"Huh? Kalau tidak, kenapa pelajar SMU sepertimu bisa bekerja di tempat hiburan malam seperti itu?"

Sasuke mengukir senyum menyebalkan di wajahnya. Membuat Naruto sukses mengeram marah. Dia melempar Sasuke dengan sebuah guling. Namun dengan reflek luar biasanya, lagi-lagi Sasuke berhasil menghindar.

"Itu bukan urusanmu! Asal kau tahu, walaupun aku seorang host, tapi aku tidak pernah menjual tubuhku. Ingat itu!"

"Lalu maumu apa?"

Dahi Naruto mengkerut dalam. Tak lama seringai licik nampak muncul di bibir mungilnya.

Mr. CEO, Please be my lover!

NARUTO belongs to Masashi Kishimoto

Story by Kuroi Sora18

Pair : SasuNaru

Genre : sepertinya Drama saja.

Summary : CEO Uchiha Sasuke - spesies pemuda risih penyandang tuna asmara mencoba mencari peruntungan cinta di sebuah bar. Entah disebut hoki atau apes dia malah bertemu dengan Uzumaki Naruto -si host mata duitan yang ternyata seorang pelajar SMU!

WARNING!!!

DONT LIKE,DONT READ! Fic ini mengandung unsur humu/Shounen-ai/BL/alur gaje/update ngaret/typo menjamur/sudah pasti OOC/diksi kacau. Bagi yang alergi dengan konten fic ini, dengan damai author persilahkan untuk klik tombol BACK di layar masing-masing. Jika setelah membaca warning ini, kalian ngeyel juga membaca fic ini dan menghujat fic saya. I DON'T CARE ABOUT THAT!!! So...

Let's enjoy!

Chapter 2 :Be my lover!

Naruto melangkah riang sembari memandang foto yang baru saja Karin kirimkan kepadanya. Terlihat jelas disana ada potret seorang Uchiha Sasuke sedang tidur bersama pemuda pirang yang tak lain adalah dirinya sendiri.

"Meski agak memalukan, tapi aku dapat ini-"

Naruto merogoh saku kemejanya dan mengambil sebuah kartu nama dengan desain cukup berlebihan untuk ukuran sebuah kartu nama. Uchiha Sasuke, CEO Uchiha Corporation. Dan dia mendapat tangkapan besar.

Drrttttt...Drrtttt...Drrrttt...

Getaran ponsel mengalihkan perhatian Naruto yang sedang asyik mengamati kartu nama itu.

Dia tersenyum lebar saat mendapati nama Karin di layar ponselnya.

"Moshi-moshi. Ohayou, Karin-neesan?"

'Wah tumben sekali kau memanggilku dengan sebutan kakak, nampaknya kau sedang senang hari ini.'

"Hmm, tentu saja! Berkat Karin-neesan, aku dapat tangkapan besar hari ini."

'Yah, aku cuma mau minta maaf saja karena meninggalkanmu di apartemen Sasuke-kun sendirian. Apa dia melakukan hal aneh kepadamu? Kau tahu, kalian berdua sama-sama mabuk berat jadi aku tidak punya pilihan lain selain membiarkanmu disana. Dan aku tak menyangka kau minum minuman keras. Aku jamin, ibumu bisa murka kalau tahu soal ini.'

Naruto tertawa hambar. Dia bisa merasakan kemurkaan ibunya jika tahu dia minum minuman keras dan bekerja sambilan sebagai seorang host.

"Ahaha...aku tidak apa-apa. Yang terpenting jangan sampai ibuku tahu soal ini."

'Baiklah! Ngomong-ngomong, apa Sasuke-kun tahu aku yang membawamu ke apartemennya?'

"Tidak-tidak! Kau tenang saja! Meskipun dia pada awalnya marah-marah tidak jelas, pada akhirnya dia memberiku kartu namanya." Naruto terkikik di akhir kalimatnya. Nampaknya rencananya akan berhasil.

"Tapi memangnya tidak apa-apa memeras dia?"

Mendengar Karin tertawa renyah membuat Naruto tahu jika wanita bersurai merah itu tidak mempunyai rasa menyesal di dalam dirinya.

'Daijoubu! Anggap saja itu sebagai pelajaran karena dia pernah menolak cintaku. Hei nak, transfer setengahnya jika Sasuke-kun memberimu uang ya! Aku sudah membantumu untuk mendapatkan foto itu.'

"Hieee...aku yang menanggung malu, tapi bagianmu besar sekali."

'Baiklah 35%.'

"Ugh...ya sudah! Lagi pula sepertinya pria bernama Sasuke itu sangat kaya. Jadi mungkin aku akan meminta sedikit lebih besar."

'Oke! Aku akan menutup telepon ini, pulsaku akan habis. Aku perlu pengiritan ektra bulan ini karena pacarku memutuskanku. Jaa ne~'

Setelah menutup telepon, Naruto dikagetkan dengan kemunculan mobil mewah bergaya klasik berhenti di depan apartemen Sasuke. Tak lama seorang pria matang bersurai hitam kelam sebahu keluar dari dalamnya. Pria itu sedikit melirik kearahnya lalu tersenyum tipis. Dan ketika itu juga jantung Naruto seakan meledak bagaikan kembang api.

.

.

.

.

.

Itachi Uchiha -anak sulung dari pasangan Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto dibuat heran dengan adiknya yang sibuk mondar-mandir tidak jelas. Kamarnya sendiri bahkan tidak lebih buruk dari sebuah kapal pecah. Dan Itachi bisa melihat sebuah guling tersampir apik di atas lemari di pojok ruangan. Bagaimana caranya guling itu bisa sampai kesana?

"Kau baik-baik saja? Kau bahkan sampai tidak sadar aku ada disini semenjak 5 menit yang lalu."

"Arrgh... aku sedang kesal hari ini!"

Itachi mengapit dagunya sambil mengangguk-angguk. Jadi itu sebab adanya topan lokal di kamar Sasuke?

"Berani-beraninya bocah pirang itu memerasku!" ujar Sasuke sambil mengeram marah. Kaki jenjangnya menghentak keras ubin di bawahnya karena kesal.

"Oh, jadi pria manis berambut pirang di depan lobby itu temanmu?"

Pelototan tajam dari Sasuke nampaknya menjadi tanda jika persepsinya tentang 'pertemanan' itu salah.

"Yang benar saja!" Sasuke berdecak sebal. "Si mata duitan itu bahkan berani-beraninya memerasku. Dia bahkan merampas semua uang tunaiku hingga dompetku kosong."

"Kau tidak melaporkannya ke polisi?" ujar Itachi. Pria itu melangkah memungut dompet Sasuke yang teronggok begitu saja dilantai dengan wajah miris. Benar-benar tak bersisa.

"Terkutuklah hukum dinegara ini! Dia bahkan masih pelajar SMU, polisi akan melepas anak itu karena dia masih dibawah umur."

"Ahh...begitu."

"Lagipula jika aku melapor ke polisi, aku yang akan terkena getahnya karena tadi pagi aku mendapati diriku tidur bersamanya. Dan kami bedua sama-sama telanjang."

"Sungguh? Kau meniduri anak dibawah umur? Aku tidak tahu selera adikku yang satu ini." ujar Itachi dengan wajah ngeri.

"Kau bercanda?! Aku tidak mungkin melakukan i-itu! Aku bahkan masih sangat kesal saat dia menyebutku pria mesum dan memporak-porandakan kamar apartemenku!"

"Sepertinya dia anak yang menarik. Aku baru pertama kali melihatmu banyak mengeluakan ekspresi. Dan itu bukti jika adikku memang bukan gunung batu berjalan."

Sasuke mendelik kesal mendengar kata-kata kakaknya. Ayolah, apa kedatangannya itu hanya untuk mengolok-oloknya?

"Ada urusan apa kemari?"

"Oh, aku hanya datang untuk melihat keadaanmu. Dan melihatmu seperti ini, nampaknya kau sangat sehat."

Sasuke mendengus. Ada angin apa kakaknya repot-repot datang untuk melihat keadaannya? Memangnya dia anak kecil?

"Sudahlah katakan saja keperluanmu yang sebenarnya! Aku tahu kau tidak akan datang kemari kalau tidak ada keperluan yang benar-benar penting."

Itachi tersenyum tipis dan beranjak untuk mengambil tempat duduk diatas tempat tidur Sasuke yang berantakan.

"Kudengar dari Shikamaru, kau datang ke LEXUS?"

Sasuke yang sedang memunguti bantal yang berserakan tiba-tiba terpaku dengan wajah heran.

"Apa dia sekarang bekerja menjadi mata-matamu?"

"Hmm..." Itachi menghendikan bahunya. Membuat Sasuke memutar matanya-jengah. Shikamaru sialan! Umpat Sasuke dalam hati.

"Untuk apa kau datang kesana? Menurutku kau bukan tipe orang yang senang datang ke tempat seperti itu."

"Aku hanya diundang teman. Kau pikir aku seculun itu tidak pernah kesana huh? Aku hanya sedang apes saja bertemu bocah menyebalkan itu disana."

"Hoo..." Itachi tersenyum lebar. Nampaknya ia mulai tertarik dengan obrolan itu.

"Kau bilang dia pelajar SMU, bagaimana bisa dia datang kesana?"

"Mana kutahu! Dia masuk begitu saja seolah-olah tempat itu adalah tempat bermainnya."

Itachi menompang dagunya.

"Jadi, apakah kau tahu siapa namanya?"

"Tidak. Aku hanya tau dia dipanggil 'Naru' dan dia seorang pelajar SMU. Dan jika kau datang kemari hanya untuk memperburuk pagiku, lebih baik kau pulang saja!"

"Uh, dinginnya! Kalau begini aku jadi merindukan sosok adik kecilku yang manis. Dia bahkan pernah melarangku pergi ke sekolah sampai kau menarik celanaku hingga melorot."

Sasuke mengerang kesal. Demi apa, bahkan Sasuke merasa ingin gantung diri hanya karena mengingat kejadian memalukan itu.

"Naru ya? Hmm...aku punya kenalan di LEXUS, kurasa dia bisa membantumu mencari anak itu."

.

.

.

.

Naruto berlari kecil menghampiri sebuah mobil lamborgini berwarna hitam di depan gerbang yang sukses menarik perhatian seluruh penghuni sekolah.

Nampak Sasuke Uchiha berdiri disamping badan mobil dengan kemeja kantor yang masih melekat di tubuh atletisnya.

"Osoi!" omel Sasuke begitu Naruto sampai di depannya dengan wajah cengengesan.

"Maaf. Aku ada tambahan pelajaran mendadak hari ini. Lagi pula kenapa kau datang kesini? Darimana kau tahu aku-"

"Huh! Kau meremehkan kemampuan mencari informasiku?" Dengan wajah angkuh, Sasuke mengeluarkan selembar kertas dari saku celananya dan membaca tulisan yang ada disana. "Jadi, namamu adalah Uzumaki Naruto, 17 tahun. Siswa tahun ke-3 di Konoha Gakuen. Pindah ke Konoha 6 bulan lalu dan tinggal di-"

"CUKUUPP!!!" Naruto berteriak kerasa sambil mengangkat kedua telapak tangannya. "Kau sudah tahu semuanya untuk apa aku bersembunyi lagi? Berikan aku 50 juta yen, dan semuanya akan beres. Aku juga tidak akan muncul di depanmu lagi."

"Kau berani-beraninya memerasku!"

"Aku tidak memerasmu! Dibandingkan harga diriku yang kau nodai, jumlah itu sama sekali belum apa-apa! Lagi pula kau CEO perusahaan terkenal, kurasa 50 juta yen itu jumlah yang sangat kecil untukmu."

Sasuke yang tidak tahan dengan tatapan orang-orang di sekitarnya pun menyeret Naruto untuk memasuki mobil.

"Hei bocah tengik, kau pikir aku akan termakan oleh trik bodohmu huh?"

"Ya sudah foto itu akan tersebar. Hmm... kira-kira, apa judul headline yang tepat untuk koran besok pagi ya?"

"Kau berani-beraninya..."

Sasuke terdiam sesaat. Dia menatap tajam sosok pirang di depannya yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Bagaimana aku tahu, jika mungkin saja kau sudah menggandakan foto itu tanpa sepengetahuanku?"

"Oh,ayolah! Untuk apa aku berlama-lama berurusan denganmu? Kalau fotonya tersebar, aku juga yang repot bodoh!"

"Kau mengataiku bodoh! Selisih umur kita bahkan hampir 10 tahun! Dasar tidak sopan!"

"Memangnya aku peduli?" Naruto menghendikan bahunya acuh. "Untuk apa aku bersikap sopan kepada orang mesum sepertimu."

Sasuke kembali mengeram marah.

"Jangan seenaknya saja mengataiku mesum, bocah tengik! Kau selalu saja beranggapan jika aku yang melecehkanmu. Rasanya saja aku sama sekali tidak ingat."

Pembelaan Sasuke tak ayal membuat pipi Naruto bersemu merah. Dia menuding pria raven di depannya dengan marah-marah.

"D-dasar ojisan mesum! Kau bahkan sampai mengingat-ingat rasanya!"

Sasuke memutar bola matanya. Dia merasa jengah dengan obrolan absurd mereka. Apa lagi ada banyak pasang mata yang menatap aneh ke arah mereka berdua.

"Berhentilah membahas ini! Kau membuatku jadi seperti orang bodoh."

"Ya! Kau memang orang bodoh. Si Bodoh Mesum Pedophil."

TWICH!

Tangan Sasuke mengepal erat. Emosinya mendadak meluap hingga ke ubun-ubun.

"Kau..."

BLETAK!!!

.

.

.

.

.

.

.

.

"Baiklah!" Sasuke melipat kaki- duduk dengan angkuh sembari menatap kearah seorang pelajar SMU yang sedang menikmati es krimnya. Kini mereka berdua pindah ke kafe yang terletak di dekat sekolah Naruto agar mereka bisa membicarkan masalah mereka tanpa mencuri perhatian banyak orang.

"Sekarang katakan kepadaku apa yang kau mau. Aku tidak ingin masalah inj menjadi panjang." ujar Sasuke memulai pembicaraan.

"Sebelum itu, boleh aku pesan es krim lagi? Ini enak sekali."

Sasuke kembali merotasi kedua netra kelamnya.

"Terserah!"

Dan Naruto sukses bersorak gembira setelahnya.

"Sekarang katakan padaku apa maumu yang sebenarnya?"

"Oh! Sebenarnya aku punya dua permintaan untuk itu."

Sasuke berdecih. "Itu terlalu banyak untuk sebuah foto."

"Enak saja! Itu belum seberapa dibandingkan rasa maluku. Apalagi kau sudah merebut 'kesucianku'." ujar Naruto dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

Sasuke mengeram dengan wajah panik saat beberapa pengunjung kafe nampak melihat kearahnya.

"Apa?! Jangan mengada-ada kau bocah! Aku sama sekali tidak merebut apapun darimu!"

Pria bersurai raven itu mengacak-acak rambutnya.

"Ah, sekarang aku merasa bodoh sudah menurutimu sejauh ini!"

"Masih mau mengelak?"

"..." Sasuke masih diam saja. Dia sedikit heran saat Naruto nampak menarik nafas dalam-dalam sebelum-

"Huwaaaa...paman ini jahat sekali! Siapa saja, tolong aku~"

Manik hitam Sasuke membulat -terkejut. Ini benar-benar diluar dugaannya. Beberapa pengunjung mulai ribut dan kompak menatap kearah mereka dengan berbagai macam tatapan.

"Hieee...apa yang dilakukan pria tampan itu?"

"Dia membuat adik manis itu menangis?! Kejam sekali!"

Bisik-bisik dari pengunjung di sekitarnya membuat telinga Sasuke iritasi.Bahkan beberapa pengunjung mengambil gambarnya dengan ponsel mereka. Tak berhenti sampai disitu, Sasuke makin kaget saat tiba-tiba Naruto menarik tangannya dan menempelkannya ke dada si pirang.

"Huwaaa...dia mencoba meremas dadaku!"

"Hieee...pria itu ternyata-"

Sasuke kelabakan dan pada akhirnya dia menarik si pirang pergi dari situ setelah dia membayar pesanan mereka.

"Apa yang kau lakukan,bodoh?! Aku seorang CEO perusahaan terkenal, kau mencoba untuk menjelek-jelekan namaku di depan banyak orang?"

"Habis aku tidak tahan melihat reaksi lambatmu. Dan sekarang mereka sudah tahu jika kau seorang CEO yang kejam dan mesum."

Naruto menyeringai saat dilihatnya Sasuke nampak menghela nafas panjang dan memijit pangkal hidungnya keras-keras.

"Cepat katakan saja apa maumu. Aku ini orang yang sangat sibuk. Dan aku tidak punya waktu untuk meladeni bocah nakal sepertimu."

"Heeh...akhirnya kau menyerah juga. Baiklah akan kukatakan mauku. Aku punya dua permintaan saja sih. Pertama-" Naruto mengacungkan jari telunjuknya di depan dada. "Beri aku uang 50 juta yen."

"Apa kau gila? Hei, aku bisa saja melaporkanmu karena pemerasan."

"Laporkan saja! Lagi pula ini tidak seberapa dengan 'kesucianku' yang sudah kau renggut. Kurasa itu harga yang pas."

"Sudah berapa kali kubilang jika aku tidak melakukannya, bodoh! Rasanya saja aku sama sekali tidak ingat!"

Sekarang Sasuke sudah tidak khawatir lagi dengan orang-orang yang akan menatapnya. Dia sudah membawa Naruto ke gang sepi -antisipasi saja jika Naruto membuat ulah lagi. Dan benar-benar terjadi.

"Tapi aku ingat kau menelanjangiku!"

"Kau..." Sasuke mengeram kesal. Tahu begini, lebih baik dia rape saja bocah ini agar dia tidak benar-banar rugi. What the hell?! Dia tidak mau membayar untuk sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Baikah in terlalu menyebalkan jika dibiarkan berkelanjutan. 50 juta yen, jumlah itu memang bukan apa-apa baginya.

"Baiklah. Kau sudah punya nomor ponselku. Kau bisa mengirimkan nomor rekeningmu kesitu. Lalu apa maumu yang selanjutnya?"

"Oho! Ternyata kau sudah tidak sabar untuk permintaanku yang selanjutnya!"

"SIAPA BILANG!!!"

Meski agak kaget karena Sasuke tiba-tiba berteriak, tapi Naruto malah terkikik senang dengan reaksi itu. Uchiha Sasuke memang menarik.

"Yang kedua-" Manik biru Naruto menatap penuh maksud kearah manik kelam Sasuke. "Jadilah kekasihku, Uchiha-san!"

Dan dunia Sasuke terasa berputar seketika.

.

.

.

.

.

.

TBC