a short fiction by Tuna

T | boyxboy

Jinhyuk x Wooseok | Weishin

Romance | Drama

Enjoy!


Wooseok menatap Jinhyuk lekat-lekat. Rasanya sulit sekali melepaskan orang yang telah berada di sisinya selama hampir sebelas tahun. Jinhyuk adalah segalanya untuk Wooseok. Teman pertama, sahabat pertama, pokoknya dimana ada Jinhyuk, di situ ada Wooseok.

"Perginya harus banget, ya?"

"Iya. Besok kalau aku sudah jadi dosen, kan, kamu yang senang." Jinhyuk tersenyum sembari mengelus rambut cokelat terang milik Wooseok.

Jinhyuk ingin melanjutkan studi farmasinya ke Cambridge dan Wooseok hanya ingin Jinhyuk melanjutkan studinya di Korea saja. Toh perguruan tinggi di Korea banyak yang bagus, mengapa harus jauh-jauh?

Dua minggu sebelumnya, Jinhyuk memberi tahu Wooseok kalau ia akan pergi. Air muka Wooseok yang tadinya tenang, sekarang menjadi kecut. "Bisa di Korea saja, kan? Kau sebegitu muaknya denganku sampai ingin pergi sejauh itu, ya?"

"Mana ada, Seok," Jinhyuk membuka laptopnya dan membersihkannya, "kamu tahu sendiri kalau aku mau jadi dosen. Kamu pun juga bilangnya mau dukung aku sepenuhnya."

Wooseok tahu kalau dirinya egois. Maunya, Jinhyuk hanya jadi miliknya seorang. Hanya dia yang boleh dekat-dekat dengan Jinhyuk dan Jinhyuk juga hanya boleh dekat dengan Wooseok. Namun, sekarang? Jinhyuk bilang mau kuliah di Cambridge. Kurang ajar. Itu jauh sekali. Kalau Wooseok rindu, bagaimana?

"Ingat ya Jinhyuk, di kamusku, kalau kamu pergi, artinya aku enggak bakalan ngehubungi kamu lagi. Sekarang, masih berani pergi jauh-jauh?"

Waktu itu Jinhyuk hanya terkekeh, sampai akhirnya sehari sebelum keberangkatan Jinhyuk, lelaki jangkung itu masih teguh dengan pendiriannya.

"Enggak segampang itu, Seok. You're my friend, right?"

"We fucking live under the same roof yet you're saying that I'm just your friend?"

"Okay, I guess 'best friend' will do?"

Setelah Jinhyuk mengatakan hal tersebut pada Wooseok, Wooseok menjadi lebih pendiam dari sebelumnya. Sampai esok harinya, ketika ia harus mengantar Jinhyuk ke bandara, Wooseok baru mau mengeluarkan suaranya.

Perkataan Jinhyuk membuat kepala Wooseok rasanya seperti dipukul dengan sangat keras. Kenyataan bahwa Jinhyuk hanya menganggapnya sebagai temannya setelah empat tahun tinggal bersama, membuat mental Wooseok jatuh. Memang betul kalau selama ini Jinhyuk tidak menunjukkan ketertarikan apapun pada Wooseok, tapi selama ini Jinhyuk mau-mau saja disuruh hanya dekat dengan Wooseok.

Mungkin Wooseok saja yang terlalu berharap.

Jadinya setelah itu, Wooseok hanya bisa berdiam di kamarnya.

Ia menyentuh dirinya sendiri sambil menangis. Ia mengurut kejantanannya, memasukkan dua jarinya ke dalam lubangnya sambil membayangkan kalau semua ini adalah yang seharusnya Jinhyuk lakukan malam ini. Berulang kali ia datang, berulang kali juga ia mendesahkan nama Jinhyuk.

Wooseok kepalang cinta pada Jinhyuk sejak keduanya kelas delapan meskipun keduanya baru kenal di kelas tujuh. Wooseok selalu dirundung, dihina dengan sebutan 'tootsie' hanya karena tubuhnya kecil. Namun, Jinhyuk selalu melindunginya, hingga sejak saat itu keduanya menjadi teman.

Dan sampai keduanya berumur 25 pun, status teman tak kunjung berubah.

Pernah suatu siang ketika keduanya kelas sebelas, Wooseok sedang tampil di atas panggung bersama band-nya. Dua lagu cinta ia lantunkan sembari menatap Jinhyuk yang saat itu tengah bertugas untuk meliput pentas seni sekolah. Bila dalam kartun, mata Wooseok pasti sudah digambar dengan bentuk hati. Namun, Jinhyuk tidak sadar juga dan setelah Wooseok turun dari panggung, Jinhyuk malah bertanya,

"Gadis mana yang mau kau kode?"

Jinhyuk itu juga bodoh sekali dalam urusan cinta. Pada waktu hari valentine, meja Jinhyuk dan Wooseok dipenuhi cokelat berbentuk hati, bunga, dan surat cinta dengan kertas berwarna merah muda. Jinhyuk pun dengan bodohnya malah berkata, "Cokelat sebanyak ini bisa membuatku diabetes, sial."

Saat mereka berdua pulang bersama, Wooseok mengulurkan sebatang dark chocolate untuk Jinhyuk. Di luar ekspektasi Wooseok, mata Jinhyuk berbinar. "Nah, inilah cokelat yang paling sehat untukku! Terima kasih, Wooseok! Kau temanku yang paling pengertian!"

Jinhyuk bodoh, tapi Wooseok suka.

Saking sukanya, ketika ujian praktik dan Jinhyuk tiba-tiba saja sakit, Wooseok pun dengan setia menemani Jinhyuk yang terbaring di ranjang di rumahnya. Saking sukanya, Wooseok rela diajak menemani Jinhyuk kencan buta waktu mereka masih semester dua, walaupun pada akhirnya kencannya gagal karena Wooseok merengek minta pulang.

Wooseok benci saat ia betul-betul membutuhkan Jinhyuk. Ia tak tahu bagaimana perasaan Jinhyuk padanya sehingga ia tak bisa begitu saja menggoda Jinhyuk, melepas pakainnya di depan Jinhyuk begitu saja, memainkan-

Pokoknya, selama Wooseok tak tahu bagaimana perasaan Jinhyuk, Wooseok tidak bisa melakukan apapun di depannya. Ia selalu gugup apabila Jinhyuk selesai mandi. Selalu terkejut apabila Jinhyuk memasangkan sabuk pengaman untuk Wooseok ketika mereka berada di mobil.

Puncaknya adalah pagi ini, ketika ia berada di bandara untuk mengantar Jinhyuk. Belaian di rambutnya membuat Wooseok hilang akal. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Jinhyuk.

"Perhatian, para penumpang pesawat Asiana Airlines dengan nomor penerbangan AA328 dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12."

Wooseok melirik arlojinya, kemudian kembali menatap Jinhyuk. "Hyuk, I think I quite understand why are you leaving, I'm a little bit proud." Ia pun meraih tangan kanan Jinhyuk dan menggenggamnya dengan erat, seakan tak mau kalau Jinhyuk akan pergi.

Wajah Jinhyuk yang tadinya khawatir menjadi sedikit lebih cerah, ia senang kalau Wooseok mengerti mengapa ia harus pergi. Namun, ia tidak bisa berlama-lama karena pesawatnya sebentar lagi akan berangkat. "Wooseok, let go of this hand. I-"

"Jinhyuk, I'm glad I've met you. I love you."

Jinhyuk membulatkan matanya. Ia tampak tak percaya. "Hey, you know-"

Wooseok melepaskan genggamannya, menangkup wajah Jinhyuk, dan menciumnya. Air matanya mengalir sedetik setelah ia menghilangkan jarak di antara mereka. Ini yang Wooseok inginkan selama ini. Sudah lama sekali Wooseok menginginkan ini.

Sambil berjinjit, Wooseok melumat bibir bawah Jinhyuk. Air matanya enggan berhenti mengalir. Wooseok tahu kalau Jinhyuk akan kembali. Namun, bagi Wooseok, pergi berarti tidak akan kembali. Mungkin Jinhyuk akan pulang ke Korea, tapi jiwanya yang dahulu pasti sudah hilang.

It's okay for Wooseok to cry for now, right?

Setelah hampir satu menit mencium Jinhyuk, Wooseok disadarkan oleh teriakan beberapa orang. Salju pertama di musim dingin sudah turun, kata mereka. Wooseok lalu segera melepaskan ciumannya. Ia mengusap air matanya dan segera berjalan menuju pintu keluar. Ia bisa mendengar Jinhyuk memanggil-manggil namanya dan menyuruhnya berhenti.

Air mata enggan berhenti mengalir di pipi Wooseok. Semuanya terlalu menyakitkan untuknya. Jinhyuk bukanlah untuknya dan ia harus melepaskan Jinhyuk begitu saja. Ia harus memulai hidup baru, dengan atau tanpa Jinhyuk.

Tapi ia hanya mau bersama Jinhyuk. Ia harus bagaimana?

In the next two years, around this time

What kind of me will be here?

What kind of you will be here?

fin./tbc,


HAI! Lanjutannya tergantung final ya EHEHEHEHEHE Jujur nih ya aku sebenernya in the mood of bikin smut fic tp terus kaya hmmmmmm lain kali deh, kalo misalnya lineup debutnya bagus ya mungkin bakalan rajin bikin beginian (((PADAHAL BENTAR LAGI UJIAN))) but gpp itung itung biar ngga stres wkwkwk

Song referencenya disini tuh Hatsune Miku - When The First Love Ends 3 Please listen to it while you're reading this fic!

Keep support your boys no matter what happens.

Tysm . HYLI! . Nice feedback plz .