Pemuda pirang itu berjalan santai menuju ke sebuah perkotaan yang lumayan maju, ia sedikit mengulas senyum saat dirinya memasuki kota itu. Dia menghela napas pelan. "Sudah banyak yang berubah. Tak kusangka bisa semaju ini." Gumamnya bermonolog.

Perlu diketahui, ini adalah zaman dimana sihir berkembang dan digunakan oleh orang-orang. Ribuan tahun lalu, sihir diperkenalkan oleh seseorang setelah zaman dimana para Shinobi berakhir. Dimana-mana sihir menjadi alat bantu para warga serta penjabat di dunia ini, mereka sangat terbantu dengan adanya sihir.

Tetapi, peperangan antar negara masih sering terjadi, serta kelahiran para pahlawan perang yang memberikan kejayaan bagi negaranya masing-masing, dan saat ini, pemuda pirang itu berada di sebuah kota yang bernama Konoha. Sebuah kota yang tak asing baginya, dia sedikit tertawa kecil saat dirinya berpapasan dengan sosok yang dikenalnya. Namun sosok itu tak mengenal pemuda tersebut.

"Oh, well, aku tak peduli. Lagipula mereka adalah reinkarnasi dari teman-temanku." Gumamnya sekali lagi, dia pun kembali berjalan melewati warga yang sedang beraktifitas menggunakan sihir mereka. "Ternyata, sihir sangat efektif, benarkan Kurama?"

"..."

"...Oh, aku lupa dia sudah tak ada." Setetes air mata keluar dari matanya, membasahi pipi yang dihiasi 3 buah whisker. "Dia sudah bergabung denganku, Chakranya mengalir deras di darahku. Aku akan sangat merndukanmu, Kurama." Dia membuka tudung yang menutupi rambut pirang miliknya, angin meniup helai panjang rambut keemasan tersebut, pemuda itu kembali mengulas senyum sambil menatap sebuah akademi yang begitu besar.

Bugh!

Pemuda itu tiba-tiba tertabrak oleh sosok perempuan berambut merah yang sedang tergesa-gesa, buku yang dibawa perempuan itu terjatuh di atas trotoar jalan. "Oh, maafkan aku nona."

Perempuan itu langsung menatap pemuda pirang itu, dia pun memberikan sebuah senyuman kepadanya. "Tak apa, aku juga minta maaf karena tergesa-gesa."

Sang pemuda langsung terpesona saat dia mendengar sebuah suara merdu yang keluar dari bibir gadis itu. "Na-namaku Naruto, hanya Naruto."

"Aku Kushina Uzumaki, salam kenal Naruto-kun."

Mereka berdua berjabat tangan tanpa tahu sebuah benang merah yang mengikat keduanya.

..

..

Naruto dan Highschool DxD bukan milik hamba

Warning: OOC, Au, Dunia Sihir, Typo, dan yang lainnya.

..

..

Prologue!

"Jadi Naruto-kun ingin menimba ilmu sihir di Konoha Academy?" tanya Kushina yang saat ini sedang berjalan berdampingan bersama Naruto, pandangan Kushina tak lepas dari Naruto, dirinya ingin tahu bagaimana kekuatan orang yang baru saja ia kenal. "Ngomong-ngomong, Naruto-kun ingin mengambil jalan apa?"

"Jalan?"

"Maksudku, apa kau ingin menjadi seorang Wizard atau Ksatria? Naruto-kun mungkin bisa saja menjadi keduanya atau yang lebih dikenal dengan Swordmage."

Naruto sedikit menaikkan alis matanya, ia baru tahu jika di Academy itu ada dua buah kelas yang bakal di ambil oleh para murid baru. Dia terlihat berpikir sejenak saat diberi sebuah pilihan oleh Kushina. "Aku akan memutuskannya nanti." Balas Naruto dengan sebuah senyuman manis yang menempel di wajahnya.

Kushina sedikit tersentak saat dia melihat senyuman manis yang diberikan Naruto barusan, dia pun langsung memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menghindari kontak mata dengan pemuda pirang tersebut. "U-um, baiklah kalau begitu, aku harus segera pergi sekarang juga! Sampai jumpa!" gadis berambut merah itu langsung berlari meninggalkan Naruto yang diam mematung tepat di gerbang masuk ke Academy Konoha.

Sekilas, iris biru laut itu melihat semburat merah yang hinggap di kedua pipi Kushina. Dia menyunggingkan sebuah senyum tipis di wajahnya. "Ibu kalau sedang malu sangat imut." Batinnya yang memikirkan bagaimana malunya Kushina sekarang.

Naruto pun terus berjalan hingga masuk ke dalam Academy tersebut, di sana ia di suguhkan dengan sebuah pemandangan indah, lapangan luas dan sebuah gedung besar sebagai tempat belajar para murid tersebut. Dia menatap sosok pria berambut putih panjang yang sedang berdiri tepat di depan pintu masuk gedung besar itu. Naruto sedikit bernostalgia dengan sosok tersebut.

Sosok pria yang menjadi panutannya, sosok yang sangat ia hormati, sosok yang sangat ia kagumi walaupun dia sangat mesum. Namun, semua kenangan itu masih terukir indah di dalam otaknya.

"Anak muda? Apa kau mau masuk ke Academy ini?" Naruto yang sedang ditanyai pun mengangguk kecil. "Baiklah, namaku Jiraiya, Wakil kepala Academy ini. Kau ikutlah denganku ke ruangan kepala sekolah!" Naruto kembali mengangguk.

"Silahkan tunjukkan jalannya, Tuan Jiraiya."

Jiraiya tersenyum miring, dia kemudian berbalik kemudian memimpin perjalanan ke ruang kepala sekolah. "Ngomong-ngomgon, kau berasal dari mana anak muda?"

"Aku? Aku seorang pengembara. Berkelana kemanapun aku mau, lalu berakhir dengan datang ke Konoha."

"Begitu? Baiklah, sembari kita berjalan ke ruangan itu, aku akan memberitahukanmu sesuatu. Sebenarnya ada lima Academy besar yang ada di seluruh dunia ini, semuanya berada di masing-masing negara. Semenjak selesainya peperangan, kami semua sepakat untuk berdamai dan membuat Academy seperti Konoha Academy ini, kami juga mencari bibit yang sangat berbakat untuk dikirim ke sebuah Turnamen besar antar Negara. Yah, kau tahulah tujuan kami mengirimkan beberapa kandidat murid, ataupun Prodigy dari Academy ini untuk memenangkan Turnamen itu."

"Jadi anda mengirim mereka untuk memenangkan turnamen serta mengambil titel Academy terkuat di dunia ini?"

"Tepat sekali nak."

Mereka pun sampai di ruang kepala sekolah, Jiraiya membuka pintu masuk ke ruangan tersebut, Naruto bisa melihat beberapa piagam serta piala-piala yang berjejer di lemari ruangan itu, ia juga bisa melihat beberapa guru yang mungkin menjabat sebagai sekertaris sedang mengerjakan beberapa laporan.

"Ikuti aku." Naruto pun mengikuti Jiraiya untuk masuk ke sebuah ruangan lain. "Putri, ada pemuda yang ingin mendaftarkan diri ke Academy ini."

Naruto tersenyum miring saat melihat sosok yang sangat dikenalnya, seorang wanita beramput pirang pucat panjang sedang duduk di meja yang menjadi tempat kepala Academy berada. "Tsunade-baachan kah?" batinnya senang.

"Jadi bocah, kau ingin mendaftar ke Academy ini?" Naruto mengangguk kecil, kemudian Tsunade melanjutkan pertanyaannya. "Apa kau sudah tahu jika disini ada dua Kelas, serta satu kelas yang spesial?" Naruto kembali mengangguk mengiyakan pertanyaan yang di ajukan Tsunade. "Pilihlah!"

"Knight. Fufu, basis kekuatanku adalah Chakra, bukan sihir sih, jadi aku memilih Knight saja." Naruto sedikit tertawa kecil saat dirinya memilih kelas Knight.

"Apa tidak masalah bocah? Murid-murid dari kelas Knight banyak yang tak kuat karena perlakuan para Wizard yang agak menjengkelkan."

"Aku tak masalah sama sekali Nyonya kepala Academy—"

"Panggil aku Tsunade-Kochou." Naruto mengangguk kecil, lalu Tsunade mengambil sebuah bola Kristal. "Kemarilah, dan ukur aliran mana milikmu."

Naruto pun langsung memasang wajah kikuk, dia kemudian menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. "Sepertinya aku tak mempunyai mana sama sekali."

Tsunade dan Jiraiya terdiam sejenak, kemudian Tsunade menyimpan kembali bola Kristal tersebut. Dia berdehem sejenak, kemudian menatap Naruto kembali. "Baiklah. Jiraiya, tolong antarkan dia ke Kelas—aku lupa, siapa namamu?"

"Naruto, hanya Naruto, tak punya nama belakang sama sekali."

"Baiklah Naruto, ikuti Jiraiya!"

"Oke, kehidupan baru akan segera kujalani!"

..

..

..

"Bosan banget!"

..

..

To Be Continue!

Hai, hamba membawakan sebuah Fict dengan tema Fantasy. Namun, Naruto disini masih hidup dari zaman dirinya masih menjadi NInja hingga Ninja punah.

Maaf kalau ada salah kata, hamba hanya ingin menghibur reader hamba!