Chapter 9
Hugging
:chacha:
.
.
.
"Naruto, kalau kamu seperti ini terus saya akan tidak segan-segan lagi drop out kan kamu dari sekolah!" terdengar amukan dari kepala sekolah KHS, -Tsunade Senju- yang telah lelah menasehati Naruto yang memang terkenal bandel dan sering membuat kegaduhan kepada sekolah lain.
Sementara Naruto hanya mencibir karena ia tahu akan apa kalimat sakti yang diucapkan oleh sang kepala sekola begitu mengetahui dirinya berbuat onar lagi.
Namun hanya satu hal yang tidak Tsunade tahu.
Kegaduhan ini bukan dirinya yang menghendaki.
Naruto pun melangkah dari ruangan pribadi milik Tsunade dan terhuyung-huyung. Pikirannya tengah kacau. Bagaimana nanti jika ia berkelahi lagi? Mungkin saja Tsunade benar-benar mengusirnya dari sekolah, padahal kedua mendiang orang tuanya telah berpesan agar menjadi anak yang baik.
BRUKH! Kedua kakinya bersimpuh di koridor yang sepi. Naruto dipanggil menghadap kepala sekolah ketika jam pelajaran Kakashi-sensei tengah berlangsung. Namun ia memutuskan untuk absen dari mata pelajaran tersebut di UKS.
.
.
.
"Permisi..." ujar Naruto memanggil petugas kesehatan. Sejujurnya yang ia inginkan hanyalah tidur untuk melupakan beban hidupnya sejenak. Naruto pun duduk di tepi ranjang dan meminta vitamin kepada petugas UKS.
"Hinata?" kedua mata lautannya membelalak. Ia begitu kaget begitu tahu Hinata tengah berjaga. Rona merah pun muncul di wajahnya. Betapa malu dirinya ketika kepergok dengan gadis pujaannya dalam keadaan membolos.
"Naruto-kun...kamu kurang sehat?" Hinata pun membawa thermometer raksa untuk dimasukkan ke mulut Naruto, "Sini aku periksa dulu."
"Ah tidak. Aku tidak demam." Naruto pun menggelengkan kepala kuningnya, "Aku hanya merasa lelah dan ingin istirahat sejenak." jawabnya jujur.
Hinata terdiam. Gadis itu tengah berusaha memahami sorot mata biru milik Naruto, terasa sendu jika terus diselami lebih dalam. Hinata penasaran, apa yang terjadi pada pemuda itu.
"Kamu bolos, 'kan Naruto-kun?" tanya Hinata yang teramat jitu hingga membuat sang empunya nama bergidik.
"Iya..." jawab Naruto menundukkan kepalanya.
Hinata pun beranjak mendekati Naruto kemudian memberikan senyuman lembut, "Aku dulu juga begitu ketika ada masalah yang menimpa. Aku kabur ke UKS atau ke atap sekolah." ujarnya, "Kamu bisa cerita apapun padaku. Aku tidak akan bilang pada siapa-siapa."
Kedua mata Naruto berbinar, dan ia pun menceritakan semuanya. Semua kesalahpahaman, fitnah dan tidak ada yang mau percaya padanya. Ia bahkan tidak tahu kemana ia harus mengadu.
Hinata hanya termenung melihat sisi lain dari Naruto. Sosok anak nakal yang pembangkang dan bandel jika dibilang, jika dikasari malah semakin menjadi. Tanpa sadar ia pun memeluk tubuh tegap Naruto yang tengah menitikkan air mata.
"-!" jantung Naruto berdebar kencang. Ini yang pertama kalinya Hinata bersentuhan dengannya secara langsung. Pelukan itu membuat bebannya seketika hilang dan tanpa ia sadari iapun mengeratkan pelukannya. Membalas pelukan dari sang gadis. Ia ingin berlama-lama memeluk gadis yang selalu mendukung dan selalu ada di sampingnya.
"N-Naruto-kun..." gumam Hinata yang malu karena ia memeluk Naruto tanpa izin. Ia takut kalau Naruto tidak suka akan perlakuannya barusan.
"Sebentar saja, Hinata..." lirih Naruto yang tersenyum di pelukannya, "Sampai aku bisa melupakan rasa sedih ini."
FINN