Summary: Bila saya harus menulis ulang BoBoiBoy Galaxy episode 23-24, beginilah hasilnya. Fixing canon. Perubahan jalan cerita eps 23-24. Multiple POVs.

.

.

Boboiboy milik Animonsta Studios

Tak ada keuntungan materi apapun dari ff ini

.

Episode 23

Ancaman Armada Bag. 1

.

Chapter I : Perubahan Angin

.

.

Mereka lari dari koloni bajak angkasa dan dapat mencuri Stealthbot dari sana. Mereka berhasil kabur berkat Ochobot membuka pintu portal langsung menembus Stasiun Sunnova. Pesawat itu segera melaju menuju stasiun pengedar energi surya tersebut. Seluruh kru tampak lega sekali berhasil lolos dari terkaman buaya.

Di tengah sorak-sorai gembira para kru kapal, Kapten Kaizo tampak termenung. Ia melihat lagi Stealthbot dalam pelukan Boboiboy.

"Di mana teknisi?" tanya Kapten Kaizo dengan suara tegas. Sontak semua gemuruh gembira berhenti senyap.

"Erm, teknisi apa Kapten?" tanya Yaya, yang paling berani. Kaizo mengalihkan pandangan tajamnya ke si remaja bertudung pink itu.

"Teknisi yang bertugas karantina power sphera ini. Di mana mereka?" ulang Kaizo. Semuanya berpandang-pandangan dengan ekspresi bingung. Kaizo langsung paham saat melihat wajah-wajah bingung tersebut. Sang kapten mengurut keningnya.

"Kalian datang meringsek masuk ke dalam koloni penuh bajak laut berbahaya untuk mencuri sebuah teknologi asing yang telah dimodifikasi dan kalian tak mengikutkan seorang teknisi?" retorika Kaizo. Ia juga tak menyalahkan sekelompok bocah remaja atas kealpaan ini. Kaizo bahkan tak mengerti kenapa Laksamana Tarung mengirim sekelompok remaja yang tak memiliki pengalaman apapun untuk menjalankan misi sensitif seperti ini. Kenapa tidak mengirim Sai dan Shielda yang sudah lebih berpengalaman? Kaizo bahkan lebih percaya Fang, karena Fang lebih lama terjun dalam misi-misi daripada Boboiboy dan tiga rekannya.

Tiba-tiba layar pesawat menerima transmisi dari Koko Ci, memecah kesunyian. Papa Zola menekan tombol terima dan tampaklah sosok komandan bertubuh hijau itu.

"Kamu semua sudah dapatkan power sphera itu?" tanya Koko Ci tanpa basa-basi. Boboiboy dengan wajah gembira seakan bangga memperlihatkan power sphera itu.

"Sudah, Komandan!"

"Heh? Benarkah itu Stealthbot? Kenapa ukurannya kecil?"

Jadi dari awal Koko Ci sudah tahu kalau Stealthbot itu berukuran masif? Pikir Kaizo.

"Ukurannya sudah dimodifikasi oleh mereka. Tadi ukurannya lebih besar. Tapi sepertinya Anda sudah tahu kalau ukuran Stealthbot berubah. Mengapa tidak memasukkannya dalam basis data TAPOPS?" selidik Kaizo. "Untung saja Boboiboy mendapatkan ide mengecilkan power sphera ini menggunakan Bellbot."

Boboiboy tampak tersenyum malu saat Kaizo memandangnya dan menyebutkan perihal itu. Fang menunduk kecewa, berusaha tidak iri hati. Sementara itu Koko Ci hanya menaikkan kacamatanya.

"Kapten Kaizo, kamu yang menyusup ke dalam koloni perompak Vargoba. Semua informasi mengenai Vargoba kami dapatkan darimu, termasuk ukuran Stealthbot yang salah juga kamu yang beritahu," jawab Koko Ci, setengah menyalahkan. Kaizo mengerutkan kening.

"Anda bisa bertanya pada Boboiboy dan Fang kalau saya tidak tahu itu Stealthbot dan harus memindai pakai tablet TAPOPS agar tahu. Selama misi ini, saya tak pernah berhasil memasuki brankas Vargoba karena Vargoba datang hanya setahun dua kali untuk mencuci kapal, dan hari ini kedua kalinya saya memasuki kapal itu. Kali pertama saya hanya sempat mengingat denah kapal itu dan rute jalan keluar, saya tak sempat menyelidiki isi brankas Vargoba karena waktu saya sedikit," terang Kaizo. Ia lalu berjalan mendekati layar komunikasi. Matanya memicing curiga.

"Sekarang saya tanya kenapa Anda seolah tahu ukuran Stealthbot berubah tapi Anda tak memberitahukannya pada kami? Dan dari mana Anda tahu informasi itu, apakah Anda mengirimkan mata-mata untuk mematai saya?" cecar Kaizo, nadanya tenang namun dingin.

Mencium gelagat situasi panas, Boboiboy, Fang, Yaya, Ying dan Gopal menjadi risau. Ochobot agak menempel ke Boboiboy sementara Cattus sembunyi di perut Papa Zola. Mereka agak tak biasa menyaksikan wajah Koko Ci memerah karena marah berdebat dengan seorang kapten yang berpangkat lebih rendah namun menohok argumennya.

"Informasi yang dulu memang menyatakan ukuran Stealthbot lebih besar daripada yang dipegang Boboiboy. Karena itu aku terkejut," gerutu Koko Ci. "Tapi aku rasa ada ketimpangan dalam database. Seharusnya dimasukkan mengenai ukuran itu. Dan aku tidak memata-mataimu, hanya mengirim personel tambahan."

Gigi Kaizo bergemelatuk. Tentu saja Koko Ci berdalih.

"Kita akan bicara lagi mengenai perkara Anda memata-matai saya, Komandan. Sebelum itu di mana teknisi untuk karantina Stealthbot?"

"Bawa saja langsung ke TAPOPS, di sana ada banyak teknisi," kata Koko Ci. "TAPOPS tempat segala power sphera, jangan lupa."

"Komandan, itu beresiko," tolak Kaizo. "Stealthbot ini telah dimodifikasi agar lebih besar. Itu berarti para perompak sudah membongkar power sphera ini, mempelajari skema komponennya, merubah susunan komponen dan akhirnya merangkainya kembali agar menjadi lebih kuat. Kita tak tahu apakah ada mekanisme asing lain yang ditambahkan di dalamnya. Terlalu riskan membawa Stealthbot ke TAPOPS yang penuh hal sensitif karena boleh jadi power sphera ini bisa self-destruct atau dipasangi alat pelacak."

Mendengar itu Boboiboy, Yaya, Ying, Fang dan Gopal segera memperhatikan Stealthbot lamat-lamat mencari alat pelacak itu―mungkinkah alat pelacaknya ada di luar? Tapi mereka tak menemukan benda asing seperti alat pelacak di kulit Stealthbot. Memperhatikan tingkah mereka, Kaizo lalu melipat tangannya di dada.

"Tak mungkin kru teknisi yang sudah mahir memodifikasi power sphera menjadi lebih kuat malah menempel alat pelacak di luar seperti stiker kulkas," gerutu Kaizo. "Alat pelacaknya dipasang di dalam. Jika saja kalian membawa itu ke TAPOPS, Vargoba pasti mengejar kalian."

Sekarang Boboiboy, Ochobot, Fang, Yaya, Ying dan Gopal melihat Stealthbot dengan pandangan cemas dan ketakutan, seakan Vargoba bisa tiba-tiba keluar dari power sphera itu. Boboiboy memegangnya sambil berjengit ngeri dan meminta Fang membawanya. Fang melengos ogah.

"Pegang sendiri sana," usir Fang sambil menahan tawa puas. Boboiboy merengut.

Sementara itu setelah mendengar perkataan Kaizo, Komandan Koko Ci tampak berpikir.

"Ini pertama kalinya kita mendapatkan power sphera yang dimodifikasi khusus maka harus ditangani khusus pula. Baiklah, kita tunda saja Stealthbot di Stasiun Sunnova. Aku akan meminta Nut dan timnya ke Sunnova agar membongkar Stealthbot dan non-aktifkan alat pelacak itu."

Kaizo tampak lebih tenang saat mendengarnya, ia lalu bersandar pada kursinya. Boboiboy masih salah tingkah memegang Stealthbot itu, tak tahu mau taruh di mana. Ia taruh di kursi sajalah.

Komandan Koko Ci lalu berkata.

"Kapten Papa Zola, mohon bawa mereka ke Stasiun TAPOPS. Kapten Kaizo akan di Stasiun Sunnova membantu pertahanan bersama pasukan Tempur-A."

"Tempur-A?" tanya Boboiboy dan Gopal, bingung. "Apa itu?"

"Kalian bisa lihat dari tingkap, ada kapal-kapal mereka," ujar Koko Ci. Sontak kelima anak remaja itu plus Ochobot berkerumun menengok pemandangan luar tingkap. Mereka takjub melihat betapa ramainya Sunnova dengan kapal-kapal asing berbentuk tak biasa. Seperti segerombol laron-laron pada bola lampu.

"Ini aku yang terlalu lapar atau memang bentuk pesawat-pesawat itu seperti piring?" keluh Papa Zola sambil mengucek mata.

"Iya juga ya, berbentuk seperti piring atau mangkuk," setuju Ying, setengah heran dan takjub.

"Hehe, jadi lapar melihat kapal-kapal mereka," kata Gopal.

Melihat bentuk-bentuk kapal Tempur-A, Boboiboy menjadi berpikir. Jika TAPOPS memiliki bisnis laundri sebagai kedok penyamaran, mungkinkah Tempur-A memiliki bisnis restoran sebagai kedok juga? Tapi tak mungkin, sebab Tempur-A sangat eksplisit menunjukkan mereka memiliki bisnis kuliner. Tak mungkin kedok 'kan?

Di sisi lain, Kaizo agak jengkel Tempur-A harus ikut campur, tapi memang tepat keputusan Koko Ci meski ia tak suka. Sayangnya tak pernah ada bala tentara bantuan yang gratis. Kaizo pikir Tempur-A akan meminta harta rampasan milik armada Vargoba, berdalih perlu bayaran besar karena telah berkorban. Sang kapten khawatir mereka mengincar power sphera milik Vargoba yang lain. Namun tentu saja takkan Laksamana Tarung setujui. Barteran, jual-beli dan penyimpanan power sphera itu dijaga ketat oleh undang-undang antariksa. Tempur-A takkan bisa seenaknya tapi Kaizo tetap waspada dan curiga karena memang seperti itulah tabiatnya.

"Nasib buruk harus Tempur-A yang datang," gumam Kaizo.

"Tempur-A sudah lama menjadi sekutu dan kawan baik TAPOPS. Hanya Tempur-A pasukan cepat tanggap saat dimintai bantuan mempertahankan Sunnova dari Vargoba," bela Koko Ci. "Kita tak boleh terlalu percaya diri."

"Bukankah kita sudah menggagalkan rencana para perompak?" tanya Yaya.

"Iya, kita sudah dapatkan Stealthbot," tambah Ying.

"Kita mengambil Stealthbot hanya menghambat usaha penyerangan mereka, bukan berarti mereka lantas berhenti total," sanggah Koko Ci. "Kita harus bersiap sedia. Sebentar lagi akan ada peperangan di sini."

"Sepertinya kita harus membantu mempertahankan Stasiun Sunnova," usul Boboiboy pada teman-temannya. Yang lain setuju kecuali Gopal.

"Tak usah, hanya Kapten Kaizo saja. Kalian pergilah ke TAPOPS," tepis Koko Ci. Sang komandan lalu mengalihkan pandangan ke Kaizo. "Kapten Kaizo, kamu siap untuk penjemputan teleportasi?"

"Ya, Komandan."

Tanpa basa-basi Kaizo segera mengambil Stealthbot dari tangan Boboiboy dan berdiri tenang agar teleportasi berjalan lancar tanpa harus membuatnya kehilangan sepotong jari atau mungkin seluruh lengan. Dari seberang Koko Ci menembakkan cahaya pemecah atom dari pesawatnya untuk memindahkan sang kapten dan Stealthbot ke tempatnya.

"Jumpa lagi," pamit Kaizo pada semua kru. Belum sempat dibalas, Kaizo sudah menghilang bersama cahaya biru. Beberapa detik kemudian tampak di layar Kaizo telah berpindah ke samping Komandan Koko Ci bersama Stealthbot dan Bellbot.

"Kalian semua sekarang pergilah ke TAPOPS dan beristirahatlah. Kalian telah berhasil menjalankan misi susah ini dan sudah waktunya kalian rehat," kata Koko Ci. "Terimakasih dan selamat beristirahat!" ujar si komandan dengan nada riang.

"Sama-sama Komandan, semoga berhasil!" seru semuanya. Sedetik kemudian layar komunikasi dimatikan oleh Koko Ci. Tinggallah sang komandan dan sang kapten di pesawat yang dikendarai Koko Ci. Kaizo lantas memperhatikan sekelilingnya. Ia berada dalam sebuah pesawat khusus tempur milik TAPOPS yang stand by dekat Stasiun Sunnova. Ada tingkap kaca raksasa di pesawat itu, memperlihatkan pemandangan ramai lalu-lintas angkasa.

Komandan Koko Ci menghela nafas lega setelah komunikasi mati. Ia lalu memutar kursinya menghadap Kaizo.

"Sekarang mereka sudah aman. Apakah tidak beresiko membawa Stealthbot berisi pelacak ke Stasiun Sunnova? Dikhawatirkan saat penyerangan, Vargoba akan mendapatkan lagi power sphera ini," ujar Koko Ci. Kaizo menautkan alisnya.

"Akan lebih baik Stealthbot di sini, di Sunnova, yang lokasinya memang sudah diketahui Vargoba daripada membawa Stealthbot ke TAPOPS. Terlalu besar resiko ia akan mendapatkan semua power sphera TAPOPS," jelas Kaizo. Koko Ci mengelus dagunya, berpikir. Ia kemudian menekan tombol panggilan ke TAPOPS. Beberapa detik kemudian tampak wajah Shielda dan Sai di layar, mereka selaku sebagai pemimpin sementara di TAPOPS selama kekosongan.

"Ada yang bisa kami bantu, Komandan?" tanya Shielda dari layar besar itu. Sai di sebelahnya. Si kembar sedang berada di ruang kendali utama TAPOPS.

"Sai, Shielda mohon kirimkan Nut dan timnya kemari, kami perlu tindakan karantina power sphera. Suruh mereka membawa peralatan penjinak ledakan juga," titah Koko Ci.

"Tak biasanya kita karantina power sphera," komentar Sai. "Adakah masalah?"

"Bukan, ini kasus istimewa. Stealthbot sudah berubah wujudnya dan kita tidak tahu apa saja yang ditambahkan ke dalamnya," terang Koko Ci. "Aku tunggu Nut dan timnya 20 menit dari sekarang. Pakai pesawat tercepat ke Sunnova. Dimengerti?"

"Dimengerti, Komandan. Nut dan timnya akan tiba di sana 20 menit lagi," jawab Sai dan Shielda.

"Terimakasih. Kami akan menunggu," tutup Koko Ci.

.

.

.

Sementara itu, Vargoba marah besar.

"Cari petunjuk mengenai para penyusup itu! Geledah seluruh kapal!" Vargoba mengaum hebat. Para bawahannya langsung kocar-kacir ke sana-kemari menyisir tempat di mana Boboiboy dan rekan-rekannya menyusup. Identitas Kaizo sebagai "Kassim" sudah terbongkar karena Vargoba melihatnya bersama Boboiboy dan rekan-rekan. Dari informasi anak buahnya, Vargoba jadi tahu kalau mereka memang kedatangan 5 manusia pembantu "Kassim" si tukang bersih-bersih.

Rupanya dari awal mereka memang kebobolan. Siapa yang mengira "Kassim" si tukang bersih-bersih yang murah senyum, suka berteman dan ramah ternyata mata-mata musuh? Mulai saat ini bagi kru pembersih akan diperiksa lebih ketat.

"Kapten, kami menemukan ini," kata kepala penjaga berbaju merah. Vargoba menoleh dan melihat si kepala penjaga memberikan sebuah benda kecil. Vargoba lalu meraih benda itu. Ternyata sebuah lencana berlambang "T", ada ukiran nama "Gopal, Kadet" dalam bahasa intergalaksi.

"Di mana kau temukan benda ini?" tanya si kapten merah.

"Di toilet laki-laki, Kapten."

Vargoba menyeringai senang. Ia ingat ia memergoki seorang bocah ingusan berbaju kuning keluar dari toilet. Bocah manusia yang seharusnya tidak ada dan lari bersama para pencuri. Ia pasti komplotannya pula. Dan Vargoba hafal betul simbol apa pada lencana ini.

"TAPOPS heh...?"

Vargoba tertawa nyaring. Sebagai seorang kapten besar dengan banyak armada dan pengalaman, tentu ia kenal dengan TAPOPS―sebuah badan khusus penyelamat power sphera yang suka mengagalkan para pemburu. Sayangnya TAPOPS itu lemah, tak sekuat armadanya―mereka takkan bisa bertahan melawan gempuran pasukannya. Ini adalah kemenangan telak yang tak terelakkan.

Vargoba lalu berbalik menghadap tangan kanan kepercayaannya itu.

"Siapkan armada, kita akan menyerang Stasiun Sunnova sebentar lagi... dengan sedikit perubahan rencana."

.

.

.

Akhirnya tim Boboiboy sampai di Stasiun TAPOPS.

Pesawat angkasa itu bermanuver sebentar sebelum memasuki hanger di lambung Stasiun TAPOPS. Papa Zola dengan tergesa mendaratkan pesawat itu, Sai dan Shielda menunggu kedatangan mereka dari tempat agak jauh.

"Akhirnya sampai juga," keluh Shielda, matanya tajam seperti elang tengah mengawasi mangsa.

Pesawat mendarat dengan mulus. Selang semenit kemudian, pintu pesawat terbuka dengan bunyi mendesis. Tampak Boboiboy berdiri paling muka seraya menggendong Cattus, Fang tampak lega telah sampai dan Yaya serta Ying pula. Namun belum habis pintu terbuka seluruhnya, Papa Zola dan Gopal langsung berlomba lari ke arah kafetaria.

"Minggir! Sudah lapar ini!" seru Papa Zola sambil menabrak Boboiboy.

"Aku juga, aku juga!" teriak Gopal tak mau kalah, ikut menabrak Boboiboy pula. Remaja berbandana jingga itu jatuh terguling―Cattus sempat melompat ke pelukan Yaya.

"Aduuuh," keluh Boboiboy yang terbaring kesakitan. Fang menghampirinya.

"Kau tak apa?" tanya Fang, kasihan bercampur geli. Boboiboy hanya mengangguk dan Fang membantunya berdiri.

"Tak sabar-sabar," omel Yaya, jengkel melihat kelakuan Papa Zola dan Gopal. Cattus mengeong pelan, masih sedih dengan terpisahnya ia dari Bellbot. Kalungnya itu masih di Stasiun Sunnova bersama Stealthbot yang sedang diutak-atik oleh Nut dan timnya.

Ying yang melihat kesedihan Cattus segera membelai kepala alien serupa kucing itu.

"Tak apa Cattus, nanti Nut akan kembalikan lagi Bellbotnya, oke?"

Cattus hanya mengeong pelan tanda menyetujui. Jika Nut tidak lupa tentu saja. Kadang Nut melupakan hal-hal sepele yang ia anggap tak ada kaitannya dengan pekerjaannya.

"Ayo, kalian harus buat laporan misi," ujar Sai kepada Boboiboy, Fang, Yaya dan Ying. "Kalian ada waktu 30 menit untuk istirahat sebentar dan selepas itu, pergilah ke ruang kontrol untuk membuat laporan."

"Oh, baiklah!" seru Boboiboy. Dia sudah hendak mandi dan ganti baju rasanya.

"Jangan lupa kita harus bersiap siaga kalau-kalau Stasiun Sunnova memerlukan back-up," ujar Fang kepada kedua pasukannya―Sai dan Shielda.

"Tapi Komandan Koko Ci tidak ingin kita bertempur di Sunnova," ujar Ying. Fang mendecakkan lidah.

"Jika Komandan Koko Ci meminta tentu saja. Yang terpenting bersiaga di TAPOPS dahulu. Aku punya firasat tak enak."

.

.

.

Armada Kapten Besar Vargoba telah tiba di Sunnova.

Suasana di sekitarnya berkecamuk dan kacau―serangan-serangan dari meriam milik Tempur-A meletuskan peluru seolah bunga api. Tembakan-tembakan itu mengenai beberapa kapal bajak angkasa, lalu hancur berkeping-keping dalam ledakan cahaya. Tidak terdengar suara letusan apapun karena luar angkasa tak memiliki udara untuk digetarkan dan tak ada oksigen agar api bisa bertahan. Peperangan itu begitu sunyi senyap tanpa suara ledakan meski banyak kehancuran mematikan―kapal-kapal milik bajak angkasa membalas tembakan Tempur-A, menyebabkan dua pesawat milik Tempur-A mengalami beberapa kerusakan.

Laksamana Tarung sudah memakai sarung Bearimau miliknya dan menaiki sebuah pesawat Tempur-A. Pesawat itu sengaja mendaratkan diri di atas sebuah kapal milik bajak angkasa. Dengan buas, Laksamana Tarung turun dari pesawat dan mulai menyerang para musuh dengan membabi-buta―satu pukulan keras dari Laksamana Tarung cukup membuat beberapa bajak angkasa terkapar tak berdaya. Melihat ganasnya Laksamana Tarung di area perang membakar semangat para tentara TAPOPS dan Tempur-A. Mereka berderap meringsek pertahanan dan berupaya menghabisi para bajak angkasa.

Sementara itu, Kaizo berada pada pesawat Tempur-A yang berbeda dengan Laksamana Tarung. Sang kapten dengan lihai menebaskan pedang biru tenaganya, dalam hitungan detik Kaizo hampir menangani satu kapal penuh pasukan sendirian. Dalam pertempuran, Kaizo dapat bergerak sangat cepat karena itu musuh-musuhnya hampir tak dapat bereaksi karena serangan Kaizo terlalu mengejutkan.

Di tengah kekacauan medan perang, Koko Ci memperhatikan jalannya pertempuran. Ia yang mengarahkan semuanya seolah bidak permainan catur. Dengan awas ia memperhatikan di kapal mana kira-kira Kapten Vargoba berada. Seharusnya yang mengibarkan panji-panji terbesar dan kapal yang paling besar juga.

Tiba-tiba di sebelah sayap Utara terdapat kapal raksasa berwarna merah berlayar menuju Sunnova. Koko Ci terbelalak.

"Laksamana Tarung! Aku sudah melihat kapal Kapten Vargoba! Ada di sayap Utara!"

"Kapten Kaizo berada di sana! Perintahkan dia untuk perketat sayap Utara! Aku segera ke sana sampai aku bisa menstabilkan suasana di sini."

"Baik!"

Koko Ci kemudian menghubungi komunikator milik Kaizo yang terdapat di topengnya. Kaizo menerima transimisinya sambil terus bertarung. Sudah satu kapal ia hancurkan seorang diri―sekarang Kaizo tengah menghabisi para kru-kru di kapal kedua.

"Kapten Kaizo! Ada kapal Vargoba di sayap utara tempat kamu berada. Pertahankan hingga bantuan datang!"

"Baik, Komandan," ujar Kaizo. Baru saja Kaizo hendak menghubungi sebuah batalion untuk menggantikan posisinya, tiba-tiba sebuah serangan yang amat-sangat familiar menghantam sepasukan bajak angkasa di depan Kaizo. Ledakan sewarna api muncul berturut-turut seperti petasan.

Sesaat kemudian sebuah sosok berkelebatan dan mendarat di belakang Kaizo―seakan berpose keren. Kaizo hampir bisa mencium baunya dan jujur ia tidak ingin berbalik dan menoleh.

"Tampaknya kita akan bekerja sama lagi seperti dahulu," komentar Ramenman dengan senyum khasnya. Kaizo agak jengah ada "orang" itu sekaligus agak lega―ini berarti ada penggantinya selama Kaizo menghalau Vargoba.

"Tak ada waktu berbasa-basi," gerutu Kaizo. "Kau gantikan aku di sini selama aku tangani Vargoba! Ciptakan pengalih perhatian!"

Setelah berkata begitu, Kaizo melesat dan melompat dari kapal menuju ke kapal Vargoba, meninggalkan Ramenman sendirian. Ramenman merasa diacuhkan, tapi memang begitu sifat Kaizo dari dahulu. Justru aneh bercampur mengerikan jika Kaizo tiba-tiba menyambutnya dengan ramah. Kiamatlah dunia ini.

"Haaa, baiklah. Pasukan, ayo!"

Ramenman lalu memasuki sebuah pesawat dan membawanya melesat menuju kapal tentara Vargoba, namun ada barikade pasukan lain yang menjadi tameng bagi kapal Vargoba. Barikade itu memberondong peluru laser tanpa ampun ke pesawat yang ditumpangi Ramenman. Ramenman lalu memerintahkan beberapa pesawat Tempur-A untuk meringsek maju agar menciptakan pengalihan bagi Kaizo. Agar Kaizo berhasil mendekati Vargoba tanpa dihalang-halangi para tentaranya.

Kaizo perlu menyusup masuk ke kapal yang ditumpangi Vargoba dan membunuhnya. Jika Vargoba terbunuh, maka gelombang kemenangan akan berbalik ke arah mereka. Namun mereka sadar akan sangat sulit mengalahkan Vargoba. Kecil kemungkinannya.

Kaizo terus melompat dari satu kapal ke kapal lain, terkadang ia harus menghindari tembakan salah sasaran, namun ia selamat sejauh ini. Ia menggunakan 'tolakan tenaga' miliknya dan memusatkannya di kaki agar ia bisa cepat bermanuver dan melompat dari satu kapal ke kapal lain. Kaizo memanfaatkan situasi kacau peperangan untuk menyusup. Semua orang akan terlalu sibuk untuk menyadarinya.

Sementara itu, dari dalam kapalnya Vargoba memperhatikan jalannya pertempuran. Jumlah kru armadanya lebih banyak daripada jumlah pasukan TAPOPS dan Tempur-A. Pertempuran ini sudah jelas siapa pemenangnya.

Sejujurnya Vargoba bisa saja turun ke medan perang dan menghancurkan semuanya, tapi ia ada rencana lain. Biarlah para tentaranya bertarung mengalihkan perhatian tentara TAPOPS dan Tempur-A. Vargoba tak ingin membuang waktu, ia harus dapatkan kembali Stealthbot dan buru power sphera kuning yang memiliki kuasa teleportasi itu. Vargoba yakin power sphera teleportasi itu milik TAPOPS. Kuasa itu kuasa yang Vargoba sukai dan lebih efisien daripada Stealthbot. Ia harus dapatkan, sekalian balas dendam pada kawanan pencuri itu karena berani menipunya.

"Arahkan kapal ke arah Sunnova. Aku akan masuk," titah Vargoba kepada nahkodanya.

"Baik, Kapten!"

Kapal angkasa Vargoba semakin cepat mendekat Sunnova. Vargoba hendak keluar menyongsong bersama para kru kapalnya. Ia membuka pintu ruang kendali utama dan malah dikejutkan dengan todongan pedang berpendar biru terang.

"Jangan bergerak," geram sebuah suara. Vargoba menoleh dan melihat Kaizo sedang mengacungkan pedangnya. Vargoba ingat betul siapa dia. Sang kapten perompak melihat ada lambang "T" di lengan Kaizo, lambang yang sama dengan lencana yang ditemukan di toilet.

Pikir Vargoba, Kaizo bisa menyusup sampai sejauh ini itu berarti ia sudah melumpuhkan semua kru kapalnya. Vargoba menyeringai.

"Hoo, aku ingat wajahmu. Kau yang menyusup tadi di koloni perompak," ujar Vargoba. "Mari kita selesaikan!"

Vargoba mengangkat tinju besarnya hendak menempeleng Kaizo―namun Kaizo mengelak. Tinju itu menghancurkan dinding kapal dengan mudah, seolah margarin.

Kaizo melompat ke belakang dan kemudian dengan tolakan tenaga miliknya ia maju. Satu hal yang Kaizo miliki tapi Vargoba tidak adalah kecepatan. Badan Vargoba seperti beruang raksasa namun ia lamban. Kaizo badannya jauh lebih ramping darinya tapi ia sangat gesit. Dalam pertarungan, yang paling laju adalah pemenangnya... seharusnya begitu.

Kaizo menebas dada Vargoba dengan pedang tenaganya―daya besar ia keluarkan, pedang tenaga itu terlihat seperti api biru berkobar. Vargoba terhuyung ke belakang karena momentum―ia tampak agak kesakitan namun tidak ada darah yang menetes.

Satu hal yang ganjil dari pedang tenaga Kaizo adalah ia bisa melukai tanpa merobek kulit dan meneteskan darah. Kaizo sangat mahir mengendalikan kuasanya―begitu mahir sampai-sampai partikel kuasa tenaganya itu bisa meresap ke kulit dan melukai dari dalam seperti ribuan pecahan kaca. Semuanya tergantung keinginan Kaizo.

Vargoba kembali bangkit seolah tak merasakan apapun karena daya tahan badannya sangat tinggi―ia lalu berkata.

"Kau pikir serangan seperti itu bisa kalahkan aku? Aku hampir tersinggung," ujar Vargoba. "Coba keluarkan serangan terbaikmu, aku tunggu," tantang Vargoba sambil menyeringai memperlihatkan deretan giginya.

Kaizo tak menjawab. Ia menganalisa reaksi Vargoba terhadap serangannya. Serangan kuasa tahap pertama itu lemah untuk Vargoba. Maka ia segera memakai topengnya dan mengaktifkan kuasa tahap kedua.

"Topeng Jingga!"

Kilatan cahaya jingga kemerahan bersinar terang, memancarkan energi yang lebih besar dan panas seperti matahari. Melihat cahaya aneh tak biasa itu, Vargoba waspada dan segera mengambil kapak kembar berukuran raksasanya di punggung dan mengayunkannya ke arah Kaizo.

Kaizo melompat menghindar. Ia lalu menghunuskan pedangnya yang berwarna jingga.

"Tetakan Pedang Jingga!"

Lagi-lagi Kaizo terlalu cepat untuk Vargoba. Tenaga jingga berhasil melontarkan Vargoba hingga cukup jauh dan menabrak dinding kapal sampai rusak. Badannya terasa pedih karena tetakan barusan, ia bisa merasakan partikel merembesi kulitnya dan mulai mengirisnya dari dalam. Vargoba marah. Saatnya serius sekarang. Ia mengacungkan kedua kapak raksasanya dan mengaktifkan kuasa magnetnya.

"Pusaran Medan Magnet!" seru Vargoba. Seketika itu kedua kapaknya berputar keras, dan benda-benda logam tertarik masuk. Tiang-tiang kapal, bola besi, semuanya ditarik masuk, tercerabut dari tempatnya.

Kaizo terbelalak. Gagang pedang tenaganya terbuat dari logam magnetis dan sekarang hendak tertarik masuk ke pusaran. Kaizo menahannya namun medan magnet Vargoba sangat kuat. Bahkan pisau milik Kaizo semuanya merobek jaket dan keluar ditarik oleh pusaran itu. Vargoba tertawa puas.

"Sekarang saatnya giliranku! Serangan Medan Magnet!"

Vargoba melontarkan semua benda logam dalam pusarannya―tongkat-tongkat besi, pisau-pisau, tiang-tiang kapal besar ke arah Kaizo. Kaizo takkan bisa menghindar serangan sebanyak itu, maka ia bersiap.

"Dinding Tenaga Jingga!"

Semua serangan terpental saat menabrak dinding kokoh itu―bunyi-bunyi logam berdentingan ribut sekali. Kaizo tersenyum mengejek, membuat Vargoba menggeram marah.

Vargoba lalu meraih kapaknya dan menghantamnya ke pelindung jingga milik Kaizo. Kapak itu berdebam keras saat bertemu dengan kokon jingga Kaizo, namun tak berhasil memecahkannya. Kaizo menyeringai penuh arti, Vargoba mencium rencana yang tak bagus.

"Tukaran Tenaga: Rantai Jingga!" seru Kaizo.

Seketika itu belasan rantai jingga muncul dari dinding pelindung tenaga dan mengikat Vargoba tanpa ampun. Tubuhnya terpilin rantai dari leher sampai kakinya, rantai-rantai itu begitu keras mencekiknya. Vargoba mengaum marah.

"Kau pikir sampai sini saja, pencuri?! Pusaran Medan Magnet!"

Benda-benda logam kembali tertarik ke arah Vargoba dalam daya tarik lebih besar―termasuk topeng Kaizo. Dalam jarak cukup dekat, ditambah lagi medan magnet lebih kuat membuat topengnya terlepas dan membentur dinding jingga, hendak masuk ke pusaran magnet Vargoba namun tertahan dinding pelindung. Kaizo terperanjat saat topeng itu terlepas. Topeng itu adalah hasil didikan Laksamana Maskmana agar ia lebih jitu mengendalikan kuasanya. Tanpa topeng itu, kuasa energinya akan sulit dikendalikan―seperti pipa air tanpa keran.

Dan benar saja.

Dinding tenaga tiba-tiba pupus, begitu juga rantai yang mengikat Vargoba. Pedang tenaga jingganya masih berfungsi namun ikut tertarik ke medan magnet. Kaizo menahannya sekuat tenaga. Untungnya jam kuasa Kaizo terbuat dari bahan keras non-logam maka tak terlepas dari tangannya. Kaizo segera menghindar dan melompat beberapa meter ke belakang. Ia harus sejauh mungkin dari magnet Vargoba.

Vargoba kemudian melontarkan kedua kapaknya ke arah Kaizo. Kaizo menghindar dan saat ia hendak menebas Vargoba memakai tenaga jingga, ia merasakan sesuatu yang aneh.

Kuasanya mulai tak terkendali.

Kaizo berusaha tetap bertarung―dahulu saat ia masih bocah ia bisa melawan Bora Ra tanpa topeng, ia pasti bisa sekarang bertarung tanpa topeng juga. Sayangnya jam kuasanya malah semakin panas dan muncul pusaran jingga bercampur keperakan menyelimuti tubuhnya bahkan melukai Kaizo. Ia bisa merasakan sekelilingnya, ia bisa merasakan semuanya. Ia seperti hendak meledak.

Memanfaatkan kelengahan Kaizo, Vargoba berlari maju dan menghunuskan kapaknya. Kaizo membaca pergerakannya dan ia memusatkan tenaganya membentuk pedang―tapi jam kuasanya malah membakar kulitnya dan gagal membentuk apapun. Kaizo akhirnya hanya bisa menghindar tanpa dapat menyerang. Vargoba tertawa.

"Tampaknya kau tak bisa kendalikan kuasa tanpa topeng ya? Membuat pekerjaanku mudah!" seru Vargoba. "Kali ini apakah kau bisa lari?"

Vargoba mengacungkan tangannya tinggi-tinggi. Kaizo merasakan tenaga tidak biasa di udara.

"Pusaran Medan Magnet!"

Semua benda logam langsung berkumpul. Besi-besi kapal tercerabut dari tempatnya, pisau-pisau, bola-bola besi... semuanya membentuk pusaran seperti tornado raksasa. Tornado magnet bergulung-gulung berputar kencang dan langsung dihantamkan ke Kaizo dengan kekuatan jauh lebih besar dari sebelumnya.

Kaizo tak bisa menghindari benda sebanyak itu dan ia juga tak bisa menggunakan jam kuasanya untuk menciptakan kokon pelindung. Maka tak ayal Kaizo terkena pusaran itu, ratusan besi memukul dan menghujam tubuhnya tanpa ampun. Tornado magnet itu berputar sekali lagi lalu ambruk beserta semua besi dan logam membentuk gunung kecil. Kaizo terkubur di dalamnya.

Vargoba menunggu lawannya bangkit. Namun tak ada suara apapun. Ia mengitari bukit penuh besi dan logam itu dan melihat separuh badan Kaizo ada di luar. Ia tampak penuh darah, beberapa tongkat besi menembusinya, tetesan merah hangat sedikit menggenangi kaki Vargoba. Kaizo tak bergerak, matanya terpejam erat.

Vargoba menyeringai senang. Ia pergi dari sana sambil membawa kapaknya. Saatnya menerobos Sunnova.

.

.

Bersambung

.

A/N

Boboiboy Cahaya akan muncul di chap selanjutnya, Solar (mungkin) juga.

Dan alasan kenapa Kaizo tak bisa kendalikan kuasanya tanpa topeng (padahal di mini komik dia pernah pakai kuasa tanpa topeng) akan di jelaskan nanti di chapter selanjutnya. Silahkan berteori hehehe~

Oh ya! Cek juga Purnama Merah milik kak kurohimeNoir. Ff itu dinobatkan juga sebagai Fanfictions of the Year, juara 1 lagi~ horee! *\^o^/*

Jika ada masukan/saran/tanggapan/kritikan silahkan review