FALSE
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
FALSE © CHIZURU BOULEVARD
Genre: Drama/Romance/Hurt Comfort mungkin agak angst juga
Warning: AU, agak sedikit banyak OOC mungkin dan tolong pastikan umur sesuai untuk baca fic ini : )
Kirigakure, musim dingin 2016
Sepasang iris onyx terperanjat, langkah kakinya terhenti seketika. Beberapa orang yang hampir atau sudah menabraknya sedikit menggeram dan mengumpat. Tapi telinganya seolah tuli dan hanya mampu mendengar jalinan kata yang terucap di ponsel miliknya. Dan diluar dugaanya, kalimat terakhir yang didengarnya mampu menyedot kesadaran lelaki itu ke dalam lubang hitam.
Lelaki itu masih berdiri dengan pose yang sama selama hampir 5 menit, dia berdiri di tengah pejalan kaki sibuk yang berjalan dengan cepat. Coat elegan panjang yang harusnya mampu melindungi dingin yang mendera di tengah guyuran salju itu seolah sudah kehilangan fungsinya. Ya, lelaki itu merasa kedinginan sekarang, kehangatan yang dia simpan di dalam coat miliknya sudah menguap. Salju mulai menumpuk di permukaan tubuhnya. Kesadaranya kembali ketika ada seseorang yang menabraknya dan memaksanya untuk minggir sebanyak beberapa langkah, bibirnya terasa kelu untuk meminta maaf atau menjawab kata-kata maaf yang diteriakan orang yang menabraknya. Dia hanya terdiam dengan pandangan yang masih terperanjat. Lalu perlahan jemarinya meremas sebongkah kain di atas jantungnya yang terasa nyeri.
Sasuke-kun, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Maafkan aku. Aku tidak akan meminta persetujuanmu, tapi aku ingin mengakhiri ini semua. Selamat tinggal.
Jemari Sasuke memencet screen ponselnya, segera menelepon balik seseorang yang masih menjadi gadisnya beberapa menit lalu. Namun helaan kekecewaan meluncur dari bibirnya. Mesin penjawab otomatis mengatakan kalau nomor yang sedang Sasuke tlepon sedang tidak bisa dihubungi atau berada di luar jangkauan.
"Sakura.." katanya lirih.
.
.
Seberapa kalipun Sasuke memikirkanya, dia tetap tidak mengerti. Siang tadi, dia masih mendengar gelak tawa manis yang selalu disukainya, mereka masih saling mengucap pujian dan kata-kata cinta, mereka masih bercerita apapun yang terjadi pada hari itu—tentang tetangga yang menggerutu karena Pixel, kucing jantan mereka melubangi sofa, penjual es krim yang libur karena pilek, perayaan ulang tahun teman sekantornya dan apapun—.
Hubungan merek baik-baik saja selama hampir 3 tahun, bukan berati mereka tidak pernah cekcok. Mereka pernah marah pada satu sama lain, mereka pernah berdiam diri pada satu sama lain, tapi tidak ada satupun pemikiran untuk mengakhiri hubungan itu karena mereka tau emosi tidak menyelesaikan apapun sehingga pasti ada salah satu yang mengalah dan membicarakanya ketika suasana sudah lebih dingin. Mereka baik-baik saja sampai hari ini. Pernah dalam suatu waktu, kebosanan datang. Tapi tak butuh waktu lama untuk kembali menemukan alasan kenapa mereka dulu pernah saling mencintai.
Sakura adalah pencemburu, tapi Sasuke tau Sakura mempercayainya dan Sasuke juga tidak pernah mendekati gadis lain. Sempat terfikir di benaknya kalu Sakura memiliki laki-laki lain. Tapi rasanya itu adalah alasan terakhir yang bisa di pikirkan Sasuke setelah dia menimbang-nimbang apa kekurangan yang ada pada dirinya sampai Sakura mengakhiri hubungan mereka seara sepihak seperti itu tadi.
Mereka memang menjalin hubungan jarak jauh karena pekerjaan. Sakura ada di Kohona dan Sasuke ada di Kirigakure. Mereka bertemu satu atau dua bulan sekali setelah melewati jarak perjalanan selama sembilan jam dengan kereta. Terakhir dia bertemu Sakura adalah 3 minggu lalu, semua masih baik-baik saja. Dan minggu depan adalah perayaan hari jadian mereka yang ke 3. Seharusnya hari itu jadi hari yang ditunggu-tunggu baik oleh Sakura atau Sasuke. Sakura bahkan sudah merencanakan hadian apayang diinginkanya—sebuah boneka beruang setinggi Sasuke— dan Sasuke sudah membelikanya.
Seharusnya hari itu jadi hari yang paling mereka tunggu tapi kenapa? Apa yang salah dari semua ini?
Sasuke menjambak rambut ravenya putus asa. Dia tidak mengerti kenapa Sakura meninggalkanya. Dia harus bertemu dengan Sakura untuk meminta kejelasan.
.
.
Sasuke selesai mengepak barang-barang miliknya di dalam ransel besar yang nanti akan di bawanya ke Konoha. Dia akan naik kereta paling pagi ke Konoha. Dia meminta izin hari ini karena tidak enak badan dan berencana akan ke Konoha selama 3 hari untuk menemui Sakura. Lusa adalah libur akhir pekan, seharusnya Sakura libur selama dua hari. Sesekali Sasuke masih mencoba menghubungi Sakura, bahkan meninggalkan pesan untuk Sakura di mailbox. Tapi tidak ada satupun teleponya yang tersambung pada Sakura, dan tidak ada pesan balasan masuk dari Sakura.
"Ya Tuhan.." Sasuke berharap Tuhan mendengar doa dan ratapanya, dia tidak bisa mencintai seseorang selain Sakura, dia memohon agar Sakura tetap berada di sisinya, dia tidak ingin kehilangan gadis manisnya.
Saat itu Sasuke tak bisa membayangkan dunianya tanpa ada Sakura. Dia sudah terlanjur merencanakan segalanya dengan dan untuk Sakura. Dia sudah berusaha membuat Sakura menerima bahwa pernikahan itu nyata. Ya Tuhan, mereka bahkan sudah sedikit demi sedikit membayangkan seperti apa nanti pernikahan mereka dan kehidupan mereka setelah ikatan suci itu mengikat mereka.
.
.
Sasuke memasuki pelataran dari sebuah gedung setinggi 6 lantai berwarna putih bergaya Eropa. Di bagian terdepanya tertulis 'Konoha Oil and Gas company'. Dia menuju ke resepsionis dan menanyakan ruangan divisi Lubricants tempat sakura bekerja. Resepsionis itu sedikit terbata ketika dia melihat pemuda berparas elok datang dan berbicara langsung padanya. Dia tidak bisa mendiskripsikan dengan pasti apa jenis keelokan yang dimiliki Sasuke. Hanya saja menurut perempuan itu, postur tubuh tegap dan menyembunyikan otot terlatih tapi tidak terlalu besar di balik kemeja yang dikenakan Sasuke, nada baritone yang terdengar tidak ragu, rahang yang tegas, sorot mata yang mengintimidasi semua itu jadi seperti magnet bagi perempuan itu.
Sasuke menuruti arahan dari resepsionis yang mengatakan bahwa ruangan yang dia cari ada di lantai 2, dia bisa menemukan ruanganya dengan mudah karena tertulis di pintu masuk. Sasuke bergegas menuju ke ruangan itu, dia tau ini akan sedikit mengganggu Sakura yang sedang bekerja. Tapi dia tidak mempermasalahkan semua itu karena sebentar lagi jam makan siang dan dia bisa mengajak Sakura makan siang bersamanya.
"Sakura? Ah kurasa dia tidak masuk hari ini." Kata seorang laki-laki berambut pirang dengan poni menutupi sebagian wajahnya. "Konan, apa Sakura izin padamu kenapa hari ini dia tidak masuk?" tanya Deidara dengan suara yang bisa didengar oleh Konan di bilik sebelahnya.
"Tidak, dia tidak mengatakan apa-apa padaku." Jawab Konan.
"Kau kan yang paling dekat denganya." Kata Deidara.
"Dia tidak bisa dihubungi dari kemarin." Konan berdiri dan mengintip penasaran siapa yang mencari Sakura. Dia sedikit kaget dengan Sasuke yang berdiri di sana. "Kau kan,, kalau tidak salah Sasuke. Kekasih Sakura, benar kan?"
Sasuke lega perempuan berambut biru dengan warna mata seperti senja mengenalinya. Dia menjawab dengan anggukan.
"Aku juga khawatir karena dia tidak bisa dihubungi dari kemarin, hari ini juga dia tidak masuk. Apa terjadi sesuatu dengan kalian sampai kau menjemputnya ke sini?" tanya Konan.
"Eh.. tidak hanya saja,," Sasuke bingung menjelaskan atau lebih tepatnya dia tidak ingin menjelaskan apapun pada Konan.
"Itu urusan pribadi mereka Konan, kau tidak boleh menanyakannya." Deidara menyela—sungguh Sasuke berterima kasih pada Deidara karena ini.
"Mm, baiklah aku minta maaf. Mungkin kau bisa mengunjungi Sakura ke apartemen." Kata Konan.
"Baiklah aku akan ke sana. Boleh aku meminta nomor kalian, siapa tau Sakura nanti akan kemari.." kata Sasuke. Deidara bertukar nomor dengan Sasuke dan berjanji akan mengabari Sasuke kalau dia melihat Sakura.
Setelah dari kantor Sakura, Sasuke menuju ke Apartemen Sakura yang jaraknya tidak jauh dari tempat ini. Hanya perlu naik bis ke blok F dan berjalan 10 menit dari sana. Sasuke menaiki bis dengan harap-harap cemas. Entah kenapa ada bagian dari dirinya yang mengatakan dia tidak akan menemukan Sakura di sana nanti. Setelah turun dari bis dan melewati kelokan kedua, Sasuke sampai di rumah 2 lantai yang salah satunya disewa oleh Sakura. Dulu ketika masih di Konoha Sasuke sering mengunjungi Sakura, sering kali karena Sakura memaksa Sasuke memakan masakanya yang entah kenapa selalu Enak, menonton film berdua atau hanya sekedar bercerita seperti yang mereka lakukan di tlepon.
Ah dia sungguh merindukan gadis itu.
Sasuke mengetuk pintu kamar Sakura, "Sakura.." hening, tidak ada jawaban atau tanda suara di sana. "Sakura kumohon, setidaknya berbicaralah padaku,.. dan beri aku penjelasan.." kata Sasuke lagi. Lagi-lagi keheningan menjawab Sasuke. "Sakura.." kata Sasuke lagi. Dan selalu saja keheningan menjawab Sasuke.
Sasuke menghela nafas dan menyandarkan punggungnya ke pintu yang dingin dan masih terkunci rapat. Sepertinya Sakura sedang tidak di rumah, Sasuke menyimpulkan. Ah, dia sudah benar-benar merindukan gadisnya. Dia mengambil ponsel di saku celananya dan kembali mencoba menghubungi Sakura. Masih saja mesin penjawab otomatis yang menjawabnya. Sakura masih tidak bisa dihubungi.
Sasuke teringat Ino, dia adalah sahabat Sakura sedari kecil. Meski dia sedang ada di Sunagakure untuk menyelesaikan pendidikan magisternya sekarang, tapi mungkin saja Sakura menghubunginya. Tapi helaan kekecewaan kembali terdengar ketika telepon ke Ino tidak tersambung. Atau mungkin Ino sudah berganti nomor tlepon ya? Pikir Sasuke. Ah sial, kemana dia harus mencari Sakura. Sasuke mulai memikirkan toko buku, karena Sakura suka buku jadi ada kemungkinan Sakura ada di sana. Tapi tidak mungkin jika Sakura ke sana seharian di hari kerja. Memang pilihan terbaik adalah menunggu di depan Apartemen.
"Kau teman Sakura-chan?"
Kata sebuah suara parau yang tiba-tiba muncul dan mengagetkan sasuke. Dia mendongak dan melihat sosok perempuan tua yang sudah bungkuk. Wajah perempuan tua itu tampak ramah karena Sasuke melihat senyuman terpasang permanen di wajahnya, kecuali mata sipitnya yang berusaha untuk membuka lebar. Sasuke menjawabnya dengan anggukan. 'Kurasa teman terasa lebih baik daripada bukan siapa-siapa' batin Sasuke.
"Kemarin Sakura-chan membawa banyak baju dan bilang dia akan berlibur." Katanya.
"Ah, apakah Sakura bilang kapan akan kembali atau setidaknya ke mana dia berlibur?" tanya Sasuke.
Perempuan tua itu menggeleng. "Kurasa itu akan beberapa hari. Kurasa dia semangat sekali karena menggnakan kacamata hitam dan masker, meski suaranya dia sepertinya sedikit pilek." Perempuan tua itu terkekeh.
"Ah liburan..baiklah, terima kasih nek. Aku akan datan beberapa hari lagi." Kata Sasuke.
Sasuke memutuskan akan kembali ke penginapanya, dia masih punya waktu beberapa hari, dia bisa meminta cuti untuk memperpanjang waktunya di Konoha. Dia merasa akan sia-sia juga jika dia menunggu di sini seharian sementara Sakura liburan. Mungkin Sakura memang sedang ingin sendiri, dia akan kembali masuk kerja Senin depan dan saat itu dia akan meminta kejelasan dari Sakura.
Akan tetapi keinginanya tidak juga terwujud. Hari Senin sudah datang dan Sakura masih belum kembali dan Sasuke tak tau Sakura ada di mana. Hari Rabu adalah hari terakhir cuti Sasuke, dia sengaja memesan kereta paling malam untuk sekali lagi menumpukan harapanya, harapan agar Sakura kembali. Tetapi lagi-lagi dunia seperti mempermainkanya, Sakura tak kunjung kembali.
Seminggu kemudian, Deidara memberinya pesan.
Hari ini Sakura masuk ke kantor. Dia resign dan tak mengatakan apapun alasan kenapa dia resign pada kami. Dia bilang disetujui atau tidak dia akan tetap resign, lalu dia meminta maaf. Dia bilang kami bukan alasannya resign. Sepulang kerja aku dan Konan ke apartemenya, dan menemukan kalau dia sudah pindah tepat kemarin.
Sasuke bahkan tidak mampu membalas pesan dari Deidara, bahkan dia tidak bisa mengucapkan terima kasih. Dia segera menelepon Sakura dan mendapati mesin penjawab otomatis berbicara denganya. Dia mengecek sosmed Sakura dan hatinyapun mencelos ketika dia tak menemukan apapun dengan nama Haruno Sakura, atau dia malah menemukan orang lain. Dia membuat akun baru untuk mencari Sakura, karena berfikir jika Sakura memblokirnya. Tapi tetap saja Sasuke hanya mendapatkan kekecewaan ketika dia tak menemukan Sakura.
"Sakura.." katanya lirih.
Sakura seperti menghapuskan eksistensinya sendiri dari dunia seolah dia tak ingin ditemukan oleh siapapun. Dan Sasuke masih tidak mengerti kenapa Sakura melakukan ini dan kenapa Sakura meninggalkanya secara sepihak.
==oo0oo==
Sepasang aquamarine melirik ke nampan berisi makanan yang dibawanya. Kemudian dia bergantian memandang kamar yang minim penerangan karena penghuninya menolak melihat cahaya. Alisnya berkerut, dia menahan air matanya untuk tidak jatuh.
"Kau masih belum mau makan Sakura?" tanya Ino. Sakura tidak menjawab, dan Ino berfikir kalau Sakura sedang tidak ingin makan sekarang. Kondisi Sakura tidak lebih baik daripada ketika dia datang kemari beberapa waktu lalu. Justru Ino melihat kondisi Sakura semakin buruk. Tubuhnya jadi jauh lebih kurus jika dibandingkan Sakura yang biasanya, Ino juga tidak bisa merasakan kehidupan di manik emerald yang biasanya selalu terlihat hidup. Bibir yang penuh senyum itupun sekarang terkatup.
Tiba-tiba saja malam itu, Sakura berdiri di depan apartemenya dengan kondisi yang sangat menyedihkan. "Ku..mohon.. tolong.. " kata Sakura di sela tangis yang dia tahan di balik kacamata dan masker. Malam itu Sakura datang, dengan tubuh gemetaran yang dibalut pakaian musim dingin yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Ino memerlukan waktu beberapa saat untuk tau kalau itu Sakura. Tak lama setelah itu Sakura terduduk dan meraung, suaranya tersendat juga sangat parau. Ino berhasil membujuk Sakura masuk setelah beberapa menit berusaha menenangkan raungan memilukan Sakura.
Begitu dia masuk ke dalam dan membantu Sakura melepas mantel dan syal tebal yang menutupi dirinya, Sakura juga membutuhkan waktu untuk melepas mantelnya. Tubuhnya masih gemetaran, dan dia memeluk dirinya sendiri. Ino seperti harus berjuang untuk mendapatkan kepercayaan dari Sakura untuk hanya melepas mantel miliknya. Semua pertanyaan yang muncul di kepalanya tentang apa yang telah terjadi sebagian terjawab ketika Ino berhasil melepas mantel dan syal Sakura. Dia memekik tertahan.
'Ya Tuhan..' katanya dalam hati. Tubuh Sakura penuh dengan luka lebam dan goresan. Ino melihat ada luka bakar di beberapa titik di leher dan tanganya. Di bagian tubuh yang tak tertutup pakaian Ino melihat banyak sekali luka memar dan goresan yang mungkin saja karena benda tajam, Ino tak tau harus berkata apa. Sakura makin terisak ketika mantelnya dibuka.
Tanpa Sakura mengatakanyapun, Ino tau apa yang telah menimpa Sakura.
Ino memasang kembali mantel sakura di pundaknya, lalu dengan perlahan dia merengkuh Sakura dan berusaha untuk tidak terlalu membuat lukanya lebih sakit dari ini. Meski dia tau apa yang telah terjadi, dia tak bisa membayangkan bagaimana itu terjadi. Luka Sakura pasti jauh..jauh lebih dari pada apa yang dia lihat sekarang. Ino tidak tau harus mengatakan apa, rasa sakit yang telah terjadi pada Sakura, kini menjalar kepadanya. Tanpa bisa menahan apapun, dia terisak.
Bahkan kata apapun yang keluar dari mulutnya akan terasa tak memiliki fungsi dan hanya akan menambah luka yang tak terlihat. Karena bagi Ino, kata-kata penyemangat itu akan terdengar seperti bualan. Ino tau, pertolongan yang dibutuhkan Sakura tidak bisa diberikan dirinya, oleh karenanya dia berharap jika tindakan kasih sayangnya untuk Sakura akan membuat sahabatnya menjadi lebih baik.
'Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi.' Tanyanya saat itu.
Sakura menjawabnya dengan gelengan. Tidak sanggup kalau harus mengingatnya, tubunya masih mengingat dengan jelas ketika puntung rokok panas itu membakar kulitnya, tangan-tangan itu menampar wajahnya dia masih mengingatnya. Semuanya. Rasa mual menyeruak dan membuatnya terbatuk, debar jantungnya semakin cepat.
'Sakura..Sakura! Tidak apa-apa. Sudah tidak apa-apa, kau ada di sini bersamaku.' Ino berusaha meraih wajah Sakura yang terlihat pucat mengarah padanya. 'Sudah tidak apa-apa..' katanya lirih.
'Sa..Sasuke-kun..aku.. meninggalkanya..tidak bisa..'
'Tidak apa-apa..kau bisa mengatakan padanya nanti, dia akan mengerti. Tidak apa-apa Sakura..'
Ino tidak bisa meminta Sakura untuk membicarakan banyak hal sejak saat itu. Dia tidak ingin Sakura terlalu terbebani dengan ingatan yang ingin dibuangnya jauh-jauh. Dia sudah mengabari kedua orang tua Sakura kalau Sakura kini sedang ada di rumahnya. Dia ingin menceritakan keadaan Sakura tapi tak bisa. Sakura bahkan tidak ingin menemui siapapun selain Ino, bahkan mungkin dia juga tidak mau bertemu Ino. Dia hanya menyampaikan kepada kedua orang tua Sakura jika kalau Sasuke menghubunginya jangan dijawab, sehingga kedua orang tua sakura mengira kalau Sakura sedang bertengkar dengan Sasuke.
Ino sudah mengabari kedua orang tua Sakura kalau Sakura kini sedang ada di rumahnya. Dia ingin menceritakan keadaan Sakura tapi tak bisa. Sakura bahkan tidak ingin menemui siapapun selain Ino, bahkan mungkin dia juga tidak mau bertemu Ino. Dia hanya menyampaikan kepada kedua orang tua Sakura jika kalau Sasuke menghubunginya jangan dijawab, sehingga kedua orang tua sakura mengira kalau Sakura sedang bertengkar dengan Sasuke.
Ino tak berhak menceritakan apapun tentang hal yang terjadi pada Sakura, sungguh dia tak berhak. Dan kini dia bingung harus meminta tolong pada siapa.
Beberapa jam setelah Ino memberikan nampan makanan baru pada Sakura, dia kembali melihat keadaan Sakura. Dia melihat Sakura tertidur dengan jejek air mata yang seolah tak pernah mengering. Ya Tuhan, Ino tak pernah melihat Sakura seperti ini selama dia mengenalnya. Dia bisa melihat lingkaran hitam di bawah mata Sakura. Ino menarik selimut hingga menutupi leher Sakura dan diam-diam berdoa agar Sakura bisa kembali tersenyum.
Ino sudah mengabari kedua orang tua Sakura kalau Sakura kini sedang ada di rumahnya. Dia ingin menceritakan keadaan Sakura tapi tak bisa. Sakura bahkan tidak ingin menemui siapapun selain Ino, bahkan mungkin dia juga tidak mau bertemu Ino. Dia hanya menyampaikan kepada kedua orang tua Sakura jika kalau Sasuke menghubunginya jangan dijawab, sehingga kedua orang tua sakura mengira kalau Sakura sedang bertengkar dengan Sasuke.
Ino tak berhak menceritakan apapun tentang hal yang terjadi pada Sakura, sungguh dia tak berhak. Dan kini dia bingung harus meminta tolong pada siapa.
Beberapa jam setelah Ino memberikan nampan makanan baru pada Sakura, dia kembali melihat keadaan Sakura. Dia melihat Sakura tertidur dengan jejek air mata yang seolah tak pernah mengering. Ya Tuhan, Ino tak pernah melihat Sakura seperti ini selama dia mengenalnya. Dia bisa melihat lingkaran hitam di bawah mata Sakura. Ino menarik selimut hingga menutupi leher Sakura dan diam-diam berdoa agar Sakura bisa kembali tersenyum.
.
.
Ino merutuki kebodohanya karena meninggalkan tugas kuliah yang harus dikumpulkanya pada jam ke 3 nanti di apartemen. Untunglah jeda dari jam ke 2 dan jam ke 3 cukup untuk Ino kembali ke Apartemen sekaligus melihat keadaan Sakura. Dia membawa bungkusan makan siang untuk Sakura.
Ino merapatkan coat dan syal miliknya untuk menghalau hawa dingin yang menyergap, sembari berharap makanan yang di bawanya tidak mendingan ketika sampai di apartemen nanti. Kemarin ketika dia menyalakan ponselnya, dia mendapatkan missed call dari Sasuke. Meski begitu, Ino mengikuti kemauan Sakura untuk tidak menjawab telepon atau meladeni pertanyaan Sasuke, dia sudah berjanji pada Sakura.
Ino membayangkan bagaimana Sasuke kalut memikirkan hubunganya dengan Sakura yang tiba-tiba berakhir. Bagaimana pemuda itu pasti akan mencari Sakura di seisi Konoha dan dia tak menemukanya karena Sakura ada di Suna. Ino berharap Sasuke bisa memaafkan Sakura nantinya dan menemukan kebahagiaan yang lain.
Ino membuka kenop pintu yang sedikit berderit dan berbunyi "klek" ketika terbuka, kemudian buru-buru menutupnya agar udara dingin tidak masuk dan menyerap panas dari rumahnya. Ino menuju ke kamar tamu yang kini ditempati Sakura dan mendapati Sakura tidak ada di sana. "Sakura.." Ino memanggil. Ino mencari Sakura di kamarnya dan juga tidak mendapati Sakura ada di sana. "Sakura?" panggil Ino lagi. Suasana terlalu hening dan Sakura pasti mendengar namanya di sebutkan. Hanya terdengar detak jam dan mesin pemanas.
Sesekali telinga Ino mendengar tetesan air. Dia melihat lampu kamar mandinya masih mati. Ino tidak mencari di kamar mandi tadi karena lampunya mati dan dia tidak berfikir ada seseorang di dalamnya. Tapi itu satu-satunya tempat yang belum diperiksa. Benar saja, Ino mendapati pintu kamar mandinya terkunci dari dalam. Dia mengetuk pintu beberapa kali tapi tak ada jawaban dari dalam. Kepanikan menyergap Ino, pikiranya dipenuhi oleh gambaran-gambaran kemungkinan yang seharusnya tak ia pikirkan, tapi entah kenapa semua itu muncul begitu saja.
"Sakura! Buka pintunya sekarang atau aku akan mendobraknya?" teriak Ino setengah panik.
Ino berlari keluar mencari seseorang yang bisa membantunya untuk mendobrak pintu ketika hantaman bahunya sia-sia dan hanya menyisakan ngilu. Pintu itu tidak bergeming ketika Ino mendobraknya. Setelah menuruni tangga dia bertemu dengan dua orang pemuda, satu berkulit pucat dengan eksprei datar dan yang satu memiliki rambut kuncir. Dia meminta pertolongan dari kedua pemuda itu lalu segera beranjak naik.
"Shikamaru, hubungi ambulan untuk berjaga-jaga."kata pemuda berkulit pucat. Dia melirik gadis blonde dengan iris aqua marine yang sedikit gemetar di sebelahnya. 'Dia pasti terlalu panik untuk menghubungi ambulance atau polisi' pikirnya.
"Oke Sai, kau urus pintunya." Kata Shikamaru.
Sementara Shikamaru menelepon rumah sakit, Sai berusaha mendobrak pintu yang terkunci. Setelah tiga kali mencoba pintu itu terbuka dan teriakan histeris gadis aquamarine di sampingnya menggema.
"SAKURAAAA!"
Genangan air membasahi sebagian lantai keramik, bau anyir semakin menguar karena air hangat memenuhi bathub. Ya air itu berwarna merah pekat, dan di dalam bathubada seroorang perempuan tak sadarkan diri yang mulai pucat. Rambut pink miliknya berwarna kemerahan di beberapa bagian.
Sakura menyayat nadinya.
Haloo, terima kasih sudah membaca chap 1 False. Fic ini masih banyak kekurangan dan ceritanya juga pasaran he he, tapi saya berharap cerita ini bisa di terima.
Saya tunggu Review nya : )
BTW untuk chap 1 ini ada beberapa paragraf tambahan jadi saya post ulang :)