Disclaimer: Haikyuu (c) Furudate Haruichi

Warning: Typo, ooc, slash, dll

.

.

.

Chap 3

His Boyfriend is The Grand King

.

.

.

"Ada apa Sugawara-san?" tanya Nishinoya saat senpainya tersebut meminta mereka, termasuk kedua manajer, untuk berkumpul seusai sang pelatih membubarkan sesi latihan sore ini.

"Etto,"Saugawara mengusap tengkuk kikuk. "Ingat waktu itu kalian bilang ingin tahu siapa pacarku?"

Wajah Tanaka, Hinata, dan Nishinoya langsung bersemangat, yang lain memandang tertarik.

"Well, dia setuju untuk ku perkenalkan, tapi kalian janji untuk tidak marah ya?" ujar Sugawara setengah memohon.

Perkataannya mengundang rasa heran teman-temannya. "Lho, kenapa juga kami akan marah?" balas Daichi yang masih kebingungan.

"Yah soalnya…" Sugawara memutus ucapannya, ia membuka pintu gym dan melongokkan kepala keluar.

Para anggota klub voli Karasuno itu bisa mendengar suara langkah sepatu yang mendekat sebelum seseorang akhirnya masuk dan berdiri di samping Sugawara.

Semua pasang mata anak-anak Karasuno melebar tak percaya melihat sosok berambut cokelat modis memakai setelan sekolah berupa jas putih dan celana cokelat motif kotak-kotak.

"Yoohoo~" sapanya melambaikan tangan tapi tidak ada tanggapan. Para gagak masih terlalu shock sampai mematung begitu lama.

Keheningan dipecahkan oleh koor kompak. "APA?!"

Dan sosok yang berdiri di samping Sugawara sepertinya tidak terpengaruh dan masih memasang senyumnya.

"Tu-tunggu dulu Suga-san!" sahut Tanaka terbata. "Pacarmu Oikawa?! Kaptennya Aoba Johsai?!"

Sugawara mengangguk salah tingkah.

"Ini pasti mimpi, pasti mimpi," Kageyama bergumam berulang-ulang dengan mata kosong. Hinata yang masih melongo di sebelahnya meliriknya dan kini malah terperangah melihat seberapa shock pemuda itu.

Pemuda berambut oranye itu akhirnya menyubit Kageyama sekuat yang ia bisa.

"WOI BOKE! NGAPAIN NGECUBIT?!" Kageyama berteriak marah sambil menarik kerah kaus Hinata.

"Sakit nggak?"

"Ya sakitlah Boke!"

"Berarti nggak mimpi."

Kageyama tertegun lalu kembali pundung.

"Yahoo Tobio-chan~"

Kageyama bergidik lalu mengangkat wajah. Memberi tatapan kesal, mata menyipit tajam, kening berkerut dalam, mulut menekuk kebawah.

Oikawa terkekeh melihat raut tidak senang mantan adik kelasnya. "Jangan berwajah masam seperti itu Tobio-chan, aku kesini untuk berkenalan dengan kalian semua."

Kageyama mengacuhkannya, mengalihkan muka pada Sugawara, wajahnya menyiratkan seolah ia baru saja dikhianati. Sugawara meringis melihat raut kouhainya. Ada sedikit rasa bersalah melihat wajah sedih Kageyama.

Sugawara berdehem menarik atensi rekan-rekannya. "Aku bingung harus bagaimana memulai ini," gumamnya.

"Untuk dua minggu ini aku sudah berpacaran dengan Oikawa, dan aku ingin memperkenalkan dia pada kalian sebagai pacarku," lanjut Sugawara dengan seksama memperhatikan reaksi kawan-kawannya.

Daichi dan Asahi saling pandang sebelum sama-sama mengangguk. Keduanya melangkah maju dan menawarkan jabat tangan yang dengan senang dibalas Oikawa.

"Kami benar-benar tidak menyangka kalau kau orang yang dipacari Suga," komentar Daichi.

Oikawa terkekeh. "Dari reaksi kalian tadi sudah terlihat jelas kok, Sawamura-kun."

"Suga terlihat senang belakangan ini, jadi kuharap kau terus baik padanya," ucap Asahi sopan dan menjabat tangan Oikawa.

"Oh ya, Suga-chan terlihat bahagia?" sahutnya mengerling jahil pada Sugawara yang dibalas pemuda berambut kelabu itu dengan gerutuan dan sebuh sikutan walaupun pipinya merona. "Tenang saja Ace-kun, aku pasti akan selalu membuat Suga-chan senang," ucap Oikawa kembali menatap Asahi, nada suaranya begitu ringan tapi matanya menyiratkan sebuah kesungguhan.

Daichi dan Asahi yang menyadari keseriusan tersirat itu tertegun, kembali saling lirik. Kemudian tersenyum. Melihat bagaimana kedua pasangan itu berinteraksi dan melihat bagaimana Oikawa memperlakukan sahabat mereka membuat mereka lega dan mempunyai sisi baru dalam menilai Oikawa.

"Sepertinya kami tidak perlu khawatir mengenai Suga," sahut Daichi tersenyum ramah. Sugawara mendelik pada sahabatnya yang tidak mempedulikan pelototannya. Sugawara terlalu jauh untuk memberikan sebuah pukulan di ulu hati seperti biasa.

"Oikawa, Sawamura Daichi dan Azumane Asahi, mereka adalah sahabatku dari kelas satu," ucap Sugawara memperkenalkan Oikawa pada keduanya.

"Senang bisa mengenal kalian," ujar Oikawa. Pemuda itu seperti biasa terlihat percaya diri. Daichi dan Asahi mengangguk.

"Nah, Tanaka dan Nishinoya," tunjuk Sugawara pada dua juniornya yang masih memelototi Oikawa. Sepertinya kedua anak kelas dua itu masih mencerna kalau yang ada di hadapan mereka adalah Oikawa Tooru dan sedang beramah tamah pada keduanya.

"Oh! Hallo~" sahut Oikawa melambaikan tangan.

Keduanya maju memberikan tatapan tajam. "Kami tidak akan membiarkanmu kalau kau menyakiti Sugawara-san," sahut Nishinoya, Tanaka berdiri di sampingnya memasang wajah yang biasa ia pakai untuk mengintimidasi dan memprovokasi lawan.

Namun Oikawa tampak sama sekali tidak terpengaruh. "Suga-chan sepertinya disayang sekali oleh kouhainya," pemuda itu malah berkomentar.

"Omong-omong kalian pemain yang mentalnya kuat sekali ya. Selama ini kulihat di pertandingan kalian sanggup menahan tekanan mental dan mengangkat milik rekan tim kalian."

Ucapannya yang tidak disangka membuat kedua anak kelas dua itu tertegun. Kemudian salah tingkah karena dipuji. Sugawara hanya bisa geleng kepala. Oikawa selalu tahu bagaimana menghadapi lawan bicaranya, ia tahu bagaimana caranya untuk disenangi maupun sebaliknya. Dua anak kelas dua itu sudah besar kepala dan akrab dengannya, padahal Sugawara awalnya menduga akan lebih sulit bagi kedua anak yang berdarah panas itu menjatuhkan sikap bermusuhan mereka.

"Anak kelas dua juga, Ennoshita, Kinoshita, dan Narita," ketiga anak kelas dua itu mengangguk. Termagu melihat Oikawa yang berdiri di hadapan mereka bukan sebagai lawan di seberang net.

"Hum, senang berkenalan juga dengan kalian."

"Ah, kami juga," balas ketiganya sopan. Oikawa mengangguk, pemuda itu tersenyum, sebuah degungan yang seperti senandung. Bagi ketiga anak kelas dua itu pandangan Oikawa selalu terasa menganalisis. Dan ketiganya tidak dapat menebak apa yang dipikirkan sang kapten Seijou tersebut.

"Anggota kelas satu kami ada Tsukishima, Yamaguchi, Hinata, dan tentu saja Kageyama."

Tsukishima mengangguk malas, Yamaguchi membungkuk kecil sopan, Hinata masih memasang wajah terperangah, dan Kageyama mempermasam ekspresinya.

Oikawa terkekeh. Anak-anak kelas satu Karasuno benar-benar menarik.

"Anak-anak kelas satu kalian benar-benar menarik he~," dan ia tidak ragu untuk menyuarakan pendapatnya.

Tsukishima memutar mata tak tertarik. "Yang menarik hanya dua kombi aneh ini."

Oikawa tersenyum. "Tidak juga. Megane-kun, kau jelas seorang pengamat dan perhitunganmu dalam melakukan blok sangat baik," ujar Oikawa ringan. Lalu pemuda itu berpaling pada Yamaguchi yang berjengit kaget. "Dan temanmu itu punya serve yang merepotkan."

Yamaguchi tidak tahu bagaimana bereaksi. Ia gemetaran karena melihat lawan tangguh mereka yang biasanya begitu intimidatif di lapangan kini berdiri dekat dengannya. Tapi pemuda itu tetap mengangguk sambil menggumamkan terima kasih dengan terbata atas pujiannya.

Tsukishima mendecakkan lidah sebal. Baginya Oikawa adalah orang yang provokatif dan pandai menjawab pernyataan lawannya serta strategis baik di lapangan maupun di luar lapangan. Pemuda itu berbahaya dalam voli ataupun di luar lingkupan olahraga tersebut.

"Daiou-sama," suara Hinata mengalihkan atensi yang ada. Oikawa segera menyadari kalau orang yang dimaksud adalah dia.

Pemuda berambut cokelat itu mengangkat alis, setengah geli mendengar panggilan apa yang digunakan Hinata padanya. "Daiou-sama?"

"Ah, itu panggilan Hinata untukmu," jelas Sugawara pada Oikawa, ikut tersenyum geli. Hinata terlalu terbiasa memanggil Oikawa dengan sebutan itu sehingga tanpa sadar memanggil sang 'Raja Besar' dengan panggilan yang ia buat.

"Bagaimana bisa kau pacaran dengan Suga-san?" tanya Hinata yang akhirnya sadar dari fase terperangahnya itu. Kali ini nampak sangat tertarik, matanya membulat penuh binar.

Oikawa nyengir lebar lalu melirik kekasihnya yang tampak salah tingkah karena rekan-rekan timnya yang lain ikut penasaran atas pertanyaan Hinata.

"Iya, aku juga ingin tahu bagaimana kau bisa bertemu dengan Sugawara-san awalnya di luar lapangan," sela Kageyama dengan nada tajam.

Oikawa menyeringai. Dia memang sudah menduga kalau Karasuno akan protektif terhadap Sugawara, tapi dia tidak tahu kalau Kageyama bisa seprotektif ini pada senpainya. Mungkin ketidak sukaannya yang masih tersisa itu menjadi salas satu faktornya juga.

"Kami hanya bertemu secara tidak sengaja saat menunggu bus. Dan aku benar-benar terkejut pada keahlian Suga-chan dalam melawan ucapanku, padahal ia kelihatan manis begini," sudut bibir kirinya terangkat, tersenyum miring. Kageyama malah menambah dalam kerutan wajahnya.

Mulut Hinata membentuk o kecil, menyimak serius cerita Oikawa.

"Oikawa-san, apa kau benar-benar serius dengan Suga-san?" tanya Kageyama. Ekspresinya belum melunak, dan Oikawa ragu bahwa hal itu akan pernah terjadi.

"Tobio-chan, bukankah aku sudah mengatakkannya tadi pada Sawamura-kun dan Azumane-kun?" balasnya, pandangan mata Oikawa meredup dingin, suaranya turun satu tingkat nada. Hinata merinding, pandangan ini sama berbahayanya dengan yang pernah Oikawa berikan pada saat pertandingan dulu.

Kageyama mengeram pelan, "Aku harap kau menepatinya Oikawa-san, karena kalau kau melanggar, aku adalah orang pertama yang akan memastikan kalau kau menyesal."

Oikawa tersenyum, ada geli, kepercayaan diri, dan tantangan di senyum itu. "Aku tahu."

Sugawara tersenyum lembut. Dia tahu Kageyama menerima hubungannya dengan mantan senpainya itu walaupun dengan berat hati. Pemuda berambut kelabu tersebut melangkah ke hadapan Kageyama lalu mengelus sayang puncak kepala Kageyama.

"Arigatou Kageyama," sahutnya pelan, Kageyama menggumamkan gerutan pelan dan Sugawara terkekeh kecil, memeluknya singkat. Dan kembali tertawa pelan melihat raut cemburu Oikawa.

"Terakhir, kedua manajer kami yang penting, Shimizu dan Yachi-chan," sahut Sugawara tersenyum pada kedua gadis yang sedari tadi diam menonton keributan para laki-laki itu.

Kiyoko mengangguk sekali, sedangkan Yachi membungkuk dalam. Gadis pirang itu pucat gemetaran.

'Dia yang punya serve mematikan itu!' jerit Yachi dalam hati yang masih terbayang bagaimana keras pukulan servis Oikawa sewaktu Kejuaraan Musim Semi lalu.

"Hallo~ gadis-gadis Karasuno benar-benar manis ya," puji Oikawa mengulum senyum paling menawan. Tanaka dan Nishinoya langsung gelap ekspresinya. Sugawara mengeryitkan dahi samar lalu memukul pinggang Oikawa seperti yang biasa ia lakukan pada Asahi.

"Ohok!" Oikawa mengaduh. Tenaga Sugawara benar-benar tidak bisa dianggap remeh. "Ara, Suga-chan cemburu?" Oikawa menyeringai jahil sedangkan Sugawara membalasnya dengan senyum manis yang namun membuat seluruh rekan setimnya merinding.

"Gomen, Suga-chan~" sahut Oikawa buru-buru dengan nada memelas.

Kiyoko memasang wajah datar. Yachi mengernyit dan gemetaran lebih hebat saat Oikawa meliriknya.

Oikawa menghela napas kemudian berpaling pada Sugawara dengan wajah merajuk. "Suga-chan, kedua manajermu itu membuatku berpikir kalau aku tidak tampan lagi," sahutnya dengan nada mengadu.

"Shimizu-chan mengabaikanku dan Yachi-chan takut padaku." Sugawara terkekeh geli.

"Tenang saja," sahutnya menahan cengiran. "Kau masih enak di pandang kok."

Oikawa mendelik. "Suga-chan, sesulit itukah buatmu untuk memujiku tampan sekali saja?" sinar matanya jenaka dibalik bibir yang mengerucut ngambek.

Sugawara menggeleng geli. "Ha'i, ha'i, kau masih setampan yang kemarin kok."

Sudut bibir kanan Kiyoko naik samar melihat interaksi mereka. Begitupun dengan Yachi yang sudah berhenti ketakutan, kini gadis itu blushing melihat percakapan dua pasangan yang baginya begitu manis tersebut.

Oikawa menyadari itu dan tersenyum puas. Ia mengedipkan sebelah mata pada Sugawara yang menggeleng sambil menghela napas jengah namun senyum lembut sama sekali tidak luntur. Yah, sepertinya Oikawa bisa merebut semua persetujuan dari teman-teman setimnya.

.

.

"Aku benar-benar tidak menyangka akan mendapat ancaman dari Tobio-chan dan bukannya dari Sawamura-kun," ujar Oikawa begitu mereka berjalan pulang. Sugawara menemaninya menuju halte bus.

Sugawara mengangkat bahu samar. "Yah, mengingat hubungan kalian berdua sejak SMP aku jadi tidak heran."

Oikawa mengangguk, tapi nampak sepenuhnya tidak menelan alasan itu. "Aku rasa juga karena dia sangat menghormatimu, Suga-chan. Makanya dia tidak rela senpai kesayangannya yang sudah begitu baik padanya direbut oleh rivalnya."

Sugawara tersenyum. "Well, Kageyama bisa manis juga."

Oikawa mendengus. "Aku tidak mengerti darimana kau bisa menyebut wajah pemarah itu manis Suga-chan."

Sugawara menyeringai jahil, iris cokelat hangatnya bersinar jenaka.

"Sama seperti bagaimana aku menemukan keimutan dari sikap menyebalkanmu."

"Hidoi!"

.

Owari

.

A/N:

Ini chapter udah dari kapan kelarnya, dan publishnya entah kapan juga hehehe… aku emang pengen banget ada di doujin itu Suga yang ngenalin Oikawa ke Karasuno, cuman ini sedikit kurang sesuai dengan bayanganku sendiri, jadi kuharap pembaca tidak terlalu kecewa…

Salam

Ai19