Sai pergi misi dan Fang hari ini cuti. Sayangnya tidak bersamaan dengan jadwal Kaizo cuti, mereka tidak bisa kembali ke planet mereka, planet Gogobugi. Gengnya Boboiboy pergi mencari power sfera yang lain dirinya tidak diperintahkan ikut. Jadi di sinilah Fang, di kamarnya dengan dua tingkap kasur dan setumpuk buku bagaimana caranya menjadi populer berserakan di lantai. Selusin donat lobak merahnya sudah habis. Jadi dia hnya menikmati waktu membaca.

'Kalau orang tuamu seorang artis, level kepopuleranmu akan jauh meningkat pesat.' tulis sebuah kalimat di buku yang Fang baca. Membuat Fang berhenti membaca dan melamun sejenak.

Orang tua ya?

Kata abangnya, Kapten Kaizo, orang tua mereka sedang pergi misi sangat jauh mengantar sebuah sfera kuasa yang sangat penting dan entah pulang kapan. Jadi saat mereka pulang, yang menyambut hanyalah para pelayan yang kata kakaknya sudah setia melayani keluarga sejak Fang masih kecil. Yang Fang dapat hanyalah rupa foto kedua orang tuanya.

Ibunya yang cantik jelita, dan ayahnya yang gagah pemberani. Fang samar-samar mengingat suara mereka. Bagaimana mereka memanggil namanya penuh sayang, mengobrol, bahkan tawa mereka. Itu semua hanya samar-samar saja tapi.

Fang menutup bukunya. Dia taruh di sisi kirinya dan memeluk kedua lututnya sendu. Dia merindukan kedua orang tuanya. Ingin dipeluk orang tuanya seperti Yaya, Ying, dan Gopal. Ingin mendapatkan perhatian penuh kasih seperti Tok Aba kepada Boboiboy. Ingin diperhatikan semua orang seperti Pipi Zola. Dan bahkan, ingin seperti Sai dan Shielda. Bersaudara dan selalu berdampingan. Seandainya Fang bisa seperti itu dengan abangnya. Dia pasti sudah sangat bahagia.

Tapi apalah Fang, dia merasa seperti penonton dan pengganggu saja setiap bersama Kaizo dalam misi. Hanya berdiri di sampingnya, berjalan agak di belakang, mendongak pada kapten yang mendapat julukan pemberontak legendaris. Fang merasa sangat kecil di sisinya. -

Sebuah ide terbesit. Dia menatap jam tangan yang memiliki kuasa bayangnya dengan mata berbinar dan senyum sangat terang, "Aku gunakan saya kuasa ini." ucapnya ceria. Dia mulai menciptakan dua sosok ayah ibunya sesuai foto yang diam-diam dia simpan di bawah kasurnya. Ibundanya yang cantik dan ayahnya yang gagah. Dan jangan lupakan kaizo yang berdiri penuh ketangguhan di sana. Mereka tersenyum pada Fang.

"Ayah, Ibu, kakak..." seru Fang bahagia.

Sang ibunda berjongkok. Dia merentangkan kedua tangannya, menyambut Fang pada pelukan yang hangat dan lebar.

Tanpa menunggu, Fang langsung menerjang pada ibunya dan membalas pelukan itu erat. Dia mendusel pada perpotongan leher bundanya. Pucuk kepalanya diusap Kaizo dan pundaknya dirangkul sang ayah. Fang merasakan kebahagiaan sesaat yang tidak bisa dia dapatkan di kenyataan asli.