Zenitsu tersenyum lembut dan menatap keduanya dalam. Ya. Dia memang egois karena tak mampu menentukan satu pilihan pasti. Namun berbohong akan sangat mustahil dilakukan kepada dua alpha yang merupakan kawan setianya selama menjadi pemburu iblis.

Zenitsu tak pernah menyangka, pertemuannya dengan dua alpha yang berdiri di hadapannya saat ini akan memberikan perasaan campur aduk di setiap momennya. Dan dari keduanya pula Zenitsu merasakan apa itu kasih sayang, apa itu cinta, apa itu keluarga. Sesuatu yang Zenitsu dambakan sedari kecil dan hanya ia dapat dari kakeknya yang sudah tenang di alam yang berbeda. Maka dari itu, ia akan bersikap egois untuk membuat keluarganya utuh seumur hidupnya.

Namun kedua alpha itu diam tak bergeming. Tak marah ataupun memberikan reaksi pasti atas pernyataan Zenitsu. Apakah mereka marah? Apakah mereka tidak sudi menerima penolakan Zenitsu ini?

Senyum yang terpatri di bibir Zenitsu pun luntur.

"Apa kalian marah?" Tanya Zenitsu takut-takut.

Kedua alpha yang sedari tadi tak berkutik pun menatap heran Zenitsu.

"Apa maksudmu?" -Tanjiro

"Untuk apa kami marah?" -Inosuke

Zenitsu menatap keduanya sebentar. Bingung bagaimana cara mengutarakannya.

"Maksudku, kalian pasti marah bukan karena kutolak?"

"HAH?" Pekik Tanjiro dan Inosuke.

"Kalian kan aku tolak barusan..." cicit Zenitsu.

"Masa sih?! Kalimatmu itu jelas-jelas mengatakan kau itu suka kami berdua!" Sergah Tanjiro.

"Benar itu! Jadi kau mau kami berdua untukmu, begitu kan?" Sambung Inosuke.

Zenitsu memandang tak percaya keduanya.

"YA BUKANNYA KALIAN HARUSNYA MARAH?" Pekik Zenitsu bingung.

"KENAPA KAMI HARUS MARAH?!" Balas Inosuke tak kalah bingung.

"IYA! KAN KAMI MEMANG SUKA DENGANMU!" Ujar Tanjiro.

"Eh? Lalu?" Zenitsu semakin tak mengerti.

"YA TIDAK MASALAH KALAU KAU TAK BISA MEMILIH. KAU BOLEH MENDAPATKAN KEDUANYA!" -Inosuke

"Bukankah itu bagus?!" Ujar Tanjiro.

"BAGUS DARI MANA?! MEMANGNYA ADA OMEGA DENGAN DUA ALPHA?!" Zenitsu pusing sekarang.

"Aku tidak tahu. Tapi kenapa tidak dicoba?" Saran Tanjiro.

"Ide bagus! Kita jadi pasangan flamboyan pertama di era ini!" Pekik Inosuke senang.

"FENOMENAL, INOSUKE BAKA!"

"APA KATAMU, MONITSU?!"

"BAKA BAKA BAKA!"

"AWAS KAU YAH!"

"Tidak! STOP STOP! Ini sudah petang dan kita jangan membuat keributan." Pekik Tanjiro menengahi keduanya yang hendak membuat keributan.

"Um jadi bagaimana?" Tanya Zenitsu lagi.

"Ya kau omega kami!" Jawab Tanjiro lantang.

"HWEEEEEHHH?!"

.

.

.

.

.

Zenitsu berlari ke dalam dan menuju ruangan di mana Kanao berada.

"Kanao! Tolong aku!" Pekiknya heboh.

Kanao yang duduk sembari menatap lembaran dokumen terkait kediaman kupu-kupu pun menghentikan kegiatannya dan tersenyum tipis. Zenitsu pun tersenyum lega dan mendekati wanita pendiam itu. Tak butuh bertukar kata baginya untuk tahu apa yang Kanao ucapkan. Karena bertahun-tahun mengenalnya, Zenitsu tahu Kanao merupakan beta unik yang jarang bertukar kata dengan siapapun. Ketika ditanya apa masalahnya, Kanao hanya tersenyum tanpa makna. Dan Zenitsu menyadari impuls yang dikeluarkannya. Sama. Mereka dirobek dari kain yang sama bernama kecacatan kasih sayang.

Dengan senang hati Zenitsu merebahkan diri dan menjadikan paha sang perempuan beta itu menjadi bantalan kepala. Kepala ditengadah dan menatap Kanao yang tersenyum penuh semangat. Menjanjikan sepasang telinga untuk mendengarkannya. Dan mengalirlah keluhan dari omega kuning.

"Kanao-chan...apa tidak apa seorang omega memiliki dua alpha?"

Kanao bergumam, Zenitsu kembali melanjutkan, "maksudku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan tubuhku jikalau diklaim oleh dua alpha. Apakah akan baik-baik saja? Apakah tidak akan mengalami kebingungan menerima sinyal atau perintah?"

"Hmmm."

"Aku tahu keduanya sama-sama anak gunung. Pemikiran sama, dipoles sedikit sama. Namun yang namanya gejolak emosi serta nafsu terkadang berbeda, bukan?"

"Hummm humm."

"Aku tak yakin bisa menerima keduanya. Apa kata orang-orang? Apa aku akan semakin dibenci? Apa aku harusnya mati? Huhuhu Kanao-chan..." Zenitsu menangis tersedu. Kanao memilih tersenyum sembari menepuk punggung dan mengusap helai kuning milik Zenitsu. Tanpa Zenitsu sadari, Inosuke dan Tanjirou mendengar semua kalimat Zenitsu dengan jelas. Entah karena Zenitsu sedang tidak awas, atau karena terlalu dilanda kebingungan sehingga indera pendengarannya menumpul sejenak. Tapi yang jelas, kata demi kata dari Zenitsu menyadarkan kedua alpha polos itu tentang apa yang harus mereka perbuat.

Sementara itu Nezuko yang baru saja keluar dari kotaknya pun merangkak menuju ruangan di mana terasa jelas sekali aroma tertekan dan buah persik yang masam. Dengan cepat ia pun mendekati Zenitsu dan Kanao kemudian mengangkat Zenitsu dari posisi berbaring ke dalam pelukannya dan mengajak Kanao untuk bergabung dengannya.

.

.

.

.

.

.

.

Zenitsu menatap heran para penghuni kediaman kupu-kupu yang berlari kesana kemari sembari membawa tumpukan kertas warna-warni. Ketika tangannya hendak menepuk salah satu di antaranya, mereka akan mempercepat gerakannya dan menghilang sepersekian detik seolah menjauhi Zenitsu yang pundung. Zenitsu tak tahu apa yang terjadi hingga mendapat perlakuan demikian. Namun memaksa mereka untuk menjawab pertanyaan Zenitsu dirasa tidak seharusnya dan Zenitsu pun memilih diam dan merenung di lembah dekat hutan.

Matahari kembali keperaduannya dan Zenitsu masih enggan untuk beranjak dari duduknya. Ia tak yakin akan sanggup menerima keterdiaman para penghuni kediaman kupu-kupu untuk kedepannya dan memutuskan untuk bermalam di gua dekat lembah tadi. Namun niatnya batal ketika suara-suara yang dikenalnya beserta lampion-lampion cantik menerangi hutan.

"Kau disitu rupanya!" Pekik Inosuke yang segera menghamburkan diri kearah Zenitsu disusul Tanjirou dan Nezuko.

"Hai guys." Sapa Zenitsu sedikit ragu.

"Kenapa kau berada di sini? Ayo. Kami sudah menyiapkan sesuatu untukmu!" Ujar Tanjirou sembari menarik tangan Zenitsu dan Nezuko kearah kediaman kupu-kupu. Inosuke mendorong pelan punggungnya seolah-olah jika ia tidak menjaganya dari belakang, Zenitsu akan pergi dan menghilang.

Dengan wajah bingung, Zenitsu pun hanya bisa pasrah dan mengikuti ketiganya di mana beberapa pilar dan para anggota kakushi serta penghuni kediaman kupu-kupu berkumpul di halaman dengan lampion warna-warni memperindah halaman rumah serta beberapa panggangan besi untuk memanggang daging segar yang sudah dibumbui yang menumpuk di sisinya.

"Um, apa kita sedang merayakan sesuatu?" Tanya Zenitsu bingung.

Semua yang ada di sana hanya tersebut senyum misterius dan mengabaikan pertanyaannya. Membuat Zenitsu sedikit takut akan niatan terselubung dari acara tersebut.

Merasakan perasaan takut dari Zenitsu, Tanjirou dan Inosuke pun mengambil tempat di sisi kanan dan kiri Zenitsu dan menggenggam masing-masing tangannya dan menciumnya hangat.

"Kita di sini merayakan pertunangan kita bertiga." Ujar Tanjirou dan Inosuke bersamaan. Zenitsu tersedak dan hampir terjerembap ke tanah jikalau tidak ditahan oleh keduanya.

"H-ha..hah. ..hahha... Apa kalian gila?" Tanya Zenitsu disertai tawa yang aneh. Zenitsu memekik dalam hati dan hendak menarik helai kuning panjangnya seperti orang gila jikalau saja keduanya tangannya tak kembali digenggam oleh kedua alpha di sisinya.

"Yah. Kami gila dan tidak tahu apa yang harus kami perbuat." Ujar Tanjirou sembari menggaruk tengkuk. Inosuke yang berada di sisi kirinya pun melanjutkan, "kami tak ingin kau merasa dicap aneh dengan yang lainnya. Maka dari itu kami membuat acara ini agar kau merasa lebih aman."

Tanjirou mengangguk setuju, "ya! Dengan begitu kau tak perlu menggubris pandangan negatif orang lain karena kau sudah sah menjadi milik kami!"

Oh, Kami. Tolong ingatkan Zenitsu kenapa ia menyukai dua alpha idiot ini!

"Ta-ta-ta-tapi-" Pekikan Zenitsu tertahan ketika kedua alpha idiot itu menggigit kedua sisi lehernya hingga berdarah dan sedikit menghisap darahnya. Membuat Zenitsu merasakan sensasi pusing dan rasa panas yang menjalari setiap inci tubuhnya secara tiba-tiba.

"Yes! Ritual mating pertama sudah dilakukan!" Pekik kedua alpha itu kesenangan sementara Zenitsu terkulai dengan wajah merah di pelukan mereka.

Di kerumunan para anggota pemburu iblis yang bersorak kegirangan, terdengar makian penuh kemarahan dari Aoi.

"IDIOT! BUKAN BEGITU CARANYA!"

TAMAT