Chapter 1

"Curse of The Last Blood : Outsider."

Present by : Ichie Hilarion

Disclaimer :

Naruto © Masashi Kishimoto

DxD Highschool ©Ichie Ishibumi

Genre : Mature, Gore, Drama, Humor, Martial Art, Etc.

Warning :Typo, Gaje, ide pasaran, OOC, Adult Theme, Etc.

Summary : Menjadi keturunan terakhir Vampire terkuat dengan membawa kutukan ras nya, ia mencoba menjalani hidup berpegang teguh ideologi kakeknya. Membaur dalam keramaian, ia menyembunyikan fakta dia mewarisi dua garis keturunan pembawa malapetaka. Apa yang dia lakukan saat mengetahui fakta dibalik masa lalu-nya..?.

Rate : M

Pair : (...)

Author Note : Konten cerita Mengandung unsur 18+ Author berharap reader lebih bijak memilih bahan bacaan. Efek samping karena tetap membaca bagian 'Berbahaya' dan menghiraukan peringatan ini ditanggung sendiri ya, jangan marah-marah jika nanti kalian san*e tiba-tiba khukhukhu.. :-P

"Not like, don't read."

"Cerita ini dibuat hanya untuk menyalurkan inspirasi. Tidak ada tujuan tertentu, penyebutan karakter yang berhubungan dengan keagamaan, budaya, dan lainnya tidak mengandung makna yang negatif. Berpikir dewasa, cerita ini hanya sebagai penghibur para pembaca dalam mengisi kekosongan waktu luang.."

"Biasakan meninggalkan jejak setelah membaca."

Happy Reading..

.

.

.

© Curse of The Last Blood : Outsider ©™

.

.

.

Chapter 1

.

.

.

.

Biasanya masa kanak-kanak merupakan dunia bermain sambil mengenal hal baru. Mulai mengenal apa yang namanya pertemanan, berlarian bermain dan tertawa bersama. Mungkin itu yang kebanyakan ada dipikiran kita tentang masa kecil setiap orang.

Nyatanya, tidak semua merasakan apa yang namanya pertemanan. Tidak semua merasakan semua merasakan kebahagiaan pada masa kecilnya. Salah satunya seorang bocah pirang sekitar 5 tahunan bermata biru seindah langit cerah.

Di balik pohon, ia hanya bisa memandangi anak seumuran nya yang bermain bersama. Ia iri melihat itu, bocah pirang ini juga ingin merasakan bermain bersama teman sebayanya. "Hey itu si aib, anak yang tidak punya ayah. Dia pasti anaknya iblis, ayo kita pergi saja.."

'Apa salahku..?'

'Kenapa aku berbeda..?'

'Aib.. Anak iblis..?'

'Apa yang pernah ku perbuat sehingga kalian menjauhi ku..?'

Setelah kepergian anak-anak yang mengolok-olok dirinya tadi, bocah pirang ini bersujud, menggunakan lututnya sebagai tumpuan. Ia menutup kedua matanya dengan tangan, menahan benda cair siap menetes kapan saja.

"Sayang apa yang kau lakukan..?"

Terdengar suara perempuan begitu merdu, penuh kasih sayang dibelakang tubuh bocah pirang itu. Wajah cantik, kulit putih bersih, rambut pirang se bahu, dan jangan lupa aura kewibawaan yang melekat pada sosok itu.

"Kaa-san.. Hiks.. Aku.. Hiks.." entah apa yang sebenarnya ingin ia katakan. Perempuan yang dipanggil Kaa-san menampilkan senyum sedih melihat putra semata wayangnya saat ini. "Kau tidak lupa ucapan Alucard Jii-sama kan ?" balas perempuan itu mulai mendekati bocah pirang yang masih menangis tertahan.

"Tak perduli kau sendiri di dunia ini, Kaa-san, Tou-san, dan Jii-sama pasti akan selalu bersama Naru.." lanjutnya

"Kenapa Tou-san tidak tinggal bersama kita Kaa-san..?" tanya bocah tadi dengan pandangan sayu, menahan air matanya.

"Tou-san adalah orang yang hebat, dia dibutuhkan di tempat kerjanya sayang.. Saat dewasa Naru pasti mengerti.." jawab sang ibu langsung memeluk bocah pirang yang ia panggil Naru. Ia sebenarnya juga ingin memiliki kehidupan seperti para masyarakat pada umumnya. Hidup bersama suaminya, membesarkan anak mereka berdua. Tapi sayang status dan keturunan menjadi dinding penghalang yang terlalu tebal untuk ia hancurkan.

-Change Scene-

Enam tahun berlalu terasa begitu cepat untuk kebanyakan orang. Namun sepertinya itu tak berlaku pada bocah pirang yang selalu ditemani kesepian dan rasa iri kini beranjak remaja. Walaupun ia cucu dari salah satu tetua desa terkuat, ia masih merasa terasingkan dari kaumnya sendiri.

Dua hari yang lalu ayahnya datang berkunjung. Yang ia tahu, ayahnya bernama Minato, ia tak berani menanyakan mengapa ayahnya tak tinggal bersama dengan ibu dan juga kakeknya. Itu urusan orang dewasa, begitulah pemikirannya saat ini.

Satu hal yang mengganjal dalam pikirannya. Jika ayahnya datang berkunjung ayahnya tak pernah menapakkan kakinya keluar dari rumah. Tak pernah sekalipun ia melihat kakeknya berbicara dengan ayahnya, atau sekedar berkumpul dalam satu ruangan.

Hanyut dalam lamunannya, remaja pirang ini tak menyadari bahwa ia sudah diperhatikan oleh seseorang dari jauh.

Tuk!

"WADAAW!"

Menolehkan kepalanya kebelakang, ia melihat kakeknya tertawa setelah melemparkan kerikil tepat di kepalanya. "Mengawali hari dengan melamun itu tak baik Naruto-kun.." ucap kakeknya berjalan kemudian duduk disampingnya.

"Jiji no Baka! Seenaknya melempar kerikil kemudian menasehati cucunya.. Apa-apaan itu.." balas sang cucu dengan bibir mengerucut membuat kakeknya semakin tak bisa menahan tawanya.

"Hahaha maafkan jiji Naruto-kun, habisnya kau melamun seperti orang jatuh cinta saja.. Hemm.."

"Apa-apaan, otak cerdas ku bisa bodoh lama-lama.." wajarnya seorang kakek akan marah atau tersinggung jika mendengar dirinya diolok 'Baka' oleh cucunya. Namun tidak untuk kakek-kakek berparas muda ini.

"Kau tahu cucuku, dengan menyandang gelar Van Hellsing, kutukan akan selalu berjalan beriringan dengan takdirmu.."

Remaja pirang ini diam tak berniat menanggapi ucapan kakeknya, ia hanya memperhatikan dengan raut wajah tertarik. Gelar Van Hellsing memang bukan sebuah gelar sembarangan, hanya ada dua keturunan Van Hellsing di dunia ini.

"Jiji akan menceritakan masa lalu jiji, masa dimana nama Van Hellsing pernah menjadi momok menakutkan di dunia ini.."

Naruto, atau tepatnya Naruto Van Hellsing merupakan generasi terakhir Vampire kuno garis keturunan Dracula. Klan ini sebelumnya tidak pernah ada, hanya berisikan Alucard seorang diri, setelah ia membunuh ayahnya dan semua anggota klan.

Memiliki nama asli Adrian Fahrenheit Tepes, ia memiliki ideologi yang bertolak belakang dengan ayahnya. Setelah berhasil membunuh ayahnya, ia mengubah namanya menjadi Alucard untuk mengingatkan bahwa Dracula mati ditangan darah dagingnya sendiri. Ia memilih nama Alucard karena jika dibaca terbalik maka akan muncul nama Dracula, menegaskan ia memiliki ideologi yang berbeda.

Naruto yang mendengar langsung kisah masa lalu kakeknya hanya memperhatikan dengan seksama. Menanamkan ingatan ini kedalam kepalanya. Hingga pada saat Alucard menceritakan pertemuannya dengan Lisa, mendiang istrinya, mereka mendengar teriakkan panik dari Seras, putri semata wayang Alucard, ibu Naruto.

"TOU-SAN! NARU!"

Naruto dan Alucard mengalihkan pandangannya kearah Seras yang berlari dengan wajah panik.

"Ada apa Seras, kenapa kau panik seperti itu..?" tanya Alucard bingung.

"Haahh.. Haah.. Kita harus pergi Tou-san, warga desa sedang mencari Naruto-kun untuk di.."

"Baiklah aku mengerti.." potong Alucard mulai paham dengan permasalahan yang menimpa keluarganya.

Alucard memandang Naruto, mengacak rambut pirang cucunya itu. "Nanti kita lanjutkan cerita masa lalu jiji Naruto-kun.."

"Baik jiji.." balas Naruto mengangguk.

Penyandang gelar Vampire terkuat itu kemudian memandang Seras. "Hubungi suamimu.. Suruh dia membawa Naruto-kun ke tempat Kurama bersamamu, aku akan membereskan tetua brengsek itu.."

Dengan berat hati Seras menganggukkan kepalanya. Ia sudah tau apa yang dimaksud dari kata 'Membereskan' bagi seorang Alucard Van Hellsing.

Akhirnya ia menyuruh Minato membawa Naruto ke Kyoto, tempat dimana Kurama berada. Kurama sendiri adalah sahabat lama Alucard, yang kebetulan adalah seorang pemimpin bangsa Yokai. Sebelum pergi Minato mengatakan bahwa ia akan kembali membawa bala bantuan.

Kembali ke Alucard, ia kina sudah siap untuk 'Membereskan' para Vampire yang mengincar cucu kesayangannya. Dua handgun berwarna hitam dan putih bertengger manis di kedua sisi pinggangnya.

"Alucard-sama, melihat anda saat ini membawa perlengkapan tempur anda. Bisa saya pastikan anda menolak menyerahkan cucu anda untuk dieksekusi.." ucap salah satu tetua Vampire yang melihat Alucard datang membawa senjata kembar andalannya.

"Kau tahu aku rela memusnahkan keluargaku karena mereka memiliki ideologi yang bertentangan dengan keyakinanku.. Kau harusnya tak mengusik ketenangan keluargaku. Aku dengan senang hati memusnahkan ras Vampire jika mereka berani mengusik ketenangan keluargaku.." balas Alucard dengan Aura membunuh pekat membanjiri area sekitar.

Tak menemukan kata sepakat pertempuran pun jadi jalan penyelesaian terakhir. Veteran Vampire terkuat melawan bangsanya sendiri, bangsa Vampire.

"TOU-SAN AKU AKAN MEMBANTU!"

Deg

'Seras..?'

Alucard mengalihkan perhatiannya ke asal suara. "APA YANG KAU LAKUKAN SERAS!" Alucard tidak bisa menyembunyikan emosinya saat melihat anaknya ikut bertempur untuk membantunya.

"BUKANKAH SUDAH KUKATAKAN AGAR MEMBAWA NARUTO PERGI! APA YANG KAU PIKIRKAN DI KEPALAMU ITU SERAS! BAGAIMANA JIKA.. BAGAIMANA JIKA KAU TER.."

"Van Hellsing tidak pernah meninggalkan keluarganya Tou-san.." ucap Seras membungkam Alucard. Ia dapat melihat wajah ayahnya yang terkejut, "Ayo kita selesaikan Tou-san. Walau sebentar, aku sudah merindukan Naruto-kun.." lanjut Seras sedikit bergurau dengan ayahnya.

Vampire terkuat dalam sejarah itu memejamkan matanya, tersenyum mengingat sifat anaknya ini, tak jauh dari sifat Alucard muda.

"Kau dan kepala batu-mu anakku" balas Alucard tersenyum.

"Jangan lupakan sifat ini menurun dari siapa.." Seras terkekeh setelah menanggapi ucapan ayahnya.

-Change Scene-

Bersama Minato, saat ini ia berada di Kyoto, daerah terluar kekuasaan ras Yokai. "Tou-san, kenapa kita kesini ? Kenapa juga Kaa-san tidak ikut bersama kita ?" Minato memandang Naruto sejenak, ia tak bisa mengatakan yang sesungguhnya saat ini.

"Sebelum kalian menyerang, aku ada keperluan dengan Kurama-dono. Ini perintah langsung dari Alucard Van Hellsing!" teriak Minato saat merasakan kehadiran beberapa Yokai yang mendekat.

"Van Hellsing.. Apa hubunganmu dengan Alucard-sama ?" tanya Yokai tadi dengan wajah terkejut.

"Ya, aku membawa cucu kandung Alucard Van Hellsing. Tidak ada waktu berbasa-basi, sekarang bawa kami menemui Kurama-dono, keadaan mendesak!"

Setelah menitipkan Naruto dengan menceritakan keadaan secara singkat kepada Kurama. Minato bergegas kembali untuk membantu istri dan ayah mertuanya.

"Bawalah beberapa pasukan militer Yokai untuk membantu disana" ucap Kurama saat Minato hendak pergi.

"Terimakasih Kurama-dono, tapi Tou-san melarang untuk membawa pasukan Yokai. Anda tahu sendiri bagaimana sifat Tou-san bukan.." jawab Minato menolak halus bantuan dari pemimpin Yokai tersebut.

"Yaa, tapi aku merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi.." gumam Kurama.

"Aku merasakan ini ada sangkut pautnya dengan ras iblis.." lanjut Kurama memandang Minato, tepat di kedua matanya.

"Aku punya pemikiran yang sama sepertimu Kurama-dono. Tapi kita tak memiliki bukti apapun, tapi firasat ku ini ada hubungannya dengan brengsek Lucifer itu.."

Kurama tak membalas ucapan Minato, ia sedikit bingung dengan ucapan pria pirang didepannya ini. Berpamitan sebentar, Minato langsung bergegas menuju desa Vampire, perasaannya tak enak sedari tadi. "Kakashi, bawa semuanya ke koordinat yang aku kirim. Rahasiakan hal ini dari siapapun.."

"..."

"Baik, Terimakasih. Aku membutuhkan kalian secepatnya.." ucap Minato saat menghubungi bawahnya dengan sihir komunikasi.

-Change Scene-

Saat Minato tiba di desa Vampire bersama pasukannya, ia melebarkan matanya melihat apa yang ia lihat langsung dengan kedua matanya.

"Se..ras.." gumam Minato memandang istrinya tak berkedip.

'Darah..'

Minato dengan jelas melihat darah mengalir deras dari dada kiri istrinya. Alucard yang menyadari kedatangan menantunya itu memandang tajam Minato. Manik merah ruby Alucard memancarkan emosi yang tertahan.

"Kalian jangan ikut campur, ini masalah bangsa Vampire."

Minato bergegas menuju tempat mertuanya memeluk istrinya. Alucard membiarkan Minato bersama anaknya, sedangkan dirinya sudah berdiri memandang pasukan Vampire dengan tatapan membunuh.

"Seras-chan.." gumam Minato memeluk tubuh istrinya. Tubuh itu lemas tanpa tenaga. Darah masih mengalir dari lubang yang berada tepat dimana organ jantung berada.

Tubuh tak bernyawa Seras perlahan berubah menjadi serpihan debu, hingga akhirnya hilang terbawa angin. Minato yang masih dalam posisi memeluk, terjatuh dengan posisi sujud.

Ia mengutuk takdir yang Kami-sama berikan. Ia membenci ketidaksanggupan dirinya menjaga keluarganya. Ia membenci dirinya,

Pandangannya kosong saat menyadari istrinya sudah memudar, tak lagi berada dalam pelukannya. Namun disaat bersamaan ia merasakan tekanan yang dulu menjadi momok awal-awal Great war terjadi.

[Bangkitlah penuhi panggilan keturunanmu..]

"Ma-mantra ini.. Tou-san.." gumam Minato.

[Bermandikan darah melantunkan melodi kehampaan..]

Pasukan Vampire muda yang tak mengerti lantunan mantra itu hanya terdiam, mereka bisa merasakan energi kelam yang seakan meremas kuat jantung masing-masing.

[Tertawa dalam tangis keputusasaan..]

[Menangis diiringi tawa ketidakberdayaan..]

Jika Vampire muda hanya terdiam, lain halnya dengan para tetua Vampire. Beberapa diantara mereka menjadi saksi bisu mengapa Alucard Van Hellsing menyandang gelar Vampire terkuat dalam sejarah.

[Bangkitlah kekuatan sejati darah sang pembawa petaka..]

[Curse Blood : Bloody Red Rose]

Lengan kiri yang awalnya terdapat segel kutukan perlahan berubah menyerupai tangan demon. Kulit bersisik dan cakar memanjang, persis menyerupai makhluk yang telah punah puluhan tahun lalu. Taring yang awalnya pendek, kini memanjang menampakkan sosok keturunan Dracula yang sebenarnya.

"I-itu ta-tangan Demon.."

Ini adalah pengalaman berharga untuk pasukan Vampire muda. Mereka berkesempatan melihat langsung sosok legenda bangsa Vampire. Selama ini belum pernah lagi terlihat Alucard membuka segel kutukan miliknya, terakhir kalinya adalah saat Great War ratusan tahun lalu.

'Kita akan mati..'

'Seharusnya kita tak melakukan ini..' mungkin seperti itu batin kebanyakan pasukan Vampire saat melihat sosok asli Alucard Van Hellsing yang kini berada di titik terkuatnya.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, ini adalah pengalaman yang mungkin hanya sekali terjadi dalam hidup. Mereka bisa menyaksikan Vampire terkuat, dalam mode terkuatnya. Tapi mungkin perlu diingatkan kembali, mereka saat ini berada di kubu yang berbeda.

"I-ini kah sosok legenda Vampire ter-terkuat.." gumam salah satu Vampire muda yang melihat langsung transformasi Alucard dengan segel kutukannya.

"Mungkin untuk hadiah perpisahan.. Akan ku perlihatkan sebuah rahasia yang tersimpan bersama kematian legenda Raja iblis Satan Lucifer.."

Semua yang mendengar ucapan Alucard dengan nada beratnya melebarkan mata serempak. Pasalnya kematian Satan Lucifer tak pernah teridentifikasi selama ini. Dan dengan gamblangnya Alucard mengatakan akan membeberkan rahasia yang hilang bersama kematian raja iblis terdahulu itu.

Dengan gerakan slow motion, Alucard menyentuh segel kutukan di dada kirinya. Melantunkan mantra pemanggil, ia mengambil sesuatu yang kembali membuat yang melihatnya terjun dalam jurang keterkejutan.

[Datanglah bentuk nyata sebuah kehancuran..]

[Tunjukkan arti sesungguhnya sebuah ketakutan..]

[Bangkitlah pedang iblis Gram pembunuh Tuhan!]

Udara yang berat, dipaksa semakin terasa berat saat proses pemanggilan salah satu pedang terkuat dalam sejarah. Jika ada yang memperhatikan, batu-batu mulai berterbangan seakan gravitasi tak lagi berpengaruh.

Setelah ratusan tahun menjadi misteri, akhirnya terbongkar juga rahasia kematian Satan Lucifer. Apa yang kau pikirkan jika pedang raja iblis yang pemilik nya mati, sekarang dibawa oleh orang lain ?

Hanya ada satu hal dalam benak mereka.

Alucard yang membunuh raja iblis Satan Lucifer..

Pedang raja iblis sudah ia genggam, segel kutukan juga sudah ia buka. Dia lah gambaran sosok monster sesungguhnya.

"Minato, pergi dan bawa semua bawahanmu. Tunggu aku ditempat Kurama, aku akan memberikan salam perpisahan kepada ras yang sudah dua kali mengkhianati ku.."

Minato yang mendengar nada tidak ingin dibantah menganggukkan kepalanya. "Baik Tou-san.."

Alucard melirik Minato sebentar, ia bisa melihat kesedihan yang dalam dari pria pirang yang menjadi menantunya itu. "Sayonara Seras Van Hellsing, sayonara.." ucap Minato meneteskan air matanya, kemudian pergi meninggalkan tempat yang akan menjadi saksi bisu hilangnya peradaban ras Vampire di dunia.

Akhirnya Minato pergi bersama bawahannya menggunakan lingkaran sihir teleportasi. Alucard mengalihkan pandangannya, menatap ratusan Vampire yang mulai gemetar ketakutan. Melangkahkan kakinya, Alucard menggumamkan kalimat.

[Absolute Barier]

Tercipta barier penghalang berwarna merah darah berbentuk lingkaran mengelilingi desa Vampire. Menggoyang-goyangkan pedang Gram, Alucard menyeringai dengan mata merah ruby kelam memandang bengis vampire-vampire didepannya.

"Mari berdansa.."

Tragedi terjadi, tawa penyiksaan berbaur dengan tangis keputusasaan membawa ras Vampire dalam kepunahan.

.

.

.

.

© Curse of The Last Blood : Outsider ©™

.

.

.

.

Masa sekarang.

Dunia mengalami perubahan, banyak teknologi modern mulai menguasai peradaban. Terciptanya alat komunikasi, alat transportasi, dan banyak alat canggih mempermudah pekerjaan manusia sehari-hari.

Berpindah ke salah satu stasiun kereta di kota Kuoh. Pemuda pirang tampan berjalan agak terburu-buru, ia beberapa kali bergidik ngeri saat melihat banyak pasang mata yang memperhatikannya, terlebih kaum hawa. Sebenarnya tak ada masalah dengan itu, hanya pandangan yang ditujukan kepada pemuda ini yang membuatnya tersenyum kaku.

'Kenapa makhluk merepotkan bernama perempuan selalu mengerikan..'

Saat sudah berada di depan pintu masuk stasiun, pemuda pirang ini didatangi satu pri paruh baya sambil memegang handphone.

"Benar dengan tuan Naruto Vermillion..?" tanya pria paruh baya itu memastikan. Naruto hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Silahkan ikuti saya ke mobil tuan.." sepertinya pria paruh baya itu seorang sopir taksi online yang sudah Naruto pesan sebelumnya saat perjalanan di kereta.

-Change Scene-

Memandang sejenak bangunan tempat dimana biasanya terjadi kegiatan belajar-mengajar, Naruto dapat dengan jelas merasakan aura Iblis dan Da-tenshi bercampur di tempat ini. Baru beberapa langkah memasuki akademi, Naruto mendengar seseorang memanggil namanya.

"Naruto..?"

Mengalihkan pandangannya ke asal suara, Naruto tersenyum tipis melihat seseorang yang ia kenal. "Apa yang dilakukan seorang Da-tenshi mesum ditempat ini hmm..?"

"Kheh.. aku tidaklah mesum.. Tapi SUPER DUPER MESUM HAHAHA!" jawab orang itu bangga.

"Entah kenapa aku jijik melihat wajah bangga akan kemesuman mu itu Jii-san.." ucap Naruto dengan nada malas.

"Hey aku serius, apa yang kau lakukan disini Azazel Jii-san..?" lanjut Naruto.

Tak langsung menjawab pertanyaan Naruto, sosok yang dipanggil Azazel itu memperlihatkan Naruto dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Ia tersenyum menyadari bahwa bocah berisik konyol yang dulu kini bertransformasi menjadi pemuda tampan berkharisma.

"Aku tak tau berapa lama kita tak bertemu, tapi sepertinya kau sudah semakin dewasa ne.. Tak berisik seperti dulu.."

"Ditanya apa jawabnya apa.. Dasar tua bangka pecinta oppai.."

"Hoii hoii jangan kau hina hobi muliaku gaki, kau hanya belum tau keindahan sebuah oppai yang masih dalam pertumbuhan.." sanggah Azazel semakin melenceng dengan pembahasan awal.

"Maaf, maaf.. Aku hanya kebetulan lewat.." lanjut Azazel.

"Begitu.. Aku hanya diutus Tou-sama untuk menjadi perwakilan dari Kyoto. Yasudah aku harus menyelesaikan administrasi ku dulu.." jawab Naruto melangkahkan kakinya menuju ruang kepala sekolah.

Azazel yang melihat kepergian Naruto memandang pemuda itu dengan tatapan yang sulit diartikan. 'Seandainya kau tau siapa dalang dibalik semuanya, apa yang akan kau lakukan selanjutnya..?'.

-Change Scene-

Setelah menyelesaikan administrasi, Naruto langsung diantar ke salah satu kelas di mana ia mengajar. Seperti saat ini, ia hanya melipatkan kudua lengannya di depan dada, menatap datar murid-murid didepannya.

"Oke, pagi ini kalian akan menerima berita baik dan buruk. Sebelum aku memperkenalkan diri, kalian ingin mendengar berita baik atau buruk terlebih dahulu ?" ucap Naruto datar masih mempertahankan wajah stoic-nya.

'Guhh! Dinginnya..' batin kebanyakan murid.

"Berita baiknya dulu sensei.." jawab salah gadis bersurai merah darah.

"Baiklah.. Berita baiknya, salah satu sensei killer tak akan mengajar lagi. Shindayu-sensei telah dipindah tugaskan ke salah satu akademi di Kyoto." Kali ini Naruto mengubah posisinya, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Shindayu-sensei adalah salah satu sensei killer yang ditakuti kebanyakan murid di Kuoh. Dengan dipindah tugaskan Shindayu-sensei, murid-murid mengulas senyum karena akan terbebas dari omelan dan hukuman sensei itu.

"Tapi berita buruknya, aku yang akan menjadi pengganti Shindayu-sensei.." lanjut Naruto dengan seringai kejam membuat beberapa murid bergidik ngeri.

Entah kenapa seringai Naruto seakan memberikan trauma berkepanjangan dibenak mereka yang melihat.

"Kali ini kalian bebas dari proses belajar-mengajar dariku. Kita hanya akan melakukan perkenalan." Kali ini Naruto membuka kancing kedua pergelangan tangannya. Ia menyingkap pergelangan kemeja miliknya sampai siku, hingga terpampang lah beberapa tatto yang menghias lengan kirinya.

"Namaku Naruto Vermillion. 22 tahun, hal yang paling aku benci adalah pengkhianatan. Karena Shindayu-sensei sudah dipindah tugaskan, maka aku ditugaskan menjadi wali kelas untuk kalian satu tahun kedepan." Naruto menyeringai melihat tatapan tajam 4 gadis dikelasnya ini.

Glekk

Beberapa murid menelan ludah kasar melihat seringai Naruto, seakan memberikan penderitaan setiap ia mengajar.

'Keluar lubang buaya, masuk kandang singa'

"Baiklah, selanjutnya silahkan kalian memperkenalkan diri, dimulai dari kau yang berada paling depan pojok kiri.."

"Baik sensei namaku.."

Memakan cukup banyak waktu saat murid-murid XII-A memperkenalkan diri satu persatu. Tapi lumayan untuk membunuh waktu, buktinya waktu menunjukkan bahwa 10 menit lagi bel istirahat akan berbunyi.

"Baiklah cukup untuk hari ini.. Untuk Sitri-san dan Gremory-san, tolong temui aku di ruangan ku setelah bel pulang sekolah. Kita bertemu lagi minggu depan, sampai jumpa!" ucap Naruto dengan seringai melangkah meninggalkan kelas XII-A.

Setelah Naruto meninggalkan kelas, dua gadis yang namanya dipanggil namanya tadi saling pandang. Keduanya menangkap ada sesuatu yang mengganjal dari sosok sensei barunya itu. Setelah beberapa saat saling berpandangan, mereka mengangguk seakan mengerti satu sama lain.

-Change Scene-

Bel pertanda pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Naruto saat ini berada di ruangannya, memandang kosong lengan kirinya. Mungkin jika lebih diperhatikan, sensei muda ini lebih menatap kosong tatto dua pistol bermoncong panjang yang disilangkan.

Keturunan terakhir Van Hellsing ini memegang dada tengahnya, membuka sedikit kancing kemejanya ia memandang tatto sebuah kalung dengan bandul buku kecil berlambang hexagram. 'Jiji.. Tou-san.. Kaa-san..' batin Naruto.

Tok tok!

Mendengar ketukan pintu, Naruto merapikan pakaian dan tak lupa menurunkan kemejanya menutupi tatto di lengannya.

"Masuk!"

Setelah perintah itu, terbuka pintu ruangan Naruto menampilkan dua gadis bersurai merah dan hitam. "Siang sensei.." ucap mereka sopan.

Naruto mengangguk, mempersilahkan keduanya duduk. "Silahkan duduk, aku tidak akan berlama-lama.." kedua gadis tadi mengangguk, duduk di dua kursi yang berada di depan meja Naruto.

"Jadi apakah kalian tahu maksudku memanggil kalian kemari, Rias Gremory dan Sona Sitri..?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Continue...

Saya membuat ras Vampire mengalami kepunahan, Cuma sisa Naruto dan kakeknya (Untuk saat ini yang diketahui). Kisah Alucard ini juga saya ambil dari legenda aslinya dengan beberapa tambahan supaya nyambung dengan alur yang saya inginkan. Mengenai kutukan, setiap keturunan Van Hellsing (Yang sebenarnya garis keturunan Dracula) memiliki kutukannya masing-masing. Untuk Alucard seperti cerita diatas, dia bisa meningkatkan kekuatannya berkali-kali lipat, bukan berarti kutukan Naruto sama seperti Alucard. Saya sengaja membuatnya berbeda.

Saya membuat fict ini karena tiba-tiba banyak ide bermunculan di kepala. Untuk segel kutukan Alucard, jujur ide itu muncul begitu saja dimana saya ingin membuat sosok Alucard menjadi karakter yang superior.

Pedang raja iblis Gram saat ini berada di tangan Alucard. Ia membunuh Lucifer setelah Lucifer berhasil membunuh tuhan (anime) saat keadaan Lucifer lemah.

Di cerita ini, Tuhan (Anime) dibunuh Lucifer dengan pedang Gram. Lucifer dibunuh Alucard.

Tentang Naruto :

Ibu : Seras Van Hellsing.

Ayah : Minato.

Kakek : Alucard Van Hellsing (Adrian Fahrenheit Tepes)

Senjata : -

Pasangan : -

Kekuatan : -

.

.

.

.

Ichie Hilarion pamit, sampai jumpa di chapter selanjutnya.

20 Maret 2020