wajahnya memerah dengan kedua tangan terkatup di depan dada. Netranya menatap Gempa dengan penuh kesungguhan.

Gempa jadi tidak tega melihatnya, begitu juga Halilintar. Sebenarnya Thorn itu anak baik, sayang saja mudah dipengaruhi. Melalui diskusi singkat dari tatapan mata dalam diam, Halilintar dan Gempa sepakat membebaskan Thorn dari masalah ini.

Anak ketiga dari tujuh bersaudara itu memijat keningnya pelan, kepalanya terasa berdenyut memikirkan kelakuan para saudaranya yang makin lama makin tidak jelas seperti perasaan doi. Ia menyesali keputusannya yang membiarkan Trio Trouble Maker mendapat jatah libur di hari yang sama. Ah, harusnya mereka tidak boleh disatukan atau akan terjadi kekacauan dunia, dan Gempa sangat terlambat menyadarinya.

"Oke sudah aku putuskan. Hukuman untuk kalian berdua, selama seminggu kalian bertugas menjaga kedai." Taufan dan Blaze hanya bisa mengangguk pasrah menerima nasib mereka.

Dirasa perkataannya sudah dipahami dua saudaranya, Gempa kembali melanjutkan, "Untuk jadwal jaga akan diatur nanti, satu orang kebagian waktu tiga hari penuh menjaga kedai. Uang jajan kalian akan dipotong sebagian untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan. Wajar kan, karena kalian sudah memubazirkan minuman. Beruntung ada Gopal yang menghabiskan." Gempa tersenyum hangat kepada Gopal yang langsung dibalas dengan cengiran serta acungan jempol.

Kesempatan tidak boleh disia-siakan, gaes! Niat hati ingin ngutang malah dapet minuman gratis. Gopal mengucapkan syukur banyak-banyak kepada Tuhan.

Thorn mengangkat tangannya mengalihkan atensi semua orang "Um, Thorn ingin ikut membantu Kak Taufan dan Kak Blaze. Bagaimana pun, Thorn juga ikutan nge-prank tadi. Boleh ya? Thorn senang Kak Halilintar dan Kak Gempa mau memaafkan Thorn, tapi hukuman harus tetap Thorn laksanakan!"

Taufan lantas merangkul Thorn menangis haru, diikuti oleh Blaze setelahnya. "Terima kasih Thorn, sungguh, kau memang adik yang setia saudara." Taufan memeluk Thorn erat, alibi sambil mengelap air mata dan ingus. Eww.

"Kau yakin Thorn?" Gempa bertanya memastikan.

Thorn mengangguk yakin. "Iya Kak, yakin!" jawabnya dengan semangat.

Gempa menghela napasnya pasrah. "Ya baiklah, bantu sebisamu saja Thorn, tidak usah dipaksakan." Dijawab anggukan dari pemuda penyuka warna hijau itu.

Sementara itu, Fang sedang merenung memandang langit memikirkan nasibnya nanti, tentu saja ia pasti akan kena siraman rohani dari sang kakak tercinta. Salahkan Gempa yang melaporkan Fang pada Kaizo tadi—tidak, salahkan Taufan dengan ide gilanya—tidak, ah tak tahulah. Fang tidak tahu mau menyalahkan siapa.

Untuk hukuman Fang, tentu saja sang kakak yang akan memberikannya. Fang hanya bisa berdoa semoga kakaknya berbaik hati tidak memberi hukuman yang berat.

Selamat tinggal donat lobak merah tersayang, Fang pasti akan merindukan makanan bulat itu selama masa hukuman berlangsung.

Niat hati ingin populer demi konten YouTube, malah berakhir tragis. Memang benar, demi menjadi populer, Fang rela menanggalkan kewarasan karena mengikuti teman sesat seperti Taufan.

'Ah yang penting videonya sudah ku-upload, pasti akan mendapatkan banyak like.' Lihat saja, pada saat-saat sulit pun Fang masih memikirkan konten konyolnya. Sungguh tidak patut ditiru.

.

tamat?

.

.

A/N : Hallo! Ketemu dengan Strawberry Cheesecake di sini bersama himmedelweiss XD

Ya hari ini kita collab fic untuk pertama kalinya XD maafkan ya kalo misalnya ada kesalahan dan kekuranganXD

Maafkan kami Hali karena menistakan kamu disini, kami sayang kok makanya kami nistakan *Ditampar* XD

Sebenernya ide ini udah lama cuma baru terealisasikan sekarang. Ah iya dan juga cerita ini terinspirasi dari video YouTube-nya Eclat, mungkin bagi kalian yang mau tau gimana aslinya bisa lihat langsung ke sana XD.

Terimakasih juga untuk Haruko3349, teman diskusi saya yang sudah membantu menyumbangkan beberapa narasi XD hingga fic ini bisa selesai dengan baik uwuu.

Stay safe and keep health ya XD, nikmati waktu-waktu #Dirumahaja XD jangan ke mana-mana ya, nanti aja jalan-jalannya XD

Semoga hari ini indah XD dan semoga kisah ini dapat menghibur uwuuu XD

Salam hangat, Strawberry Cheesecake and himmedelweiss

.

Behind The Scene : Awal Pembuatan Fic.

himmedelweiss (E) : Hiya~ uwu ini Edel, disevvv yaaaaa~

E : Biar kalo Edel udah terkenal gosah lagi minta nomor telepon /DIHHALUKAMU

Strawberry Cheesecake (S) : Haiii ~ okeee (laugh emoticon)

S : wahh bener nih

S : Bentar ya aku cari filenya dulu

E : SiiipE : Wait, tugas Edel apa nih entar?

S : Kita diskusi dulu soal plot

S : (kirim dokumen)

S : Jadi gini aku terinspirasi dari video di YouTube ini beneran lucu

S : (kirim link YT) Bisa Edel liat dulu biar ngerti alurnya

S : Taufan, Fang itu jadi kek suka cover lagu tapi karena dia kekurangan ide atau gabut dia milih ngerjaaiin hali dengan mesen hot Chocolate ke kokotiam tok aba sambil nyanyi kek di video itu

S : Tapi pesanan mereka itu bikin ribet intinya bikin hali kesel

S : Misalnya kek pesen hot Chocolate, gulanya harus 70 gram gak boleh kurang gak boleh lebih, terus bubuk coconya harus 105gram pas, terus airnya gak boleh terlalu panas gaak boleh dingin juga, topingnya harus 6 butir choco chips pokoknya di bikin ribet sampe bikin hali emosi (laugh emoticon)

S : Nanti yng mesen juga bukan cuma Taufan tapi Fang, samaThorn juga Thorn jadi yang megang kamera

S : Dan di akhir pas udah pengen meledak si Blaze dateng pake kostum setan ngagetin hali hali kan takut setan jadilah ngamuk (laugh emoticon)

E : ... Edel gatau ini prank atau torture (laugh emoticon)..

.

.

tamat(?)