"Umino-san, bisakah anda pergi ke isolasi dan membawa dua orang kemari? Aku masih butuh tenaga lain di sini," perintahku singkat.

Tanpa perlu menjelaskan lebih lanjut, Umino-san segera berlari secepat yang ia bisa. Sudut bibirku pun tanpa sadar tertarik dan membentuk sebuah senyum simpul di balik masker yang aku kenakan. Seperti itulah seorang ayah, akan pergi ke mana pun jika itu untuk keselamatan keluarganya. Jika saja aku menyuruhnya terjun ke neraka, mungkin Umino-san akan menurutinya tanpa pikir panjang.

Melihat semangatnya yang seperti itu, mau tidak mau, aku pun juga harus dapat menyemangati diriku sendiri. Meskipun aku hanya tidur setengah jam, tetapi itu bukan berarti aku dapat melakukan sesuatu yang setengah-setengah.

Aku masih belum tahu, seberapa parah kondisi istri dari Umino-san. Namun, jika melihat raut wajah dari butler itu, membuatku berpikir bahwa kondisinya saat ini pastilah sangat serius.

Dengan tidak adanya nenek di sini, itu berarti, nyawa dua orang manusia, sekarang berada pada tanggung jawabku secara langsung.


High School DxD by Ichie Ishibumi

And other characters are not belongs to me

Genre : Adventure, Fantasy, Action, Friendship, Romance.

Summary : Demi mewujudkan mimpinya dalam bidang ilmu medis, dia siap terlibat dengan seluruh kekacauan dalam negeri ini. Bersama dengan teman-temannya yang juga menginginkan sebuah revolusi, mereka akan mengadu seluruh kemampuan, siasat, dan tipu daya. Semuanya akan mereka lakukan, untuk sebuah revolusi.

Chapter 20 : Seperti Biasa, Sona Sitri Selalu Memiliki Pemikiran-Pemikiran Rumit Di Dalam Kepalanya.


XxXxX—

"Baroness datang, cepat bawa ke kasur yang telah di siapkan!" Teriak seorang butler yang sebelumnya telah membawa kabar buruk untuk Naruto dan Iruka.

Istri dari Iruka Umino—Tsunami Umino—memasuki klinik dengan diangkatkan ke atas tandu beroda yang didorong oleh para butler dan maid. Salah satu maid yang menyertai istri Iruka yang telah mengalami kecelakaan, terlihat terus memompa dada wanita hamil tersebut dengan sekuat tenaga menggunakan kedua tangannya.

Nampak keringat dan ekspresi khawatir begitu menghiasi wajah mereka yang sedari tadi mengantar tuannya tersebut.

"Apa yang terjadi pada istriku? Bagaimana keadaan kandungannya? Kenapa kalian membiarkan Tsunami berkeliaran di luar ruangannya tanpa pendampingan?" Teriak Iruka dengan panik.

"Tenanglah, Umino-san. Aku berjanji akan menyelamatkan mereka," ucap Naruto dengan nada yang meninggi, "Siapa pun, tolong bawa Umino-san keluar ruangan ini."

"Te- tetapi, Naruto-san, beliau …,"

"Kondisi kejiwaannya sedang tidak stabil. Keberadaannya di sini hanya akan mengganggu," jawab Naruto dengan tegas.

Setelah melihat Naruto yang nampak tidak ingin mendapat penolakan atas perintahnya, empat orang butler yang turut membawa sang baroness ke dalam klinik pun dengan terpaksa menyeret tuan mereka sendiri.

Meskipun mendapat perlawanan dan makian oleh Iruka, mereka berempat tetap memilih untuk mengikuti perintah Naruto. Iruka memanglah tuan yang mempekerjakan mereka. Akan tetapi, dalam kondisi yang serba tegang seperti ini, ucapan Naruto yang penuh dengan ketenangan dapat lebih dipercaya untuk menyelamatkan nyonya besar mereka.

"EKG akan segera dipasang dan USG sebentar lagi akan siap," ucap salah seorang wanita di sana.

"Berapa lama beliau sudah gagal jantung?" tanya Naruto.

"Sejak jatuh hingga sampai di sini, mungkin sudah sekitar 12 hingga 15 menit," ucap salah satu maid yang kini telah naik di tepi ranjang sambil terus melakukan CPR ke baroness.

Gagal jantung selama 15 menit bukanlah hal yang bagus, jika mereka tidak dengan sigap memberikan pertolongan pertama berupa CPR, sudah dipastikan bahwa baroness tidak akan selamat dalam perjalanan menuju klinik.

Mengetahui langkah sigap dari maid yang berada di kediaman Baron Umino, membuat Naruto dapat sedikit menghembuskan napas lega. Pengetahuan para maid yang telah terbiasa membantu baroness menjalankan klinik, sangat membantu Naruto dalam keadaan darurat yang benar-benar tidak terprediksi seperti ini.

"Tolong beri epinefirin sebanyak satu mililiter tiap tiga menit melalui jalur infus," perintah Naruto kemudian, "Jangan berhenti melakukan CPR dan beri aku tabung endotrakeal."

Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, salah satu dari mereka dengan cepat memberi sebuah tabung panjang yang lebarnya tidak lebih dari sebuah pensil.

Dengan sigap dan tetap mempertahankan konsentrasinya, Naruto pun segera memasukkan tabung tersebut ke dalam mulut baroness, dengan dibantu pencahayaan dari senter khusus—yang bernama laringoskop—yang ia gunakan untuk melihat jalur tenggorokan saat melakukan intubasi.

Melakukan intubasi seperti ini merupakan langkah yang harus segera dilakukan dalam penanganan keadaan darurat. Seseorang yang mengalami gangguan pernapasan atau tersumbatnya jalur pernapasan, harus segera menerima tindakan intubasi endotrakeal agar dapat menghubungkan paru-paru sehingga mampu menerima oksigen kembali.

Setelah prosedur pemasangan tabung enotrakeal selesai, Naruto segera beranjak dari tempatnya semula. Seorang maid yang menjadi perawat dadakan untuk menangani wabah pes, mengambil alih posisi Naruto dan menghubungkan tabung endotrakeal tersebut dengan kantung pompa oksigen.

"Monitor telah terhubung dan tidak menunjukkan tanda-tanda vital sama sekali," ucap salah seorang suster gereja yang juga masuk ke dalam tim dadakan ini.

"Asystole! Jangan kendurkan CPR-nya, ganti dengan yang lain jika kau sudah merasa lelah, jangan memaksakan diri! Lalu, atur ukuran tabung endotrakeal menjadi 20 centimeter," ucap Naruto tegas.

Asystole merupakan sebuah keadaan yang tidak adanya tanda-tanda aktivitas listrik dan juga mekanik pada jantung. Entah itu ventrikel, denyut, dan curah jantung, semua itu tidak ada sehingga EKG tidak dapat menangkap sinyal yang menunjukkan jantung bekerja.

Mengikuti instruksi dari Naruto, maid yang sedari tadi pun meminta rekannya untuk mengganti posisinya. Dengan cekatan, mereka berdua segera bertukar posisi. Maid yang sebelumnya telah terus-menerus melakukan CPR dengan sekuat tenaga, melangkah mundur untuk mengistirahatkan dirinya sejenak.

Setelah prosedur intubasi endotrakeal—penanganan darurat yang harus segera dilakukan pertama kali—Naruto pun telah bersiap untuk melakukan langkah selanjutnya.

"Potong baju atasnya dan lakukan USG. kita periksa, apakah janinnya masih hidup atau tidak," ucapnya.

Mengikuti instruksi Naruto, orang yang berdiri paling dekat dengan peralatan yang memiliki nama ultrasonography itu pun segera menyerahkan sensor probe kepada Naruto.

Remaja berambut kuning yang memimpin prosedur ini segera menerima sensor yang diarahkan kepadanya. Dengan cekatan, ia segera meletakkan sensor probe tersebut pada permukaan perut dari Tsunami. Remaja itu mengarahkan sensor ke segala arah di sekitar perut istri sang baron, agar sensor tersebut dapat menangkap gelombang dari dalam rahim.

Setelah beberapa detik berlalu, akhirnya monitor pada USG menunjukkan sebuah gambar siluet yang tidak begitu jelas. Meskipun begitu, bagi Naruto yang telah memiliki pengalaman dalam menjalankan sonograf tersebut, hasil itu sudah cukup untuk menarik sebuah kesimpulan.

"Fetusnya masih hidup, tetapi detak jantungnya terlalu lambat. Ini … solusio plasenta," ucap Naruto dengan suaranya yang rendah.

"Dalam hal ini, meski kita terus mengompresi dadanya, darahnya tidak akan mencapai plasenta," kata seorang maid khawatir. Dari gelagatnya, maid tersebut nampak memiliki ilmu yang cukup mengenai kesehatan.

Solusio plasenta, sebuah kondisi di mana plasenta—yang seharusnya menjadi penyalur nutrisi dan membuang limbah hasil metabolisme pada janin—terlepas dari dinding rahim.

Fenomona terlepasnya plasenta dari dinding rahim merupakan situasi yang sangat berbahaya. Dari sisi janin, sang janin akan kehilangan pasokan nutrisi dan oksigen dalam waktu dekat yang sangat sulit untuk diprediksi. Sedangkan dari sisi si ibu, terlepasnya plasenta akan menyebabkan sebuah pendarahan yang hebat pada rahim jika tidak segera diatasi.

Dari sudut mana pun kita melihat, solusio plasenta dapat menyebabkan kematian untuk ibu dan janin.

"Tidak ada pilihan lain, kita harus melakukan PMCD," ucap Naruto tegas.

Beberapa orang di dalam ruangan itu merasa terkejut dengan keputusan Naruto. Beberapa lagi ada yang merasa tidak mengerti, karena tidak familiar dengan istilah yang remaja kuning itu jelaskan.

PMCD merupakan singkatan dari perimortem cesarean delivery. Untuk orang awam, prosedur ini lebih dikenal dengan sebutan operasi cesar. Sebuah tindakan pengangkatan janin sebelum waktu kelahirannya karena terdapat kondisi-kondisi yang serius.

"Akan tetapi, Naruto-san, bukankah melakukan PMCD juga terlalu berisiko untuk ibu dan janinnya?" tanya salah seorang suster gereja yang menjadi perawat dadakan.

Rasa khawatir dari wanita itu bukanlah sesuatu yang tanpa dasar. Pasalnya, angka kematian untuk sang ibu dari operasi cesar memanglah sangat tinggi. Tentu saja, Naruto sangat memahami kekhawatiran tersebut. Namun, baginya, itu bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan.

"Jangan khawatir, dengan pengetahuan ilmu medis zaman sekarang, dan ditunjang dengan peralatan yang ada, kita masih bisa menyelamatkan nyawa baroness dan bayinya."

Penyebab utama kematian pada operasi cesar adalah minimnya pengetahuan orang-orang akan ilmu anestesi dan kesadaran terhadap sanitasi. Dengan menggunakan jenis anestesi dan jumlah yang tepat, rasa sakit dari operasi bedah tidak akan menjadi sesuatu yang perlu ditakutkan oleh pasien. Selain itu, rendahnya kesadaran akan tingkat kebersihan atau sanitasi, sering menjadi penyebab utama kematian pada janin yang seharusnya belum siap untuk melihat dunia karena faktor kebersihan.

Dalam hal ini, pengetahuan yang Naruto miliki akan menjadi modal berharga untuk menjalankan prosedur PMCD ini.

Selain itu, ketika Naruto berbincang dengan sang baroness kemarin, istri Iruka itu mengatakan, bahwa ia telah membeli seperangkat NICU sejak tahun lalu untuk berjaga-jaga jika terjadi kejadian serupa terhadap ibu hamil.

Bagi sang baroness, hidup di dalam pedalaman seperti ini dapat mengancam nyawa setiap orang tanpa sepengetahuan siapa pun. Meskipun warga desa tidak mengalami kesulitan ekonomi karena hasil alam dan tambang mineral yang melimpah, tetapi masalah kesehatan yang dapat terjadi dari sebuah penyakit atau kecelakaan tidaklah dapat dihindari.

Karena itulah, dengan kesadaran akan risiko hidup warga desanya, sang baroness pun mulai menginvestasikan hartanya untuk membangun klinik sebagai pusat kesehatan di desa ini. Meskipun tidak ada satu pun dokter yang bersedia memasuki pegunungan Akaishi yang terkenal sangat berbahaya ini, meskipun ia tidak dapat menemukan seorang guru yang bersedia mengajarinya, tetapi sang baroness tetap dengan semangatnya mempelajari semua yang ia bisa dengan otodidak.

Ia memiliki impian, ilmu kesehatan yang ia dapat, akan ia wariskan ke anak-anaknya. Dengan begitu, anaknya kelak akan belajar dan mendapat ilmu yang jauh lebih baik dari Tsunami. Tentu saja, jika memungkinkan, Tsunami akan memasukkan anaknya ke dalam sekolah kedokteran. Dengan begitu, harapan hidup penduduk pedesaan seperti para warganya, akan mengalami sebuah peningkatan yang signifikan.

'Entah ini kebetulan atau tidak, tetapi nyonya Tsunami benar-benar memiliki pemikiran yang maju,' lanjut Naruto di dalam hati.

"Kami akan menyiapkan NICU segera!" teriak salah satu maid dan dengan cekatan segera pergi dari tempat itu.

Setelah beberapa menit berlalu, Naruto dan seluruh orang yang berada di sana telah memakai pakaian gaun operasi berwarna serba hijau dan lengkap beserta penutup kepala, sarung tangan, serta masker bedah.

Kondisi baroness yang terbujur lemah di kasur pun, ditutupi dengan sebuah kain hijau yang hanya menyisakan lubang pada bagian yang seharusnya menutupi perutnya.

Meskipun klinik ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan ruangan khusus yang ditujukan untuk melakukan pembedahan, tetapi Naruto tidak memilih untuk membawa baroness ke ruangan tersebut. Memaksimalkan waktu serta tidak perlunya peralatan lain yang berada di dalam ruang operasi, menjadi faktor utama pengambilan keputusan tersebut.

Ada sekitar lima orang yang mengelilingi sang baroness, termasuk Naruto. dua orang berperan menjadi asisten Naruto, satu orang yang bertugas terus memantau tanda vital sang baroness, dan satu orang lagi terus melakukan kompresi pada dada Tsunami.

Tentu saja, di luar tim lima orang itu, masih ada orang-orang lain yang berdiri sedikit jauh. Mereka akan selalu stand by di sana jika terjadi sesuatu atau lima orang tenaga utama tersebut memerlukan bantuan tambahan.

"Seperti yang sudah aku katakan, kita akan melakukan prosedur PMCD," ucap Naruto dengan tenang.

"CPR telah berlangsung selama 21 menit dan masih berlanjut," timpal salah seorang yang berada di sana.

Sambil mengulurkan tangan kanannya ke samping, ia berkata, "Baiklah …, mes."

Menanggapi ucapan Naruto, seseorang yang berada di samping kanannya segera memberikan pisau bedah ke tangan kanan Naruto yang terulur.

"Aku akan memotong kulitnya secara vertikal, lalu melanjutkan dengan memotong uterus secara transversal," ucap Naruto dengan menjelaskan prosedurnya.

"Cut," lanjut remaja tersebut.

Tanpa keragu-raguan sedikit pun dan ditambah dengan tingkat konsentrasinya yang sangat tinggi, ia segera memotong kulit purit Tsunami. Darah berwarna merah gelap segera merembes keluar mengikuti jalur potongan yang dibuat oleh Naruto dengan panjang sekitar 20 centimeter itu.

"Kain kasa," seru salah seorang asisten Naruto saat melihat darah yang mengalir dan segera mengelapnya saat ia telah menerima kasa.

"Aku akan masuk ke rongga perutnya, pegang yang erat dan bantu aku menariknya," perintah Naruto.

Mengikuti ucapan Naruto, asisten yang berada di depannya itu segera memegang dengan kuat bagian kulit yang telah Naruto potong. Sedangkan di sisi lainnya, remaja kuning itu juga memegang kulit lain dan bersiap untuk menarik agar ia dapat masuk ke dalam isi perut Tsunami.

"Satu, dua, tiga, tarik!" ucap Naruto yang memberikan instruksi.

"Aku dapat melihat rahimnya."

"Gunakan retractor richardson," perintah Naruto.

Dengan segera, dua asisten yang berada di samping dan depannya, menarik kulit perut baroness itu menggunakan alat yang memang digunakan untuk menjaga kulit agar tetap terbuka saat operasi tersebut.

Setelah tidak ada lagi yang menghalangi pandangannya untuk melihat rahim, Naruto segera melakukan tindakan selanjutnya.

"Aku akan memotong rahimnya, … cut."

Rahim yang menjadi rumah dari sang janin selama berbulan-bulan itu ia potong secara horizontal dengan cepat dan teliti. Sebuah cairan bening yang umum disebut sebagai air ketubah pun, nampak mengalir keluar melalui sisi rahim yang telah Naruto potong tersebut.

"Singkirkan alat-alatnya," lanjut Naruto.

Setelah mendengar instruksinya, dua asisten dadakan Naruto itu segera menyingkirkan retractor richardson yang sebelumnya mereka gunakan untuk membantu menjaga agar kulit yang telah dibedah tetap terbuka.

Setelah semua peralatan-peralatan yang menghalangi itu disingkirkan, Naruto dengan lembut dan cepat mulai merogoh dinding rahim yang sebelumnya telah ia potong. Meskipun telah dipotong, lantas tidak dapat membuat remaja itu dengan mudah dapat memasukkan jari-jarinya ke dalam rahim. Celah yang terbilang kecil dan perhitungan yang matang agar tidak melukai sang bayi, merupakan kendala yang harus diperhatikan oleh Naruto dengan baik.

"Dorong perutnya ke bawah," ucap Naruto.

Sesuai perkataan Naruto, salah satu dari asistennya itu mulai mendorong perut itu ke bawah agar kepala bayi dapat lebih mudah diraih oleh remaja kuning itu.

Setelah kurang dari dua menit berlalu, akhirnya Naruto mulai dapat memasukkan jari-jarinya ke dalam rahim dan meraih kepala bayi. Dengan tenang dan penuh kehati-hatian, akhirnya kepala bayi itu pun mulai nampak keluar dari sobekan rahim yang dibuat oleh Naruto sebelumnya.

Pupil mata berwarna biru yang dimiliki oleh remaja itu mengecil dari ukuran biasanya. Hal tersebut menunjukkan betapa tingginya konsentrasi yang ia curahkan untuk menyelamatkan nasib dari dua nyawa yang saat ini berada di tangannya itu.

Dimulai dari kepala yang telah ditarik keluar, seluruh badan dan kakinya pun mengikutinya tanpa hambatan sedikitpun.

"Bayinya keluar, tepat pukul 13:21."

"Potong plasenta-nya menggunakan gunting kelly," ucap Naruto yang di kedua tangannya tengah menggendong bayi tersebut.

"Cut," ucap salah seorang asisten tersebut sambil memotong dengan cepat.

Meskipun bayi telah berhasil dikeluarkan, bukan berarti ketegangan yang ada belum berakhir.

"Bayi masih belum menunjukkan respon, teruslah memeriksa."

Setelah bayi keluar dan dipindahtangankan ke asisten Naruto yang berada di depannya, ia segera meletakkan bayi tersebut ke meja khusus yang telah disiapkan. Orang-orang yang sebelumnya hanya berdiri dan melihat pun, segera mengambil inisiatif untuk membantu merawat sang bayi.

Salah satu dari orang yang datang, membawa sebuah kain hangat dan segera membersihkan sang bayi menggunakan itu. Punggung sang bayi itu pun digosok secara terus-menerus dengan harapan agar sang bayi segera memberi respon dan menangis. Namun, meskipun punggung telah digosok dan ditepuk-tepuk berkali-kali, tidak ada tanda-tanda respon sama sekali dari sang bayi.

Menyadari hal itu, si asisten pun segera mengambil stetoskop untuk memeriksa keberadaan denyut jantung dari sang bayi.

"Kumohon … kumohon," ucap asisten dadakan tersebut khawatir.

Mengetahui bahwa denyut jantung dari sang bayi sangat lemah, ia pun segera meraih kantung pompa oksigen yang telah disiapkan. Asisten tersebut dengan kecepatan yang konstan, terus memompa agar oksigen dapat masuk ke paru-paru bayi sehingga bayi dapat segera memberikan responnya pasca-persalinan.

Namun, respon yang diharapkan tidak kunjung segera datang. Semua orang yang berada di ruangan tersebut, dipaksa untuk menahan tekanan berat yang mengelilingi mereka.

Rasa cemas itu juga turut dirasakan oleh Naruto. Meskipun ia dapat menutupi wajah tegangnya dan menggunakan tangannya untuk menjahit luka bedah yang dilakukan, tetapi jauh di dalam hatinya, remaja itu juga merasakan perasaan cemas yang sangat besar.

Ditambah lagi, dengan belum kembalinya detak jantung sang baroness secara normal, membuat semua orang yang berada di sini tidak dapat bernapas dengan lega.

"Kita harus melakukan intubasi," ucap asisten yang tengah merawat bayi.

Salah seorang yang membantu asisten tersebut, segera menyerahkan tabung endotrakeal dengan ukuran yang sangat kecil, ukuran yang disesuaikan untuk bayi.

Saat tabung itu telah dimasukkan ke dalam mulutnya, dan memastikan bahwa jalan masuk udaranya telah terbuka, tiba-tiba terdengar suara rengekan yang khas dari seorang bayi.

"Eeehhh … ehh hhehhh … uh eehh heeehhhh."

Semakin lama, suara tangisan tersebut semakin bertambah kencang. Mereka semua yang berada di sini, merupakan orang-orang yang sudah cukup sering melihat sebuah persalinan, khususnya bagi Naruto yang sudah berkali-kali turut membantu Tsunade. Namun, di antara mereka semua, tidak ada satu pun yang pernah menyaksikan seorang bayi yang menangis sekencang ini.

Tangisan tersebut bahkan terdengar hingga keluar dari bangunan klinik. Jika berbicara tentang angka kasar, mungkin tidak akan berlebihan jika suara tangisan itu dapat mencapai radius hingga lebih dari 200 meter.

Semua orang yang berdiam diri di rumah, orang-orang yang sedang berjuang menghadapi wabah pes di dalam tempat isolasi, serta seluruh orang yang tengah putus asa akan kehidupan mereka, mereka semua dapat mendengar suara tangisan bayi dari keturunan Baron Umino itu.

Naruto yang merupakan tipe orang yang tidak begitu suka kebisingan, merasa tidak terganggu sama sekali dengan tangisan super kencang yang tepat berada di hadapannya saat ini. Pun dengan seluruh orang yang dapat mendengar suara tangisan sang bayi.

Mereka semua memiliki pemikiran yang berbeda-beda sebagai tanggapan dari kejadian tidak biasa yang saat ini tengah berlangsung. Namun, terdapat sebuah kepercayaan yang sama, yang saat ini tengah mereka yakini.

Kelahiran sebuah kehidupan baru di tempat yang nilai harapan kehidupannya sangat rendah seperti desa ini, menjadi sebuah motivasi yang sangat hebat sehingga dapat menggerakkan hati semua orang. Satu hal yang mereka percayai adalah, kehidupan yang baru saja menyapa dunia luar itu, merupakan sebuah momentum berharga untuk melewati badai yang menerpa desa ini.

"Naruto-san, denyut jantung baroness kembali!"

Lamunan remaja kuning itu harus terhenti ketika ia mendengar suara salah seorang yang sedari tadi terus memberikan CPR kepada sang baroness. Selama beberapa detik setelah tangisan pertama dari si bayi, konsentrasi tinggi yang selama ini Naruto pertahankan, buyar seketika. Menyadari keteledorannya itu, Naruto mengutuk dirinya sendiri.

Namun, meskipun ia telah mendapatkan kembali kesadaran yang sempat hilang selama beberapa detik, tetapi masih ada beberapa hal yang tidak remaja itu mengerti.

"Bagaimana … bisa?"

Sejak awal, Naruto tidak pernah berpikir tentang kembalinya denyut jantung baroness dan tanda-tanda vital lainnya. Oleh karena itu, prosedur yang akan ia lakukan selanjutnya setelah mengangkat sang janin adalah melakukan DC shock kepada baroness. Itu adalah hal yang sangat wajar, mengingat istri dari Iruka Umino itu telah mengalami gagal jantung selama hampir setengah jam.

"Bukankah itu sederhana, Naruto-san? Nyonya kembali setelah mendengar tangisan dari buah hatinya. Sudah menjadi naluri seorang ibu untuk menenangkan anak mereka yang menangis, 'kan?" ucap maid tersebut dengan lembut.

'Naluri seorang ibu, ya?'

Seperti ingin melepas beban yang sedari tadi terus menghantam tengkuknya, Naruto pun menengadahkan kepalanya untuk menatap langit-langit.

Kata-kata dari maid yang selalu melakukan CPR terhadap baroness itu terus meresap di kepala Naruto. Baginya, ia yang ditinggal oleh sang ibu selama-lamanya ketika masih berumur satu tahun dan harus hidup bersama dengan kakek dan neneknya, merasa penasaran dengan satu hal.

'Banyak orang yang bilang, orang-orang yang mengasihi kita akan terus mengawasi kita dari langit meskipun mereka telah tiada. Lalu, apa ayah dan ibu juga sedang mengawasiku saat ini?'

Naruto segera memijit pelipisnya dan berusaha membuang pemikiran-pemikiran yang tidak berdasar itu. Ini bukanlah kali pertama dia merasakan perasaan sentimen terhadap kedua orang tuanya yang telah lama meninggal. Namun, untuk saat ini, masih banyak pekerjaan di depan mata yang sedang menantinya. Karena itulah, Naruto tidak akan membiarkan dirinya terbawa dengan perasaan-perasaan sentimentil atau semacamnya.

Lagi pula, Naruto memiliki Tsunade yang merupakan figur nenek sekaligus ibu terhebat baginya. Meskipun nenek tua itu sering melakukan pelatihan yang sangat ekstrem dan jauh di luar nalar manusia, tetapi Tsunade akan selalu datang, entah dari mana, ketika Naruto berada dalam situasi yang tidak dapat ia atasi seorang diri seperti saat ini.


—XxXxX—

Kota Awa, merupakan ibukota dari Provinsi Awa. Berbicara tentang Provinsi Awa, daerah itu sangatlah terkenal sebagai salah satu tempat dengan ekonominya yang berjalan baik. Jika ditinjau dari tingkat kualitas hidup penduduknya, Provinsi Awa menempati peringkat kedua setelah ibukota Edo.

Stabilitas ekonomi dan politik di daerah ini, tentu saja tidak lepas dari pengaruh tangan dingin yang dimiliki oleh Marquess Sitri. Meskipun selama ini keluarga Sitri selalu dipandang sebagai orang yang dapat memanfaatkan apa pun dan siapa pun dengan menggunakan otak genius serta pemikiran rumitnya demi kepentingan mereka sendiri, tetapi fakta bahwa Sitri adalah keluarga yang dengan sukses dapat memerintah daerah kekuasaannya dengan sangat baik, tidak dapat dibantah oleh siapa pun.

Karena itulah, pengaruh dari Marquess Sitri sangatlah besar dalam peta politik Kerajaan Codafata. Bahkan, ada beberapa pendapat yang mengatakan, keluarga Sitri memiliki peluang yang besar untuk menaikkan gelar mereka menjadi seorang duke, jika Serafall Sitri telah benar-benar sah menggenggam tongkat estafet kepala keluarga Sitri yang selanjutnya.

Tentu saja, hal tersebut tidak luput dari prestasi-prestasi yang pernah dilakukan Serafall. Salah satu yang paling membekas di ingatan semua orang, adalah saat Serafall berhasil membekukan lebih dari tiga per empat Teluk Edo dalam upayanya untuk menangkap para pemberontak yang kabur melalui pelabuhan Awa. Atas tindakannya itu, orang-orang mulai menyebut Serafall sebagai Leviathan atau Sang Iblis Lautan.

Seperti yang telah disebutkan, Kota Awa adalah pusat dari seluruh roda ekonomi dan politik di Provinsi Awa. Oleh karena itu, di salah satu sudut yang berada di pusat kota ini, berdiri sebuah mansion yang sangat megah dan menjadi tempat tinggal utama untuk Marquess Sitri dan keluarganya. Mansion setinggi hingga lebih 20 meter itu memiliki tiga lantai, yang masing-masing lantainya memiliki kegunaan tersendiri.

Bukan hanya itu, di sisi belakang yang berjarak hingga 70 meter dari bangunan utama, juga terdapat sebuah kandang serta padang rumput tempat kuda-kuda dirawat.

Di sebuah beranda yang berada di lantai tiga, nampak seorang gadis yang dengan tenangnya duduk dengan tenang sambil menikmati tehnya di pagi hari yang cerah. Meja di depannya yang telah tersusun satu set lengkap camilan-camilan ringan, menjadi pendamping sempurna bagi gadis itu dalam menikmati teh favoritnya

Pada dasarnya, kediaman Sitri memiliki jarak sekitar 10 kilometer dari garis laut. Oleh sebab itu, angin laut yang berembus dari Timur di pagi hari dan selalu membawa aroma yang khas dari perairan asin tersebut, selalu menjadi harmoni yang unik yang membuat gadis tersebut sering merindukan tanah kelahirannya ini.

Jemari-jemari lentiknya yang indah, sesekali akan ia gunakan untuk merapikan rambut pendeknya yang bergoyang mengikuti arah angin. Gaun berwarna biru muda yang biasa ia kenakan untuk aktivitas di rumah, pun ikut berkibar saat sang angin datang menyapa gadis muda tersebut.

Dengan bermandikan cahaya pagi, embusan angin yang terkadang menari-nari di sekitarnya, serta burung-burung yang bernyanyi di sekitar rumahnya, tidak membuat gadis tersebut merasa terganggu sedikit pun dalam menikmati teh dan buku bacaan kesukaanya. Bahkan, gerakan jemarinya yang sangat lembut ketika ia membalikkan halaman, seakan menjadi sebuah fenomena indah yang dapat mengaburkan seluruh harmoni yang ada di sekitarnya.

Jika ada seorang seniman yang secara kebetulan melihat gadis tersebut, mereka pasti merasa bahwa sosok yang di depannya itu, pastilah sebuah karya seni yang keindahannya tidak akan bisa dilukiskan dalam sebuah kanvas yang ada di dunia ini.

Namun, siapa yang menyangka, di balik keindahan dan keanggunan yang selalu nampak pada gadis itu, terdapat sebuah rencana-rencana rumit yang tidak akan bisa diikuti oleh orang biasa. Rencana-rencana rumit yang mengerikan, yang dapat membawa kerajaan ini jatuh dalam pemberontakan besar-besaran.

"Anda membaca buku itu lagi, Sona-sama?"

Merasa namanya dipanggil oleh seseorang yang suaranya telah familiar di telinganya, gadis itu pun segera menoleh ke sumber suara tersebut berasal. Tepat di arah tatapan gadis itu tertuju, terdapat sebuah gadis lain yang baru saja masuk ke dalam beranda kamarnya dan hendak menutup kembali pintu beranda tersebut.

"Seperti yang kamu tahu, aku benar-benar menyukai buku ini," ucap Sona sambil menaruh sebuah pananda halaman, lalu menutup bukunya kemudian.

Buku tersebut merupakan buku yang berisi tentang kisah hidup seorang Kushina Uzumaki, kumpulan surat-surat yang pernah Kushina Uzumaki kirim ke para bangsawan, dan juga kegilaannya yang dengan lantang menyuarakan ketidakadilan di negeri ini. Meskipun saat itu seluruh bangsawan ibukota jelas-jelas ingin menyingkirkannya dan hingga membuat Minato Namikaze—si anjing setia milik raja—tetapi itu tidak membuat ciut nyali seorang Kushina Uzumaki.

Bahkan, berkat kegigihan dan keras kepalanya itu, membuat seorang Minato Namikaze yang terkenal berhati baja dan pembunuh berdarah dingin itu pun jatuh cinta dan berbalik mendukung Kushina. Kisah dua orang yang awalnya saling berseberangan hingga akhirnya dapat menjalin hubungan kasih itu, menjadi salah satu kisah asmara yang paling terkenal di seluruh negeri ini.

Namun, bukan itu yang membuat Sona tertarik dengan buku bacaanya. Fakta bahwa Kushina yang berasal dari keluarga entah-berantah, tidak memiliki sihir, dan tidak mendapat pendidikan formal dari sekolah mana pun, tetapi dapat membuat perubahan besar pada tirani negeri ini, merupakan poin utama yang membuat seorang Sona Sitri sangat mengidolakan sosok Kushina Uzumaki.

"Jadi, apa ada sesuatu yang membawamu kemari, Tsubaki?" Tanya Sona.

Sebelum menjawab pertanyaan dari tuannya, Tsubaki pun terlebih dulu maju mendekat ke arah meja dan meletakkan sebuah amplop di sana dengan gestur yang sopan.

"Naruto-kun mengirim surat dari sebuah desa yang berada di dalam pegunungan Akaishi," balasnya tanpa menurunkan sedikit pun sopan santun.

"Naruto-kun mengirim surat?"

"Seperti itulah, Sona-sama. Suratnya baru saja datang pagi ini menggunakan burung. Itu berarti, surat ini dikirim sejak kemarin siang atau sore."

"Desa di pedalaman pegunungan Akaishi …, itu berarti dia berada di kediamannya Baron Umino, 'kan?" gumam Sona dan kemudian menyesap tehnya.

Meskipun mendengar pertanyaan pelan dari Sona, itu tidak membuat Tsubaki segera menjawab pertanyaan tersebut. Karena gadis berkacamata yang memiliki dada besar itu tahu, pertanyaan itu hanya sebuah gumaman biasa yang tuannya tujukan untuk dirinya sendiri.

Dengan gesturnya yang sangat elegan seperti biasa, Sona Sitri pun meletakkan cangkir tehnya dan segera mengambil amplop yang sebelumnya telah diletakkan Tsubaki. Kedua iris violetnya secara bergantian membaca kata demi kata yang tertulis dalam secarik kertas tersebut. Terkadang, akan muncul kerutan di antara alis gadis tersebut, lalu kerutan itu hilang beberapa saat kemudian, dan kemudian akan muncul lagi.

Pola-pola seperti itu terus berulang-ulang hingga pada akhirnya Sona selesai membaca seluruh isi surat yang dikirimkan Naruto.

"Sampai anda membuat ekspresi seperti itu, apa terjadi sesuatu yang buruk terhadap Naruto-kun dan Sasuke-kun?" tanya Tsubaki khawatir.

Mendengar pertanyaan dari maid yang selalu menjadi tangan kanannya itu, Sona pun menghela napas sejenak sambil memejamkan kedua kelopak matanya. Sebelah tangannya yang menganggur, ia gunakan untuk memijit pelan pelipisnya yang terasa sedikit berkedut.

"Memang terjadi sesuatu yang buruk terhadap mereka, tetapi alasanku seperti ini bukan karena itu," balas Sona, "Kamu sendiri pasti tahu, tulisan tangan Naruto-kun sangatlah jelek. Itulah yang membuat kepalaku sedikit pening saat berusaha memahami apa yang sedang ia tulis."

Tsubaki yang mendengar balasan dari tuannya, merasa tidak mengerti harus membalas seperti apa. Dalam hal ini, Tsubaki baru saja mengingat sesuatu yang sangat penting. Seorang Naruto Namikaze adalah orang dengan tulisan tangan terjelek yang pernah ia temui.

Dalam tes tulis atau tugas-tugas sehari-harinya di akademi, Naruto memang beberapa kali mendapat nilai 100. Namun, tidak jarang pula teman kuningnya itu hanya mendapat nilai 70 atau bahkan 50.

Tidak, itu bukan berarti Naruto adalah orang yang bodoh atau semacamnya. Jika Tsubaki boleh jujur, Naruto justru merupakan orang yang sangat luar biasa, yang dapat mengingat materi-materi dalam buku hanya dengan sekali baca. Dengan kemampuannya yang seperti itu dan ditambah dengan hobi membacanya, membuat Tsubaki paham, bahwa temannya itu memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat luas.

Bahkan, dalam urusan kemampuan mengingat sebuah buku, Tsubaki berani bertaruh bahwa kemampuan Naruto itu berada di atas Sona.

Jika mengetahui fakta bahwa orang dengan pengetahuan luas, seperti Naruto, mendapat nilai 50 dalam sebuah tes tulis, tentu itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Namun, itu adalah sebuah fakta dan alasan dibalik jatuhnya nilai remaja kuning itu adalah tulisan tangannya.

Dengan kata lain, itu bukan berarti Naruto menjawab sebuah persoalan dengan jawaban yang salah atau semacamnya. Justru sebaliknya, jika Naruto membacakan jawabannya, pastilah itu akan menjadi sebuah jawaban yang benar. Hanya saja, karena tulisan tangannya yang sangat-sangat buruk, membuat guru yang mengoreksi jawabannya sering kali tidak dapat membaca tulisannya. Karena itulah, guru tersebut menyalahkan jawaban Naruto.

Dalam hal ini, hanya Kakashi dan Sona saja yang merupakan orang yang dapat membaca tulisan tidak jelas milik Naruto dengan baik. Bahkan, itu pun dengan catatan, Sona akan merasa seperti ingin memukul sesuatu setiap kali ia selesai membaca tulisan tangan milik Naruto.

"Jadi, apa yang Naruto-kun sampaikan?" tanya Tsubaki.

"Intinya, ada orang yang berusaha menyabotase misi mereka. Lalu, Naruto-kun berpisah dengan Scarlet-san karena berselisih paham dengannya dan dia juga terpisah dari Sasuke-kun karena anak itu tersesat," balas Sona yang berusaha menyampaikan inti dari pesan Naruto.

"Tersesat …, ya? Yah, kita semua sudah menduga akan hal itu, sih," timpal Tsubaki dengan nada setengah tidak percaya.

Jika Naruto memiliki masalah pada tulisan tangannya dan kemampuan untuk mengingat wajah serta nama orang yang baru saja ia temui. Maka, Sasuke mempunyai sebuah masalah serius dalam mengingat arah. Bahkan, bungsu Uchiha itu akan tetap tersesat meskipun dia berjalan di jalan yang lurus.

Kombinasi unik yang diberikan oleh Naruto dan Sasuke, terkadang menjadi tanda tanya, apakah dua orang itu benar-benar dua orang hebat atau hanya sekedar dua orang idiot belaka. Terlebih, jika Tsubaki menambahkan tuannya dengan seluruh pemikiran rumitnya itu ke dalam formasi dua orang aneh tersebut, mungkin tidak akan berlebihan jika ia menganggap mereka bertiga sebagai sebuah kekacauan dalam harmoni.

"Kesampingkan saja tulisan tangan yang berantakan ini dan idiot yang entah pergi ke mana itu. Ada masalah-masalah yang masih harus diperhatikan."

Dengan menarik napas dalam, Sona pun melanjutkan, "Menurut apa yang disampaikan Naruto-kun, di desa tersebut sedang terserang wabah pes. Lalu, meskipun Baron Umino berusaha mengirim surat bantuan ke bangsawan setempat, beliau pada akhirnya tidak menerima satu pun bantuan. Bukan hanya itu, tidak adanya seseorang dari Guild Petualang yang bersedia memandu mereka untuk masuk ke dalam pegunungan Akaishi, itu adalah sesuatu yang aneh baginya. Ditambah lagi, bangsawan yang mengelola Provinsi Kai menolak bernegosiasi dengan Tsunade-sama. Padahal, dia hanya bangsawan setingkat count, itu merupakan sesuatu yang tidak biasa menurut Naruto-kun."

Setelah selesai melakukan penjelasan panjang tanpa terhenti barang sedetik pun, Sona akhirnya menghela napas yang sedari tadi sedikit tertahan itu. Sorot matanya yang terlihat menajam, menjadi tanda bahwa situasi yang dialami Naruto dan Sasuke saat ini bukanlah sesuatu yang dapat diremehkan.

Tsubaki yang mulai memahami duduk permasalahannya pun turut dipaksa untuk memeras otaknya, agar dapat menarik benang kusut yang menghubungkan situasi ini kepada si pelaku utama.

"Jika memang misi mereka telah disabotase sejak awal, siapa yang merasa diuntungkan dari itu?" tanya Tsubaki.

Untuk menarik sebuah benang permasalahan antara kasus dan si pelaku utama, itu tidaklah terlalu sulit bagi Tsubaki yang sudah terbiasa berdiri di sisi Sona yang memiliki daya kerja otak yang sangat luar biasa. Entah itu kasus pembunuhan, konspirasi, atau sebuah sabotase sekali pun, pelaku utamanya pastilah orang-orang yang mendapat keuntungan paling besar atas apa yang telah terjadi.

"Ada beberapa nama yang berada di kepalaku sekarang. Namun, di antara nama-nama itu, hanya ada tiga kemungkinan yang paling masuk akal," ucap Sona yang meminum tehnya kemudian.

"Tiga? Saya hanya dapat memikirkan dua nama yang mungkin menjadi pelaku."

"Yah, jika hanya berbicara tentang siapa yang paling diuntungkan, akan masuk akal jika kamu memikirkan dua nama. Namun, jika kita mengesampingkan itu dan memakai metode praduga tak bersalah, lalu memikirkan motivasi-motivasi yang membuat pelaku melakukan tindak sabotase, kamu akan menemukan setidaknya tiga nama yang paling masuk akal untuk kasus ini," jelas Sona.

Metode praduga tak bersalah yang dimaksud Sona, merupakan sebuah metode yang menganggap semua orang tidak bersalah sampai pengadilan memutuskan siapa orang yang bersalah sebenarnya. Dengan kata lain, jika menggunakan metode ini, orang tersebut harus mencurigai bahwa semua orang dapat melakukan sebuah kejahatan tersebut tanpa terkecuali. Karena siapa pun yang tidak bersalah, akan dapat menjadi pelaku kejahatan jika bukti telah mengarah pada orang tersebut.

"Akan tetapi, Sona-sama, bukankah kita tidak memiliki bukti-bukti yang bisa digunakan untuk menarik sebuah kesimpulan atau bukti yang dapat menuntun kita ke pelaku? Jika dilihat dari isi surat Naruto-kun, semua yang ditulis hanya berdasar keanehan-keanehan yang ia rasakan saja," ucap Tsubaki yang merasa tidak mengerti dengan jalan pikiran Sona.

Seperti yang Tsubaki katakan, metode praduga tak bersalah akan lebih efektif jika seseorang memiliki bukti-bukti dan saksi yang dapat menuntun ke sang pelaku. Jika hanya salah satu dari dua hal itu tidak terpenuhi, jalannya investigasi pun akan berjalan dengan sangat lambat.

Dalam kecurigaan Naruto terhadap sabotase misi mereka, semuanya berdasar dari perasaan-perasaan aneh Naruto saja. Meskipun terdapat saksi berupa Baron Umino yang mendukung keanehan tersebut, tetapi mereka tidak memiliki satu pun bukti yang bisa mereka gunakan. Dengan kata lain, jika menggunakan metode praduga tak bersalah, mereka harus menyelidiki satu-persatu pelaku yang ada dan itu tentu akan memakan waktu yang lama.

Metode tersebut sangat berbeda dengan metode mencari orang yang paling diuntungkan atas kejadian. Karena jika mencari orang yang paling diuntungkan, nama-nama yang didapat pun akan secara otomatis mengerucut dan jika memulai penyelidikan dari nama yang telah mengerucut itu, efisiensi yang didapat pun akan sangat tinggi.

"Untuk menguraikan sebuah kasus, terkadang memakai satu metode saja tidaklah cukup. Memang, aku menggunakan metode praduga tak bersalah. Namun, alih-alih memikirkan bukti apa yang bisa kudapat, aku langsung melompati fase itu dan memikirkan motivasi apa yang dimiliki oleh orang-orang yang kucurigai itu. Jika kita mengeleminasi satu-persatu motivasi yang ada, nama-nama yang kita miliki pun akan semakin mengerucut."

Tsubaki hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya dengan kikuk. Seperti yang diduga, saat dia hanya memikirkan dua atau tiga langkah ke depan, Sona justru sudah melompat jauh meninggalkan Tsubaki di belakang. Itu bukan berarti Tsubaki adalah gadis bodoh atau semacamnya. Hanya saja, seorang Sona Sitri-lah yang terlewat luar biasa dalam menggunakan otaknya.

Entah itu menganalisa sesuatu, menyusun perencanaan secara terperinci, mengatur siasat, atau bahkan tipu daya sekali pun, Sona Sitri selalu dapat melangkah lebih jauh dari orang lain. Darah Sitri yang memang terkenal sebagai politikus dan pengatur siasat handal, jelas mengalir dan mengental di dalam diri Sona.

"Jadi, siapa saja menurut anda yang berpotensi?" tanya Sona.

"Seperti yang kamu tahu, orang yang dapat menyabotase perintah raja secara langsung, pastilah orang yang berada di dalam lingkaran penguasa dan sangat berpengaruh dalam kerajaan. Keempat keluarga marquess sekali pun, tidak akan mampu melakukan sesuatu seperti ini dengan mudah," jelas Sona.

"Itu berarti …—,"

Sebelum Tsubaki menyelesaikan perkataannya, Sona terlebih dulu menyelanya. Gadis berkacamata dengan rambut pendek itu seakan sudah tahu, apa yang ingin pelayannya katakan.

"Benar. Orang yang memiliki kemungkinan tertinggi adalah Putra Mahkota Gilgamesh Yazid Codafata. Motivasinya sangat jelas. Ini sudah dua bulan sejak kita berusaha memprovokasinya dengan dalih gerakan di Klub Perkumpulan Masyarakat Modern, sudah sangat wajar jika dia menggigit umpan milik kita. Namun, jika melihat dia melakukan sesuatu hingga sejauh ini, itu berarti kita harus bersiap atas kemungkinan terburuk yang akan datang di masa depan."

Sona menjeda ucapannya sejenak untuk mengambil napas dan kemudian melanjutkan, "Yang kedua adalah si pemegang kursi ketiga Elite Ten Council, Obito Uchiha."

"Eh? Obito Uchiha? Bukan Mavis Vermillion, tetapi Obito Uchiha? Tanya Tsubaki dengan sedikit terkejut.

"Kenapa kamu bisa berpikir, kalau pelakunya adalah Vermillion-san?"

"Y- yah, ada beberapa gosip yang mengatakan, bahwa putra mahkota berusaha menarik Mavis Vermillion agar masuk ke dalam fraksinya. Selain itu, posisi Vermillion-senpai yang bertanggung jawab atas perkembangan dan pemberdayaan murid, membuatnya memiliki akses yang mudah untuk menyabotase misi. Ditambah lagi, jika Vermillion-senpai sukses mengacaukan misi Naruto-kun dan Sasuke-kun, itu berarti putra mahkota akan semakin tertarik untuk bergabung dengannya," jelas Tsubaki.

Sebagai pemegang kursi keenam Elite Ten Council, Mavis Vermillion memiliki tugas untuk menganalisa seluruh potensi yang dapat dikembangkan oleh para murid. Selain itu, sebagai bentuk untuk memenuhi fungsi pemberdayaan siswa, Mavis Vermillion juga memiliki hak untuk mengatur misi yang akan dilimpahkan ke siswa lain saat para murid sudah memasuki masa praktik lapangan.

Ditambah lagi, keluarga Vermillion yang merupakan satu dari empat bangsawan yang memiliki gelar marquess, tentu memiliki kemampuan untuk mengotak-atik isi dari perintah raja, meski itu hanya kemungkinan kecil. Ditambah lagi, dengan kuasa Mavis sebagai pemegang kursi keenam, hal tersebut membuatnya semakin mudah memanipulasi misi tersebut.

Meskipun Sona mengatakan bahwa bangsawan setingkat marquess sekali pun akan mengalami kesulitan untuk menyabotase perintah raja, tetapi itu bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan bila memiliki perangkat dan koridor yang tepat untuk memuluskannya.

Dengan mengikuti logika yang digunakan Tsubaki, tidak salah memang untuk mencurigai pemegang kursi keenam itu. Hanya saja, menurut Sona, ada beberapa celah yang dapat mematahkan logika Tsubaki.

"Kenapa Vermillion-san harus membuktikan dirinya layak, jika yang berminat menarik dirinya bergabung adalah Gilgamesh-sama itu sendiri?" tanya Sona sebagai bentuk sanggahan dari logika pelayannya itu.

Jika mengikuti logika secara umum, mengesampingkan seluruh gelar yang ada, orang yang tertarik akan sesuatulah yang seharusnya berupaya melakukan pembuktian agar dapat meyakinkan sosok yang membuatnya tertarik itu.

Hanya saja, karena posisi Gilgamesh adalah seorang royal family sekaligus putra mahkota, terkadang membuat pemahaman tersebut menjadi bias. Alih-alih mengikuti logika secara umum, orang-orang akan berpikir bahwa mereka harus menunjukkan sesuatu yang layak di hadapan seorang putra mahkota yang kelak akan mewarisi posisi raja.

Poin tersebut jugalah yang membuat Tsubaki terkecoh untuk sesaat.

Merasa bahwa teori yang dimiliki olehnya dapat dipatahkan dengan mudah menggunakan logika sederhana, membuat Tsubaki merasa malu dan tidak dapat menjawab pertanyaan Sona.

"Motivasi Obito Uchiha cukup jelas. Jika melihat situasi politik dalam internal keluarga Uchiha yang tidak stabil, tentu membuat seorang Obito Uchiha—yang berasal dari keluarga cabang—tidak akan ketinggalan kesempatan untuk unjuk gigi. Melihatnya yang sangat bernafsu ingin menempati posisi kursi pertama Elite Ten Council, itu tidak akan membuatku heran jika nantinya dia juga mengincar posisi kepala keluarga Grand Duke Uchiha," jelas Sona.

Setelah mendengar penjelasan dari Sona, membuat kedua alis milik Tsubaki tertekuk hingga ujungnya saling bersentuhan satu sama lain. Tangan kirinya yang ia gunakan untuk mencubit dagunya, seakan menjadi penanda bahwa saat ini otaknya sedang bekerja secara maksimal untuk memahami apa yang sedang terjadi saat ini.

"Itu berarti, tujuan utamanya adalah Sasuke-kun?" tebak gadis pelayan itu.

Mendengar pertanyaan—atau mungkin lebih tepat jika disebut sebagai tebakan—dari Tsubaki, membuat Sona hanya mengangguk puas sambil meminum sisa-sisa tehnya yang mulai dingin. Tidak ada niatan dari gadis mungil itu untuk melanjutkan penjelasannya. Baginya, Tsubaki yang dapat menebak target utama dari Obito, membuat Sona yakin, bahwa pelayannya itu sudah tahu ke mana semua ini akan mengalir.

"Lalu, yang ketiga?" tanya gadis berkacamata dengan dada besar itu.

Setelah memastikan tidak ada lagi sisa-sisa teh yang berada dalam cangkirnya, Sona pun meletakkan cangkir tersebut dengan perasaan yang sedikit kecewa karena tidak ada lagi sesuatu yang dapat membasahi kerongkongannya.

"Ini mungkin bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Akan tetapi, kita juga tidak bisa menutup mata begitu saja. Setidaknya, untuk saat ini tidak akan ada masalah. Namun, bisa saja ke depannya akan menjadi sesuatu yang merepotkan. Jadi, aku ingin menyimpan ini dan membahasnya dengan Naruto-kun dan orang itu di saat yang tepat."

"Membahasnya dengan orang itu? Orang itu yang anda maksud …—tidak, maksud saya, apakah anda akan membahasnya hanya dengan Naruto-kun dan orang itu?"

Sona menggeleng pelan dan membalas, "Tidak juga. Jika kamu atau Sasuke-kun ingin ikut terlibat dengan diskusinya, aku tidak keberatan sama sekali. Justru, mungkin masalahnya ada pada Naruto-kun. Namun, satu hal yang pasti, jika diskusi itu berjalan lancar, orang itu pasti akan menjadi sekutu yang sangat bisa kita andalkan."

Inilah salah satu sisi yang tidak akan pernah bisa Tsubaki ikuti dari seorang Sona. Meskipun ia tahu apa yang akan terjadi, meskipun ia berada pada situasi paling tidak menguntungkan baginya, meskipun ia memiliki banyak kartu di tangannya, tetapi dia tidak akan mengeluarkan kartu-kartu tersebut sebelum ia benar-benar perlu untuk mengeluarkan.

Bahkan, bisa saja situasi buruk yang sedang ia alami, juga salah satu metode yang sedang Sona lakukan dalam upayanya untuk mengeluarkan kartu selanjutnya.

"Omong-omong, apa nee-sama ada di ruangannya?" tanya Sona.

"Iya, Serafall-sama berada di ruangannya."

Mendengar jawaban Tsubaki yang mengonfirmasi keberadaan kakak perempuan sekaligus anak tertua dari keluarga Sitri, Sona pun segera bangkit dari tempatnya duduk semula.

Melihat gelagat dari tuannya yang akan meninggalkan tempatnya menghabiskan waktu sebelumnya, Tsubaki pun segera mengambil inisiatif untuk membereskan cangkir dan perlengkapan-perlengkapan lain yang Sona gunakan untuk menikmati tea time miliknya.

"Apa anda akan membicarakan sesuatu dengan kakak anda, Sona-sama?"

"Begitulah. Kita harus bersiap untuk segala kemungkinan buruk yang akan terjadi. Entah itu dari Gilgamesh-sama atau Obito Uchiha-sama, aku akan memastikan tidak ada satu pun dari mereka yang dapat mengusik kita, para anggota Klub Perkumpulan Masyarakat Modern."

Sambil mengatakan kalimat tersebut, Sona berjalan dengan langkahnya yang elegan. Seolah mengikuti langkah dari gadis itu, angin pun seakan menari-nari di sekelilingnya sehingga membuat gaunnya berkibar pelan mengikuti irama langkah kakinya.

Saat ia telah sampai di pintu beranda kamarnya, gadis berkacamata itu pun berhenti sejenak. Dalam otak briliannya, tiba-tiba terlintas sesuatu yang menurutnya harus segera ia ketahui.

"Benar juga. Apakah Yang Mulia Putri Asia-sama sudah mendapat undangan itu?" tanya Sona sambil berbalik ke arah Tsubaki.

"Saya sudah pastikan, Asia-sama akan datang ke pesta anda. Dengan begitu, seluruh elemen yang anda inginkan, sudah tertata dengan rapi untuk pagelaran pesta ulang tahun anda," jawab Tsubaki dengan senyumnya yang penuh makna.

Mengikuti Tsubaki yang sedang tersenyum cantik, tetapi memiliki banyak makna di balik senyumnya. Sona juga menampilkan wajah lega, yang terlihat seperti wajah anak kecil yang sudah tidak sabar menanti mainan barunya.

Bagi kebanyakan orang, pesta ulang tahun ke-17 Sona Sitri adalah salah satu ajang yang bagus untuk digunakan meningkatkan relasi keluarga Sitri dengan bangsawan lain. Namun, bagi Sona Sitri, pesta ulang tahunnya yang akan diselenggarakan dalam empat hari ke depan itu, hanyalah sebuah papan catur dengan segala bidak yang berdiri di atasnya.

Bersambung


Author Note : Yahallo, akhirnya saya selesai mengetik chapter 20 ini. Serius, aku gak menyangka chapter ini akan berakhir dengan jumlah word sebanyak 6.5k.

Yah, pertama-tama, aku ingin menjelaskan tentang bagian pertama chapter ini. Di awal-awal arc ini, aku mengangkat tema tentang wabah pes. Namun, fokus utama pembahasan pes justru berakhir di chapter kemarin.

Hal tersebut tentu ada alasannya dan memang sengaja aku buat seperti itu. Pertama, penanganan wabah dalam level BSL 3 kurang lebih seperti yang aku tulis kemarin dan akan terus seperti itu. Karena aku tidak ingin terus mengulang kejadian yang sama, sejak awal aku memang berniat memasukkan beberapa kasus selain wabah pes untuk show off kemampuan medis Naruto. Bahkan, aku masih memiliki satu konsep di kepalaku yang bisa aku gunakan lagi. Namun, untuk sekarang masih aku simpan dan aku gak tau akan memakai untuk chapter-chapter selanjutnya atau tidak.

Lalu, jika ada yang merasa tidak paham atau tentang prosedur Naruto, atau ada mahasiswa kedokteran, kesmas, atau keperawatan yang membaca ini dan menemukan kesalahan, feel free untuk segera mengkritik saya. Sekali lagi, saya tekankan, saya bukanlah mahasiswa kedekoteran atau semacamnya, dan semua yang tertulis di sini yang berhubungan dengan praktik kesehatan, semua berdasar dari pertanyaan-pertanyaan yang saya tanyakan ke teman saya yang merupakan mahasiswa kedokteran dan sisanya saya mencari literasi-literasi di internat.

Jadi, tolong dimaklumi jika ada kesalahan dalam prosedut-prosedur yang saya tulis. Saya hanya hanya mahasiswa elektro, yang sehari-harinya bermain dengan listrik dan angka, bukan dengan tubuh manusia. :(

Yang kedua, seperti yang pernah saya bilang. Arc ini akan berfokus ke NaruSasuSona yang masing-masing akan menunjukkan kebolehan-kebolehan mereka dalam beidang mereka masing-masing.

Jika beberapa chapter yang lalu fokus ada pada Naruo, maka untuk sekarang akan berfokus ke Sona, dan untuk chapter-chapter yang akan datang, akan membahas tentang Sasuke yang sekarang entah berada di mana orang itu.

Oh, satu lagi. Di bagian kedua chapter ini, timeline nya itu sehari setelah Naruto mengoperasi istrinya Iruka. Itu berarti, ini sudah hari keempat sejak mereka memulai misi pencarian jejak Kokabiel.

Ketiga, yah. Daripada pembahasan, mungkin ini lebih tepat dianggap sebagai pengumuman. Untuk chapter selanjutnya, mungkin aku akan hiatus sejenak dan tidak mengupdate fict-fict ku yang lain. Jika biasanya aku akan mengupdate minimal dua minggu sekali untuk salah satu fict ku, mungkin ke depannya aku tidak tahu kapan bisa update kembali.

Karena sejak minggu ini, saya sudah harus difokuskan untuk mulai mengerjakan skripsi. Karena kesibukan mengerjakan skripsi, saya tidak yakin dengan waktu luang untuk mengetik fict ini. Tetntu saja, itu bukan berarti saya akan menelantarkan fcit, saya akan kembali mengetik jika merasa jenuh saat mengerjakan skripsi. Tapi, itu akan membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan satu chapter.

Oke, itu saja dariku. Kritik saran sangat dibutuhkan untuk membuat fict ini menjadi lebih baik lagi. Jika ada sesuatu yang tidak jelas atau semacamnya, kalian bisa menanyakan via review atau langsung menghubungi mealului PM. Akhir kata, terima kasih banyak bagi siapa pun yang membaca fict ini. Tetap jaga kesehatan dan patuhi protokol kesehatan yang berlaku. Sampai berjumpa di chapter selanjutnya.