Red Yarn

Disclaimer © Naruto - Masashi Kishimoto

Pairing : Sasuke U. & Sakura H.

Rate : M

Genre : Romance & Hurt/Comfort

Warning : AU. Mature Content. Not Childern. Typho/MissTypho.


.

.

.


Don't Like Don't Read


.

.

.


-Chapter 1-


.

.

.

.

.


"Apa yang-lepaskan !"

Seorang gadis berambut soft-pink sebahu di seret paksa oleh dua orang pria berpakaian serba hitam. Sementara di belakangnya ada pria paruh baya berjalan mengikuti langkah orang di depannya.

"Otou-san ! Apa yang kau lakukan ?! Suruh mereka melepaskanku !" gadis itu menatap tajam pria paruh baya yang berjalan di belakangnya.

Pria itu hanya diam tanpa ada ekspresi berarti. Gadis malang itu menatap kecewa pria yang di panggil 'ayah' olehnya.

"Lepaskan aku !"

Gadis itu terus meronta. Ia merasa ketakutan saat melewati koridor rumah yang tampak gelap. Gadis itu di seret ke salah satu ruangan disana. Ruangan itu lebar dan gelap. Hanya cahaya rembulan yang menerobos melalui balkon.

Di depan balkon itu ada meja dengan kursi yang membelakanginya. Gadis itu di dorong paksa memasuki ruangan itu sehingga ia terjatuh ke lantai.

Ia segera berdiri dan menatap tajam siapa sosok di balik kursi itu.

"Haruno Sakura ?"

Nada datar, dingin nan dalam terdengar di dalam ruangan remang-remang tersebut. Perlahan kursi itu berputar dan kini menghadap ke arah dirinya.

Gadis bernama Haruno Sakura itu menatap tajam siapa orang yang duduk di kursi itu. Wajahnya tertutup bayang-bayang kegelapan karena posisinya membelakangi cahaya bulan.

Di tambah cahaya di dalam ruangan itu remang-remang. Tidak ada yang bisa Sakura lihat kecuali dirinya dan meja di hadapannya.

"Sesuai perjanjian, Haruno Kizashi. Dalam waktu satu tahun kau tidak bisa mengembalikan uang yang kau pinjam. Maka akan ada yang aku ambil."

Kizashi diam tanpa mengucapkan satu kata pun. Kecuali Sakura yang menahan amarahnya. "Apa maksudmu ?! Kau pikir kau siapa ? Jika kau menagih hutang, bukan seperti ini caranya."

"Tidak ada yang menyuruhmu berbicara !"

"Persetanan dengan ucapanmu." Sakura menghentakan kakinya kasar dan segera pergi berniat keluar dari ruangan gelap itu.

Namun dua penjaga kembali menahannya dan menyeretnya kembali ke depan meja.

"Apa yang kalian lakukan ?! Otou-san lakukan sesuatu !"

Kizashi merunduk menghindari tatapan nanar Sakura. "Maafkan aku, Sakura."

"Otou-san !"

Sakura menyentakan kedua tangannya agar pegangan dua orang penjaga ini lepas. "Lepaskan brengsek !" pegangan itu terlepas.

Brakk

Sakura menggebrak meja sosok pria dengan rupa tak jelas di depannya. "Apa maumu ? Apa yang harus ku lakukan agar hutang Otou-san bisa lunas ?!"

Sosok itu menyerigai namun tak terlihat oleh mata Sakura. "Mudah saja." pria itu mengeluarkan sebuah map merah di hadapan Sakura. "Tanda tangani itu dan masalahku dengan Kizashi selesai."

"Hanya seperti itu ?" Sakura merebut map itu dan segera membaca dengan teliti di ruangan gelap itu. Mata emerald-nya membulat. "Kau gila !" ia membanting map tersebut di atas meja.

"Aku tidak sudi menikah denganmu."

Bugh

"Akh !"

Sakura memalingkan wajahnya begitu mendengar ringisan di belakang tubuhnya. Ia menatap Kizashi yang tersungkur di lantai. "Otou-san !" ingin Sakura mendekat ke Kizashi namun ia di tahan oleh dua orang penjaga.

"Bagaimana, Haruno Sakura ?"

"Kau licik !"

Sekecewa apapun Sakura kepada Kizashi. Semarah dan sebenci apapun kepada pria itu. Ia tidak tega melihat ayahnya di pukul.

"Ada dua pilihan yang bisa kau ambil, Sakura."

Sakura menatap tajam sosok di depannya dengan penuh kebencian.

"Melihat Kizashi sekarat di depanmu, atau menikah denganku."

"Kau..." Sakura mengepalkan tangannya. "Benar-benar licik." Sakura menyahut bolpoin yang di ulurkan pria itu dan menandatangai isi map tersebut. Di bantingnya keras bolpoin itu.

"Hn, antar Kizashi pulang. Dan kau !" sosok itu menatap ke arah Sakura. "Selamat datang di kehidupan barumu."

Kizashi menatap nanar sosok dalam kegelapan itu yang balas menatapnya dengan tatapan datar. "Senang berbisnis denganmu, Haruno."


.

.

.

.

.


Sakura duduk terdiam di kamar yang begitu luas. Kamar mewah bercat putih. Hawa dingin dari Air Conditioner itu membuatnya bergidik.

Dua jam lalu, setelah ia menandatangani isi dari sebuah map yang ternyata adalah surat pernikahan. Ia di seret paksa ke dalam sebuah kamar dan di biarkan sendirian di dalam kamar itu.

Bahkan Sakura tidak tahu siapa yang ia nikahi. Sakura takut jika yang ia nikahi adalah orang tua mesum yang hanya menginginkan tubuhnya.

Demi apapun, Sakura masih perawan dan ia tidak rela jika yang mengambilnya adalah pria paruh baya.

Cklek

Seseorang menerobos masuk membuat Sakura memalingkan wajahnya ke pintu. Nafasnya mendadak sesak melihat pria paruh baya yang berdiri di ambang pintu.

Mungkinkah dia yang ia nikahi ?

Sakura merasa ingin mengakhiri hidupnya saja begitu melihat kenyataan yang pahit.

"Sakura-sama."

Sakura bernafas lega begitu mendengar namanya di panggil sopan oleh pria itu. Itu jelas bukan sosok yang ia nikahi.

"Ada apa ?"

"Anda di perintah tuan muda untuk kebawah, makan malam telah siap."

Perintah katanya ?

Sakura tidak sudi di perintah, apalagi dengan iblis seperti itu. Sakura menatap tajam pria itu. "Bilang pada tuanmu. Aku tidak mau makan dengan bajingan seperti dia." Sakura mengacungkan jari telunjuknya. "Dan satu lagi. Haruno Sakura tidak menerima perintah dari siapapun !"

"Tapi-"

"Keluar."

Sakura menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Merasakan kenyamanan di punggungnya. Ia sungguh lelah dan lapar, akan tetapi ucapan dari sosok pria yang Sakura duga itu pelayan benar-benar menjengkelkan.

Lagi pula si tuan muda itu tidak berhak memerintahnya. Jika ia meminta baik-baik, Sakura juga pasti akan turun.

"Kau benar-benar membantah ucapanku."

Sakura berjengit dan segera bangun dari posisi tidurnya. Ia menatap tidak percaya pada sosok yang berdiri di ambang pintu, menggantikan sosok pria tua tadi.

Sosok yang mungkin sebaya dengannya. Memiliki paras tampan dengan mata Onyx yang tajam. Rambut hitam mencuat ke belakang. Memakai kemeja hitam polos dengan celana jins hitam.

"Siapa kau ?!"

Pria itu berdecih. Ia mendorong asal pintu kamar tersebut hingga tertutup rapat dengan suara jeplakan yang pelan.

"Uchiha Sasuke, suamimu."

"Kau iblis itu."

"Mulutmu." Sasuke menarik tangan Sakura mendekat ke arahnya. "Makan."

Sakura menyentakan tangannya. "Tidak mau."

"Aku tidak suka di bantah."

"Dan aku tidak suka di perintah."

Sasuke menghela nafas panjang. Membuang jauh emosinya, jangan sampai di lampiaskan pada sosok mungil yang berdiri menantang di hadapannya.

Tanpa banyak bicara Sasuke menarik paksa Sakura untuk mengikuti langkahnya. Sakura meronta begitu ia menuruni anak tangga.

"Lepaskan aku !"

"Apa susahnya mengisi perutmu sendiri ?"

Sakura menatap kesal sosok berambut mencuat di hadapannya. "Susah karena kau memerintahku !"

Sakura di hempaskan paksa untuk duduk di salah satu kursi disana. Sasuke masih berdiri di sampingnya. "Makan."

Sakura mengendus kesal sebelum memutuskan untuk makan. Mengabaikan sosok Sasuke yang diam menatapnya.

"Mulai hari ini kau tinggal disini, kau tidak boleh keluar rumah atau menghubungi siapapun."

Sakura tersedak makanannya begitu ia ingin memprotes ucapan Sasuke. Segera ia meneguk segelas air hingga tandas. Ia memalingkan wajahnya menatap Sasuke marah. "Kau tidak berhak memerintahku !"

"Kau istriku sekarang."

"Persetanan." Sakura segera berdiri. Selera makannya menghilang begitu saja. Segera ia melangkah kembali ke kamar yang ia tempati.

Baru tiga langkah tubuhnya di tarik kasar. Beberapa saat ia berjengit begitu merasakan tubuhya melayang dan detik berikutnya ia merasakan punggungnya sakit.

Suara pecahan kaca pun terdengar nyaring memenuhi ruangan itu.

Demi apapun, kini Sakura terlentang di atas meja yang masih untuh dengan berbagai macam makanan. Ia bisa merasakan sup panas yang tumpah menyakiti kakinya.

Bahkan rasa perih akibat goresan pisau pun terasa sangat menyakitkan ketika bersinggung dengan sup panas.

"Aku tidak suka mengulangi ucapanku. Dan aku tidak suka di bantah, kau paham itu ?"

Sakura merunduk tidak menatap Sasuke yang menahan kedua tangannya di atas kepala. Ia menangis merasakan sakit di kakinya. Kakinya terasa melepuh karena sup tadi.

"Kau mendengarkanku ?!"

"Sakit..."

Rintihan Sakura membuat Sasuke menyengitkan alisnya. Ia sedikit tersentak sebelum melepaskan tangan Sakura dan berdiri tegak di hadapan Sakura yang kini duduk bersipuh di atas meja.

"Kau..." Sasuke diam menatap kaki Sakura yang berdarah dan memerah. Pakaian gadis itu pun kotor dengan noda makanan dan tumpahan sup.

Sakura mendorong Sasuke dan segera beranjak pergi meninggalkan Sasuke. Meski ia berjalan dengan sedikit tertatih merasakan sakit di kakinya. Ia kembali ke kamar tadi. Ia tidak tahu di mana jalan keluarnya.

Sakura menangis sesegukan begitu berada di kamar. Ia meringkuk di samping ranjang. Tidak berani untuk duduk di atas ranjang dengan pakaian kotor seperti ini.

Hingga seseorang menarik pelan kakinya. Sakura mengangkat kepalanya menatap sosok Sasuke yang kini membersihkan luka di kakinya.

Ia ingin menarik kembali kakinya tapi Sasuke memegangnya dengan erat. Sasuke meraih rensleting dress milik Sakura. Di turunkannya rensleting itu membuat dress itu longgar.

"Apa yang-"

"Besihkan dirimu. Aku akan mengobatimu setelah mandi." Sasuke segera beranjak. Berjalan ke arah kamar mandi. "Akanku siapkan air hangat untukmu."

Sakura hanya diam dengan tangan menahan dressnya di depan dada. Ia mengawasi semua pergerakan Sasuke. Pria itu menghilang dari pandangannya setelah masuk ke dalam kamar mandi.

Gadis itu kembali menatap kakinya yang melepuh dengan darah yang mulai mengering. Lalu kembali menatap sosok yang kini telah keluar dari kamar mandi.

Pria itu berjongkok di sampingnya dan dengan santai menarik lepas dress Sakura. Sakura memekik dan segera menyilangkan tangannya di depan dadanya. "A-apa yang kau lakukan ?!"

Tanpa menjawab pria itu menggendong tubuh Sakura yang sepenuhnya telanjang menuju ke kamar mandi.

Di dalam bathtub sudah terisi air hangat. Sasuke dengan perlahan menurunkan tubuh Sakura ke dalam bathtub. Sasuke menatap Sakura dengan tatapan yang sulit sebelum beranjak pergi meninggalkan gadis itu sendirian di dalam kamar mandi.

.

.

.

Perban itu dengan pelan dan hati-hati membalut betis Sakura yang terluka. Sakura diam mengamati Sasuke yang berjongkok di bawahnya. Pria itu dengan telaten membalut kakinya dengan perban.

Sasuke segera menurunkan kaki Sakura dari pahanya begitu perban sudah terbalut rapi di kaki gadis itu. Ia berdiri dan beranjak pergi dengan kotak P3K di tangannya.

Pria itu melirik Sakura begitu ia sudah sampai pada ambang pintu. "Kau, istirahatlah. Harimu masih panjang."

Sakura diam menatap pintu kamar yang tertutup. Ia termenung mencerna ucapan Sasuke. Harinya masih panjang ? Sakura tertawa sinis. Seolah ia menertawakan nasibnya yang seperti ini.

Apa Sasuke sedang mengatakan jika Sakura akan terus disini ? Mengalami nasib buruk yang tidak ada habisnya.

Jika iya, maka Selamat Datang di Neraka...

...Uchiha Sakura..

.

.

.

.

-To Be Continuen-