Cerita ini dimiliki oleh Kurogems1208, aku telah mendapat izin dari dia untuk mengtranslasi dan diterbitkan. Selamat membaca


Terkejut.

Dikhianati.

Penderitaan.

Lalu tidak ada.

Sebuah perjalanan emosi melintasi pikirannya di momen terakhir itu. Oh betapa tak terduga peristiwa itu terlintas dengan cepat di matanya.

Dia, Simon 'Ghost' Riley, bersama dengan Gary 'Roach' Sanderson, adalah anggota terakhir Task Force 141 di perbatasan Georgia-Rusia yang selamat setelah musuh-musuh berpusat di lokasi mereka. Setelah mendapatkan data itu, dengan nyawa anggota-anggota lain sebagai taruhannya, Ghost memerintahkan Roach untuk lari dengan DSM sementara dia mencoba untuk menyelinap keluar dan menembak siapapun yang mengarahkan senjata mereka ke arah kawannya. Dan lalu hujan mortar datang, dengan salah satu dari mereka berhasil menjatuhkan Roach setelah dia mencapai tanah terbuka. Untungnya Ghost berhasil sampai tepat waktu, dia memberikan pria itu sebuah AK-47 dengan pelontar granat untuk membunuh musuh-musuh sementara dia menarik kawan-kawannya ke titik pertemuan.

Sesaat kemudian pasukan 'sekutu' datang dan membersihkan teroris-teroris dengan persenjataan mereka. Melihat sebuah helikopter mendarat dan membuka palka, Ghost membawa Roach di bahunya dan berjalan menuju palka dan bertemu Jenderal Shepherd menunggu mereka.

Sang Jenderal bertanya. "Apa kalian punya DSMnya?"

Tanpa mencurigai apapun, Ghost menjawab kembali. "Kami mendapatkannya, pak!"

"Bagus. Satu masalah telah diselesaikan."

*DOR!* Satu tembakan menembus dadanya, dengan penuh niat untuk membunuh.

Roach jatuh ke tanah dengan lukanya, tak berdaya melihat muka si Jenderal dengan muka tak percaya.

"TIDAK!" Melihat pengkhianatan, Ghost mengangkat ACRnya dan membidik ke si bedebah. Sayangnya, si orang tua yang pertama menarik pelatuk, menghentikan dia dan membuat dia jatuh ke tanah.

Dia mengkhianati mereka. Dia, Jenderal dari militer terkuat, baru saja menusuk seluruh Special Force dari belakang hanya untuk menjaga rahasianya aman.

Sebuah kejadian dia berpikir tidak akan pernah terjadi. Dia mempercayainya, semua mempercayainya. Semuanya, kecuali Price. Sang Kapten tahu bahwa sesuatu ada yang ganjal, dan dia memperingati mereka berkali-kali ketika sedang dalam misi. Mereka mendengarnya, tapi tidak cukup mengambil peringatan untuk melihat itu.

Pandangan dia kabur, tapi dia masih bisa melihat dua tentara dari laskar pribadi Shepherd membawa dan melempar dia ke sebelah badannya Roach. Kedua mata mati mereka memandang satu sama lain, masih terkejut akan kejadian tersebut. Lalu, sesuatu ditumpahkan ke mereka… lalu, api dimana-mana. Itu pasti bensin. Di detik-detik terakhir, dia melihat si bedebah memegang DSM itu saat dia berjalan menjauh…

Dia berharap bahwa sebagian dari Task Force 141 dapat selamat, dan dapat membunuh pengkhianat itu.

Jika dia masih hidup, dia dengan senang hati melakukannya.


Hangat. Tidak panas seperti api, tapi seperti pelukan…

Apakah seharusnya Neraka terasa seperti itu?

Dia pastinya tidak berhak berada di Surga, dengan semua pembunuhan yang dia lakukan. Ada yang baik, ada yang buruk, ada ketidak sengajaan…

Dia membuka matanya, untuk melihat langit-langit kayu. Itu tidak terlihat seperti di kawasan teroris-teroris… lalu dia tersadar topengnya dan kacamata hitamnya tidak berada di mukanya. Dia menggerakkan badannya, untuk merasakan sesuatu menutupinya. Tidak terlalu ketat jika dilihat dari kebebasan dia bergerak. Juga, perasaan dari peralatan dia tidak ada sama sekali, digantikan dengan pakaian yang lebih tipis. Dia melihat kebawah untuk melihat selembar selimut putih yang tipis diatas tubuhnya, sementara dia berbaring diatas tempat tidur… bukan, bukan tempat tidur. Apa namanya? Fu… futon atau sesuatu? Dia duduk dan menggunakan tangannya untuk mendorong selimut dari tubuhnya, dan melihat bahwa dia mengenakan sehelai jubah biru panjang yang terlihat ketimur-timuran.

Dia berputar kekiri untuk melihat topeng dan kacamata diletakkan diatas lantai dengan hati-hati. Di sebelah kanannya, dia melihat ACR dengan Grenadier dan penglihatan holografik kepercayaannya, dan sebuah Colt M1911. Dia langsung meraih mereka dan mengecek amunisi.

'Kosong, semuanya.'

Dia berpikir, sedikit kecewa. Untungnya, tepat di sebelah mereka adalah pisau dengan sarung kulit. Dia dengan hati-hati mengangkatnya dan mengeluarkan pisaunya.

'Masih tajam, lebih baik daripada tidak.'

Dia memasukkan kembali dan berdiri. Dia melihat sekeliling ruangan untuk mendapati… sedikit kegadis-gadisan.

'Seorang gadis… jauh dari kawasan teroris Rusia… Tidak, itu mustahil… apa yang terjadi disini?'

Dia penasaran saat dia mengambil kedua senjatanya dan menuju salah satu pintu yang dia lihat dan menariknya tapi tidak bisa dibuka. Lalu dia melihat lagi dan melihat bahwa pintunya harus digeser kesamping. Dia melakukannya… dan melihat lemari pakaian.

'Oops. Salah pintu.'

Dia membuka pintu yang lain…

*DUARRR* "AHHH!" Sebuah suara familiar dari flashbang berbunyi dan seorang wanita menjerit menarik perhatian dia. Dia langsung berlari ke arah sumber suara, dan sekarang dia berdiri di depan sebuah pintu yang besar.

'Mungkin di ruang keluarga.'

Dia memegang pisaunya dengan tangan kanannya, saat tangan kirinya bergerak menuju celah antara pintu dan bingkai… dan membuka pintu dengan gerakan cepat. Asap mulai keluar dari kamar.

'Granat asap juga? Apa yang terjadi disini?'

Dia berpikir, lalu memindai ruangan itu dengan sangat cepat. Dia benar bahwa ruangan itu adalah ruang keluarga, dengan meja besar terletak di tengah ruangan. Lalu dia melihat seorang wanita memeluk kepalanya sambil menangis kesakitan. Dan di sebelahnya sebuah flashbang dan granat asap yang terbuka.

'Apakah dia mengasapi DAN membutakan dirinya sendiri?'

Dia melihat wanita itu dengan tercengang, lalu menggeleng kepalanya. Jika dia seceroboh ITU, lalu dia bukan ancaman yang berarti. Tapi tetap saja, dia harus berhati-hati. Mungkin saja dia dapat menusuknya dari belakang seperti si pengkhianat itu.

Dia pelan-pelan berjalan menuju wanita itu dan menyentuh bahunya. "Hei, apa kamu tidak apa-apa?"

Dia hanya merengek dengan bahasa aneh di telinganya. Dia mencoba untuk berpikir bahasa apa itu… dan ternyata itu adalah bahasa Jepang.

'Bagaimana bisa aku berakhir di Jepang?'

Itu konyol sekali. Dia terbakar, dan tubuhnya bisa saja berubah menjadi abu bahkan sebelum orang-orangnya Shepherd meninggalkan area kejadian. Tidak mungkin seseorang dapat melewati mereka dan membawa dia pergi…

Lalu kepala dia tiba-tiba berdenyut, membuat dia meringis kesakitan. Walaupun, rasa sakit itu hilang seketika, dan dia dapat mengerti apa yang dia katakan. "Terlalu terang… aku tidak dapat mendengar…"

'Apa yang kamu harapkan? Mengflashbang sendiri dengan jarak satu hasta didepan kamu?'

Dia sangat ingin mengatakan itu, lalu dia ingat.

'Bagaimana aku bisa mendengar bahasa Jepang sekarang?'

Lalu dia berkata. "Nanti akan baik-baik, sekitar sepuluh detikkan." Lalu dia dapat berbicara dan mengerti bahasa Jepang? Apa yang terjadi?

Sekarang dia melihat wanita itu dengan baik-baik, dia mengenakan sebuah topi rumah biru dengan kertas segitiga putih dengan tanda tanya merah terbalik di depannya. Rambutnya warna merah jambu, yang mana itu terlihat aneh untuk dia, walaupun dia tidak dapat melihat matanya karena wanita itu menutupnya. Dia mengenakan jubah yang panjang dengan warna yang sama seperti topinya, bersama desain… hantu putih? Orang-orang Asia menggunakan desain ini untuk pakaian mereka? Itu… baru.

"Apa yang kau lakukan kepadanya?"

Dia berputar dan mengangkat pisaunya untuk bersiap menahan segala serangan.

Dan dia menyapa seorang perempuan muda dengan rambut perak, pakaian hijau dan putih, dan…

'APAKAH DIA MEMEGANG SEBUAH PEDANG? DIMANA AKU BERAKHIR?'

Menyadari bahwa dia tidak dapat menang melawan gadis ini, setidaknya dengan pisau kecil dia, dia mencoba untuk membicarakannya. "Hei, aku tidak melakukan apapun! Aku mendengar dia menjerit dan berlari ke arahnya, dan tempatnya sudah seperti ini!"

Gadis itu sedikit curiga, saat dia bertanya. "Apakah kau tahu apa yang menyebabkan seperti ini?"

Tunggu… itu… tidak terdengar seperti penyanderaan… tidak, ini pasti harapan dia. Dia menjawab. "Aku tahu. Tapi, apa yang akan kamu lakukan jika kamu tahu penyebabnya?"

Genggaman di pedangnya menguat. "Kalau kau mengatakan dengan jujur, maka kita akan berdamai mengingat kau adalah tamu kami, kalau tidak aku tidak akan ragu-ragu memotongmu jadi setengah."

'Waduh! Itu tidak menyenangkan.'

Dia secara batin merinding memikirkan itu. Tapi, sebagai tentara veteran, dia tidak akan menunjukkan perasaan itu di mukanya. "Kamu lihat sebuah kaleng di sebelahnya? Itu adalah Flashbang dan granat asap. Granat asap membuat sebuah selubung asap dan memblokir penglihatan dari luar. Sedangkan Flashbang membuat suara nyaring dan sebuah flash yang membutakanmu jika berada terlalu dekat. Aku berpikir dia tidak tahu itu dan membuka dua-duanya…"

Gadis itu menerima jawabannya dan tidak berkata apapun selama beberapa detik… dan menenangkan tubuhnya. "Aku tahu benda-benda itu dapat berdampak buruk kepadanya." Lalu dia bertanya kepadanya. "Sejak kamu baru saja bangun, apa kamu mau makan atau minum sesuatu?"

Sementara dia tidak keberatan, pertama-tama dia harus tahu sesuatu. "Sebelum itu, jawab pertanyaan-pertanyaan aku: Siapa kamu? Tempat apa ini? Bagaimana aku bisa disini? Dan dimana perlengkapan-perlengkapanku?" Melihat dia bingung dengan pertanyaan terakhir, dia mengklarifikasi. "Barang-barang aku."

"Oh." Apakah dia harus memulai dengan itu? "Barang-barang kamu? Pakaian kamu sangat kotor, jadi kami minta permisi diri kami sendiri untuk melepaskan dan mencucinya. Pakaian-pakaiannya sedang dijemur. Hal-hal yang di dalam kantong ada didalam tas dibawah meja disebelahmu. Jangan khawatir kami tidak mengambil apapun dari kamu. Mengenai persenjataan, kami awalnya mau membuangnya, tapi karena kamu terlihat seperti tentara dan tidak berbahaya untuk kami, kami meninggalkannya di sebelah kamu, seperti yang kamu sudah perhatikan. Walaupun, Nyonya Yuyuko penasaran dengan barang-barang kamu yang dia keluarkan dan periksa."

'Well… itu masuk akal, tapi…'

"Apa yang kamu dapat dengan menolongku seperti itu?"

"Sejujurnya, kami awalnya mau meninggalkanmu di taman, ketika kami melihat sepucuk surat ada di sebelah kamu." Dia berjalan menuju dia dan menyerahkan kepadanya surat itu.

Masih waspada, dia mengambil surat itu, saat gadis itu mulai menolong… Nyonya Yuyuko? Apakah dia seorang pelayan atau sesuatu? Bagaimanapun, dia membaca surat itu:

"Untuk Yuyuko dan Youmu,

Pria ini adalah seorang prajurit pemberani dari Dunia Luar. Dia dikhianati oleh salah satu sekutunya dan dibakar sampai mati. Tapi, aku memutuskan untuk menentang Yama Dunia Luar dan menghidupkan kembali dia. Walaupun, aku harus mengirim dia kesini agar tidak membuat kekacauan di luar sana. Tolong rawat dia untuk sementara waktu. Saat dia sudah akrab dengan tempatnya, kalian bisa membiarkan dia pergi. Tentu saja, jika kalian tidak peduli, maka biarkan dia berkeliaran. Walaupun, aku SANGAT ingin kalian untuk menerimanya. Menentang seorang Yama untuk menghidupkan kembali seseorang adalah tugas yang tidak ada seorangpun mau mengerjakannya. Aku pikir kalian sudah paham.

TTD: Seseorang tertentu."

…Seseorang memiliki kekuatan untuk menghidupkan dia kembali? Lelucon macam apa itu? Tapi, mengingat dia ada disini, dia menebak dia tidak bisa mempertanyakan hal itu. Sungguh, kenapa? Padahal ada orang-orang yang lebih baik untuk melakukan itu…

Itu memunculkan pertanyaan baru. "Ummm… nama kamu Youmu, kan?" Dia berputar untuk melihat gadis muda itu mulai membantu wanita itu duduk. Dia mengangguk sebagai jawaban. "Jadi… bagaimana aku bisa disini lagi?"

Youmu menjawab. "Aku sedang membersihkan taman ketika sebuah api muncul, dan ketika apinya padam, kamu ada disana, dengan darah di area dada bajumu. Meski begitu, kamu tidak punya luka sama sekali, terakhir kali kita periksa ketika kami mengambil barang-barang kamu."

'...Aku berpikir kalau aku dihidupkan kembali seperti Frankenstein. Tapi itu tidak apa-apa, mungkin?'

"Apa kamu tahu siapa yang membantuku?"

Youmu menggeleng kepalanya. "Kami berpikir teman kami yang melakukannya. Tapi tulisan tangannya terlihat asing bagi kami, dan temanku tidak akan pernah bertarung dengan Yama untuk menghidupkan kembali orang asing."

'Seseorang kenal aku… dan menghidupkanku.'

"Kami masih bisa menjawab." Youmu mengganggu pemikirannya. "Tapi izinkan aku pergi dan memasak sesuatu untuk dimakan. Sekarang sekitar siang hari disini."

Dia mengangguk. Tapi ketika Youmu mau pergi, dia memanggil kembali. "Tunggu, berapa lama aku tadi tertidur?"

"Kira-kira… lebih dari setengah hari. Aku menemukanmu ketika disini matahari terbenam."