Fotosintesis

.

.

.

Sebuah Boboiboy Fanfic karya LightDP AKA LightDP2.

Author note:

-Boboiboy dan seluruh karakter yang terkandung di dalamnya adalah milik pemegang hak cipta, saya hanya pinjam karakter-karakternya.

-Warning: AU, Elemental sibblings, tanpa super power, OOC (mungkin ?), typo,

-Dalam fanfic ini umur karakter adalah sebagai berikut dari yang tertua:

-BoBoiBoy Halilintar: 18 tahun

-BoBoiBoy Taufan: 18 tahun.

-BoBoiBoy Gempa: 18 tahun.

-BoBoiBoy Blaze: 16 tahun.

-Boboiboy Thorn: 16 tahun.

-Boboiboy Ice: 15 tahun.

-Boboiboy Solar: 15 tahun

.

.

.

Suatu ketika pada hari Jum'at sore...

Thorn, salah satu dari ketujuh bersaudara kembar BoBoiBoy tengah bernyanyi-nyanyi kecil ketika ia berjalan pulang dari sekolah. Terbayang di alam pikirannya akan akhir pekan yang menyenangkan.

Sudah ditunggu-tunggunya akhir pekan kali itu karena hampir seminggu penuh lamanya Thorn menjalani rentetan ulangan umum tahap akhir semester ada lagi beban dalam pikirannya kecuali menunggu hasil ulangan umumnya dibagikan.

Sementara menunggu hasil ulangan umum itu dibagikan, Thorn sudah berniat untuk bermain-main, bersenang-senang, atau bersantai-santai sesuka hatinya. Ditambah lagi dirinya cukup yakin akan hasil ulangan umum yang telah sukses dilaluinya.

Belum lagi sekolahnya diliburkan sampai pengumuman hasil ulangan umum sekaligus mengosongkan kelas karena akan dipakai oleh kelas-kelas yang tingkatnya lebih tinggi untuk pelaksanaan ulangan umum tahap akhir yang menentukan kelulusan.

Berbagai rencana sudah disusunnya mulai dari belajar memasak bersama kakaknya, Gempa. Thorn selalu tertarik dengan kemahiran kakaknya yang satu itu dengan urusan dapur. Segala macam masakan bisa dibuatnya dan hasilnya tidak kalah, bahkan lebih nikmat daripada restoran. Konon kabarnya kakaknya itu pernah mengikuti kompetisi memasak internasional dan hampir memenangkan kompetisi itu.

Menjahili kakak tertuanya, Halilintar pun termasuk dalam daftar yang wajib dilakukkan oleh Thorn. Ia biasanya bersekutu dengan kedua kakaknya, Blaze dan Taufan untuk membuat hidup kakaknya yang tertua, yang terkenal sadis tetapi imut(?) itu menjadi lebih susah. Meskipun pada akhirnya mereka bertiga bakal merasakan pembalasan sang kakak tertua yang tidak kalah menyakitkan.

Bahkan Thorn sudah berencana untuk meluangkan waktu bagi adik-adiknya yang paling kecil, Solar dan Ice.

Terutama Solar.

Awalnya Thorn tidak terlalu peduli dengan apa yang dikerjakan Solar diwaktu luang si adik itu apalagi dirinya dan si adik itu berbeda dunia kehidupan sekolahnya. Solar masih duduk di bangku SMP sedangkan Thorn sudah berada di bangku SMA.

Thorn selalu mengira bahwa perbedaan tingkat sekolah itu akan menjadi pemisah antara dirinya dengan Solar yang berusia lebih muda.

Sampai pada suatu ketika Thorn akan menghadapi ulangan fisika dan secara tidak sengaja ia melihat Solar sedang menonton Channel Discovery di Youtube. Dari ketidaksengajaan itu Thorn mengetahui bahwa pelajaran fisika tidak selamanya menjemukan membosankan.

Sebelum itu Thorn selalu menganggap mata pelajaran fisika itu adalah momok luar biasa bagi dirinya. Namun setelah ia menonton channel Youtube itu bersama adiknya, Thorn mengetahui bahwa fisika itu cukup mengasyikkan.

Sejak saat itu, Thorn menjadi lebih tertarik dengan pelajaran fisika. Nilai ulangan pelajaran fisikanya pun membaik. Secara tidak langsung, ketidaksengajaannya menonton Channel Discovery di Youtube itu membuat Thorn menjadi lebih dekat dengan Solar.

Selain itu Solar memang mempunyai kemampuan istimewa. Otaknya sangat encer jika dibandingkan keenam saudara-saudaranya yang lain. Kadang-kadang Solar yang masih SMP itu bisa menjawab soal-soal pelajaran SMA dari Thorn selama persoalan itu menggunakan logika dan bukan pelajaran hafalan.

Secara fisik Solar termasuk tidak menonjol jika dibandingkan kakak-kakaknya yang lain seperti Halilintar, Gempa, dan Taufan yang memang mengambil ekskul beladiri di sekolahnya atau Blaze yang atletis dan suka berolahraga. Tetapi hal seperti itu tidak membuat Solar rendah diri atau penakut, malah ia menggemari hal-hal yang berbau petualangan karena rasa ingin tahunya yang besar.

Merasa mempunyai hubungan yang lebih akrab pada Solar jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, Thorn merasa ingin memberikan adiknya sesuatu sebagai kejutan.

'Apa kubelikan Solar es krim ya? Atau Cinnamon Roll... Waktu itu kayaknya Solar suka deh.' Thorn membatin ketika ia berjalan melewati jalan pintas yang membawanya melewati kompleks perumahan yang sangat minim penghuni..

Semakin dalam Thorn berjalan menembus kompleks perumahan itu, semakin gelisah pula dirinya.

Sebetulnya Thorn tidak suka melewati kompleks perumahan tua yang nyaris tanpa penghuni itu karena hari sudah semakin sore. Konon kabarnya tempat itu berhantu atau semacamnya. Namun kompleks perumahan itu adalah jalan pintas tercepat menuju rumahnya dan prioritasnya sekarang adalah pulang kerumah secepat mungkin.

Beberapa rumah besar yang terlihat mewah namun lama ditinggalkan penghuninya berdiri terbengkalai di sisi jalan. Rumah-rumah besar yang kosong, bahkan beberapa terlihat bisa ambruk sewaktu-waktu itu membuat Thorn merasa tidak nyaman melewati jalanan itu. Padahal ia sudah sering mengambil jalan pintas melewati kompleks yang terpaksa ditinggalkan karena developer-nya yang bermasalah.

Bahkan hembusan angin sejuk sore itu membuat bulu kuduk pada tengkuk Thorn berdiri. Entah mengapa ia merasa ada yang memperhatikannya. "Permisi, Thorn numpang lewat... Thorn anak baik... Jangan ganggu Thorn... Alam masing-masing." Gumamnya pelan sembari menoleh-noleh ke segala arah untuk memastikan bahwa tidak ada orang atau sesuatu apapun yang membuntuti dirinya.

'Kenapa perasaanku jadi ngga enak ya?' Thorn kembali membatin selagi ia berjalan lebih jauh masuk ke dalam kompleks itu. Ia sempat menghentikan langkahnya di depan sebuah rumah yang terlihat hampir runtuh.

Sesaat Thorn ragu untuk terus berjalan menembus kompleks perumahan yang suram itu. Sebetulnya bisa saja ia berputar balik, namun menurut perhitungannya ia sudah setengah perjalanan. Berputar balik akan menghabiskan waktu dan akan membuatnya kemalaman.

Kemalaman berarti ia akan didamprat oleh kedua kakaknya, Gempa dan Halilintar. Sebetulnya Thorn lebih takut menghadapi Gempa karena kakaknya yang satu itu lebih ketat dalam urusan disiplin dibandingkan dengan Halilintar.

Minimal Thorn masih memiliki kakak yang selalu membela dirinya, yaitu Taufan dan Blaze. Kedekatannya dengan kedua kakaknya boleh dibilang cukup dekat bahkan sampai timbul julukan Trio Troublemaker untuk mereka bertiga.

Tetap saja ia enggan untuk menghadapi amukan Halilintar dan Gempa apalagi kalau masalahnya terlambat pulang. Karena dalam kasus seperti itu bisa dipastikan tidak ada yang akan membelanya. Bahkan Taufan yang biasanya memihak kepadanya kurang suka jika ia pulang sampai larut malam.

Merasa sudah kepalang tanggung dan harus pulang secepatnya Thorn memutuskan melanjutkan perjalanannya menembus kompleks perumahan itu dengan langkah yang dipercepat. 'Semakin cepat aku melewati kompleks ini, semakin bagus. Toh sebentar lagi sudah tembus keluar kompleks.' Begitulah pikirnya.

Baru saja ia mendekati sebuah perempatan pada jalan yang sedang ia jalani ketika didengarnya suara teriakan putus asa yang nyaring dari sisi kiri perempatan itu.

"Lepaskan aku! Tolong!"

Suara teriakan itu membuat Thorn terkejut dan membuat degup jantungnya berpacu. Apalagi ia sangat mengenal suara teriakan itu.

Tanpa membuang waktu, Thorn berlari mendekati perempatan itu dan berbelok ke kiri menghampiri sumber suara teriakan itu.

"Astaga. SOLAR!" Sebuah pemandangan yang tak penah Thorn bayangkan sebelummya terbentang di hadapannya.

Thorn mendapati adiknya, Solar tengah dipegangi oleh dua orang yang wajah-wajahnya setengah tertutup masker. Terlihat Solar dengan seragam sekolahnya yang sudah tersobek-sobek tengah berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kedua orang yang hendak menyeretnya kedalam sebuah mobil box tertutup dan tanpa plat identitas.

Ulu hatinya terasa dipukuli dan darahnya langsung mendidih. Thorn Tidak terima adiknya diperlakukkan begitu. Secara refleks dan tanpa berpikir lagi ia langsung menghardik orang-orang yang tengah menyeret Solar. "HOI! LEPASKAN ADIKKU ITU!".

.

.

.

Bersambung