Daya yang kumiliki ialah padang berbataskan cakrawala. Satu entitas yang terengah dan enyah jikalau berjuang seorang diri. Karenanya kawan, kehadiranmu di belakang punggung ini lebih dari cukup bagiku. Bersama, kita taklukkan samudra bernama impian.
Cipta dan Sirna
By: Koyuki17
Boboiboy © Monsta Studio
.
Chapter 4: Kawan
Manik hazel itu mengamati tempat yang disebut sebagai pilar, yang tak lain menjadi tempat dimana Nukleus Matra berada. Ruangan yang kini mengepung Boboiboy dan Fang telah berganti dari aula sekolah menjadi aula melingkar yang cukup tinggi. Portal yang menjadi tempat mereka masuk tepat berada di langit-langit. Sisa-sisa kaca langit-langit yang mereka hancurkan saat jauh bersama elang bayang Fang juga terlihat.
"Jadi ini ya pilarnya…" gumam Boboiboy. Dalam hati entah mengapa ia begitu gugup.
Ada berlusin-lusin pintu yang tertutup di sekeliling aula. Dihubungkan dengan koridor yang melingkari bagian tengah, tersusunlah aula dengan lantai-lantai buntu. Tak ada tangga, begitupun hal lain selain dinding berwarna kelabu pucat dan pintu kayu legam.
"Lihat! Itu… Nukleus Matranya bukan?" tanya Boboiboy pada Fang.
"Sepertinya begitu…" Fang menyahut setuju.
Satu-satunya pintu yang terbuka mengarah pada ruangan dengan sorot cahaya lampu. Di dalam sana, terdapat semacam meja altar berkaki kurus dengan bola berwarna yang cocok dengan ciri-ciri Nukleus yang dulu disebutkan Fang, berada di atasnya. Tanpa pikir panjang, Boboiboy pun berlari ke dalam ruangan itu.
"Hati-hati jebakan!" Fang memperingatkan sembari berlari mengekori Boboiboy.
Berbalik dengan ungkapan Fang, tak muncul satu pun jebakan .Dalam setiap langkah mereka di koridor gelap itu hingga menerobos ruangan itu sekalipun, tidak ada apapun yang terjadi pada kedua remaja itu.
"Huh, kacang sih kalau cuma begini!" komentar Fang kala mereka kini berada di hadapan Nukleus.
"Rasanya aneh, terlalu mudah…" Boboiboy masih mmengitari altar dimana Nukleus berwarna merah itu berada. Ada chip yang dimaksud di dalam sana, tapi Boboiboy merasa bahwa ada yang mencurigakan.
"Sudahlah, cepat ambil Nukleusnya!" Fang mendorong sang rival dengan gemas.
Jemari Boboiboy sempat gemetar, khawatir jikalau ada ledakan jika ia mengambil benda itu. Tapi setelah ia mengangkat Nukleus itu, tak ada apapun yang terjadi. Begitupun dengan suara retakan Matra yang tidak terhenti.
"Tidak terjadi apa-apa tuh!" ujar Boboiboy bingung.
"Masa?!" Fang pun berteriak keheranan.
Suara banyak pintu yang terbuka dan membentur dinding membuat kedua remaja itu terlonjak. Lalu cahaya-cahaya yang muncul di luar sana membuat keduanya berlari ke tengah aula lagi. Aula melingkar itu tahu-tahu dipenuhi oleh cahaya yang berasal dari semua ruangan yang ada. Menunjukkan masing-masing satu altar dengan Nuleus Matra beraneka warna.
"Cepat periksa semua ruangan!" seru Boboiboy. Keduanya pun keluar dan memeriksa semua ruangan di lantai satu.
"Cih, banyak banget sih Nukleusnya! Mana yang asli coba?!" Fang berteriak protes.
Butuh sepuluh menit untuk memastikan semua ruangan di lantai pertama, dan semua hasilnya adalah nihil. Dengan bantuan tangan bayang Fang, mereka naik ke latai dua dan memulai pencarian kembali. Perjuangan mereka masih jauh rupanya.
-CdS-
'Jam pelajaran keenam akan segera dimulai…'
Suara bel sekolah yang khas berikut tanda pergantian jam membuat Gopal, Yaya, dan Ying semakin kebingungan. Mereka kini menghadapi . Dengan pecahan dinding dan kursi kayu di koridor, Gopal membuat perisai dan barikade. Kekuatannya mengubah puing-puing itu menjadi keping utuh biskuit Yaya berukuran raksasa.
"Kenapa pula bel sekolah bunyi lah! Apa itu artinya kita sudah kehabisan waktu di sini?" Gopal sambil meringkuk di balik perisai biskuit Yaya.
"Sudahlah! Bagaimana kita melawan mereka sekarang?" seru Ying. Ia dan Yaya bersembunyi di lorong sebrang Gopal.
"Kenapa kau bikin tameng dari biskuiku sih Gopal?" Yaya meminta penjelasan.
"Ini adalah material terkeras yang pernah kutemui Yaya!" Jawab Gopal. "Lihat, tembakan appaku nggak bisa menembusnya!"
"Dua Pelahap Ingatan sebentar lagi masuk ke dalam portal" Seru Ochobot dari ruang pengawasan Matra.
Tak lama, dua sosok melompat keluar dari portal. Satu jubah itu kembali tersibak, dan satu lagi wajah yang tak asing lagi menyapa mereka.
"Papa Zola?!"
Lengkap dengan rotan andalannya, sosok guru mereka datang dengan gaya khasnya. Satu kali Papa Zola memukul lantai dengan rotannya, lalu lantai pun retak karena kekuatan yang luar biasa. Melihat itu, ketiga remaja itu berharap tak ada lagi hal yang lebih buruk dari ini.
Papa Zola pun menerobos koridor dengan cepatnya, menghancurkan barikade yang susah payah mereka bangun. Tak ada lagi serangan pistol laser, namun Papa Zola telah berdiri di hadapan mereka, bersiap menyerang dengan rotannya.
"Perlahankan masa!" Ying pun mengelurkan kuasanya, membuat keributan yang terjadi berhenti untu sementara. Tanpa berpikir ulang, ia mendorong edua temannya untuk menjauh dari musuh. Namun mereka masih bisa melihat portal dari ruangan tempat mereka berada sekarang.
Waktu pun berjalan normal kembali, dan Yaya menyadari posisi mereka yang berganti. Melihat musuh yang kebingungan dan maju, Yaya lantas memukul telak kedua pelahap ingatan yang menyerang mereka. Dua orang itu langsung terlempar kembali ke belakang. Dan dua orang itu pun menghilang begitu saja seolah terhapus dari sana.
"Mereka hilang!" Ujar Yaya sambil mundur menuju dua temannya itu. "Satu yang tadi juga tahu-tahu nggak ada… Oh ya, Kalian nggak apa-apa?"
"Kita oke Yaya, tapi benar deh! Rasanya seperti Gopal mendapat nilai jelek lalu Pak Cik Kumar dan Papa Zola mengamuk" Ujar Ying. "Lalu kita juga yang ikut repot…"
"Ya maaf lah! Ngomong-ngomong, kau nggak bisa menahan mereka lebih lama Ying?" Gopal bertanya.
"Tenagaku terbatas lah!" kilah Ying dengan nada kesal.
"Aku juga perlu sedikit waktu sampai pukulanku kembali…" Ucap Yaya. "Kita bersiaga dulu di sini"
"Tapi setidaknya tiga yang lain sudah kalah bukan?" Gopal mencoba mengambil sisi positif dari situasi mereka sekarang.
"Tapi setelah terhapus, mereka bisa kembali lagi lewat proses regenerasi" Ucap Ochobot dengan segera. "Kuharap kalian tetap siaga sekarang"
"Apa? Mereka bisa muncul lagi setelah dikalahkan?" Gopal melotot, ingin ia tidak percaya hal barusan.
"Mereka lahir dari sebuah program, singkatnya Pelahap Ingatan bukanlah 'orang'" Ochobot menjelaskan dengan hati-hati. "Walaupun kalian nggak bisa masuk ke dalam pilar, menghambat para Pelahap Ingatan itu adalah tugas yang penting!"
"Baiklah, dan lagi masih ada Papa Zola! Tetap hati-hati!" Yaya memberikan aba-aba dengan tegas.
"Ochobot! Portalnya semakin kecil loh! Nggak apa-apa nih?" Gopal yang baru saja mengawasi portal pun berseru kaget.
"Berarti waktu kalian akan semakin terbatas. Jika Nukleus nggak bisa direbut sebelum batas waktu, kalian berarti gagal!" Seru Ochobot. "Tapi kapan portal menutup, pasti selalu ada petunjuk waktunya. Apa kalian bisa menebaknya?"
"Ah, petunjuk waktunya pasti bel sekolah barusan!" Yaya langsung mengingat satu-satunya petunjuk waktu di sana.
"Sampai bel sekolah berbunyi lagi ya…" Ying mengulangi.
"Boboiboy? Kau dengar yang barusan tidak?!" Sayangnya tak ada jawaban dari Handsfree.
"Tunggu! Bapakmu itu ke mana, Gopal?!" Tanya Ying.
"Mana ku tahu lah!" Balas Gopal.
"Jangan-jangan…"
Sebelum ada siapapun yang menyimpulkan, Papa Zola kembali maju dan hendak memukul Gopal.
"AWAS!" teriak Ying.
Yaya sempat mendorong jatuh Gopal di saat terakhir. Pukulan Papa Zola gadungan itu pun menghancurkan dinding di belakang mereka. Gopal pun berbalik dan mendapati senjata Papa Zola berada dalam posisi yang mudah untuk ditembak dengan kekuatannya.
"Tukaran makanan!" Gopal refleks mengubah senjata Papa Zola itu menjadi gula-gula sekaligus memecahkan fokus sang guru.
"Bola masa!" Ying pun menghentikan waktu dalam bulatan yang dibuatnya, tepat pada sekeliling Papa Zola. "Serang sekarang Yaya!"
"Tumbukan padu!" Pukulan bertubi-tubi dari Yaya langsung menghantam Pelahap Ingatan itu.
-CdS-
Sesuatu menembus portal dan jatuh tepat di tengah aula melingkar. Baik Boboiboy maupun Fang yang masih berkeliling mencari Nukleus pun melirik ke lantai bawah. Debu yang berterbangan hanya menyisakan siluet samar seseorang.
"Siapa itu yang jatuh?!" seru Boboiboy,
"Masih hidup tidak ya…" timpal Fang ragu. "Tunggu, kalau dia bisa menembus portal kedua, berarti…"
Pelahap Ingatan!
Belum sempat remaja berkacamata itu berkata, Boboiboy telah melompat turun dan mendekati sosok yang dimaksud. Fang pun berdecak kesal karena ia kalah sigap dengan sang rival lekas menyusul. Tabir debu itu menipis, lalu keduanya terbelalak kala sosok Pak Cik Kumar berdiri di sana.
"Kenapa dia mengambil wujud ini…" gumam Fang pelan. Sementara itu Boboiboy berlari semakin cepat menghampiri sosok itu. Apakah ia begitu mara karena wujud yang dimiliki musuh mereka?
"Pak Cik! Kenapa Bapak ada di sini?!" Seru Boboiboy sembari tak lupa meraih tangan sang Bapak dan memberikan salam. "Di sini berbahaya Pak Cik! Cepat lari!"
Ekspresi super serius Boboiboy sukses membuat Fang ingin menangis saja, tapi ia langsung berseru frustasi pada sang rival. "Kamu yang cepat lari, bego! Dia Pelahap Ingatan lah!"
Boboiboy setika membeku, dilihatnya baik-baik sosok Pak Cik Kumar yang lebih sangar diingatnyaa. Menyadari pistol yang tahu-tahu berada di tangan kanan Pak Cik, Boboiboy langsung melompat mundur. Tepat sebelum pelatuk ditarik, teriakan Fang membuyarkan kepanikan Boboiboy.
"MERUNDUK! Cocoon bayang!" Bayangan Fang pun dengan segera melingkupi Boboiboy. " Mundur! Sampai ke balik tembok sana!"
Kedua rival itu berlari ke arah yang berlainan, berlindung dari hujan tembakan di balik dinding ruangan penyimpanan Nukleus-Nukleus palsu itu. Kedatangan musuh mereka mempersulit pencarian mereka.
.
.
.
"Papa Zola menghilang… akhirnya…" Yaya pun duduk di lantai dengan lemas. "Rasanya aku seperti memukul pak guru kita sendiri…"
"Tapi bagaimana ini? Kita sudah membiarkan bapakmu lolos!" Walaupun mereka bisa menghela napas lega sejenak, Ying tetap saja terpikirkan soal itu.
"Ya mau bagimana lagi? Mereka berdua pasti bisa menghadapinya…" senyuman Gopal pun luntur sebelum ia melanjutkan, "…mungkin…"
"Bagaimana keadaan mereka di sana, Ochobot?" Tanya Yaya khawatir.
"Di pilar, aku nggak akan bisa memastikan posisi mereka Yaya" Ochobot menjawab dari jaringan komunikasi mereka.
"Benar juga, dari tadi mereka tidak tersambung dengan kita" timpal Ying.
"Ada empat menit sebelum regenerasi Pelahap Ingatan, tiga dari mereka akan muncul di sekitar kalian" Ochobot mengingatkan Kembali situasi mereka saat ini."Kalian juga harus tetap siaga!"
"Hei Gopal! Pokoknya nanti kau langsung bidik senjata Papa Zola!" Ujar Ying.
"Oke, oke! Kalau perisai biskuit butuh lagi tidak?" Gurau Gopal.
"Coba bilang sekali lagi Gopal…" tangan Yaya pun tiba-tiba menjadi gatal untuk memukul teman mereka yang satu ini.
"Ampun Yaya! Li… lihat, itu! Portalnya semakin kecil!" Gopal mencoba mengalihkan perhatian mereka.
-CdS-
"Harimau bayang!"
Hewan berkuku tajam milik Fang itu muncul dan mencoba menerkam musuh, namun ia segera menghilang setelah ditembak berulangkali oleh Pelahap Ingatan. Walaupun begitu, Fang tetap maju dan mencoba memberikan serangan dari jarak dekat. Ia berhasil menjatuhkan satu pistol dari tangan Pelahap Ingatan itu, namun satu yang lain telah dalam posisi siap menembak Fang.
"Ck, sial!"
Fang telah mengira ia akan terkena tembakan dan keluar dari simulasi. Namun sekelebat bayangan kuning yang melewatinya membuat Fang terkejut. Boboiboy rupanya keluar dari balik tembok dan melemparkan pisau petirnya, tepat mengenai tangan musuh, Memberikan Fang kesempatan untuk mundur dan kembali berlindung di satu ruangan.
"Kau nggak apa-apa Fang?"
"Hampir saja…" Fang mencoba memelankan napasnya yang msih terengah."Kau bisa keluarkan petirmu itu lagi?"
"Nampaknya nggak bisa Fang!" Boboiboy tadi mengeluarkan salah satu calon kekuatannya itu setelah susah payah mencoba. Ia tak yakin akan berhasil untuk kali kedua dengan lebih cepat.
"Aku ada rencana! Tapi sebelumnya kita harus menemukan dimana Nukleus yang asli!" Seru Fang. Ia ingin cepat-cepat menuntaskan simulasi mereka ini.
"Kedengarannya mudah sekali ya…" komentar Boboiboy sembari berlari ke balik tembok di salah satu ruangan Nukleus palsu. Tembakan laser dari musuh mereka ini tak henti-hentinya menghujani kedua remaja itu.
"Jangan lari! Ayo maju ke sini kalau berani!" seru Pelahap Ingatan berwajah ayah Gopal dengan garangnya.
"Uwaaah! Seram! Pak Cik seraaam!" Boboiboy meringis sembari berlindung dari tembakan laser dengan mundur ke ruangan Nukleus lain.
Suara retakan Matra tiba-tiba semakin jelas terdengar. Gurat-gurat Matra semakin jelas seolah sebentar lagi ia akan hancur. Aula melingkar itu semakin tidak stabil, bahkan beberapa sisi koridor pun terbelah. Baik Boboiboy maupun Fang sempat panik, namun atensi mereka kini tertuju pada pola retakan itu. Berharap bisa menemukan Nukleus yang dicari.
"Atas! Nukleus ada di sana!" Seru Boboiboy sembari menunjuk ke atas, dimana satu ruangan dengan Nukleus menjadi pusat retakan matra.
"Sial! Biarpun tahu di mana Nukleus sekarang…" Fang pun menunduk dan berlari, ia menghindari tembakan sang Pelahap Ingatan. "Pak Cik ini nggak akan membiarkan kita begitu saja"
Boboiboy tak bisa mencapai ruangan yang berada di lantai paling atas itu. Tak ada cara untuk memanjat dari lantai ke lantai. Dan serangan Pelahap Ingatan lebih terfokus pada Fang, membuat sang rival kewalahan
"Aku juga ingin menghentikan Pak Cik lah Fang! Pasti ada cara!" Seru Boboiboy gemas. Ia tak ingin menjadi beban bagi sang rival.
"Dengan apa? Angin sepoi-sepoimu itu?!" celetuk Fang sarkas. "Pikirkan saja caranya menghindar dan bagaimana aku bisa membuatmu naik ke sana!"
Fang menahan tembakan laser Pak Cik Kumar dengan kepompong bayangnya. Sementara Boboiboy tak bisa bergerak jauh dan berlindung di balik dinding salah satu ruangan Nukleus palsu itu.
"Harimau bayang! Serang!" Sekali lagi harimau kelam itu mencoba menerkam, namun tembakan pelahap ingatan itu selalu lebih cepat dan memburaikan wujud bayang milik Fang.
"Cepatlah Boboiboy! Portalnya akan segera menutup!" Suara panik Gopal yang akhirnya terdengar dari jaringan komunikasi membuat Boboiboy harus melakukan sesuatu.
Sembari mengingat kembali ketujuh kekuatan elemental yang baru bisa dikeluarkannya, Boboiboy berpikir. Apa yang bisa dilakukannya supaya ia bisa membuat Fang membantunya naik ke ruangan dimana Nukleus yang asli berada. Lalu sebersit ide muncul ketika Boboiboy memandangi jari telunjuknya.
"Fang! Setelah aku memberi aba-aba, cepat bantu aku ke atas!" Seru Boboiboy sembari keluar dari balik tembok dan berlari menyelusuri koridor melengkung itu.
Anggukan pelan menajadi jawaban dari Fang, ia pun berlari mendekati Boboiboy. Namun Pak Cik Kumar mengejar Fang sambil tetap menembakkan laser. Dengan tameng bayangnya, Fang berusaha untuk tetap maju.
"SEKARANG!" Boboiboy menembakkan cahaya dari ujung telunjuknya, membuat pandangan sang pelahap ingatan terganggu dan Fang bisa mendekati Boboiboy sembari membentuk bayangan besar.
"Tangan bayang!" Sebuah tangan raksasa langsung mencengkeram Boboiboy dan bersiap melemparnya seperti sebuah bola.
"FANG! YANG BENAR SAJA!" seru Boboiboy, ia awalnya mengira Fang akan membuat elang bayang lagi.
"Pokoknya ambil Nukleus itu! Awas kalau kau gagal!" Tanpa mengindahkan protes sang rival, tangan bayang Fang pun melempar Boboiboy ke atas. Tepat membidik ruangan dimana pusat retakan sekaligus Nukleus berada. Sementara itu, harimau bayang pun kembali dimunculkan Fang untuk menghadapi Pak Cik Kumar yang bisa melihat setelah terkena cahaya barusan.
"GYAAAAA!"
"Fang, apa yang kau lakukan?!" mendengar teriakan Boboiboy saat komunikasi mereka akhirnya tersambung, Ochobot ikut kaget di ruang pengawasan sana.
Boboiboy bisa merasakan angin mengaburkan pendengarannya, dan ia semakin dekat dengan tujuan mereka. Tangannya terulur ke depan, mencoba meraih Nukleus dalam bola berwarna biru jernih itu. Soal pendaratan? Ia sudah tak peduli lagi. Asalkan semua ini bisa selesai.
.
.
.
"Ochobot! Portalnya tiba-tiba menghilang lah!" Seru Gopal panik.
"Padahal belum terdengar bel pulang… apa kita sudah gagal?" Tanya Ying. Napasnya terengah setelah bola masa yang menyelimuti dua Pelahap Ingatan itu hilang.
"Tunggu! Waktunya… berhenti!" Yaya mendapati Pelahap Ingatan yang jatuh tersungkur karena pukulannya tak lagi bergerak di lantai.
"Itu tandanya Boboiboy telah merebut Nukleus, Jangan khawatir!" Ujar Ochobot dari sambungan komunikasi mereka."Ketika Nukleus berhasil diambil, aku bisa mengakses sektor yang terdistorsi. Kalian sudah aman sekarang!"
Ketiga sekawan itu langsung jatuh dan duduk ke lantai koridor dengan helaan napas lega. Mereka tak lagi harus menghambat tiga pelahap ingatan, termasuk yang mengambil wujud Papa Zola ataupun Pak Cik Kumar itu.
"Sekarang tinggal menunggu Boboiboy dan Fang Kembali, lalu bukalah portal ke ruang pengawasan Matra" Ochobot menginstruksikan kembali. "Kita evaluasi hasil simulasi ini. Kau masih bisa berdiri kan Boboiboy?"
"Be… berikan aku waktu lima menit…" Dari dalam pilar dan dengan Nukleus simulasi di tangannya, Boboiboy menjawab.
-CdS-
Hanya sebaris nyawa tersisa dari kelima remaja itu saat mereka sampai ke ruang kontrol Matra dimana Ochobot berada. Adrenalin masih tesisa dan membuat mereka meraup setiap napas dengan rakusnya. Yaya dan Ying sama-sama duduk berselojor dan bersandar pada dinding. Gopal dan Boboiboy tergeletak acuh di lantai saking lelahnya. Fang duduk bersila di dekat kedua orang itu, memandangi mereka dengan tatapan 'payah banget sih kalian'.
"Selamat! Kalian semua lulus simulasi!" ucapan Ochobot membuat kelima orang itu meyudahi istirahat mereka. "Dengan ini kalian siap untuk merebut Nukleus Matra dan menghentikan Pelahap Ingatan!"
"Dan kita harus melakukannya sebanyak tujuh kali?!" Gopal setengah berteriak sambil melompat bangun.
"Kalau kalian beruntung dan menyelesaikannya dalam satu kali setiap sektor Matra" melihat ekspresi para remaja yang kontan kusut, Ochobot lekas menambahkan. "Tapi kalian tadi bisa menyelesaikanya cukup cepat kok!"
"Wow, terbaik…" Boboiboy yang masih tergeletak di lantai mengacungkan jempolnya. Ini baru simulasi dan badannya sudah remuk redam begini.
"Semoga tidak beruntun setiap hari ya…" harap Yaya, sulit memang membayangkan tambahan keseharian yang begitu meguras tenaga mereka.
"Kuharap juga begitu…" Ying mengangguk setuju sebelum melirik Boboiboy dan Fang. "Oh ya, tadi bagaimana kalian bisa merebut Nukleus?"
"Kami menemukan Nukleus yang asli di antara banyak yang palsu setelah Pak Cik Kumar datang" Boboiboy bangun dan menjelaskan sesingkat mungkin. "Lalu Fang melemparku ke arah Nukleus itu!"
"Ide yang brilian bukan?" komentar Fang selagi tersenyam-senyum bangga.
"Nggak sama sekali. Aku kira kau mau membunuhku loh Fang!" protes Boboiboy itu sayangnya dianggap lalu oleh sang rival.
"Oke, kita jadikan yang barusan rencana A. Taktik paling efektif, cepat, dan efisien!" Fang lanjut mendeklarasikan buah dari kebehasilan rencananya barusan. "Intinya TBL: Temukan Nukleus, Bidik lalu Lempar. Mudah untuk diingat bukan?"
"Anu, apa ada rencana B dimana ada jaminan aku tak akan mematahkan satu pun tulangku?" Boboiboy mencoba meminta solusi lain yang lebih waras untuk keselamatan hidupnya selama misi mereka nantinya.
"Tapi tadi bisa selesai cepat bukan? Kita pakai saja lagi" bujuk Fang semari nyengir.
"Kenapa tugas kalian mudah begitu sih? Kita yang di luar capek tahu!" Gopal pun tiba-tiba menumpahkan keluhannya.
"KATA SIAPA MUDAH HAH?!" sambar kedua remaja pria itu dengan murkanya. Mereka sama-sama melirik Gopal tajam, mata mereka melotot.
"Sudah lah. Kita juga mau minta maaf karena gagal menghalau Pak Cik Kumar tadi" ujar Yaya.
"Walau begitu kita jadi tahu batasan kekuatan masing-masing!" timpal Ying dengan semangat. "Pokoknya serahkan pada kami bertiga untuk meghalau Pelahap Ingatan nanti!"
"Pasti! Aku percaya kalian pasti bisa, Yaya, Ying, Gopal!" seru Boboiboy dengan senyuman lebarnya.
"Lain kali jangan sampai ada Pelahap Ingatan yang lolos. Mereka lebih kuat di dalam pilar…" Fang tahu-tahu ikut berkomentar, semua orang di sana memandanginya dengan sedikit takjub. "Apaan sih kalian melihatku begitu?!"
Boboiboy kini tak menyembunyikan rasa senangnya dan menyodorkan kepalan tangannya pada Fang. "Jadi, sekarang kita berjuang dalam satu tim?"
"Ha… hanya untuk memulihkan Matra! Aku yakin tanpa bantuanku, lebih sulit pastinya untuk merebut Nukleus. Seperti barusan misalnya…" suara Fang agak memelan di akhir, ia melempar pandangan ke samping. Namun kepalan tangan Fang pun beradu dengan kepalan tangan Boboiboy.
"Hehehe! Mohon bantuannya kalau begitu!" sambut Boboiboy. Nada riangnya membuat ketiga orang lainnya menyimpulkan bahwa dua rival itu akhirnya bisa bekompromi juga.
"Kok cuma kalian berdua sih, curang!" seru Gopal sembari merangkak mendekati Boboiboy dan Fang.
"Ya lo! Kan kita juga satu tim!" timpal Ying.
"Ayo kita ulangi sama-sama!" komando Yaya pun membuat mereka semua berdiri dan membentuk lingkaran kecil dan mengumpulkan satu tangan mereka untuk bertautan dalam satu titik.
"Ochobot, ayo sini!" panggil Boboiboy pada sang robot kuning yang sedari tadi hanya menyaksikan mereka.
"Eh, aku?" Ochobot keheranan dan menunjuk dirinya untuk memastikan.
"Tentu lah! Kau pun bagian dari tim kami!" ulang Boboiboy dengan sungguh-sungguh.
"Yo, kami mengandalkanmu komandomu juga Ochobot!" ujar Ying.
"Hidup kami bergantung padamu soalnya… hiks" Gopal nampaknya masih agak ketakutan setelah simulasi barusan.
"Baiklah kalau begitu!" Sayap mekanis Ochobot bergerak lebih cepat dan ia pun bergabung dan ikut mengulurkan tangannya.
"Oke, kita mulai ya!" Boboiboy memberikan aba-aba. "Untuk memulihkan kembali Matra!" Boboiboy melirik Yaya dengan isyarat melanjutkan.
"Untuk melindungi keluarga dan teman-teman kita" sambung Yaya.
"Untuk merebut ketujuh pilar" Fang yang berada di samping Yaya pun lugas berkata.
"Untuk menghentikan semua Pelahap Ingatan" Ying melirik ke arah Gopal yang ada di sampingnya.
"Untuk… melindungi ingatan orang-orang!" walau agak tersendat, Gopal akhirnya bisa melanjutkan.
"Untuk keselamatan kalian selama melalui misi dalam Matra" ungkapan Ochobot mendapat atensi khusus dari kelima remaja itu.
"Satu… dua… tiga!"
Dalam satu entakkan ke bawah, tangan yang bertautan pun terlepas diikuti teriakan lantang "OOOOOUUU!"
-CdS-
"Sudah bisa dipastikan dalam dua minggu setelah kalian mendapatkan kekuatan, maka distorsi petama akan muncul" Ochobot memberikan arahan terakhir setelah sesi latihan usai. "Tak banyak yang bisa kuberitahukan lagi kepada kalian. Tapi besok kuharap kalian bisa merebut Nukleus Matra yang pertama"
Besok mereka akan menghadapi petualangan pertama sekaligus tugas pertama mereka di Matra. Entah distorsi akan muncul di mana, ataupun di sektor manakah mereka akan bertarung nantinya. Tapi setelah simulasi, siap tak siap mereka tetap akan menghadapinya.
"Jadi, besok kita berkumpul di rumahmu lagi Boboiboy?" tanya Yaya.
"Aku buka portal dulu sebentar" Boboiboy memfokuskan atensinya pada dinding logam itu dan memunculkan pintu laboratorium di lantai tiga gedung sekolah. "Besok Tok Aba akan menginap di sahabatnya itu, jadi kita bisa menjadikan rumahku sebagai tempat berkumpul lagi"
"Baiklah, nanti pagi aku ke rumahmu dan kita bisa main video game sebagai pemanasan!" Ajakan Gopal langsung mendapat
"Huh! Harusnya kita fokus bukannya main-main seperti itu!" Ying mendebat, bibirnya cemberut.
"Tapi main game juga melatih fokus lah!" Gopal balas berdalih, dan ia pun melirik sang robot "Ochobot! Benar kan setidaknya kita butuh latihan sebelum bertarung!"
"Asalkan kalian dalam keadaan fit saja sudah cukup kok" Ochobot menengahi perdebatan antara remaja-remaja ini.
"Dan jangan ada lagi perabot rumah yang hancur kali ini!" tambah Boboiboy dengan nada setengah mengancam.
"Tapi kan kalau terpaksa…" Dalih yang dilontarkan Fang sayangnya harus terpotong.
"Pokoknya nggak ada pengecualian!" Seru Boboiboy. Sudah cukup kamarnya porak poranda seperti kapal pecah pekan lalu.
"Tenang dulu Boboiboy, belum tentu portalnya akan muncul di rumahmu" Sebagai pihak yang membuat simulasi kemarin, Ochobot ikut merasa bersalah.
.
.
.
Hari perebutan Nukleus Matra yang pertama pun tiba, dan beberapa dari kelima remaja itu telah berkumpul di rumah Boboiboy. Fang dan Gopal sengaja datang sejak pagi, sementara Yaya dan Ying akan datang setelah siang nanti. Selepas puas bermain video game dan menyelesaikan sedikit tugas sekolah mereka, Boboiboy pergi membeli makan siang untuk ia dan kedua temannya itu.
Namun sesampainya remaja bertopi jingga itu di rumah, ia kontan melongo di depan pintu yang baru saja dibukanya. Ruang tamu rumahnya kini telah dipenuhi balon beraneka warna. Segera saja ia menjatuhkan kantong kresek berisi makan siang mereka.
"Fang, Gopal! Jangan seenaknya membuat dekorasi di rumah orang lah!" seru Boboiboy. "Bereskan lagi sana!"
"Ah Boboiboy! Cepat sekali kau pulang!" Sapa Gopal sambil nyegir, tangan besarnya mendorong Boboiboy masuk. "Coba lihat apa yang kita bisa lakukan dengan balon-balon ini!"
Boboboy memandangi balon-balon itu dengan ngeri. Seketika fobianya dengan benda yang satu ini terpanggil kembali. Ia berusaha menjaga jarak dan melangkah hati-hati untuk tidak menyentuh balon yang berserakan di lantai.
"Jangan bilang kau takut?" ledek Fang sembari menahan tawa.
"Nggak lah!" Dikatai seperti itu oleh Fang membuat nyali Boboiboy kembali.
"Lihat ini Boboiboy! Kalau aku lakukan…" Gopal yang memegang sebuah balon mendekatkan ujung benda itu (yang Boboiboy tebak berisi air) pada nyala api lilin.
"Jangan! Nanti meletup lah!" Teriak Boboiboy panik, namun di luar dugaan balon itu tak meletus. "Hebat, nggak mele…"
DORRRR!
Fang yang berdiri di belakang Boboiboy tahu-tahu meletuskan sebuah balon. Membuat sang rival membeku seketika, dan tawa dua orang usil itu menandai keberhasilan mereka mengerjai Boboiboy. Adanya Fang membuat keusilan Gopal bertambah menjadi dua kali lipat rupanya.
Baru sepekan berlalu dan rasanya Boboiboy sudah menyesali kenapa ia menyambut rival berkacamatanya itu.
.
.
.
Berlanjut pada chapter 5: Limit
A/N:
Satu lagi chapter selesai, terima kasih bagi yang sempat mampir ^^
Mulai dari bulan ini, saya mungkin akan semakin sulit mendapatkan waktu untuk menulis. Tapi ff ini akan terus berlanjut! Karena mulai dari chapter inilah bagian-bagian yang ingin ditulis. Bagaimana petualangan mereka di berbagai sektor Matra nanti.
Lalu soal elemental Boboiboy…. mereka akan muncul seiring dengan jalannya cerita, jadi tunggu saja ya ^^
Sampai jumpa lagi~