blin Slayer milik Kumo Kagyu

Highschool DxD milik Ichei Ishibumi

Crossover dengan beberapa anime atau mungkin game, yang kalian ketahui nantinya seiring cerita berjalan.

All Character OOC

Chapter 21

Bahaya yang mulai mengancam

Opening: Inferno by 9mm Parabellum Bullet

"Hm mata kanan ya? Menarik sekali, menganggap orang pilihanku seperti itu."

Sebuah senyum menghias wajah tan itu. Dagunya yang runcing dan hidung yang mancung, serta sorot mata yang tajam namun lembut. Membuat siapapun terpesona.

Berhias rambut putih sepunggung dan berbalut gaun hitam dengan tepian merah yang menampakan lekukan indah tubuhnya, membuat siapapun terbuai dengan penampilan dirinya.

Dialah sang dewi dari Order terbesar di benua Alvarez, pengaruhnya sekitar 35 persen di antara dewa dan dewi. Itu adalah persentase terbesar melebihi dewa dan dewi lama seperti Zeus, Odin, dan Shiva serta yang lainnya.

"Akhir-akhir ini, kau selalu melihat dunia bawah? Apa ada yang menarik?"

Suara pria itu kasar, tapi tak membuat dewi tersebut gemetar. Malah dia menjawab tanpa mengalihkan pandangan.

"Hah~ ada urusan apa kau kemari, Apollo? Jangan ganggu kesenanganku."

Sang dewa yang bernama Apollo melekukkan sudut bibir, menerima pertanyaan sinis karena mengganggu kesenangan dewi tersebut. Lalu dia merentangkan tangannya sambil memutar tubuh.

"Ayolah Freya, kecantikan dan keanggunanmu itu kenapa tidak pernah kau tunjukkan padaku? Apa kurangnya aku? "

Sang dewi yang sudah puas mengamati interaksi orang pilihannya dengan pria itu, segera berbalik dan menyentuh dagunya dengan anggun. Lalu menghampiri Apollo.

"Kurangnya dirimu? Kau bertanya hal tersebut padaku? Jangan bercanda, kau terlalu menampilkan hal-hal bodoh dan juga menjual ucapan. Aku tidak suka dengan itu semua."

Apollo yang mendengarnya, melekukan sudut bibir dengan berkedut. Ucapan Dewi itu sudah membuat lubang di hatinya. Tapi begitulah sikap Freya, selalu blak-blakan pada siapapun.

"Aku menyerah, lalu apa yang membuatmu tertarik pada dunia bawah?"

Freya melangkah melewati Apollo yang berdiri di sampingnya. Matanya menunjukkan ketetapan penuh, langkahnya gemulai seperti sedang berdansa.

"Aku tidak bisa memberitahumu karena ini urusan pribadi. Lalu … apa kau sudah menyiapkan sesuatu yang akan datang. Kau tentu tak ingin namamu hancur seperti kedatangan Old God seribu tahun yang lalu, bukan?"

Apollo mendecih, dia merasa cukup basa-basinya. Freya menolak semua umpan yang dia berikan hanya untuk memutar kata. Dengan ketetapan mata yang sama, diiringi senyum percaya diri dia mengungkapkan.

"Masa lalu adalah sejarah jangan diungkit lagi, sekarang aku memiliki kerajaan dengan pasukan yang setia menyembahku dan jumlahnya 100 Legiun. Bagaimana?""

Freya menunjukkan sedikit minat pada apa yang dilontarkan Apollo, kini dia menghadap pada dewa tersebut dengan senyum nakal.

"Ara~ usahamu selama seribu tahun ternyata sedikit membuahkan hasil. Setidaknya, jumlahnya 1 persen dari legiun yang kumiliki."

Apollo yang sudah terlanjur percaya diri kini harus menerima kenyataan pahit. Jumlah Legiun yang dimilikinya saat ini, hanya 1 persen dari apa yang dimiliki dewi tersebut.

'Dengan kata lain dia memiliki 10.000 Legiun.'

Apollo menelan ludah dengan berat, jumlah itu bahkan melebihi imajinasinya. Untuk mengumpulkan satu Legiun yang tetap setia menyembah, itu sangat sulit lalu bagaimana dewi tersebut memiliki jumlah Legiun sebesar itu.

'Satu Legiun berisi 100.000 tentara dan jika dia memiliki 10.000 Legiun, maka jumlahnya menjadi 1 milliar Prajurit.'

"Wah~ sepertinya kau sangat bekerja keras, ya?"

Apollo melayangkan perkataan itu sekedar bercanda, namun yang dia dapat dari Freya adalah jawaban dingin nan menusuk.

"Aku tidak akan membiarkan kejadian itu terulang lagi."

Freya menatap Apollo yang sudah membuat kejadian seribu tahun itu sebagai candaan. Padahal korban pada waktu itu, jumlahnya 100 kali lipat dari Legiun yang dimiliki Freya saat ini. Benua Alvarez berada pada kondisi mengerikan selama 100 tahun.

Lalu perlahan mulai pulih kemudian 200 tahun bersilam, datang [penjelajah asing] yang mengatasnamakan Empire Legiun dan berkecamuk perang kembali.

Satu orang berhasil memimpin pertempuran itu, meskipun cara yang dia pilih adalah menjalin kontrak dengan Messenger of Death God. Lalu 200 tahun berselang Doomsday terjadi, mengakibatkan semua ras hanya tersisa seperempat dari jumlahnya.

"Great War, Empire War, Doomdays. Tiga perang besar telah memporak-porandakan benua ini. Aku tidak akan tinggal diam, setelah melihat semua itu."

Freya mengucapkan itu dengan parau, sedangkan Apollo tertunduk saat mendengarnya. Hatinya merutuki diri, saat salah menilai kata yang diucapkan.

"Memang pantas kau dipuja oleh semua Ras di dunia bawah. Kepedulian dan kasih sayangmu, seperti seorang ibu."

Apollo mengucapkan itu dibarengi senyum yang merekah, lalu senyuman itu berubah masam sambil melanjutkan.

"Tapi kadang kau memberikan rasa sakit pada manusia, aku heran kenapa manusia betah dengan metode yang kau gunakan?"

Freya menghela napas ketika mendengar itu, dia menurunkan sikapnya serta menjawab dengan anggun.

"Manusia itu membutuhkan rasa sakit untuk berkembang, lalu sedikit rasa bahagia untuk membuat mereka senang, kemudian penderitaan untuk mengerti sesama, terakhir harapan agar mereka bisa menatap hari esok."

Kini berganti Apollo yang tertarik mendengar penjelasan dewi cantik itu, layaknya murid yang siap mendengar pesan gurunya. Dia menarik sudut bibir dan menyiapkan telinga, untuk mendengar penjelasan berikutnya.

"Aku mewujudkan semua dan meyeimbangkannya, menggunakan simbol dari otoritasku sebagi dewi. Memecahnya menjadi empat bagian, kemudian menjadikan mereka berdiam pada satu orang."

Sampai sini, Apollo menyela penjelasan dewi Freya.

"Tunggu, apa maksudmu membagi Otoritasmu sebagai dewi? Lalu mewujudkannya pada satu orang, bagaimana bisa?"

Freya tersenyum lalu tertawa pada pertanyaan itu, suara tawanya terdengar merdu bahkan bulu roma sang Apollo berdiri ketika mendengarnya.

"Ehehe, aku mendapat pengetahuan ini dari Zeus dan Odin serta Shiva. Mereka menyebutnya dengan Awatara. Aku memiliki otoritas dewi sebanyak empat yaitu Keindahan, Kekuatan, Kasih sayang dan pengetahuan. Lalu aku ubah semuanya menjadi berkah yang kutitipkan, pada satu orang dan orang yang kutitipkan berkah itu akan diberi nama Seorang Maiden."

Tangan Apollo secara refleks menggosok dagu, saat mendengar penjelasan Freya. Kepalanya mulai bekerja untuk memahami penjelasan Freya. Saat dia sudah mengerti pertanyaanpun diajukan.

"Dengan kata lain, kau menciptakan empat sosok yang kekuatannya setara dirimu, benar? Tapi untuk apa kau melakukannya?"

Kali ini Freya memandang lembut Apollo seakan mengasihaninya, yang ditatap seperti itu merasa malu jadi hanya menggaruk belakang kepala dengan cengengesan.

"Jawaban pertanyaan pertama adalah iya, aku membuatnya seperti itu dan jawaban kedua berhubungan dengan sifat seluruh Ras yaitu saling terhubung."

Alis Apollo terangkat saat mendengar penjelasan Freya, lalu dia bertanya kembali.

"Apa maksudmu dengan Terhubung?"

"Itu sifat dasar seluruh Ras yang selalu peduli satu sama lain."

Freya menghela napas setelah menjawabnya. Dia mulai bosan saat menerima berbagai pertanyaan dari Apollo. Ketika melihat tanda dewa itu mulai bertanya lagi, ia langsung mengalihkan topik.

"A-"

"Bagaimana perkembangan [mereka] yang menciptakan 8 senjata Maha dasyat itu, apa berhasil?"

Dihadapkan pada pertanyaan yang tiba-tiba, Apollo mengurungkan niatnya untuk bertanya. Hatinya masih kesal karena ingin tahu dengan detail apa arti terhubung itu.

"Projek itu sudah berjalan 99,9℅ setelah melewati 1000 tahun pembuatan. Kurasa dalam waktu 1 atau 2 tahun mendatang akan siap digunakan."

"Jadi begitu, tinggal 2 tahun lagi ya. Sungguh projek maha besar. Aku yakin Hepaishtus, Ganesha serta kembar Kurcaci itu pasti kewalahan. Karena bekerja selama 1000 tahun tanpa henti. Sepertinya, aku akan berkunjung untuk melihat-lihat."

Apollo mengangkat bahu pada pertanyaan Freya, dia tidak peduli dengan perasaan orang yang disebutkan barusan. Yang membuatnya tertarik, kenapa Freya menanyakan hal tersebut padanya. Meskipun kenyataan, kalau dia salah satu dari empat ketua pengaman dari Projek tersebut.

"Ya aku tidak ambil pusing, selagi posisiku aman aku baik-baik saja."

"Pemikiran seperti itulah yang membuatmu sedikit memiliki pengikut. 8 benda maha dasyat itu akan sangat berguna, aku berharap benda itu selesai dalam 1 tahun lagi. Agar ada masa untuk pemilik benda-benda itu menguasainya."

Apollo malah menambah kesan tidak peduli, namun dewi tersebut berhasil memancing keingintahuannya.

"Memangnya, untuk apa benda itu?"

Freya sudah lelah untuk menjelaskan pada Dewa di depannya, jadi dia memberikan pertanyaan kepadanya

"Hah~ saat aku telah menjawabnya, maukah kau pergi dari sini?"

Karena merasa urusannya juga sudah hampir selesai, anggukan kepala dia lakukan merespon pertanyaan Freya.

"Baiklah kalau begitu, benda tersebut disiapkan jika suatu waktu Gerbang antar dimensi yang menghubungkan Eksternal dan Netherwold terbuka. Mereka yang ada di dunia bawah punya kekuatan untuk menghadapi sesuatu seperti itu, juga agar digunakan untuk menghukum dewa atau dewi yang melewati batas. Itulah penjelasannya, sekarang pergilah!"

"Hn begitu ya, aku mengerti. Kalau begitu, aku pamit dewi cantikku!"

Apollo berbalik dan menghilang dari tempatnya berdiri, sedangkan Freya menghela napas ketika dewa itu pergi.

Dia lalu berjalan menuju tempat dimana ia meletakan dadu penentu takdir. Setiap dewa atau dewi memiliki itu, hasil dari lemparan dadu akan menentukan tindakan dan nasib petualang yang dilemparkan dadunya.

"Hah~ dasar Apollo! Selalu mengganggu kesenanganku, sekarang waktunya untuk memutar dadu takdir. Kita lihat, apa takdir yang menunggumu, Rat Slayer?"

Dadu takdir sudah dilempar dan menunjukkan hasil, ketika melihatnya Freya tersenyum puas. Angka yang ditunjukkan sang dadu, benar-benar membuatnya senang.

"Aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan saat harus mempertaruhkan apa yang telah kau ucapkan itu, Rat Slayer. Apa kau ragu atau malah menghujatku. Jika kau ragu maka kau tak layak, namun jika kau tidak ragu maka aku akan memberimu bantuan. Aku benar-benar menantikannya. Ehehe!

Tawanya yang merdu sambil tangan menutupi mulut, merupakan sikap yang biasa dia lakukan saat menunggu sesuatu yang mendebarkan baginya.

Nadeshiko Shizuka sibuk menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan, sebab sang Guru mengatakan ingin pindah. Botol, gilingan ramuan, serta buku-buku panduan pencampuran bahan herbal dimasukan tas miliknya.

"Apa sudah siap?"

Shizuka menoleh pada sumber suara dan mendapati gurunya, sedang bersidekap menahan dua gunungan ranum miliknya.

'Aku masih tidak percaya jika usianya saat ini sudah 150 tahun, tapi tubuhnya masih terlihat muda.'

Dia iri pada penampilan gurunya yang tidak berubah sama sekali, meski sudah melewati satu abad. Dari penjelasan yang diketahui olehnya ketika pertama kali belajar, itu karena berlian di dahinya serta darah keturunan Senju yang unik.

Setiap manusia memiliki Klan dan setiap klan mempunyai keunikan, tapi sejak Doomdays terjadi serta perang yang menyusul kemudian. Jumlah manusia yang memiliki Klan dengan kemampuan unik menjadi langka. Contohnya Senju, klan ini memiliki spesialisasi terhadap pengobatan dan kemampuan meregenasi tubuh serta memperkuatnya. Legenda mengatakan, kalau Leluhur Klan Senju mendapat kekuatan itu setelah diajari oleh bangsa Elf.

Sekian lama termenung dengan rasa iri pada penampilan gurunya, ia menggelengkan kepala dan segera menyahut.

"Sudah selesai, sensei!"

"Baguslah!"

Sang guru menanggapi dengan mengangguk pelan dan membalikan tubuh, membuat jubah hijau yang dikenakannya berkibar. Di mata Shizuka itu nampak anggun.

'Sensei, keren!'

Tapi kembali dia menggeleng, bukan itu yang terlintas di kepalanya. Namun sebuah pertanyaan yang ada hubungannya dengan Rat Slayer.

"Ano Sensei, aku tahu ini mungkin lancang tapi kenapa kau bersyukur saat mengetahui Rat Slayer yang memiliki nama asli Uzumaki Naruto masih hidup? Apa sebenarnya yang terjadi dengan klan Uzumaki? Dan siapa mereka sebenarnya? Lalu apa keunikan dari klan tersebut, Sensei?"

Tsunade menghentikan langkah ketika dihantam pertanyaan bertubi-tubi seperti itu oleh Muridnya, ia pun melekukan sudut bibir dengan berkedut.

"Shizuka! Sudah kubilang padamu. Jika bertanya pada seseorang lakukan perlahan, jangan memberondong seperti itu."

Keringat jatuh di pelipis Shizuka, wajahnya pun tersenyum kaku. Kala sang guru mengingatkan hal itu terus-menerus pada dirinya.

"Iya maaf, Sensei."

"Hah~ baiklah, darimana aku harus menjawabnya."

Sang guru memegang dagu, pikirannya terus berputar untuk mencari cara menjawab semua pertanyaan yang diajukan Shizuka. Setelah menemukannya, dia mulai menatap serius Shizuka.

"Klan Uzumaki adalah saudara jauh Klanku. Leluhur Clanku Takegomo Senju mengadakan Kontrak penggabungan keturunan, dengan Leluhur Klan Uzumaki yaitu Uzumaki Arashika.

Wanita berdahi berlian itu menutup matanya sambil tersenyum, seakan mensyukuri apa yang telah diperbuat oleh kedua leluhur itu.

"Kemudian cucu dari leluhurku yang kelak akan menjadi Kakekku yaitu Hashirama Senju, menikah dengan cucu dari leluhur Klan Uzumaki dia nantinya akan menjadi nenekku bernama Uzumaki Mito. Sejak saat, kontrak penggabungan keturunan terjalin. Jadi, apabila salah satu klan mengalami kesulitan dimasa depan, maka kami harus saling membantu menyelesaikan kesulitan tersebut."

Sampai sini Shizuka melihat raut wajah sensei berubah, pandangannya menatap kosong ditambah tangannya saling berpautan erat dan bahunya sedikit gemetar.

"Itu terjadi 710 tahun yang lalu, kedua klan sama-sama mendukung dan terciptalah sebuah kota bernama Uzushio, letaknya kalau sekarang mungkin di tengah-tengah pulau bernama Uncharted Land."

Makin lama Shizuka melihat wajah gurunya semakin menggelap, hingga matanya tertutup poni. Dalam hati, dia merasa bersalah telah mempertanyakan hal itu.

"Sensei sudah cukup, sampai situ-"

"Tapi … 10 tahun kemudian mereka datang. Penjelajah asing dengan mengatasnamakan [Empire Legion], menyerang kota itu dan membantainya. Makhluk itu membuka semacam gerbang dan memanggil lebih banyak dari mereka."

Shizuka menahan napas saat mendengar itu, dia benar-benar sudah menekan ranjau darat. Apa yang sudah dia tanyakan merupakan kenangan pahit yang pernah dia baca, dalam buku Densetsu no Yusha Vol 2 bab 3 perang besar kedua. Namun, disana tidak disebutkan secara pasti nama klan yang dibantai, untuk membuka sebuah pintu ruang dan waktu.

"Saat itu kakek leluhurku dan ketua Uzumaki menahan mereka, Air mata, keringat, dan darah sudah menjadi satu tapi tidak berhasil. Lalu seorang Uzumaki misterius, mengadakan kontrak dengan Messenger of Death God."

Air mata melewati pipinya sepanjang dia memberitakan itu dan Shizuka tidak kuasa menghentikan. Dirinya juga sama, meneteskan air mata mendengar semuanya. Lalu senseinya melanjutkan.

"Setelah berhasil membuat kontrak gelap itu, dia mendapat kekuatan dari Death God. Dia membangkitkan Bone Armys dan melawan balik. Semua monster itu berhasil dihalau dan dikembalikan masuk ke dalam gerbang itu. Namun, bayaran atas perbuatannya adalah dia tidak dapat kembali menjadi manusia serta menjalani kehidupannya sebagai tengkorak berjalan, menurut beberapa orang yang pernah bertemu dengannya dia menyebut diri sebagai Skull Knight. Entah, apa yang sedang ditunggunya. Tapi aku harap bisa bertemu dengannya untuk berterima kasih."

Lalu Sensei yang memiliki berlian di keningnya itu, mengelap air mata di pipinya kemudian menatap lembut Nadeshiko Shizuka. Yang telah mendengar ceritanya dengan teliti dan memiliki air mata pula.

"Maaf jika aku membuatmu bersedih, sepertinya aku membuatmu terguncang ya."

"Tidak masalah, aku juga minta maaf karena telah meminta hal seperti ini, Tsunade-sama!"

Dia langsung menutup mulut karena telah memanggil gurunya dengan nama asli, itu adalah perbuatan lancang bagi seorang murid. Seperti yang kau tahu, di dunia ini memanggil dengan nama asli adalah hal tabu jadi ingat itu dengan baik ya:').

"Tidak apa-apa, aku memakluminya. Yang tadi itu adalah sejarah klan Senju dan Uzumaki serta alasan kenapa aku bersyukur. Sebab Rat Slayer atau yang memiliki nama asli Uzumaki Naruto itu masih hidup. Karena dia berhasil selamat dari sesuatu yang sama seperti 700 tahun yang lalu, meski skalanya kecil atau bisa dikatakan gagal."

Mata Shizuka berkedip-kedip ketika menerima jawaban itu, lalu tanpa sadar mulutnya mengeluatkan suara.

"Sesuatu yang sama seperti 700 tahun yang lalu, apa maksudnya?"

"Aku tidak bisa menjamin kebenarannya, tapi menurutku. Dia secara tidak langsung selamat dari pembantaian ras asing yang mengincar klan Uzumaki, sebab rencana mereka digagalkan. Itu terjadi sekitar setahun yang lalu."

Shizuka memegang dagu, dahinya berkerut dan otaknya menganalisis apa yang telah disampaikan oleh Tsunade. Tiba-tiba matanya melebar dan langsung berkata dengan nada khawatir.

"Apa mungkin klan tersebut dibantai oleh Omni-Rat sebab tadi Night Elf itu cerita, kalau ada orang yang lebih tahu dan memberikan sesuatu pada Rat Slayer tentang Omni-Rat. Disana juga ada tulisan tentang pengorbanan dengan memberi [Sacrifice Seal] di tubuh orang yang hendak dikorbankan. Kalau tidak salah, namanya apa ya?"

Shizuka mengetuk-ngetuk jari berulang kali pada dagu, dahinya berkerut sedang otaknya berusaha menemukan nama dari pembantaian itu. Tsunade juga menunjukkan ketertarikan, dengan apa yang akan disampaikan oleh muridnya.

"Ah sial, aku lupa! ingatanku buruk sekali."

Bahu yang tadi tampak terangkat karena antusias, kini mengendur kala sang murid mengucapkan itu. Namun, dia tidak ingin memaksa sang murid untuk bertanya lebih, sebab dia paham bagaimana ingatan sang murid begitu lemah tentang hal-hal sulit.

"Sudahlah tidak usah dipikirkan. Karena semua pertanyaanmu sudah terjawab ayo kita berangkat! Oh iya, untuk keunikan klan Uzumaki sendiri. Mereka bisa menghilangkan rasa sakit ditubuh ketika bertarung dan melepaskan semua potensi."

Shizuka yang mengetahuinya mengangguk, dia tidak ingin bertanya lebih. Sebab sudah tahu banyak tentang klan dari Rat Slayer dan membuka kenangan pahit senseinya. Lalu dia mengambil tas, kemudian mengenakannya untuk bertolak menuju kota perbatasan.

Semak-semak bergoyang cepat, bergesekan dengan langkah kaki makhluk yang sedang terburu-buru. Hendak menyampaikan sesuatu yang amat penting.

Setelah melewati penjaga pintu dan melaporkan informasi yang dia bawa, akhirnya ia menunduk dengan penuh hormat pada sosok yang sedang duduk di hadapan setumpuk makanan.

Adalah Rat Scout yang ditugaskan oleh pemimpin Omni-Rat, yang kini sedang membawa sebuah tangan manusia untuk dilahapnya.

"Maaf menggangu waktu makanmu tuan. Aku membawa kabar penting!"

Sang Tuan menggigit tangan itu dan mengunyahnya, membiarkan anak buahnya yang baru menyampaikan kabar penting tapi menurutnya mengganggu waktu makan.

"Keh, aku benci saat waktu makanku di ganggu. Sebaiknya informasi ini sangat bagus, jika tidak kepalamu akan kulepaskan dengan kapak miliku."

Rat Scout meneguk ludah berat saat mendengar ucapan tuannya, dia segera mengangguk lebih dalam agar hal tersebut tidak menjadi kenyataan.

"Mohon maaf sekali lagi, jika aku mengganggu waktu makan tuanku!"

"Errrgh~ cepat sampaikan informasinya?"

Sang pimpinan mulai beringas, tangan yang baru dilahapnya pun dilemparkan ke samping Rat Scout. Membuat sang pelapor bergetar.

"Ba-baik, setelah melaksanakan perintah Tuan. Aku menemukan sebuah tempat yang pas untuk melaksanakan ******* ********, sekaligus memberi kordinat untuk saudara kita di Eksternal World. Tempat tersebut berada di desa para Rhea, jaraknya satu bulan perjalanan dari sini."

Topik yang disampaikan oleh bawahannya membuat wajah beringasnya melembut, kini matanya menatap tajam Rat Scout.

"Oh kedengarannya bagus, kali ini kau selamat. Segera kembali ke tempatmu dan bawalah daging manusia itu sebagai hadiah atas laporanmu."

Rat Scout senang mendapat pujian itu, dengan segera dia meletakan tangan di dadanya dan berdiri sambil berteriak tegas.

"Terima kasih atas kemurahan hati Tuan, kalau begitu aku permisi!"

Omni-Rat yang menjadi pimpinan mengangguk dan membiarkan bawahannya pergi, sambil membawa apa yang telah dia hadiahkan. Sementara itu datang dari arah belakang kursinya. Sesosok Omni-Rat, memegang tongkat dengan berlian biru di tongkatnya.

"Sepertinya promosi Classmu dari Barbarian ke tingkat selanjutnya akan terpenuhi dan juga, sinyal kordinat itu akan berhasil terkirim pada saudara kita di Eksternal World. Hm~ menjatuhkan dua burung dengan satu batu."

Taring Rat Barbarian muncul, ketika wakilnya memuji apa yang akan dia dapatkan. Jujur saja, selama ini dia sudah menahan diri agar rencananya berjalan sukses.

"Ahahaah~ kurasa ini sepadan, dengan pasukan sebanyak ini di tanganku. Aku mungkin bisa bertahan sampai saudara-saudara kita sampai kemari. Impianku adalah membangkitkan nama klanku yang sempat terpuruk, karena tidak memberi kontribusi di penyerbuan 700 tahun lalu. Kemudian memasukannya dalam The Thirteen Chair of House. Bagaimana menurutmu, Tuan Wizard?"

Sang Wizard memberi lekukan ramah dan membalas ucapan tuannya.

"Aku mendukung penuh dirimu yang merupakan penerus Gnawned dari klan Fester. Asal kau memberi jasa sebesar ini, aku yakin The Four Great Clans akan mempertimbangkan keinginanmu itu."

Mendapat jawaban yang membesarkan hatinya, sebuah senyum terukir di wajah Rat Barbarian. Dia akhirnya bisa membawa nama baik klannya, dan keluarganya tidak perlu menjadi budak lagi.

"Aku harap itu benar, setelah Classku naik maka aku akan menjadi Pemimpin Clan Fester dan Clanku akan masuk dalam The Thirteen Chair of House. Panggil Captain pasukan kemari!"

Sang Rat Wizard menunduk untuk melaksanakan perintahnya dan segera memanggil Rat Captain. Beberapa waktu kemudian, Rat Captain berdiri dengan Rat Wizard di sampingnya.

"Captain Folks dari pasukan Clan Fester, dibawah naungan anda melapor untuk menerima perintah!"

"Bagus, sekarang siapkan semua prajurit! Kita akan berangkat menuju desa para Rhea, untuk navigasinya biarkan Rat Scout itu yang menuntun."

"Siap laksanakan, Tuan!"

Rat Captain yang mengenakan armor lengkap dan sebuah perisai di tangan kiri, sedang di pinggang terselip pedang segera berbalik untuk menjalankan perintah Tuannya.

"Aku tidak akan melepaskan kesempatan emas ini, tidak akan kubiarkan siapapun mengganggu."

Itulah sumpahnya, sebelum dia kembali melahap makanan yang disediakan baginya.

And Cut

Yoo~ Jinchuriki Shukaku kembali dengan Chapter baru, bagi kalian yang penasaran sama apakah ada Klan lain selain uzumaki. Semoga Chapter kali ini membuat kalian tercerahkan.

Chapter ini hanya kilasan aja seperti kembang api yang begitu absurd namun semoga bisa dinikmati oleh kalian. Tapi serius, aku udah menuangkan seluruh rencana ke depan Fic ini dalam Chapter ini.

Masih tampak terlalu miterius ya kalau begitu siapkan mental kalian karena ke depan, Snow ball plot yang mengarah pada final Arc season ini akan dimulai.

Kuharap kalian bisa dengan sabar menunggu, membuat scene berdarah itu menguras emosi lebih besar daripada menulis tentang fight tapi tetap kesulitan terbesarku adalah membuat Romance:v

Hanya itu yang bia kujelaskan lebih dan kurang aku mohon maaf, semoga chapter kali ini bisa mengobati masa penantian kalian menunggu fic ini update.

Time to bales Review

D'Arc 01 : Ya, dan itu nanti bentuknya flashback. Mungkin aku akan buat dalam side story sendiri agar lebih mendalam tapi jangan terlalu berharap:v RL benar-benar membatasi gerakku

Rikito Namikaze : Naru di sini gak pandai mengungkapkan hal secara langsung, kebanyakan dia hanya mengungkapkannya menggunakan ungkapan

Ame to ai : Aku begitu Excited ketika membaca Review darimu. Terima kasih atas reviewnya sungguh menyentuh, untukmu yang langsung tertarik pada Goblin Slayer aku akan bertanggung jawab sebisa mungkin tapi gak janji.:v dan Lenneth itu sebenarnya belum sepenuhnya pulih dari trauma, sebab dia masih kekurangan satu puzzle untuk menyempurnakan kepulihannya:v

Guest : semoga chapter ini memberimu gambaran kasarnya ya :v

Sevirel Reshi Dashi : Aku bener-bener mengucapkan terima kasih padamu, yang selalu setia meninggalkan pesan dan kritik yang selalu membuatku lebih baik. Aku harap kamu tidak pernah bosan, untuk mengomeli diriku ini jika ada kesalahan ya. Dan untuk dugaanmu itu spoilernya ada di awal chapter ini :v semoga Puzzlenya kau pecahkan.