Sersan Matsuri duduk sembari bergidik ngeri di kursi bale-bale milik kediaman Sakura. Pandangannya lurus ke sosok Shikamaru yang nampak tertidur di kursi berbentuk serupa di kediaman milik Ino.

Beberapa menit yang lalu, Pasca dirinya ditinggal dengan semena-mena oleh kapten Azuma, dia mati gaya dan mematung di tempat karena tidak tau harus bagaimana. Hingga beberapa detik kemudian sosok Naruto dengan lancangnya menarik tangan Matsuri dan membawanya duduk di kursi ini tanpa berucap apapun. Lelaki berambut kuning itu kemudian masuk ke rumah dan meninggalkan Matsuri dengan keadaannya yang sekarang.

Meskipun Kapten Azuma bilang kalau dia harus mengawasi ketiga kriminal ini, Sersan Matsuri tentu saja salah kaprah atas apa yang harus dia lakukan. Pasalnya, tidak hanya dia tidak mampu membela diri apabila dia diapa-apakan (Matsuri tidak membawa senjata), dia juga di detik ini kehilangan visual kepada dua orang kriminal yang tinggal di area ini (Sasuke ada di dalam rumahnya sedari tadi, dan Naruto juga masuk ke rumah beberapa menit lalu)

'Duh gimana nih'

Pikiran liar terus membayanginya seiring dia tidak punya rencana. Dia terus membayangkan hal sinister seperti Naruto akan keluar dari rumah dan dengan tiba-tiba menancapkan pisau ke perut Matsuri, atau dia akan disiksa sebagai subyek untuk 'mengisi waktu' selama Letnan Sakura, Hinata dan Ino pergi. Pokoknya, pikiran Matsuri sedang tidak berpikir jernih sekarang.

DEG.

Matsuri hampir saja berteriak saat dilihatnya sosok Naruto keluar dari rumah dan menatapnya tajam. Pandangan tajam itu sangat menusuk dan membuat Matsuri merinding.

Bahkan..

Merinding yang Matsuri rasakan bertambah parah saat disadarinya Naruto mulai menyuguhinya secangkir teh.

"..."

"Minumlah." Ujar Naruto.

SIal! Apa teh ini ada racunnya?!

"Teh ini tidak ada racunnya."

"Um. Oke."

Wait.. Kalau dia bohong gimana?

.

Disclaimer : Segala karakter yang digunakan disini adalah ciptaan Masashi Kishimoto. Hanzama tidak berniat untuk melanggar hak cipta ataupun sebagainya. Segala bentuk kesamaan yang disajikan disini tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk menghibur pembaca.

Sinister Romance © Hanzama

Rating : M (For Save)

Genre : Romance,Family, Crime

Warning Crack Pair, Typo, EYD berantakan, Gaje

Hinata disini adalah versi RTN (Road To Ninja)/Yandere

Pair : NaruSaku, SasuHinaRTN, ShikaIno

.

.

.

DLDR

.

.

.

Summary : Naruto, Sasuke dan Shikamaru adalah Terroris yang akan dieksekusi mati selama 1 bulan lagi. Setelah divonis atas kejahatan mereka, mereka mengancam bahwa mereka sudah menanam sekitar 80 bom di seluruh penjuru ibukota, yang bisa mereka aktifkan kapan saja. Dan mereka tidak akan mengatakan dimana bom itu sebelum mereka mendapatkan permintaan terakhir mereka... yaitu mendapatkan istri yang dapat mereka nikahi.

..

XxXx

Berjalan dalam diam, Hinata, Sakura dan Ino membuntut kapten Azuma menyusuri jalan ber-paving yang dikelilingi kebun bunga matahari yang menghubungkan antara Area Z dan desa Myobokuzan. Jika menaiki mobil, perjalanan mereka ini bisa lebih cepat. Namun karena mereka berjalan kaki, perlu waktu setidaknya 20 menit untuk mereka sampai ke desa tersebut.

Tidak ada yang berbicara selama perjalanan. Bahkan Kapten Azuma pun hanya diam sembari memimpin jalan. Sakura, Ino dan Hinata juga tidak berniat mengobrol atau semacamnya. Hanya suasana langkah kaki mereka masing-masing yang menemani mereka hingga sampai ke gerbang desa.

Sesampainya di desa, mereka disambut oleh pemandangan yang sepenuhnya kontras. Sebuah pemukiman yang awalnya hanyalah rumah-rumah warga, kini berasimilasi dengan tenda-tenda militer yang didirikan di beberapa titik.

Desa Myobokuzan memang tidak besar, dan hanya dihuni sekitar 40 kepala keluarga saja. Itulah kenapa, tatkala desa kecil itu dijadikan basis komando militer, kau akan melihat warga berpakaian santai dan orang-orang berpakaian militer bercampur aduk. Sakura sih, tidak terlalu memperhatikan detail. Tapi nampaknya, personil milter yang ditempatkan di area ini ditambah pasca kejadian ketiga kriminal kabur kemarin.

Oke, atasan memang nampaknya tidak mau ambil resiko, Bahkan sebelum memasuki Area Z kemarin, Ankle Monitor mereka bertiga yang dilepas sudah diganti dengan yang baru (yang lebih canggih)

Kembali ke rumah yang familiar, Ketiga istri muda itu disambut oleh istri kepala desa yang menyalami mereka. Setelah mengobrol sebentar, mereka pun diarahkan oleh Kapten Azuma untuk masuk ke rumah kepala desa (yang oleh pemilik memang dipinjamkan sebagai tempat rapat).

"Kuingatkan, apapun yang kalian dengar nanti, Tolong jangan melakukan reaksi berlebihan." Ujar Azuma kepada Sakura, Hinata dan Ino.

Mendengar nasehat itu, ketiga orang itu bingung. Bahkan.. Lebih bingung lagi tatkala Kapten Azuma tidak ikut masuk dan menutup pintu dari luar.

.

[Chapter 12 : Final Order]

.

Skip

"APA?!"

Dan..Yaps, Sakura nampaknya lupa dengan nasehat yang diberikan oleh kapten Azuma beberapa menit lalu. Karena belum lewat 20 menit ketiga istri muda itu ada di ruangan, dan dia sudah meneriaki kolonel Jiraya dengan nada marah.

Jiraya sendiri, memaklumi reaksi yang diberikan Sakura.

"Letnan Sakura, ini keputusan atasan."

"Anda tidak bercanda kan?"

Kolonel Jiraya. Dia datang jauh-jauh ke sini karena dia ingin menyampaikan mandat langsung dari Jenderal Hashirama. Yang mana mandat tersebut adalah hasil dari rapat kemarin yang memberikan kesimpulkan bahwa Jenderal Hashirama setuju untuk menganggap bahwa bom HE adalah bohong dan mereka bertiga (para kriminal) akan dijemput untuk dieksekusi besok.

"Sebentar Kolonel, jadi maksud anda. Karena satgas gabungan pencarian bom tidak menemukan apapun saat pencarian, kalian langsung menyimpulkan kalau bom itu adalah bohong?" tanya Ino merekapitulasi ucapan Kolonel Jiraya.

"Ya." Kolonel Jiraya mengangguk.

Ino mengernyitkan dahi. Sebentar, Banyak sekali informasi yang masuk ke otak Ino kala ini. Bahkan saking banyaknya, neuron otaknya sangat sulit memproses logika yang terjadi.

Ini terlalu tiba-tiba.

"Ini adalah keputusan yang sudah dipikir matang berdasarkan fakta lapangan. 600 lebih lokasi sudah di cek, dan bom itu tidak ditemukan. Untuk meredamkan gelisah dari orang-orang kalangan atas (para pejabat pemerintahan), Para petinggi militer harus memberikan kesimpulan. Dan.. Inilah kesimpulan yang keluar pasca rapat kemarin." Ujar Jiraya menjelaskan.

Sakura diam mematung. Sedikit belum kuasa menerima hal yang terlalu mendadak ini.

"..ikan."

Jiraya menoleh. Ino dan Sakura juga sama, saat didengarnya sosok Hinata berbicara. Nada suaranya serak, namun dia mencoba berbicara sekuat tenaga.

"Sembilan alamat.. yang kuberikan.. Kalian sudah memeriksanya dengan benar .. belum?" tanya Hinata. Suaranya parau, menandakan kalau pita suaranya belum sembuh sepenuhnya pasca dicekoki bensin oleh Sasuke beberapa waktu lalu.

Ino dan Sakura mengernyitkan dahi, dan kemudian menoleh ke kolonel Jiraya.

Jiraya menghela nafas sebentar sebelum menjawab.

"Sudah.. dan Hasilnya nihil."

"..."

Hinata diam.

Sebentar.. Hinata masih merasa ini tidak masuk akal! Sasuke kemarin menyiksa Hinata gara-gara blueprint yang Hinata potret. Bahkan Hinata harus menelan bensin untuk mempertahankan informasi yang dia ambil (meskipun gagal). Sekarang, tatkala Hinata sudah memberikan 9 alamat yang Hinata ingat atas kejadian itu, orang ini bilang kalau di alamat tersebut tidak ditemukan apapun.

Hinata menunduk menahan emosi. kepalanya pusing dan nafasnya berat. Jadi kemarin Sasuke menyiksa Hinata untuk alasan apa? Kesenangan?

Sunyi. Beberapa detik sunyi menghampiri ruangan itu karena Kolonel Jiraya masih tidak enak hati untuk menyampaikan keputusan atasan itu. Namun karena misi harus dijalankan dan keamanan negara harus ditegakkan, dia pun pada akhirnya harus mengutarakan satu-satunya maksud utama dia datang jauh-jauh kesini.

Dan. Dilihat dari raut wajah ketiga istri muda yang ada di depannya. Informasi yang diberikan oleh Jiraya nampaknya tidak terlalu disambut dengan suka-cita. Entah kenapa.

.

0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o

.

Meanwhile / Reruntuhan Hellfire

"HAA?!"

Kapten Shizune yang sedang memimpin beberapa personil dan pekerja untuk menggali reruntuhan Hellfire dibuat kaget dengan berita yang dia terima dari pusat.

Berita yang datang beberapa menit yang lalu itu sepenuhnya membuat Shizune harus menghentikan pekerjaannya. Pasalnya berita itu sangat penting dan berasal langsung dari Jenderal Hashirama.

"Apa maksudnya para kriminal itu akan dieksekusi besok?!" Ujar Shizune tidak paham. Dia memegang surat yang lengkap dengan tanda tangan Jenderal Hashirama. Well, yeah, satu-satunya alasan surat ini datang secara fisik adalah karena komunikasi militer masih offline di saluran tertentu untuk menghindari serangan Temari (jika masih ada).

Kurir dari surat itu hanya mengangkat bahu. Dia menjelaskan semampunya.

"Sepertinya keputusan ini diambil saat rapat bersama Jenderal Angkatan udara Kemarin."

Shizune mengernyitkan dahi. Oke, terlepas dari rincian yang dibeberkan di surat tersebut, ada beberapa hal yang Shizune masih belum mengerti. Di surat itu tertulis bahwa : Karena keamanan nasional harus ditegakkan dan mempertimbangkan kurangnya bukti tentang ancaman Bom, maka eksekusi akan dipercepat.

Memang sih, itu berita bagus, namun ada sesuatu yang mengganjal benak Shizune. Informasi yang didapat tentang ketiga kriminal itu terlalu sedikit, dan setiap puzzle tentang mereka belum terpecahkan. Itulah kenapa Shizune ada disini sekarang, melakukan penggalian reruntuhan karena dia hendak merangkai dan mencari kepingan puzzle itu.

Namun jika dari atasan mengatakan bahwa semuanya sudah selesai dan eksekusi akan dilaksanakan besok? Shizune harus bagaimana?

Shizune diam berpikir.

"Apa yang akan anda lakukan?" tanya kurir surat yang ada di depannya.

Shizune menoleh ke sekitar. Pandangannya beralih ke sosok Kapten Inuzuka Hana dan Pasukan Korps Demolition yang hendak masuk ke reruntuhan membawa C4 dan kapak.

Shizune pada akhirnya memutuskan.

"Bilang ke markas pusat kalau kami akan tetap melanjutkan penggalian." Jelas Shizune.

Yah, penggalian harus dilanjutkan. Lagipula, Shizune tidak mungkin membatalkan penggalian jika sudah sampai sejauh ini. Toh, ada beberapa pasukan khusus lain yang sengaja ditugaskan disini untuk membantu.

"Kalau mereka dieksekusi besok, maka itu bagus. Kami akan tetap mencari informasi untuk berjaga-jaga." Jelas Shizune.

"Baiklah kalau begitu." Ujar Kurir surat itu memberi hormat.

Shizune membalas hormat kurir itu secara formal. Dan kurir itu pun berlalu pergi.

.

.

.

.

"Hei kau. Bantu aku membawa kotak-kotak ini." Ujar Shizune memanggil seorang lelaki muda untuk membantunya membawa persediaan

Pria muda itu mendekat tanpa bicara dan langsung membawa kotak-kotak itu dengan kedua tangannya.

"Hm, Aku tidak mengenalimu. Kau dari satuan apa?" tanya Shizune.

Lelaki itu menoleh.

"Pasukan Delta, anak buah kapten Kakashi." Ujar lelaki itu.

Shizune manggut-manggut.

"Rekrutan baru ya? Kau pasti sangat hebat karena setahuku kakashi sangat pilih-pilih dalam mencari anah buah." Balas Shizune basa-basi.

"Haha.. Mana ada. Saya hanyalah pesuruh di satuan tersebut."

.

0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o

.

Di luar rumah kepala desa.

Sakura dan Ino sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sembari menunggu Hinata yang nampaknya diberikan briefing khusus oleh Kolonel Jiraya, mereka mencoba merasionalkan keputusan dari atasan mereka.

"Ino.."

"Hm?"

"Menurutmu bagaimana?" Sakura bersender di tembok rumah kepala desa. Pandangannya lurus melihat beberapa personil militer lalu lalang jauh di jalan desa.

Ino yang duduk di bangku menanggapi pertanyaan Sakura dengan diam yang cukup panjang. Yah, jika ditanya bagaimana, Ino jujur tidak tau. Pikirannya bercampur aduk sekarang. Disatu sisi, Ino setuju apabila eksekusi mereka bertiga dipercepat, karena artinya, pernikahan konyol ini bisa berakhir lebih awal. Namun dilain sisi, keputusan ini terlalu terburu-buru. Dan satu kalimat dari Shikamaru yang dia utarakan kepada Ino sebelum datang kesini sangat mengganjal di benak ino.

"Tidak peduli apapun usaha kalian, kalian tidak akan mampu mengalahkanku dalam menyusun rencana."

Ino tidak tau apakah itu ancaman atau hanyalah respon spontan. Namun yang jelas, ino tau kalau Otak Shikamaru lebih cerdas daripada Ino. Jika dia tau bahwa besok dia akan dieksekusi, entah rencana gila apa yang bisa dia pikirkan sebelum itu terjadi.

"Aku tidak tau Forehead." Ujar Ino, dia menghela nafas dalam.

Sebenarnya, Kolonel Jiraya sudah meyakinkan mereka bahwa proses penjemputan besok akan dilakukan dengan Daya tempur penuh. Dalam artian, untuk menghindari perlawanan dari mereka bertiga, maka pasukan yang akan dikirim tidak sedikit dan berisi satuan elite terpilih.

Jam penjemputan juga sengaja tidak diberitahukan kepada Ino, Hinata dan Sakura. Hal ini bertujuan sebagai serangan dadakan agar presentase keberhasilan penagkapan meningkat. Orang-orang militer pastinya tau kalau ketiga orang itu lebih berbahaya dari yang diperkirakan mempertimbangkan kejadian kemarin. Dan orang-orang militer juga pastinya tau, kalau ketiga kriminal itu pastinya akan melakukan perlawanan 'entah apa' tatkala mereka dijemput.

Namun Kolonel Jiraya nampaknya tidak mau menahan diri. Dia cukup percaya diri selama mereka bertiga tidak tau akan informasi, maka semua akan berjalan lancar.

Cklek.

Hinata keluar dari ruangan, membawa sebuah surat yang kemudian dengan cuek dia buang ke tempat sampah disamping pintu. Dia kemudian melirik Sakura dan Ino yang nampaknya menunggunya sedari tadi.

Kedua istri muda itu balas menatap Hinata. Dilihat dari manapun, 'awan mendung' di kepala Hinata nampaknya berubah lebih pekat pasca dia diberitahu oleh Kolonel Jiraya tadi kalau informasi yang dia berikan ke Jenderal Hashirama kemarin tidak membuahkan hasil.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Sakura sedikit khawatir.

"..ya." Hinata membalas pelan.

Meskipun begitu, ekspresi wajahnya sangat kontras dengan ucapannya. Ino menatap Hinata kasihan. Memang sih Ino dan Sakura juga mendapat perlakuan 'tidak manusiawi' dari suami mereka masing-masing. Namun Ino tau, alasan Naruto (Menma) meracuni Sakura dengan LSD adalah karena Sakura mengirim Morse ke pegunungan. Sedangkan alasan Shikamaru hampir saja mengajak bunuh diri dengan Missile Hellfire adalah karena kedatangan Pasukan Kapten Shizune memang diluar 'perjanjian' ino dan Shikamaru dalam mengurusi Temari.

Keduanya saling behubungan, dan Sakura juga sudah meminta maaf kepada Ino dan Hinata atas keputusannya mengirim morse tanpa persetujuan Ino dan Hinata terlebih dahulu.

Namun dalam Kasus Hinata dan Sasuke, semuanya benar-benar diluar Konteks. Hinata dipukuli dan dipaksa meminum bensin karena berusaha melindungi informasi yang terbukti palsu. Kenapa Sasuke melakukannya? Pastinya itulah yang membebani pikiran Hinata saat ini.

"Kalau begitu kita sebaiknya kemba—"

"Tunggu."

Hinata dan Sakura menoleh ke Ino yang barusaja berucap memotong ucapan Sakura.

"Um.. Bagaimana kalau kita berkeliling desa dulu." Ujar Ino menyarankan.

Sakura mengernyitkan dahi.

"Ino. Ini bukan waktunya untuk—"

"Kalian lihat padang bunga matahari di samping desa kan? ayo kita kesana!" Ino memotong dengan cepat.

Sakura diam berpikir sejenak sebelum paham apa maksud Ino yang sebenarnya. Gadis pirang ini mencoba mencari alasan untuk jauh dari para suami sedikit lebih lama.

"Ino—"

"Ayolah Kalian, Mereka tidak akan menghancurkan Ibukota hanya karena kita terlambat pulang 20-40 menit." Lanjut Ino memaksa. Dia menggengam kedua tangan rekannya untuk meyakinkan.

Sakura masih ragu.

"Pergilah."

Sakura, Ino dan Hinata menoleh ke Kapten Azuma yang datang.

"Pergilah. Matsuri tidak akan keberatan untuk menjaga suami kalian sedikit lebih lama." Ulang Azuma, menyetujui ide Ino yang ingin melihat kebun bunga matahari.

"Anda Serius?" tanya Sakura.

"Ya." Azuma melirik jam tangannya. "Aku akan mencari kalian 30 menit dari sekarang." Lanjut Azuma.

Menimang sebentar, Sakura mengangguk pamit sebelum Ino menarik dirinya dan Hinata menjauh.

.

.

"Kau baik sekali Azuma."

Azuma menoleh ke ambang pintu rumah kepala desa saat Sakura, Ino dan Hinata sudah sepenuhnya menjauh. Dilihatnya, sosok Kolonel Jiraya sedang berdiri di ambang pintu

"Kolonel." Azuma memberi hormat.

"Maaf. Saya memutuskan dengan lancang." Lanjut Azuma, menyinggung soal memperbolehkan ketiga istri muda itu untuk melihat padang bunga matahari.

"Hahaha tak apa. Lagipula, dari raut wajah mereka, mereka memang butuh refreshing." Balas Jiraya.

"..."

Azuma kemudian melihat sosok kolonelnya itu mengambil sesuatu dari tempat sampah. Azuma tentu saja heran. Melihat Seorang Kolonel mengorek tempat sampah adalah hal yang tidak biasa. Itulah kenapa Azuma bertanya.

"Itu apa kolonel?" tanya Azuma saat Jiraya mengeluarkan secarik amplop dari situ. Tanpa ragu, amplop itu Jiraya perlihatkan ke Azuma.

"Itu surat dari Inuzuka Kiba kepada Hyuuga Hinata. Baca saja kalau penasaran." Lanjut Juraya.

Azuma pada akhirnya menerima dan membuka amplop itu.

"Beberapa Hari yang lalu, Inuzuka Kiba datang ke kantorku dan meminta penjelasan tentang misi yang dilaksanakan Hinata. Namun karena segala Hal tentang misi ini bersifat rahasia, Aku menyuruh pemuda itu menulis surat dan aku berjanji akan menyampaikannya." Jelas Jiraya.

Azuma mendengarkan.

"Apa mereka.. adalah pasangan?" tanya Azuma.

"Ya." Jawab Azuma.

Azuma kemudian membaca surat singkat itu.

xXx

Hinata, aku pulang lebih awal. Sebenarnya aku berharap kita bisa meluangkan waktu bersama di hari jadi kita. Aku sudah mempersiapkan hadiah spesial. Tapi Kolonel Jiraya bilang kau sedang ada misi.

Tak apa, Kau fokus saja dengan misimu. Aku bisa menunggu.

-Kiba-

xXx

.

Azuma mengernyitkan dahi.

"Jika Letnan Hinata punya kekasih, kenapa dia menyetujui ikut misi ini?" tanya Azuma tidak mengerti.

Jiraya mengangkat bahu.

"Entahlah. Yang jelas, aku mempercayai mereka, karena mereka adalah anak buah Tsunade." Balas Kolonel Jiraya.

Azuma mengangguk.

.

0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0

.

Skip

Hamparan yang menjadi pemisah antara area Z dan desa Myobokuzan, adalah tempat yang penuh dengan kesejukan. Deretan bunga matahari yang ada di pinggiran jalan, ibarat sebuah taman megah tanpa tuan.

Ino, Hinata dan Sakura sedang berdiri di tanah miring saat mereka ditunjuk-tunjuk oleh beberapa anak kecil yang sedang bermain disitu.

"Ha! Itu temannya si kakak robot!"

Tiga orang bocah yang nampaknya berumur sekitaran 5 tahun entah bermain apa disitu. Pandangan mereka lurus, namun nampak spesifik ke Hinata. Seorang gadis kecil diantara mereka nampak bercerita kepada kedua teman laki-lakinya.

"Heh Iya itu yang berambut Ungu, Aku pernah melihat mereka di kebun berdua!"

Ino berinisiatif mendekati mereka.

"Kalian, apa yang kalian lakukan disini?" tanya Ino saat sudah berada di depan mereka.

Ketiga bocah itu nampak diam, mereka kemudian saling toleh dan malah berdiskusi sendiri,

"Jangan kasih tau dia."

"Iya."

"Tapi mereka kan teman-temannya kak robot."

"Pokoknya jangan, Kita kan udah dapat kumbangnya, nanti kalau diminta gimana?"

"..." Ino memperhatikan. Rahasia mereka yang sedang mencari kumbang benar-benar jelas terdengar di telinga Ino.

"Yang kalian maksud kak robot, siapa?" tanya Sakura yang ikut mendekat. Hinata mengikuti dari belakang.

"Um.. Itu.. Kakak yang rambutnya gini." Ujar si bocah perempuan, dia mengangkat rambut bagian belakangnya dengan tangan.

Ketiga istri muda itu langsung tau kalau gadis kecil ini mencoba menirukan gaya rambut Sasuke.

"Kalian tau dia darimna?" tanya Ino. Nadanya sedikit kaget dan menyelidik.

"Yukimi yang tau. Dia bilang dia bertemu dengan manusia setengah robot di tempat rahasianya tentara." Ujar salah satu bocah laki-laki. Dia menunjuk lurus, jauh ke tempat area Z berada.

"Aku tidak bohong kok! Kami juga bicara, dia bilang namanya Hasuke." Ujar gadis kecil bernama Yukimi itu.

Sakura dan Ino langsung kaget. Meskipun dia salah menyebutkan nama. Namun tidak salah lagi kalau yang dimaksud pasti Sasuke.

Tunggu, jadi bocah ini pernah masuk ke Area Z? tanpa Izin?

"Kami mau kesana dan memberikan hadiah kepadanya, karena dia pernah memberiku pisang." Ujar Yukimi. Dia menunjukkan sebuah kantung plastik berisi sebuah kumbang aneh berwarna emas.

"..." Ketiga istri muda itu tidak merespon. Namun mereka nampak kaget.

"Ya. Itu jika kau tidak berbohong sih." Ujar salah satu teman laki-lakinya. Dia nampaknya belum sepenuhnya percaya dengan ucapan gadis kecil itu.

"Aku tidak bohong kok! Dia benar-benar ada tau! Tangannya kayak robot!" balas Yukimi yakin.

"Pulanglah."

Ketiga bocah itu menoleh ke Hinata, hanya untuk mendapati tatapan Tajam dari perempuan itu.

"Pulanglah!" Bentak Hinata dengan suara serak. Sakura dan Ino langsung kaget dan menoleh ke Hinata.

Gadis kecil diantara mereka nampakya cukup cerdas, karena dia langsung bisa menyimpulkan apa yang Hinata maksud.

"Ih. Enggak! Aku mau kasih hadiah ini ke kakak robot!" Ujar Yukimi.

Hinata langsung tertrigger. Detik ini, dia sudah banyak pikiran dan dia tidak mau menambahnya dengan mengurusi bocah-bocah yang tidak tau apa-apa ini.

Sayangnya, Hinata tidak sanggup mengontrol diri dan malah dengan kasar merebut kantung plastik dari Yukimi dan membuangnya. Membuat kumbang yang ada di dalamnya lepas.

"Kubilang pulang!" Bentak Hinata kasar.

"H-Hinata?" respon Sakura kaget.

Dan yap, benar saja. Hal tersebut langsung membuat Yukimi menangis keras.

"Hei!" Tegur salah satu teman Yukimi.

Yukimi yang tidak kuasa menahan marah pada akhirnya berlalu pergi setelah sebelumnya melempar segumpal tanah tepat ke baju Hinata. Membuat Baju Hinata kotor.

Tatapan tajam Hinata masih belum hilang hingga pada akhirnya dua bocah lelaki yang masih ada di depannya mulai menendang kakinya, dan melayangkan tinju asal asalan kepada Hinata.

Duakh!

"Kau bodoh!"

"Kami mencari kumbang itu selama tiga hari tau!"

Sakura dan Ino pun langsung mencoba melerai.

"Hei! Stop!"

"Lepas!"

"..."

.

.

.

Hinata, Sayangku. Apa yang kau lakukan...

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

TBC

Xxxxxxxxxxxxx

Author Note(s) : Hm, Kalian kira fanfic ini discontinue kan? Hwahahaha.. kalian tertipu! Hanzama Is Back! Now i'm faster, smarter, and more powerfull than eve—duak.. uhuk-uhuk.. ehem.

Sebelumnya Hanzama ucapkan terima kasih bagi yang masih nungguin, maaf juga kalau telat. Ingin rasanya kembali menulis rutin kyk dulu, tapi keadaan memaksa Hanzama untuk melakukan sebaliknya.

Ohiya, chapter depan eksekusi Naruto, Sasuke dan Shikamaru ahh.. biar fanfic ini langsung tamat.. WKWKW.

Sebelum pamit, Hanzama ingatkan jaga diri dan jaga kesehatan. Jika ada kesempatan, kita bertemu lagi di chapter depan.

Ciao~

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

-Later-

SKIP,

Ini adalah hari yang panjang. Dan hal yang disampaikan oleh atasan Sakura, Hinata dan Ino pastinya akan cukup untuk menghantui otak mereka sepanjang malam.

Yang jelas, se-kalut apapun mereka, mereka tidak boleh terlihat mencurigakan apabila mereka tidak mau membuat rencana dari atasan mereka untuk penyerbuan besok ketahuan. Yap, mereka harus dipaksa menjadi gadis muka tebal sampai jam yang tidak diketahui besok. Memang sulit, namun itulah yang harus dilakukan.

Sakura, Hinata dan Ino kembali ke Area Z, hanya untuk mendapati kalau Ketiga suami mereka kini sedang asyik bermain kartu bersama Matsuri di pekarangan rumah Sakura.

"Shikamaru! Kau pasti curang lagi!"

"Mana ada.. "

Pemandangan itu adalah pemandangan yang santai dan bebas dari kejahatan. Namun dimata Kapten Azuma dan Hinata. Pemandangan itu adalah pemandangan jijik yang seharusnya tidak dilakukan oleh orang-orang ini. Oke, Minus Sersan Matsuri tentunya karena dia kemungkinan besar memang dipaksa main.

Kedatangan ketiga istri plus kapten Azuma menandakan berakhirnya kesenangan mereka berempat (bertiga).

.

NaruSaku

"Oh. Kau sudah pulang Sakura-chan?"

"Ya."

"Oke. Aku sudah mempersiapkan makan malam. " Ujar Naruto menyambut Istrinya.

Berbeda dengan Naruto, kepribadian Sakura hanya satu. Dan terlepas dari dia yang tidak punya dendam dengan Naruto maupun Naruko, namun semisal penjemputan untuk eksekusi besok berjalan lancar, maka Sakura tidak punya alasan untuk protes.

Yah, bagaimanapun, itulah yang diinginkan atasan. Dengan dieksekusinya Naruto, maka sosok Menma juga akan mati.

.

ShikaIno

"Apa yang kau bicarakan dengan atasamu?" tanya Shikamaru cuek mengikuti Ino untuk kembali ke rumahnya.

"..." Ino diam. Itu adalah pertanyaan bodoh karena Ino tidak akan mungkin memberitahu Shikamaru.

"Aku hanya bercanda. Aku tau apapun yang kalian bicarakan pastinya merugikan bagi kami." Jelas Shikamaru.

Deg! Ino tidak bisa membalas. Jangan bilang bahwa Shikamaru membaca detial setiap rencana Angkatan darat hanya dari raut wajah Ino.

Shikamaru melirik Ino malas.

"Kenapa tegang, Bukan berarti aku akan langsung tau setiap rencana kalian hanya dari membaca raut wajahmu."

"..."

.

SasuHina

Sedangkan Hinata, dia hanya masuk ke dalam rumah tanpa menghampiri Sasuke. Sepenuhnya mengabaikan orang itu.

Yah, jika Sasuke dan Hinata akan tetap menjadi 'orang asing' sampai akhir Hayat Sasuke, maka biarlah. Toh, pernikahan ini bagi Hinata juga hanyalah sebuah lelucon.

.

Sersan Matsuri dan Kapten Azuma

"Kenapa kau malah bermain Kartu dengan mereka?" tanya Azuma kepada Sersan Matsuri

"Errr.."

Bukannya apa-apa, Matsuri memang sedari awal hanya duduk di kursi bale-bale di depan rumah Sakura. Bukan Matsuri yang mengajak mereka main kartu atau semacamnya. Semua terjadi begitu saja.

Bahkan setiap detik berada di samping ketiga orang tadi, Matsuri benar-benar merasa sangat dekat dengan kematian. Yah kan, mengingat mereka kriminal kelas berat yang mampu membuat seluruh tatanan militer kelabakan, dan Matsuri hanyalah prajurit pangkat rendah.

Bahkan tangan Matsuri masih gemetar sampai detik ini.

"Jika sudah sampai ke desa. Kau push up 100 kali." Ujar Azuma.

"Lah? Kok gitu Kapten."

"Hn. Bermain kartu dengan musuh, kau terlihat menyebalkan."

Astaga.

.

0o0o0o0o0o -Another Later- 0o0o0o0o

.

Reruntuhan Hellfire

"Clear!"

DUAR!

Semenjak mulai masuk ke tempat ini, Entah sudah berapa pintu besi yang sudah diledakkan oleh Korps Demolition. Kapten Inuzuka Hana tidak menghitung. Yang jelas, dengan begini, tim pencari akan mudah melakukan pencarian informasi.

Penggalian di pintu masuk sudah dilakukan. Dan Siapa sangka kalau dibawah tempat yang terlihat seperti peternakan ini, berdiri sebuah tempat layaknya bunker. Tingkat pertama bunker sudah hancur lebur karena menurut laporan, missile Hellfire membumi hanguskan tempat ini secara merata beberapa waktu lalu.

Namun di tingkat kedua, masih banyak ruangan yang belum dijelajahi. Beberapa ruangan sepenuhnya kosong. Dan ruangan yang lain, biasanya terkunci atau berantakan.

Kapten Inuzuka Hana memasuki satu ruangan yang penuh dengan suku cadang beberapa saat lalu. Dan disamping ruangan itu, adalah sebuah ruangan runtuh yang dipenuhi dengan percikan darah dimana-mana. Entah apa yang terjadi disana.

Kapten Inuzuka Hana tidak tau apa, yang jelas, semakin mereka menghancurkan banyak pintu, semakin banyak pula hal yang ditemukan.

"Tunggu!"

Kapten muda tersebut mencegah anak buahnya untuk melayangkan kapak ke sebuah pintu kayu. Dia kemudian mengikuti instingnya untuk memutar knop pintu itu yang ternyata tidak terkunci.

Cklek.

Dibalik pintu itu, terdapat sebuah lorong panjang yang menurun ke bawah. Tangganya terbuat dari batu dan menuju lorong yang gelap.

"Apa kita akan turun Kapten?" tanya salah satu anak buahnya.

Kapten prempuan itu menimang sebentar, sebelum dia akhirnya membuat keputusan.

"Ah tidak. Sebaiknya kita kembali dulu dan memberitahu Shizune. Kita juga harus mempersiapka—"

JDUARRRRRRRRRR!

.

.

.

.

Sore itu, Sesuatu meledak. Ledakannya cukup besar sampai terdengar ke daerah paling pinggir Ibukota.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Kamus :

Korps Demolition Diketuai oleh Kapten Inuzuka Hana

Tim Taktis / Tactical Unit Diketuai oleh Kapten Azuma

Pasukan Delta Diketuai Oleh Kapten Hatake Kakashi

Shizune secara resmi adalah kapten dari Pasukan khusus perempuan dari Satuan Komando 101. Pasukan itu adalah tempat Sakura, Hinata dan Ino berada. Namun karena masalah terorisme yang terjadi sekarang. Pasukan itu dilebur sementara dan dijadikan satu dengan Pasukan pencari Bom yang diketuai langsung oleh Mayor Tsunade.

.

0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o

REVIEW

V

V

V

V

V