FLASHBACK ON

AUTHOR POV

Jongin mematut diri didepan cermin, dress tanpa lengan berwarna biru muda. Rambut yang ditata rapi dengan mengambil sedikit bagian kanan kiri dan disatukan di tengah. Entah apa namanya, tapi malam ini dia akui jika ia sedikit berbeda. Dengan polesan make up tipis serta lipbalm merah muda. Jongin tersenyum tipis. Malam ini hari pertunangannya dengan Park Chanyeol. Laki-laki yang sudah mengintimidasi, menyakiti bahkan menyiksanya? Aah sudahlah, Jongin sudah memaafkan semua perbuatan laki-laki itu padanya.

Knock knock

" sayang kau sudah siap ?"

" ya "

Tersenyum ketika melihat ibunya mengintip di balik pintu kamar. Hingga pada akhirnya ia kembali menatap cermin besarnya dan turun ke bawah.

Untuk ukuran pertunangan, pesta ini cukup mewah. Ada banyak tamu undangan penting yang hadir. Ayah ibu kakek nenek dan paman serta bibinya datang ke rumah beserta sepupu-sepupu Jongin.

" nunaa "

Jongin menoleh mendapati Mark yang berlari mendekatinya.

" cantik sekali "

" terima kasih "

" ayo aku tuntun ke bawah "

Ia hanya mengangguk dan melingkarkan lengan kirinya pada Mark. Sepupu laki-lakinya yang beru berusia 12 tahun tapi tinggi mereka sudah sejajar.

Begitu turun, semua mata tertuju padanya. Bagai seorang dewi, beberapa pasang mata sampai tidak berkedip pada putri tunggal keluarga Kim. Hingga sampai pada Mark membawa kakak sepupunya pada Tuan Kim.

" terima kasih "

" ya. Dan nunaa... kau benar-benar cantik "

" kau sudah mengatakannya 2x baby Mark "

Jongin mencubit gemas pipi tembab sang adik sebelum ia berjalan menuju sang ayah yang sudah terlebih dahulu naik di sebuah panggung kecil di tengah ruangan. Berdiri disamping sang ibu, Jongin tidak lepas dari pandangan sepasang sepatu putih yang melekat di kakinya. Tidak mempunyai keberanian untuk memandang wajah Chanyeol yang sangat mengintimidasi.

" tegakkan kepalamu sayang "

Bisik Taemin pada putrinya. Mendengar perintah tersebut, pada akhirnya ia mendongak. Menoleh ke arah tamu undangan. Menelitinya satu persatu. Banyak tokoh penting dalam perusahaan Kim. Tapi ada 1 orang yang membuatnya mengerutkan dahi. Laki-laki berjas putih, serta berambut hitam. Berdiri di sisi meja minuman dengan jarak cukup jauh. Menatapnya intens, tidak berkedip meski Jongin menatapnya balik.

Singkat cerita, acara memasang cincin sudah terjadi. Pada akhirnya Jongin dan Chanyeol resmi menjadi tunangan. Cincin perak dengan ukiran bunga sakura di sekelilingnya. Turun dari panggung, Jongin bergabung ke arah gerombolan sepupu Kim. Menerima ucapan selamat dari adik-adiknya. Saat ia memisahkan diri untuk mengambil minuman, ada tangan lain yang ingin mengambil minuman yang sama. Ia mendongak dan mendapati Sehun yang berdiri tegak dihadapannya.

" selamat "

" ya? Terima kasih "

Keduanya diam, canggung. Jongin hanya sekedar tahu jika Sehun termasuk murid populer di sekolah.

" kau pasti bingung, bagaimana bisa aku disini "

Ujar Sehun memecah keheningan

" tidak "

" aku sepupu Chanyeol. Lebih tepatnya ibu Chanyeol adalah bibiku "

" aah keluarga Park "

" ya, tapi margaku Wu "

" aku tahu "

Jongin tersenyum, ia menghormati Sehun sebagai tamu bukan teman.

" baiklah, aku harus pergi. Selamat atas pertunanganmu "

" terima kasih "

Keduanya saling membungkuk dan menjauh dari meja minuman.

X

X

X

X

X

Jongin akan menikah tepat setelah mereka lulus dari sekolah. 6 bulan dari sekarang. Jika pasangan yang hendak menikah menghabiskan waktu berduaan. Berbeda dengan Jongin dan Chanyeol. Sama sekali Chanyeol tidak pernah menghubungi Jongin. Ia tidak mengharap hal seperti itu. Sungguh, selama 6 tahun sejak ia mengalami menstruasi pertama. Jongin tidak pernah jatuh cinta, jadi sakit hati ? tidak. Tentu saja tidak.

Sore ini, hujan turun dengan deras. Padahal tadi pagi sangat cerah. Ia lupa untuk membawa payung, sementara tadi ia sudah bilang pada sang ibu jika ia pulang terlambat. Jongin terjebak di perpustakaan seorang diri. Yaa meski ditemani 1 orang penjaga wanita. Menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Guru Lee.

" noona, aku pulang dulu "

" kau yakin? Hujan turun dengan deras "

" tak apa, aku menunggu di kelas saja "

" baiklah "

Jongin pamit pergi dan berjalan keluar perpustakaan. Seketika udara dingin langsung menerpa kulitnya. Ia memeluk diri sendiri sambil berjalan perlahan. Tiba di kelas yang sepi, ia duduk di kursi paling belakang. Mendongak melihat awan yang nampaknya masih terus menangis hingga nanti malam. Berwarna keabuan dan tidak menampakkan jika hujan akan berhenti.

Dugh

Jongin menoleh ke arah pintu kelas, disana ada Sehun yang berdiri bersandar di daun pintu

" sehun "

" kau belum pulang ?"

" belum, aku baru saja datang dari perpustakaan. Kau sendiri ?"

" aku dari ruang seni, dan melihatmu disini jadi aku menyapamu "

Jongin tersenyum kecil mendengar jawaban dari sepupu tunangannya.

" cepatlah pulang, apa kau mau ku antar ?"

" tidak, sebentar lagi aku akan pulang "

" baiklah aku pergi "

" ya "

Pada akhirnya Sehun pergi darisana. Menyisakan Jongin dan udara yang semakin dingin. Ia merutuki diri sendiri karena tadi pagi, ia berpesan pada Paman Yu untuk tidak menjemputnya karena ia akan pulang sore. Jongin menghela nafas, sekolah semakin sepi. Tentu saja ini adalah 2 jam setelah para murid pulang. Hingga akhirnya ia keluar dari kelas dan berjalan menyusuri lorong kelas. sepi sekali. Ia tidak takut akan hantu atau semacamnya tapi ia.

SRET GREB

Mata bulat miliknya melebar ketika ditarik paksa dan bungkam dengan sapu tangan

" hai cantik, kenapa tidak segera pulang ?"

" mmmbbhh mmbbbhh "

Matanya berpendar, ada 3 siswa yang ia kenal tengah menghadangnya. Ia diseret ke kamar mandi laki-laki dan di lempar ke lantai.

" sayang sekali, gadis ini sebentar lagi akan menjadi mainan kita "

" mmmbbbhh mmbbhh "

Jongin menyeret tubuhnya ke sisi toilet, tapi terlambat rambutnya dijambak oleh salah satu dari mereka. Lengan kurusnya ditarik ke tempat semula dan salah seorang yang lain mengikat kedua tangannya kebelakang.

" waaww "

Ujar siswa ketiga ketika ia berhasil membuka kancing seragam Jongin. dada yang cukup berisi terlihat. Jongin menggeram dan kedua kakinya menendang nendang, tapi tenaganya tak cukup kuat karena siswa ketiga tersebut menduduki pahanya. Jongin menangis, apa ia akan kalah sebentar lagi ? ia pun pasrah jika memang benar tapi.

BRAAAK

Sehun tiba-tiba datang ke toilet. Ia memergoki ketiga siswa yang sangat ia kenal hampir memperkosa Jongin. matanya berkilat marah, dengan membabi buta Sehun mulai menghajar ketiganya

" BAJINGAN "

3 lawan 1, Sehun seorang diri. Ia menghajar ketiga siswa tersebut sampai mereka menyerah dan mengeluarkan darah segar. Jika saja ia tidak mendengar tangisan pilu dari Jongin, tentu ia akan terus menghajar mereka sampai mati.

" pergi "

Sehun mengusir ketiganya. Ia mendekati Jongin dan berusaha fokus. Sehun berusaha untuk tidak menatap dada Jongin yang menyembul.

" jongin tenang tenang "

" sehun hiks hiks "

Ujar gadis itu begitu Sehun membuka bekapan di mulut dan membuka tali yang mengikat kedua tangannya. Jongin menyenderkan wajahnya di pundak Sehun. ia menangis keras. Bersyukur Sehun datang. Jika tidak, mungkin... aah sudahlah.

" tenanglah, aku sudah datang. Tenang "

" hiks hiks "

X

X

X

X

" jongin, astaga sayang "

Taemin berlari memeluk putrinya kala kecemasannya sirna dengan kedatangan sang putri.

" sayang, astaga "

" aku baik-baik saja bu, maaf pulang terlambat "

Ujar Jongin pada sang ibu.

" ooh putriku "

Taemin merengkuh putri tunggalnya dan menciumin seluruh wajahnya. Matanya beralih pada Sehun yang beridiri kaku disamping Jongin

" sehun terima kasih sudha mengantar jongin, masuklah "

" terima kasih nyonya, maaf membuat jongin pulang terlambat "

" tak apa, masuklah nak. Bibi buatkan teh hangat untukmu "

" terima kasih bi, aku harus segera pulang "

Pamit Sehun dengan sopan. Jongin menatap Sehun dengan senyum kecil. Sehun yang melihat senyuman dari Jongin hanya bisa membalas tipis dan emmbungkuk

" Sehun, terima kasih "

Laki-laki tinggi tersebut hanya membungkuk dan pergi dari pintu mewah keluarga Kim.

Sehun menatap pintu utama keluarga Kim sebentar . menghela nafas kecil dan mengambil kunci mobil yang ia bawa. Ia mulai mengendarai mobil menembus hujan yang cukup deras menuju suatu tempat. begitu sampai, ia memarkir mobil serampangan dan masuk ke sebuah garasi bawah tanah yang sangat ia kenal. Mencari sosok yang ingin ia beri pelajaran. Sehun menemukannya, dengan langkah lebar ia mendekati objek tersebut dan

DUAGH

" brengsek kau park "

Semua orang yang ada disana terdiam, dengan insiden tersebut. Chanyeol memalingkan muka dna membuang ludah yang penuh darah. Tertawa remeh melihat sepupunya yang baru datang

" sepupuku, Wu Sehun. selamat datang "

" bajingan kau Park. Kau menodainya "

" bukan aku, tapi teman-temanku yang sudah kau hajar "

Sehun melirik pada 3 pemuda yang duduk di sofa sudut ruangan

" kenapa kau marah sekali, jongin milikku dan aku bisa melakukan sesuka hatiku terhadapnya. "

" jangan pernah kau sentuh seujung helai rambutnya, atau... "

" atau apa ?"

Lelaki dengan perbedaan tinggi 3 centi, itu berdiri berhadapan dengannya.

" atau apa huh ? ingin membunuhku? Kenapa jika aku menyentuh nya? Kenapa jika aku membuatnya seperti itu? kenapa? Huh? Tidak bisa menjawab Wu ?"

" brengsek "

" kau yang brengsek. Tidak suka jika barangmu kesentuh "

BUGH

Chanyeol menangkis pukulan Sehun, ia memutar lengan sepupunya lalu mengunci. Ia berbisik ditelinga Sehun

" jika tidak suka jalangmu ku sentuh, lebih baik sentuh dia sebelum aku akan menghabisinya perlahan "

.

.

.

.

.

Tidak terasa jika semuanya akan terjadi. Esok ia akan mengenakan gaun terbaik dari sang ibu. sebentar lagi ia akan menyandang nyonya Park. Pernikahan dini semacam ini masih menjadi tradisi dikalangan warga kelas atas. Perjodohan sejak lahir menjadi jalan utama dari pernikahan dini. Jongin mematut diri didepan cermin rias. Tersenyum tipis menatap pantulan wajah nya sendiri.

BRAK

" KIM JONGIN "

" MINHO MINHO "

" ayah "

Sreeet bugh

Minho menyeret putri tunggalnya lalu melempar tubuh kurus itu di lantai. Ia juga melempar beberapa lembar foto yang membuat dirinya membulatkan mata.

" sangat tidak mencerminkan putri dari keluarga Kim "

" minho aa "

" DIAM "

Taemin menangis sendu, ia terduduk sendu di lantai kayu kamar jongin.

" kau berubah menjadi jalang dengan melempar tubuhmu pada teman sekolahmu sendiri "

" a... ayah "

" Chanyeol datang kemari dan membatalkan pernikahan kalian esok hanya karena kau tidur dengan temanmu sendiri "

" ayah tidak "

Jongin merangkak mendekati kaki sang ayah tapi Minho menepisnya. Jongin mulai menangis dan bersujud dihadapan sang ayah

" ayah hiks tidak hiks tidak tidak, bukan hiks seperti itu hiks hiks "

" ayah tidak menyangka, keterdiamanmu ternyata adalah palsu "

PLAK

" KIM MINHO "

Teriak Taemin dengan keras, ia berjalan mendekat dan memeluk putrinya. Teriakannya membuat ebberapa maid yang kebetulan ada di sekitar kamar tuan putri Kim terperanjat. Tuan Kim tidak pernah semarah ini dengan siapapun

" kau membuat ayah malu "

Ujarnya sebelum keluar dari kamar dan membanting vas tinggi di dekat meja rias Jongin. Taemin memeluk putrinya yang telah menangis keras. Mengucapkan jika semuanya baik-baik saja

" ibu hiks hiks "

" jongin tenanglah sayang "

" hiks hiks tidak bu hiks ayah_ "

" biar ibu yang bicara "

" tidak hiks, tidak seperti itu bu hiks. Jongin tidak begitu hiks hiks "

Dan Taemin hanya bisa memeluk putrinya. Ia tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan Chanyeol. Ia mengenal betul bagaimana Jongin. ia jaranng bergaul dengan teman lak-laki manapun.

PYAR PYAR BUGH BUGH

Semua maid di rumah keluarga Kim mendadak takut dan memilih menjauhi ruang kerja tuan besar. Taemin menatap semuanya dan menyuruh mereka untuk segera masuk ke dalam kamar masing-masing. Ia membuka pintu perlahan dan mendapati vas, tatanan meja, mesin ketik bahkan telefon sudah berserakan di lantai kayu. Minho menunduk bertumpu pada ujung meja. Taemin mengerti jika ia berkaitan tentang harga diri keluarga Kim.

" Minho yaa "

"..."

Kriiiiiing kriiiiing

Taemin mendengar nada dering dari telefon rumah. Ia mengambil telefon tersebut dan menekan tombol terima ( ini telefon jadul yang kayak ponsel tapi gede banget terus yang ada antenanya itu )

" nyonya Kim, bisa aku bicara dengan tuan Kim "

" maaf tapi ini dari siapa ?"

" Wu Sehun "

Taemim menatap punggung suaminya dengan takut. Ia berjalan mendekat dengan membawa telefon.

" Minho yaa, Sehun mencarimu "

Minho mendongak ia menghela nafas dan menerima telefon tersebut. Ia berjalan ke sudut ruangan dan tubuhnya kaku mendengar ucapan dari laki-laki muda disebrang. Begitu selesai menerima telefon, ia menoleh menatap Taemin

" jongin tetap menikah "

.

.

.

.

Sementara itu, bibi Oh menenangkan tuan putrinya. Ia menjadi pengasuh Jongin sejak kecil. Umurnya hanya berbeda 15 tahun dari tuan putri. Jongin memeluk erat sambil menangis dipelukan bibi Oh.

" tuan putri kumohon tenanglah "

" hiks bibi Oh, ayah.. hiks hiks.. sudahlah tuan putri "

Jongin menenggelamkan wajahnya di pelukan bibi Oh. Posisi mereka bersandar di tepian ranjang di atas lantai kayu. Keduanya menangis. Bibi oh bahkan mengusap bekas tamparan dari tuan besarnya. Terlihat memerah. Tuan putrinya juga tidka kunjung berhenti menangis. Tiba-tiba minho datang dengan raut wajah dingin.

" ayah "

" besok kau tetap menikah. Usap air mata menjijikan itu dan cepat tidur "

Jongin mengangguk kecil mendengar penuturan dari sang ayah. ia pun bangkit bersama bibi Oh untuk duduk di atas ranjang. Bibi Oh merapikan anak rambut yang mengurai di depan wajah tuan putrinya. Mengusap lelehan air mata tersebut dan menciumnya.

" tuan putri tidurlah, bibi akan datang 6 jam dari sekarang. kumohon berhenti menangis lagi "

" terima kasih bi "

.

.

.

.

Flashback END

Taerin POV

" ibu? "

Aku pun mengusap air mata yang dengan bodoh menetes dengan sendirinya. Aku baru membaca lembar ke enam tapi sudah menangis. Masih ada 6 atau 7 lembar lagi yang perlu ku baca.

Ceklek

" HAPPY BIRTH.. Taerin "

Aku menoleh menatap pintu yang terbuka dengan tiba-tiba. Disana ada kakek nenek Kim dan Wu, Daehan, bibi Oh dan beberapa maid serta

" ayah~~ "

" Taerin, kenapa kau menangis. Astaga cucuku ada apa sayang "

Kakek Kim datang berlari mendekati ranjang tidurku dan mengusap air mata yang masih menetes. Aku hanya tersenyum kecil dan menggeleng. Aku kembali melirik ke arah ayahku yang hanya diam tidak bereaksi.

" surat? Kau membaca surat dari siapa sayang ?"

" tak apa kek. Itu... "

" Jongin "

Semua mata menoleh dan memandang ke arah ayahku. Ayah berjalan menuju ke arahku dan berdiri tepat di samping tepian ranjang

" itu dari Jongin. itu hadiah dari Jongin untukmu Tae. Selamat ulang tahun "

Aku pun bangkit dari ranjang,lalu turun dan segera memeluk tubuh ayahku

" ayah hiks "

Tidak ada balasan, aku masih memeluk erat tubuh berbau citrus yang sangat ku kenal. Aku semakin memeluk erat tubuh tinggi ayahku. Tapi tetap saja, balasan pelukan itu tidak ku dapat.

" Taerin, selamat ulang tahun. Ada sebuah kado yang ibumu ingin berikan "

" ya, surat. Aku membacanya yah. Aku tahu "

" dan ayah akan melanjutkan cerita itu "

.

.

.

.

.

Tebeceh

Holaaa, maaf yaa nunaa cut disini. untuk FF ini tidak panjang kok. Chapt depan udah usai. Cerita real nya hampir berakhir. Jadi mohon kesediaannya untuk menunggu. Hehehe kyak ada yang nunggu aja yaa.. gumawoooo