Written by Yyohei

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : Sasuke Sakura

Rate : M

Genre : Romance, Hurt, Comedy


Sampai saat ini, kedukaan tetap melampaui. Semua salahku...

"Ino, aku hamil."

Kiamat sudah, suara kecil Sakura yang terdengar barusan membuat telinga Ino berdengung hebat. Tadi mereka masih bersenang-senang menonton film, tapi teman cantiknya ini membuat dirinya seolah diterjunkan ke dasar. Pantas saja sejak tadi Sakura terus saja diam tanpa ekspresi. Apa pun takdirnya kelak, Ino akan membunuh laki-laki sialan yang telah menghamili Sakura jika dia tidak mau bertanggung jawab. Sial! Dirinya saja tidak pernah berbuat apa-apa dengan Shikamaru. Jangankan berhubungan badan, ciuman saja tidak pernah. Tapi apa ini? Sakura yang pendiamnya minta ampun bisa kecolongan begini. Tuhan!! Ino rasa ia akan depresi.

"Jangan bercanda, ini tidak lucu!"

"Aku tidak sedang bercanda." Raut wajah Sakura memurung, bahkan perempuan itu mulai terisak di hadapannya. "Aku sudah memeriksanya hingga empat kali tapi hasilnya sama saja, aku positif."

"Lalu kenapa kau malah mengajakku menonton film jika niatanmu sebenarnya ingin mengatakan ini?"

"Aku takut, Ino."

Vertigonya menyerang, Ino sudah kelabakan sendiri. Ia tidak tahu harus seperti apa, antara kesal sekaligus prihatin. Kekasih Sakura, Uchiha Sasuke harus tahu ini. Mereka yang melakukan maka mereka jugalah yang harus menanggung konsekuensinya sama-sama. Sejak beberapa bulan ini Ino sudah curiga pada gelagatnya, baik Sasuke maupun Sakura. Gaya berpacaran mereka bisa dibilang berlebihan, berulang kali ia melihat Sasuke seenaknya menyentuh beberapa bagian tubuh kekasihnya itu. Logikanya, laki-laki tidak akan tergoda jika perempuan tidak memulai. Akhirnya, tetap saja Ino menyalahkan Sasuke atas semua ini.

"Sasuke harus tahu, dia harus bertanggung jawab."

Masa bodoh dengan isakan sahabatnya, Ino merebut paksa ponsel Sakura kemudian menghubungi nomor pelaku utama atas kekacauan yang terjadi. Kepalang tanggung, emosi Ino telah berada di ubun-ubun. "Hallo sayang?"

"Laki-laki bajingan!!! Ini aku Ino!"

Sakura memang bodoh, seharusnya dia tidak mau dengan laki-laki ini. "Apa-apan kau? Mana Sakura?"

"Jangan sekali-kali kau menanyakan tentangnya jika kau tidak datang ke rumahku sekarang juga, sialan!"

Cukup sudah, Sakura akhirnya merebut ponselnya kembali. Ino itu sangat temperamental, Shikamaru saja selalu kalah jika berdebat dengannya. "Ino, kau seharusnya tidak menyuruh Sasuke datang ke sini. Bagaimana jika dia tidak mau bertanggung jawab? Aku... Lebih baik aku menggugurkan anak ini."

"Apa katamu?" Dasar tidak tahu diri. Sudah berbuat dosa, sekarang malah ingin menambah dosa mereka lagi dengan melenyapkan darah daging sendiri. "Jangan bodoh, ku doakan kau terpanggang di neraka sana nantinya jika kau membunuh anakmu sendiri."

"Inoooo..." Lihat, yang bisa diperbuat Sakura sekarang hanya menangis karena Ino terus mengomelinya.

Betapa sulitnya memelukmu.

Perkenalan awal Sasuke dengan Sakura dimulai sejak memasuki sekolah tingkat atas. Anak itu terlihat lain dengan rambut merah mudanya, dia pendiam tetapi sangat murah senyum. Karena dirinya dan Sakura sangat mencolok, banyak sekali yang menggoda keduanya. Semakin lama, muncul letupan-letupan rasa yang mencubit hatinya. Ini kali pertama ia begini, dan Sasuke yang berani memulai. Semakin dekat, dalam kurung waktu beberapa bulan keduanya resmi menjadi sepasang kekasih. Dan kini, entah kenapa ia jadi sangat cemas akan keadaan Sakura ketika Ino menghubungi dan mengoloknya berkali-kali. Sial! Karena Ino ia jadi harus berbohong pada Ibunya sendiri jika ia keluar malam untuk mengerjakan tugas penting. Perempuan itu cerewet sekali, Sasuke jadi heran bagaimana bisa Sakura tahan memiliki sahabat seperti Ino.

Hampir pukul setengah sepuluh malam, Sasuke merasakan hawa dingin menusuk kulitnya. Ia berjalan gontai ke pintu setelah memarkirkan motor besarnya di halaman rumah Ino. Baru saja Sasuke akan mengetuk pintu, si tuan rumah telah membukanya terlebih dulu sembari memberinya pelototan tajam. "Ada apa? Mana Sakura?"

"Ku kira seharusnya Sakura sendiri yang harus mengatakan ini, tapi dia terus saja menolak bertemu denganmu. Ayo masuk!"

Dari pada harus berdebat sengit dengan Ibu tiri, Sasuke memilih menuruti apapun yang dikatakan Ino. Beruntung ayahnya berada di luar kota, tapi beban pikiran Ino tertuju pada tetangganya. Semoga saja besok tidak ada gunjingan untuknya karena membawa masuk laki-laki ke rumah. Tetangganya sangat sensitif sekali, sial sekali semua karena Sakura dan kekasihnya ini. Sejenak memusingkan hal lain, Ino memperhatikan Sasuke duduk di sofa dengan gelisah. Dia benar-benar mengkhawatirkan Sakura rupanya.

"Di mana Sakura?"

"Di kamarku."

"Aku ingin bertemu dengannya."

"Tapi dia tidak mau bertemu denganmu." Sasuke kali ini merasa dipermainkan. "Ku mohon bersabarlah sebentar, tahan emosimu dan dengarkan aku laki-laki menyebalkan!"

"Aku tidak emosi!"

Menjengkelkan sekali, jika bukan karena sahabatnya Sakura mana sudi ia berbicara dengan Sasuke. "Sakura hamil anakmu."

Satu kalimat yang dengan entengnya Ino ungkap. "A-apa?"


To be continue...