Pairing: Agatsuma Zenitsu/Kamado Tanjirou
.
.
.
Sebuah cerita gajelas yang sangat pendek berlatarkan Kimetsu Gakuen. Hanya mengisahkan secuil imajinasi author tentang Zentan.
Zenitsu menghisap rokoknya dalam, mata kuning yang tak berkedip menatap langit senja kemerahan. Matahari akan tenggelam sebentar lagi, tapi tampaknya ia tak bisa menikmati pemandangan tersebut. Bangunan tempat ia bersandar membelakangi matahari, dan hanya bayanganlah yang menyinari tubuhnya yang bersandar lesu di dinding.
Sudut bibirnya masih terasa nyeri. Bergerak menghisap rokok saja membuat Zenitsu ingin berhenti, tapi tidak ia lakukan. Beberapa titik di wajah dan sekujur tubuhnya berkedut, memberinya peringatan. Kelihatannya masih ada darah di lukanya yang belum sembuh.
Menghela asap rokok dari palung paru-paru, Zenitsu melongok ke jam di tangannya. Sudah pukul lima lebih tiga puluh. Harusnya 'dia' sudah selesai sekarang...
Brakk.
Suara pintu atap terbuka dengan agak tergesa terdengar sangat keras di telinga Zenitsu. Langkah kaki buru-buru yang telah ia dengar jauh sebelum sepasang kaki yang tengah menghampirinya sekarang berderap, memekakkan indera pendengarannya. Namun hal yang Zenitsu dengar dengan sangat jelas adalah degupan jantung yang tak tenang. Terdengar gelisah, khawatir.
Zenitsu merasa tenggorokannya sedikit tercekat tak nyaman. Rokok yang kini tinggal setengah batang dibuangnya saat dirinya akhirnya menoleh ke arah suara, bertemu pandang dengan sang pemilik.
"Zenitsu-senpai!" Panggil Tanjirou saat dirinya sudah berada pada jarak pendengaran Zenitsu. Pemuda bersurai merah yang tampak menyatu dengan warna senja itu segera membungkuk di sisi kakak kelas, ekspresi tak percaya dan khawatir termimik di wajahnya yang tampak tegang.
Sudut bibir Zenitsu tertarik sedikit. "Yo, Tanjirou..." Sapanya dengan santai. Mata kuningnya melihat dahi Tanjirou yang berkerut dalam respon, seolah mempermasalahkan apa sapaanny. Seperti biasa.
"Apanya yang hai, senpai? Baumu buruk sekali!" Tanjirou menunduk, merogoh saku untuk mengeluarkan sapu tangan. Gemerincing suara anting hanafuda yang mengikuti gerakan kepala Tanjirou serasa musik di gendang telinga Zenitsu.
Zenitsu tersenyum, merasa hatinya menghangat saat Tanjirou akhirnya mengusapkan sapu tangan ke wajahnya dengan hati-hati sembari mengomel. Meski lumayan sakit, tapi ia senang karena dirinya diurus sang adik kelas favorit.
"Tolong jangan berkelahi lagi." Tanjirou mengakhiri serentetan nasehatnya, yang sayangnya tak didengar sang kakak kelas, dengan dengusan kecil dan tangannya menepuk wajah Zenitsu secara pelan untuk yang terakhir kali.
Zenitsu hanya bergumam dan mengangguk-angguk, matanya tak henti mengawasi wajah Tanjirou yang berjarak sangat dekat sekarang. Ah, sungguh beruntung dirinya hari ini.