Disclaimer: BoBoiBoy hanya milik Monsta.

Obat Pahit

Lanjutan dari Cerita Baik Hati


"Kamu gak mau minum obatnya?"

"Enggak."

Solar terus menatap datar laki-laki di sampingnya itu. Ia melirik ke arah obat yang sudah disiapkan Gempa lalu kembali ke Taufan.

"Gempa bakal marah besar tuh."

"Hu'uh! Habisnya obatnya pahit!"

"Obat mana ada yang enggak pahit sih, Fan. Yang manis mah permen."

Setelahnya mereka berdua kembali tenggelam dalam keheningan, meskipun Taufan—lagi-lagi—menggerutu kecil. Entah sudah berapa kali Taufan menggerutu hari itu. Nasibnya tidak baik memang.

"Kenapa obatnya harus pahiiittt?" rengek Taufan tiba-tiba. Solar malah beralih menatap ponselnya.

"Ya udah, enggak usah dimakan lah. Paling tambah sakit."

Tidak menghiraukan kata-kata Solar, Taufan kembali merengek, "Tapi aku harus minum obatnyaa…"

"Tadi katanya gak mau minum?" Solar melirik pada Taufan seraya mengangkat alisnya.

"Nanti aku dimarahin Gempa tahu!"

"Ya udah, nasib."

Taufan harus mengelus-elus dadanya sabar untuk kedua kalinya pada hari itu. Lagian sih, begitu suara udah mendingan, malah merengek terus. Solar jadi berharap suaranya Taufan serak saja terus-terusan hari itu. Bercanda. Solar kan anak baik hati dan tampan.

"Thorn mana?" tanya Taufan tiba-tiba.

"Lagi beli tanaman kali," jawab Solar ragu. "Emang kenapa?"

"Enggak, biasanya kan kamu sama dia."

"Oh."

Ruangan itu kembali hening. Kedua penghuni kembali asyik dengan kegiatannya masing-masing.

"Sol." Tiba-tiba saja, Taufan kembali memanggil adik kembarnya yang paling akhir itu.

"Apa?"

"Kamu aja yang makan obatnya ya."

"TAUFAN. PLIS."