Touken Ranbu by DMM and Nitro+

Our Times Together by Hazuki Ren

Genre: Historical, Romance, Fluff

Happy Reading!

.

.

.

Chapter 1: Awal Kita Bertemu

(Mikazuki's POV)

Hari ini, hari dimana aku mempunyai tuan yang baru. Aku baru saja diberikan oleh tuanku yang terdahulu, sebagai mas kawin kepada seorang wanita yang beliau cintai. Mulai hari ini, aku akan tinggal di tempat ini, Kastil Osaka.

Aku dengar, suami dari tuanku juga memiliki sebuah pedang. Entah seperti apa penampilan dan sifatnya, aku belum bertemu dengannya.

Tempat ini lumayan nyaman. Wujud pedangku dipajang di suatu ruangan, namun rohku masih bisa bergerak kesana-kemari asal tidak terlalu jauh. Kini aku sedang duduk di atas tatami, tepatnya di sebuah beranda yang sepi.

Aku merasakan hembusan angin menerpa rambutku yang panjang. Setidaknya kehadiranku di sini lebih baik daripada hanya menjadi sekedar pajangan di gelas kaca museum.

"Ternyata kau ada di sini, istriku."

Sebuah suara lembut yang asing tertangkap di indera pendengaranku. Sontak saja aku menoleh ke belakang, memandang seseorang bersurai biru muda yang panjang. Parasnya terlihat tampan, auranya menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi walau kesan ramah masih terdapat di dalam dirinya.

"Siapa yang kau sebut istri?" Aku menaikkan sebelah alis, menatapnya dengan kesal.

"Tuan kita baru saja menikah, bukan? Berarti kita juga menikah."

Itu tidak salah. Aku pun menghela nafas.

"Aku bahkan belum tahu namamu."

Sosok itu duduk di sampingku, lalu bibirnya mengukir sebuah senyuman."Tenka Hitofuri. Bagaimana dengan dirimu?"

"Mikazuki Munechika," jawabku, mencoba untuk bersikap lebih ramah.

"Nama yang indah," balasnya. "Wujudmu juga indah."

Langsung saja pipiku merona merah. Aku sudah sering disebut indah oleh manusia-manusia yang pernah melihatku, namun entah kenapa kini rasanya berbeda. Aku pun dengan cepat mengalihkan pandanganku ke depan.

"Terima kasih..."

Ditemani roh pedang lain, aku jadi tidak terlalu merasa kesepian. Setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Sikapnya yang sedikit angkuh membuatku kesal, tapi sepertinya aku masih bisa menahannya.

Tanpa izin, Tenka mengenggam helaian rambutku yang sudah panjang mencapai pinggang. "Rambutmu lembut sekali, Mikazuki..."

Dengan malu aku menepis tangan itu, walau sebenarnya aku senang diperlakukan demikian.

"Jangan sentuh-sentuh, Tenka Hitofuri,"

"Panggil aku 'Omae-sama'," sosok menyebalkan itu masih tersenyum kepadaku. Wajahku masih terlihat begitu ketus. Tenka melanjutkan, "Nene-sama juga memanggil Tuanku seperti itu."

"Apa aku harus ikut memanggilmu seperti itu juga?"

"Tentu saja, istriku."

"Kalau aku tidak mau?"

"Aku akan membuatmu memanggilku seperti itu..." Tenka merangkul pundakku, membuat wajah kami berdua semakin dekat. "...dengan membuatmu jatuh cinta kepadaku."

Sepasang iris keemasan itu sudah cukup membuatku jatuh ke dalam hatinya yang terdalam.

To be Continued