Memento Mori

Characters: Choi Siwon, Cho Kyuhyun (Super Junior), Jung Yunho (TVXQ), Choi Minho, Lee Jinki/Onew (SHINee), Lee Jonghyun (CNBlue)

Pairing: Wonkyu

Rating: M

Disclaimer: The characters aren't mine. I just own the plot.

Summary: Bagi kebanyakan orang, mungkin kematian adalah akhir dari segalanya, namun tidak bagi Cho Kyuhyun.

Warning: AU, BL, angst, gore, violence, crime, character death, and OOC. I've warned you! Jika ada yang tidak kamu suka dari sifat-sifat yang saya sebutkan di peringatan ini, jangan dilanjutkan membaca. Resiko ditanggung sendiri.


Kyuhyun menyesap secangkir americano, sesekali menghirup aromanya. Ia dulu sama sekali tak pernah menyukai minuman itu ataupun jenis minuman pahit lainnya. Bahkan ia dulu sempat beberapa kali beradu argumen dengan Siwon. Tapi pria itu hanya mengatakan sebaris kalimat cheesy khasnya, karena meminum kopi itu seperti halnya memaknai hidup, perlu sebuah seni untuk menemukan rasa manis yang tersembunyi di balik kerasnya rasa pahit. Setelah itu, Kyuhyun hanya mampu bungkam. Untuk kali ini, ia paham maksud dari mendiang kekasihnya. Bibirnya kemudian menyunggingkan senyuman samar.

"Hei, Hyung."

Kyuhyun mengangkat kepalanya. Minho menghampirinya, di ambang pintu cafe seorang wanita tampak memperhatikannya dengan cemas. Sepertinya itu istrinya, batin Kyuhyun.

"Aku ingin meminta maaf tentang kelakuanku padamu beberapa waktu yang lalu. Tapi aku masih belum memaafkan perbuatanmu terhadap Siwon-hyung."

Kyuhyun mengangkat alis. Saat ini Minho tampak sedikit konyol menurutnya. Raut wajah pria itu bercampur aduk antara penyesalan dan amarah.

"Aku tak mengerti maksudmu, Minho. Kurasa aku tidak merugikan siapa-siapa. Siwon sudah beristirahat dengan damai sebelum aku memulai semuanya."

Minho menggertakkan giginya. Kyuhyun yakin Minho ingin sekali mencekik lehernya melihat tangan pria itu gemetar menahan amarah.

"Kau seharusnya menyambut baik ideku ini. Aku nyaris berhasil menyempurnakan semuanya dalam lima tahun. Lima tahun. Kau bisa bayangkan itu, Minho? Tidak ada ilmuwan lain sepertiku. Bahkan jika aku ingin, aku bisa mengumumkannya pada dunia. Tapi aku tidak melakukannya, karena apa? Karena Siwon!"

Kyuhyun meredam ucapannya agar ia tak meneriaki Minho. Bagaimanapun juga, mereka masih di ruang publik.

"Aku sangat menghormati Siwon sama sepertimu, Minho. Karena itu, aku menyimpannya sendiri alih-alih menggunakannya untuk membuat namaku terkenal. Dan ngomong-ngomong, kaulah salah satu orang yang berjasa menyatukan kami berdua. Jadi, terima kasih untuk itu." Kyuhyun menyeringai.

"Kau gila, Hyung!" desis Minho.

Kyuhyun terkekeh. Ia berdiri dari duduknya. "Kau belum pernah kehilangan orang yang kau cintai, Minho. Aku penasaran apa yang kau lakukan jika istri tercintamu mengalami hal yang sama dengan Siwon." Kyuhyun mengerling istri yang dimaksud yang kini terlihat menghampiri suaminya dengan begitu khawatir.

Minho mengumpat pelan agar tak terdengar oleh istrinya, tapi Kyuhyun masih bisa mendengar kata 'Brengsek!' terlontar dari mulut pria itu.

"Jika kau benar-benar menghormati Siwon-hyung seharusnya kau membiarkannya beristirahat dengan tenang alih-alih menciptakan kembali tubuhnya demi memuaskan nafsu keparatmu itu, Hyung!"

Minho berteriak sekarang. Kyuhyun menggeram tertahan, perkataan Minho kini membuatnya naik pitam. Tangan Kyuhyun mencengkeram kerah Minho tapi sebuah tangan lain menahannya. Lee Jonghyun muncul di tengah-tengah keributan itu. Sementara istri Minho dengan ketakutan menahan tubuh suaminya dan sedikit memaksa pria itu untuk menyingkir.

Minho melempar tatapan tajam kepada Kyuhyun untuk terakhir kalinya. Sang istri menariknya menjauh dari kericuhan, mencegah suaminya bertindak lebih jauh. Mereka memutuskan pergi dari situ sebelum petugas keamanan mengusirnya. Sedangkan Jonghyun menarik Kyuhyun duduk kembali di kursinya.

Kyuhyun mengatur napasnya. Ia belum pernah semarah ini sejak— Well, sepertinya ia melupakan sesuatu.

"Kau baik-baik saja Kyu?"

Jonghyun mengusap-usap lengan Kyuhyun. Profesor muda itu menepisnya halus kemudian meletakkan telapak tangan Jonghyun di genggamannya. Ia menatap Jonghyun lekat sebelum meminta pria itu mendekat kepadanya. Jonghyun sedikit bingung, namun Kyuhyun menarik kursinya semakin mendekat kemudian menyandarkan kepalanya di dada Jonghyun. Pria itu otomatis menahan napas, terlebih mereka masih di area publik. Ia menoleh ke sekelilingnya, berharap aksi Kyuhyun tidak menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Namun dua pasang pengunjung cafe terlihat menoleh pada mereka berdua dengan tatapan jijik.

"Siapa pria itu tadi? Kalian membicarakan apa?" tanya Jonghyun.

Kyuhyun menggeleng. "Itu tak penting."

Jonghyun menghela napas. Ia lalu mengusap-usap kepala Kyuhyun lembut.

"Kau masih menunggu jawabanku?" Kyuhyun masih menempelkan kepalanya ke dada Jonghyun. Ia bisa mendengar jantungnya berdetak kencang.

"Aku tak bisa memberikanmu jawaban sekarang. Lagipula, aku ada urusan penting mendadak yang tak bisa kutinggalkan. Jika kau ingin tahu jawabanku, datanglah ke apartemenku malam ini." lanjut Kyuhyun.

Kyuhyun akhirnya mengangkat kepalanya. Ia menatap Jonghyun lagi. Pria itu tersenyum cerah, matanya berkilat. Jonghyun menggenggam tangan Kyuhyun erat. Kyuhyun membalas senyumannya singkat. Jonghyun lalu beranjak pergi setelah sebelumnya mencium tangan Kyuhyun lembut.

Ketika Jonghyun telah menghilang dari pandangannya, Kyuhyun menekan sebuah kontak di ponselnya. "Hei, aku minta bantuanmu."


Kyuhyun menghampiri pintu apartemennya ketika belnya berbunyi. Dari lubang intip, terlihat Jonghyun berdiri menunggu. Kyuhyun merapatkan tali kimono hitam yang digunakannya lalu membukakan pintu untuk Jonghyun.

"Masuklah," ujar Kyuhyun seraya tersenyum. Jonghyun terkesiap, takjub melihat lekuk tubuh lelaki itu terlihat akibat kimono hitam semi transparan yang dikenakannya. Ia pun menelan ludah dan melangkah masuk melewati pintu yang dibukakan lebar-lebar oleh Kyuhyun. "Duduklah, Jong." Dengan sedikit ragu-ragu Jonghyun duduk di sofa yang ditunjuk oleh Kyuhyun, sementara lelaki yang lebih tua itu menuangkan merlot ke dalam dua gelas wine. Kyuhyun menyerahkan salah satu gelasnya ke tangan Jonghyun, sementara ia sendiri menyesap gelasnya ringan lalu meletakkannya kembali di atas meja.

Jonghyun yang masih terpesona kemolekan tubuh Kyuhyun tanpa sadar menghabiskan winenya dalam sekali teguk. Ia mengernyit akibat rasa alkohol yang seketika mengaliri tenggorokannya. Kyuhyun duduk di depan Jonghyun sembari menyilangkan kakiknya sehingga paha mulus itu tersingkap oleh belahan kimononya. Jonghyun menelan ludah sekali lagi.

"A-apa kau bermaksud menggodaku, Kyu?" tanya Jonghyun.

Kyuhyun menyeringai kecil. "Oh, entahlah, Jong. Apa kau sendiri merasa tergoda?" lalu tanpa malu ia sedikit menyibak bagian leher kimononya sehingga tulang selangkanya terlihat jelas.

Jonghyun semakin terdesak. Gairahnya terpicu, namun entah mengapa kepalanya mulai berkunang-kunang. Ia bahkan tak menyadari bahwa seringaian Kyuhyun makin lebar.

"Apa sudah bereaksi?" tanya Kyuhyun tiba-tiba.

Jonghyun membuka mulutnya tak mengerti atas perkataan Kyuhyun. Ia berusaha bertahan meskipun kesadarannya mulai berkurang. Sementara itu lelaki yang duduk di depannya mulai meloloskan tali kimono yang dikenakannya, dan melangkah mendekati Jonghyun, memperlihatkan tubuh putih mulus tanpa penutup selain kimono yang masih menggantung di bahunya.

"Ah, aku bisa mendengar detak jantung Siwon dari sini. Jadi seperti itu debaran jantungmu saat melihatku polos seperti ini, Sayang?"

Jonghyun yang merasa jantungnya melompat-lompat merasa bingung atas perkataan Kyuhyun yang menurutnya melantur itu. Sementara yang bersangkutan semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Jonghyun dan menyandarkan kepalanya ke dada pemuda itu.

"Sebentar lagi kita akan bertemu kembali, Sayang." Gumam Kyuhyun sambil menempelkan telinganya di dada Jonghyun.

"Kyu, jangan menggodaku, please. Katakan apa maumu sebenarnya." Jonghyun mulai merasa takut atas perlakuan Kyuhyun padanya.

Kyuhyun mengangkat kepalanya dari dada Jonghyun dan melangkah kembali ke tempat duduk awalnya. "Aku tidak menggoda siapapun, Jong. Seumur hidupku, aku hanya pernah menggoda Siwon kekasihku. Yang kini jantungnya berada di dalam tubuhmu."

"A-Apa?!" Jonghyun melebarkan matanya begitu menerima informasi baru itu. Firasatnya mengatakan ia harus lari saat itu juga, namun tubuhnya yang makin melemas menahannya untuk tetap berada di sana.

"Ya, Jonghyun. Jantung di tubuhmu itu milik kekasihku." Seringaian Kyuhyun kini berubah menjadi senyuman bengis. Lalu ia menatap Jonghyun dingin sebelum melanjutkan dengan nada penuh benci, "Di hari pernikahan kami, kau mengacaukannya dengan menabrak mobil kekasihku. Lalu tanpa ada niatan menolongnya sedikitpun, kau kabur meninggalkannya."


"Dari mana kau mendapat foto ini?"

Di foto itu terlihat dua mobil yang ringsek, salah satunya mobil yang Siwon kendarai saat ia tewas, setidaknya itu yang Kyuhyun tahu. Di mobil lain yang menabraknya, terlihat sesosok pria keluar. Pria itu terlihat masih sanggup berdiri, berbeda dengan pengemudi mobil yang ditabraknya. Dari kedua mobil itu, mobil Siwon-lah yang paling hancur. Air mata mulai menggenangi mata Kyuhyun melihat betapa tragisnya cara kekasihnya pergi.

Yunho mengibaskan tangannya. "Kami polisi selalu punya cara sendiri. Tapi, sejujurnya ini kulakukan atas inisiatifku yang bahkan atasanku tidak mengetahuinya. Kuceritakan alasannya nanti."

Kyuhyun terdiam. Ia diam-diam mengusap matanya dengan lengan bajunya selagi Yunho tidak memperhatikan. Sementara, polisi itu mengambil salah satu map dari pangkuan Kyuhyun dan membukanya. Itu adalah data penerima donor jantung dari Siwon, data yang tak ia temukan di folder pemberian Yunho beberapa tahun lalu.

"Lee Jonghyun adalah penerima donor jantung Siwon. Lebih menyakitkan lagi, ia juga yang menyebabkan kematian Siwon. Yah, itu memang kecelakaan, tapi ia tak bertanggung jawab dengan lari dari tempat kejadian perkara. Lihat ini."

Yunho mengambil tumpukan foto dari tangan Kyuhyun dan mengaturnya di atas map sehingga seluruh foto itu terbuka. Ia bahkan mengurutkannya sesuai urutan kejadian.

"Kau bisa lihat sendiri. Mobil Jonghyun melaju dengan kecepatan tinggi, melebihi kecepatan yang diizinkan, menabrak mobil Siwon dari arah berlawanan. Setelah kecelakaan itu terjadi, bukannya meminta pertolongan ia kabur meninggalkan lokasi kejadian. Brengseknya lagi, saat itu ia masih sempat menghapus sidik jari di mobilnya, ditambah lokasi kecelakaan yang jauh dari pemukiman serta tak ada kamera CCTV di sepanjang jalan."

Yunho menunjuk foto-foto itu satu persatu sesuai kronologi. Terlihat di foto Jonghyun pergi menjauhi lokasi kejadian dengan kepala berdarah dan mencengkeram dadanya.

"Ia memiliki riwayat kelainan jantung sejak kecil, jadi kecelakaan itu berimbas pada kesehatan jantungnya. Kutelusuri lebih lanjut, setelah kecelakaan itu ia mendapatkan perawatan di rumah sakit di Lagoa, Algarve. Para dokter tidak mencurigainya karena rubah licik itu berhasil meyakinkan mereka ia terluka akibat penganiayaan. Begitu pulang ke Korea, ayahnya menyuruhnya melakukan operasi pencangkokan jantung, dan yah, ia berhasil mendapatkan jantung Siwon."

Tangan Kyuhyun mengepal. Dahinya berkerut menahan amarah yang berkecamuk di dadanya. Ia kemudian menatap Yunho tajam.

"Apa ayahnya terlibat dalam hal ini?"

Yunho menarik napas. "Aku tak begitu yakin, tapi ayah Jonghyun adalah anggota parlemen. Ia mungkin akan melakukan apa saja agar namanya tak tercoreng di muka publik. Termasuk menyembunyikan fakta bahwa putranya terlibat kasus tabrak lari."

"Lalu dari mana kau dapatkan foto itu jika memang tak ada kamera di lokasi kejadian?"

Yunho menatap Kyuhyun. Ia menarik selembar foto lain dari dalam map memperlihatkan wajah seorang pemuda berusia tak lebih dari dua puluh lima tahun. "Aku mendapatkannya dari penguntit yang disewa Choi Kiho untuk membuntutimu dan Siwon di Portugal."

Kyuhyun tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia sejenak melupakan amarahnya pada Jonghyun. "Apa ayah Siwon tahu?"

"Sepertinya ia tak tahu, karena jika ia tahu maka aku yakin ia akan menuntut Jonghyun dan melawan ayahnya, meskipun dengan resiko sedikit mengacak-acak parlemen. Parlemen memang memiliki pengaruh, tapi mereka tak lebih kaya dari Choi Kiho. Pria itu pasti akan mempertaruhkan segalanya untuk menuntut balas atas kematian putranya."

"Ta-tapi, foto itu.."

"Penguntit itu hanya dibayar untuk mengonfirmasi hubungan kalian berdua kepada Kiho. Aku sudah melacak email-emailnya, ia tak pernah mengirimkan bukti kecelakaan itu pada Choi Kiho, seluruhnya hanya ada foto-foto kalian. Kuduga, begitu ia mendapatkan foto kecelakaan itu, ia mencari informasi tentang pria yang menabrak Siwon, dan ia makin senang ketika tahu bahwa Jonghyun adalah putra anggota parlemen, jadi ia memutuskan pulang ke Korea untuk memeras ayah Jonghyun."

Kyuhyun membuka mulutnya, namun tak ada suara yang keluar. Jadi ia membiarkan Yunho meneruskan ceritanya.

"Beberapa hari setelah pemakaman Siwon, penguntit itu ditemukan tewas mengambang di sungai Han. Tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuhnya, jadi polisi menetapkan kejadian itu sebagai bunuh diri."

"Ayah Jonghyun membunuhnya?"

"Entahlah, ini baru dugaanku sementara. Tapi akan sulit menjadikannya tertuduh karena tak ada bukti untuk itu. Dan berita ini tak pernah sampai ke telinga Choi Kiho karena penguntit itu sudah membuktikan kecurigaan Kiho terhadapmu ditambah lagi kehilangan putranya pasti membuatnya melupakan penguntit itu."

Kyuhyun mengatupkan tangan ke mulutnya. Semua informasi itu benar-benar mengejutkan dirinya.

"Tentang bagaimana Lee Jonghyun bisa sampai ke Portugal, aku baru bisa menduga satu hal. Kudapatkan informasi bahwa dia menipu seorang bandar judi kasino di Monte Carlo, Monako. Jadi dia kabur ke Portugal untuk bersembunyi."

Yunho menarik napas.

"Satu lagi," Yunho menarik sebuah map lain dan membukanya, di dalamnya terdapat foto seorang wanita beserta beberapa lembar kopian catatan medis rumah sakit dan berkas-berkas kepolisian. "Wanita ini, Yoon Chaerim adalah kekasih Lee Jonghyun."

Kyuhyun mengambil foto itu dari tangan Yunho. Ia kemudian melirik berkas-berkas di dalam folder. Ada beberapa foto hasil USG di sana. Kyuhyun mengernyit melihatnya.

"Di mana dia sekarang?"

Yunho menghela napas. "Dia sudah meninggal, bersama janinnya. Kejadiannya sekitar tiga tahun lalu. Aku berhasil mengorek keterangan dari nenek tua pemilik flat tempat Chaerim terakhir tinggal. Nenek itu bilang, Yoon Chaerim tengah hamil delapan minggu saat pertama kali menyewa tempatnya. Kondisinya menyedihkan, ia terlihat berantakan dengan wajah penuh air mata. Akhirnya nenek itu bersedia menyewakan flat-nya dengan harga murah, dia juga yang mengantar Chaerim tiap bulan ke rumah sakit untuk kontrol ke dokter kandungan. Dan di bulan keenam kehamilannya, Chaerim ditemukan tewas bunuh diri dengan memotong nadinya."

Kyuhyun menyipitkan matanya. "Apa Jonghyun membunuhnya?"

"Kasus itu ditutup sebagai kasus bunuh diri. Tapi setelah kucermati, ada beberapa kejanggalan, seolah-olah polisi tak serius melakukan pengusutan. Misalnya,"

Yunho mengeluarkan beberapa kopian berkas dan menunjuknya satu per satu. "Pesan kematian Chaerim terlihat asli, tapi jika kau cermati lagi, akan terlihat perbedaannya. Tulisan yang ada di surat itu memiliki perbedaan cara penulisan titik serta garisnya tak setegas tulisan tangan Chaerim. Kejanggalan berikutnya, pisau berlumuran darah yang diduga digunakan sebagai senjatanya adalah sebuah pisau tumpul, jika kau gunakan pada tubuhmu hanya akan meninggalkan goresan, dan jika dipaksakan untuk melukai maka lukanya akan tak beraturan. Sementara itu luka di tangan Chaerim rapi dan lurus sempurna, seolah-olah ia memakai pisau lain untuk memotong nadinya. Dan yang terakhir,"

Kyuhyun mengantisipasi apa pernyataan Yunho berikutnya.

"Di dalam kasus itu dinyatakan tidak ada sidik jari lain yang ditemukan. Tapi saat aku pergi ke tempat itu, sebuah sidik jari tertinggal, cukup tersembunyi sehingga tidak mengherankan apabila polisi atau pelakunya melewatkannya. Dan setelah kucocokkan, sidik jari itu positif milik Lee Jonghyun."

Napas Kyuhyun terdengar menderu. Tangannya mengepal semakin kuat.

"Kuperkirakan, wanita itu pernah mencoba menggugurkan kandungannya, jika melihat hasil visum dari tim forensik, tapi ia gagal, lantas memutuskan meminta pertanggungjawaban dari keluarga Lee Jonghyun. Sayangnya ia mengambil keputusan yang salah. Lee Jonghyun dan keluarganya adalah keparat. Ayah Jonghyun tentu merahasiakan hubungan wanita itu dengan putranya pada awak media."

"Jadi dia membunuh dengan jantung Siwon ada di dalam tubuhnya?" geram Kyuhyun.

"Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

Kyuhyun menatap lurus ke depan dengan mata penuh amarah. Yunho bisa melihat urat-urat bermunculan di kepalan tangannya.

"Penjara terlalu ringan untuk bedebah seperti dia"


Jonghyun benar-benar ingin pergi dari situ jika saja ia tak melihat setitik air mata di sudut mata Kyuhyun.

"Dan sialnya kau mendapat donor darinya. Jantung berharganya. Jika saja kau bukan laki-laki brengsek yang tak layak hidup, aku pasti akan merelakan jantungnya untukmu dan membiarkanmu melanjutkan hidup. Tapi tidak, Lee Jonghyun, Siwon terlalu mulia untuk memberikan jantungnya pada tubuh busukmu."

Jonghyun merasakan kepalanya makin berat. Napasnya mulai tersengal-sengal akibat usahanya untuk tetap sadar. Di saat itu, seringaian Kyuhyun kembali.

"Apa kau tadi berharap untuk dapat menyentuh tubuhku begitu? Sama seperti saat kau menyentuh tubuh kekasihmu hingga ia hamil lalu kau membuangnya? Jangan harap, Jonghyun. Tubuhku hanya milik Choi Siwon. Kau, atau siapapun juga tidak punya hak atas tubuhku."

"K-Kyu..." Jonghyun makin melemah. Ia bahkan tak sanggup lagi membuka mulutnya, apalagi untuk kabur dari tempat itu.

"Dan aku harus menahan rasa jijik karena nekad membuka bajuku di hadapanmu. Ya, semua ini kulakukan agar obat tidur di minumanmu lebih cepat mengaliri pembuluh darahmu. Begitu kau bangun nanti kau sudah berada di dimensi lain. Selamat tinggal."

Pandangan Jonghyun pun menjadi gelap.

"Kau masuklah sekarang." Kyuhyun berujar pada seseorang di balik pintu setelah ia merapikan kembali kimononya.

Seseorang berseragam staf apartemen masuk sambil mendorong sebuah troli khusus pakaian kotor. Ia menghampiri tubuh Jonghyun yang terkulai di atas sofa lalu mengecek nadinya.

"Masih hidup? Kukira kau menyelesaikannya di sini."

Kyuhyun mendecih. "Ruangan ini menyimpan banyak memori dengan Siwon. Aku tak mau merusaknya dengan membunuh bajingan itu di sini."

"Baiklah. Lalu, kita bereskan di mana bedebah ini?"

Kyuhyun melemparkan kunci mobil. Pria berbaju staf itu menangkapnya dengan cepat.

"Tunggu aku di parkiran. Selagi aku berpakaian dan menghapus semua jejak bajingan itu, kau masukkan dia di mobilku. Kita lakukan di laboratorium. Siwon sudah pasti tidak sabar menunggu."

Pria itu menghela napas. Ia membopong tubuh Jonghyun lalu meletakkannya di troli sebelum menutupinya dengan sejumlah selimut dan pakaian lalu beranjak pergi keluar dari unit Kyuhyun.


Pria itu merebahkan tubuh Jonghyun di atas meja kayu. Ia memandangi sekitarnya, nampak seluruh permukaan ruangan kecil itu telah dilapisi dengan plastik. Kyuhyun yang datang belakangan segera menutup pintu lalu memakai jas lab-nya serta sepasang sarung tangan latex.

"Kulihat kau sudah menyiapkan semuanya dengan baik."

Kyuhyun mendengus. Ia menghampiri kedua pria itu sembari menenteng peralatan bedah yang kemudian ia letakkan di atas meja. Tangan kanannya meraih scalpel dan siap untuk membedah dada Jonghyun. Namun, sebelum ujung scalpel itu menembus kulitnya, Kyuhyun berhenti dan kembali menoleh ke arah pria itu.

"Kau yakin akan menyaksikannya? Ini akan sedikit berdarah-darah. Maksudku, aku paham profesimu banyak melibatkan mayat yang mengenaskan. Tapi, bukankah masih ada satu hal lagi yang harus kau lakukan?"

"Kau tenang saja, aku hanya ingin memastikan bahwa kau tidak akan memutilasi mayatnya menjadi potongan-potongan kecil setelah jantungnya kau ambil. Terlebih jika melihat kau menyiapkan ruangan ini sedemikian rupa."

Kyuhyun tertawa. Sungguh pemandangan yang ganjil mengingat hal yang akan dia lakukan setelah ini.

"Mauku begitu. Tapi aku tak perlu mengotori diri dengan darahnya. Membuang waktuku, Siwon tak akan sabar. Lagipula, ruangan ini sebenarnya adalah incinerator khusus yang aku buat untuk menghancurkan semua hasil percobaan gagalku."

Pria itu mengangguk paham. "Baiklah, kalau begitu, selesaikan tugasmu. Aku sudah menyabotase sistem CCTV di apartemenmu serta di sepanjang jalan yang kita lalui tadi. Setelah ini mungkin aku akan kembali mengecek ulang, sekadar berjaga-jaga, sekaligus membuat alibi mengenai menghilangnya bedebah ini."

"Lucu. Saat ini kau sangat bertolak belakang dengan prinsip profesi yang kau jalani."

Sang pria mendengus. "Tak semua polisi berada di jalan lurus. Lagipula bedebah itu layak mendapatkannya. Hukuman penjara tak cukup bagiku untuk membalas sampah yang telah berlaku begitu brengsek."

Kyuhyun mengangguk setuju sembari menyeringai.

"Jangan lupa kembalikan kostum bodohmu kepada pemiliknya. Kalau tidak, alibi kita akan hancur berantakan." ujar Kyuhyun.

Pria itu mendengus lagi. "Jangan khawatir, ini milik seseorang yang lupa mengambilnya dari binatu ibuku. Resiko terberat hanyalah, pelanggan itu marah-marah dan ibuku kehilangan satu pelanggan."

Kyuhyun menghela napas. Pria itu beranjak pergi, namun sebelum mencapai pintu ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Kyuhyun. "Oh, ya. Sampaikan salamku untuk Siwon jika ia membuka matanya nanti."

"Ya. Dan juga, terima kasih untuk semuanya, Yunho-hyung."

Yunho mengangguk. Setelah itu ia membuka pintu dan menghilang di baliknya, meninggalkan Kyuhyun dan tubuh Jonghyun yang segera menjadi mayat.


Percikan darah segar membasahi baju Kyuhyun ketika ia memotong aorta jantung itu, tepat di bekas jahitan operasi beberapa tahun silam. Diangkatnya jantung yang kini berdenyut lemah itu segaris dengan matanya. Berbeda dengan tubuh pemilik aslinya yang telah melebur dengan tanah, atau pemilik sementara yang kini terbujur kaku dengan rongga dadanya terkoyak, jantung itu menjanjikan kehidupan panjang, di tubuh pemilik baru yang telah menanti di tabung inkubator.

"Kita akan segera bertemu kembali, Sayang."

Kyuhyun mendekatkan jantung Siwon ke bibirnya, lalu mengecupnya perlahan. Diabaikannya aroma anyir yang memenuhi bibirnya, maupun tetesan darah yang tertumpah di sekitar mulutnya. Seolah-olah memeluk kekasihnya yang lama hilang, ia membelai jantung itu dengan pipinya, takut kehilangan untuk kedua kalinya. Puas melampiaskan rindu dengan peninggalan kekasihnya, ia memasukkan jantungnya ke dalam ice box lalu melucuti pakaiannya yang terciprat darah.

Selesai membereskan semuanya, ia meninggalkan ruangan itu sembari memastikan tidak ada genangan darah yang menempel di sepatunya. Kyuhyun menutup rapat pintu besi incinerator. Dengan santai ia memutar tombol ke batas suhu tertinggi, seperti hari-hari biasa saat ia membakar hasil percobaannya yang gagal. Di balik pintu itu, tubuh Jonghyun terbakar menjadi abu.


Kyuhyun menatap tubuh sempurna yang kini terbaring di ranjang setelah sebelumnya ia lakukan operasi terhadapnya. Begitu sempurna, begitu nyata sehingga ia nyaris melupakan fakta bahwa itu hanyalah tubuh tiruan, bukan tubuh asli kekasihnya yang telah mati. Namun malam ini, mungkin takdir berkata lain. Ketika dunia terlelap, Cho Kyuhyun, profesor termuda itu akan berhasil membangkitkan kembali Choi Siwon, kekasihnya.

Dada pria itu terbalut perban yang menutup luka bekas jahitan di baliknya. Terang saja, baru sejam yang lalu Kyuhyun melakukan operasi untuk mengembalikan jantung ke pemilik yang seharusnya. Denyut jantung sosok itu masih cukup lemah meskipun sudah stabil. Dengan sabar Kyuhyun menunggu sosok itu membuka mata, menyambut hari pertamanya menjadi manusia seutuhnya.

Kyuhyun menahan kuap, sungguh malam yang melelahkan. Jarum jam sudah menunjuk ke angka empat, dan ia masih belum beranjak untuk mengistirahatkan tubuhnya yang letih. Ia menghela napas, sejenak berpikir apakah sebaiknya ia meninggalkan tubuh baru kekasihnya di sini, dan tubuh letihnya menjawab iya. Dengan berat hati, ia menuruti perkataan tubuhnya, menyeret langkah menjauhi kekasihnya, berharap esok pagi lelaki itu sudah membuka mata.

Saat tangannya hampir menyentuh gagang pintu, jantungnya seolah berhenti sejenak. Kyuhyun sontak menolehkan kepalanya ke arah tubuh Siwon. Di sana, elektrokardiogram yang terhubung dengan tubuh kekasihnya menunjukkan detak jantung yang meningkat, menjanjikan tanda-tanda kehidupan. Senyum berkembang di wajah Kyuhyun. Perlahan, Choi Siwon membuka mata...

"Selamat datang kembali, Sayang."

-END-