Ada keheningan yang mencekik diantara waktu keduanya, terasa menghabiskan oksigen di sekitar mereka hingga membuat dada mereka sesak di setiap tarikan. Mereka sadar betul ketidaknyamanan mereka dalam satu ruang yang sama jika tidak ada percakapan yang dibuat, tapi lagi-lagi ego mereka selalu menang. Tidak ada yang ingin memulai percakapan dengan alasan masing-masing sedari tadi.

"Aku minta maaf jika kau tidak nyaman. Tapi tidak ada pilihan lain. Jika kau ingin aku pergi, aku tidak bisa melakukannya."

Akhirnya Mark bersuara. Sudah tidak tahan dengan kegiatan saling diam kurang lebih satu jam ini. Apalagi sedari tadi gadis itu terus memunggunginya. Tidak menatap dirinya barang sekalipun.

"Tidak."

Haechan menjawabnya cepat, kemudian punggung gadis itu semakin beringsut. "Aku marah dengan diriku sendiri."

Suara nada itu merendah, mungkinkah dia akan menangis?

"Marah pada dirimu sendiri tidak akan menyelesaikan apapun."

Ada keheningan lagi setelah dirinya mengatakannya. Gadis itu tidak bergerak sama sekali menanggapinya. Bahkan helaan nafasnya pun tak bisa ia dengarkan.

"Haruskah aku marah padamu?"

Mark tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar jawaban Haechan. "Jika itu membuatmu lebih baik. Lakukanlah." Ia sudah siap dengan ini semua. Pada akhirnya gadis itu memang harus mengeluarkan semuanya. Bukan seperti dirinya yang lebih suka bungkam.

"Aku benci padamu."

Gadis itu masih membelakanginya.

"Tapi aku lebih benci pada diriku sendiri karena aku hanya mengatakan kebohongan belaka."

"Sekuat apapun aku berkata aku membencimu, yang ada hanya semakin berat saja diriku untuk membencimu."

"Kukatakan pada diriku bahwa kau tidak menyukaiku. Kukatakan pada diriku bahwa kau hanya manusia dingin yang tak punya hati. Kukatakan pada diriku semua keburukanmu. Tapi itu tidak berhasil sama sekali."

"Katakan padaku. Bagaimana cara untuk membencimu? Karena aku sudah bosan dengan bayang-bayangmu. Karena aku sudah bosan untuk berharap. Aku sudah lelah. Aku ingin membencimu sebanyak mungkin."

"Menyukaimu sudah sangat cukup melukai diriku. Tapi aku terus saja melanjutkannya. Aku tahu seharusnya aku berhenti. Tapi hati ini tidak mau mendengarkan perintahku. Hati ini lebih menyukai dirimu daripada pemiliknya sendiri." Gadis itu tertawa, entah dimana letak kelucuan dalam kalimatnya.

"Dan aku sudah benar-benar menyerah. Membiarkan hati ini melakukan sesukanya. Hingga akhirnya Jisung datang."

"Aku tidak pernah tahu bahwa dia bisa membuatku lupa akan dirimu sejenak. Dia selalu tahu bagaimana caranya. Dan aku membutuhkannya. Aku tidak bisa bohong. Aku tidak bisa melupakanmu dengan diriku sendiri. Aku ini payah. Jadi jika dia bisa membuatku melupakan dirimu untuk seterusnya, maka aku~"

"Jangan lakukan."

Haechan membalikkan tubuhnya, menatap Mark yang berdiri dibelakangnya dengan wajah penuh keterkejutan. "A-apa?" ia mencoba memastikan pendengarannya tidak bermasalah.

"Lebih baik kau mengikutiku layaknya anak anjing yang kehilangan induknya daripada harus berakhir dengan laki-laki lain."

Haechan semakin dibuat terkejut oleh pernyataan Mark. Dengan wajah yang serius, laki-laki itu menatapnya dengan penuh emosi yang tak pernah ia lihat.

"T-tapi kau membenciku?" tanya Haechan hati-hati.

"Ya. Aku membencimu. Dari dulu."

Haechan semakin tak mengerti dengan apa yang Mark jelaskan sekarang. Kenapa pernyataannya saling berlawanan arah?

"Aku membencimu karena kau selalu membuat dadaku bergemuruh. Aku membencimu karena kau selalu menghabiskan jarak diantara kita dan menyentuhku sesukamu tanpa memikirkan diriku yang mati-matian menahan degupan gila jantungku."

Haechan terdiam, masih terkejut dengan apa yang terjadi. Apakah kesimpulan dari penjelasan Mark adalah sesuatu yang ia harapkan dari sekian lama?

"Semenjak dari permainan itu. Kau selalu menempel denganku, mengikutiku kemanapun aku pergi. Memperlakukanku layaknya kita benar-benar adalah pasangan. Aku senang kau selalu bersamaku. Aku tidak merasa kesepian sama sekali. Aku malah sangat nyaman setiap kau berada didekatku. Tapi setelah kita lulus dari sekolah dasar, aku sadar. Ada sesuatu yang salah dalam diriku."

"Aku sadar aku mulai menyukaimu. Dan aku juga tidak bisa mengabaikan bahwa semua orang mulai membicarakan kedekatakan kita yang kelewat dekat. Aku mulai menjauhimu, memberikan jarak diantara kita berdua. Karena aku tidak bisa menahan diriku untuk gugup di depan dirimu. Aku tidak ingin terlihat aneh didepanmu dan aku juga tidak ingin menjadi bahan olokan teman-temanku. Dan aku terus menjauhimu, bersembunyi darimu sebisaku."

Jadi itu alasannya kenapa saat mereka memasuki sekolah menengah pertama, Mark jadi sering menjauhinya dan berubah menjadi aneh baginya. Mark jadi sering mengabaikannya dan tidak ingin bersamanya. Ia masih ingat betul teman-teman Mark sering menggodanya karena dirinya yang sering menempel pada Mark.

"Kenapa kau tidak mengatakannya?" entah kenapa Haechan sedikit kesal.

"Aku pikir aku mungkin akan memberitahumu saat kita masuk ke sekolah menengah atas. Tapi aku tidak bisa melakukannya."

Kenapa? Haechan bertanya-tanya. Kenapa Mark tidak jadi mengatakannya?

"Kak Jaehyun menyukaimu."

Bola mata Haechan membulat. Jika ia tidak sakit ia pasti sudah melompat dan berteriak nyaring menanyakan kebenarannya.

"Aku tidak bisa melakukannya walaupun kau menyukaiku."

"Kenapa tidak bisa?!" Haechan cepat-cepat memotong tanpa ampun. Kenapa tidak bisa? Hanya karena kak Jaehyun menyukainya, ia tidak bisa melakukannya?!

"Kak Jaehyun adalah kakakku." Nada suara Mark sedikit meninggi. "Kau tidak tahu rasanya."

Haechan bungkam. Baru kali ini Mark bisa mengeluarkan emosinya.

"Menyukai gadis yang sama dengan kakakmu. Kau tidak tahu rasanya."

"Aku tidak bisa bersaing dengan kakakku sendiri walaupun kau menyukaiku sebanyak mungkin."

"Jadi kuputuskan untuk membencimu. Membencimu sekeras mungkin. Menghalaumu dari hidupku. Menyingkirkanmu sebisaku. Karena setiap melihatmu, itu hanya akan mengingatkanku dengan kak Jaehyun. Dan itu benar-benar menggangguku. Aku benar-benar membencimu karena aku tahu aku tidak bisa bersamamu."

"Itu bekerja dengan baik. Aku benar-benar membencimu. Hingga kupikir aku sudah jatuh cinta dengan orang lain."

"Renjun." Haechan tersenyum masam mengatakannya.

"Ya. Aku pikir aku menyukainya. Aku senang karena akhirnya aku bisa lepas darimu. Tapi belakangan ini namamu sering muncul lagi. Aku tahu aku cemburu. Tapi aku membohongi diriku sendiri. Sama sepertimu."

"Kau berpacaran dengannya?" tanya Haechan dengan suara rendah.

"Hampir."

"Dia menolakku." Haechan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya lagi. Renjun menolak Mark?! Kenapa?

"Dia bilang dia tahu aku tidak bisa lepas darimu. Dia bilang mataku lebih sering mencarimu daripada menatapnya yang sering berbicara denganku. Ia tidak bisa menerimaku walaupun dia juga menyukaiku. Untuk apa memiliki hubungan dengan seseorang yang hatinya bukan mengarah padanya. Itu hanya akan sia-sia belaka. Itu hanya akan menyakiti kita berdua. Jadi dia memutuskan untuk tidak menerima tawaranku."

Sekarang dia merasa bersalah karena telah berpikir yang tidak-tidak dengan Renjun. Gadis itu benar-benar baik. Mungkin setelah ini ia akan minta maaf.

Mark tertawa sebentar.

"Baru kali ini aku merasa sesuatu terus membakarku. Setiap kali kau menjauhiku, setiap kau melewatiku begitu saja, dan terutama setiap kau bersama dengan Jisung. Rasanya aku ingin menarikmu dalam pelukanku. Dan mengatakan pada semua orang kau adalah milikku."

"Aku milikmu. Dari dulu." Haechan cepat-cepat menjawab.

Lagi-lagi Mark tertawa masam.

"Kau bukan milikku Haechan. Dari dulu."

"Aku akan putus dengan Jisung. Kau tidak tahu betapa tersiksanya aku dengan hubungan ini. Renjun benar. Kita tidak bisa memiliki hubungan dengan seseorang yang hatinya tidak mengarah dengan kita. Hatiku hanya mengarah padamu. Setiap waktu yang kuhabiskan bersamanya yang ada hanya perasaan bersalah karena aku tidak bisa membalas cintanya karenamu."

"Walaupun kau melakukan itu. Aku tetap tidak bisa bersamamu."

"Karena kak Jaehyun?!" Haechan benar-benar ingin marah sekarang. Memangnya kenapa jika Mark bersama dengannya? Kak Jaehyun pasti mengerti.

"Aku hanya ingin bicara ini padamu. Tidak lebih." Mark menuju pintu. Ingin segera keluar dari ruangan ini sebelum keputusannya mulai berubah. "Aku harap kau bisa lebih dekat lagi dengan kak Jaehyun. Dia kacau mengetahui kau mempunyai seorang kekasih. Ia menyibukkan diri untuk melupakanmu. Aku tidak pernah melihat dia sekacau itu. Tolong, lupakan aku."

"Omong kosong apa yang kau bicarakan?!" Haechan benar-benar tidak bisa menahan emosinya sekarang. Apa dia harus kehilangan Mark lagi setelah ia mengetahui yang sebenarnya?

"Aku serius Haechan. Lupakan aku." Tangan Mark meraih kenop pintu. Terdiam sebentar, memikirkan keputusannya. "Dan aku juga akan melupakanmu."

"Jika kau mengatakan hal yang bodoh lagi. Aku akan membencimu seumur hidup!"

Mark tidak bisa untuk tidak kaget melihat tangan mungil milik Haechan melingkari tubuhnya. "Apa kau sudah gila Haechan?!" ia tentu marah melihat ada darah yang menetes dari bekas tusukan jarum infus di tangan gadis itu.

"Ya. Aku gila karenamu! Kenapa kau tidak tahu itu?!" gadis itu benar-benar berteriak mengatakannya.

"Jangan pergi. Jangan lupakan aku. Jangan pernah bilang hal-hal bodoh lagi. Jika kau menyukaiku maka tetaplah disisiku."

"Haechan, kembali ke tempat tidur. Kau masih sakit." Mark menegaskan suaranya, berharap gadis itu dapat mengerti kekhawatirannya. Ia sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada Haechan setelah ini. Tindakan Haechan ini benar-benar di luar dugaannya.

"Bahkan sakit ini tidak sebanding jika aku harus kehilanganmu lagi." Pelukan gadis itu mengerat. Dan ia tahu sedari tadi Haechan menahan tangisannya agar tidak keluar.

"Kau menyukaiku kan?"

"Haechan~"

"Katakan saja!" ia tahu betul gadis itu marah besar padanya.

"Ya. Aku menyukaimu!"

"Kalau begitu lupakan kak Jaehyun. Dalam hubungan ini hanya ada kita berdua. Kau dan aku. Mark Lee dan Lee Haechan. Jangan pikirkan orang lain. Ini hubungan kita."

"Haechan, aku~"

"Kak Jaehyun pasti mengerti!" gadis itu mengambil nafas. "Aku hanya menganggap kak Jaehyun seperti kakak kandungku sendiri. Tidak lebih. Dan jika kau terus menyuruhku untuk berakhir dengan kak Jaehyun maka jawabanku tetap sama. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa jika itu bukan kau. Aku tidak bisa jika itu bukan Mark Lee. Hatiku hanya ingin berakhir dengan Mark Lee."

Mark menghembuskan nafas pelan. Gadis itu menangis keras dipunggungnya sambil terus menggumamkan kata tidak bisa.

"Kau benar. Hanya ada aku dan kau." Ia rengkuh kepala gadis itu. Membenamkan kepala mungilnya pada dadanya. Mengelus-elus punggung dan surai gadis untuk menghentikan tangisannya. Walaupun ia tahu itu tidak akan berhasil. Sepertinya ia harus menunggu setengah jam lagi agar tangisannya reda.

.

.

.

.

"Kenapa kau tidak mengerti juga?!"

Haechan menatap sengit Mark dengan pulpen digenggamannya. Rasanya ia ingin menusuk Mark dengan pulpen yang ia pegang.

"Kenapa kita harus menyelesaikan masalah x dan y? Dilihat darimanapun itu bukan urusanku!"

Mark menggeram kesal. "Demi apapun Haechan! Kau hanya tinggal mengalikannya saja dan kau akan mendapatkan nilai dari x dan y!"

"Lupakan saja. Aku lapar."

Haechan berdiri, ingin mengambil makanan di dapur.

"Kau sudah makan dua kali sore ini."

"Biarkan aku hidup! Aku lapar! Berpikir membuatku lapar!" Gadis itu meracau sebal di depan Mark.

"Jika kau ingin berakhir di universitas yang sama denganku. Maka kau harus berusaha keras." Mark mendorong dahi Haechan ke belakang.

"Sudahlah. Aku sudah tidak ingin lagi. Aku lebih mementingkan kesehatanku." Haechan mengatakannya dengan wajah yang sudah teramat lelah. Ia sadar ia tidak akan bisa berakhir di universitas yang sama dengan Mark. Bayangkan saja. Mereka belum ujian dan Mark sudah mendapatkan beberapa undangan dari universitas ternama di Korea Selatan! Ia mendesah pasrah. Apalagi Mark memutuskan untuk menerima undangan dari Seoul National University, universitas nomor satu di Korea Selatan. Bahkan 38% CEO perusahan ternama Korea Selatan berasal dari sana. Mana bisa dia yang hanya punya otak seperempat masuk kesana? Kalau masuk untuk jalan-jalan sih bisa-bisa saja. Tapi kalau untuk terdaftar sebagai mahasiswa sana, itu kedengarannya hanya khayalan belaka.

"Kau masuk saja kesana. Aku akan menyusulmu untuk memberikanmu bekal saja."

"Terdengar menyedihkan."

Iya. Sangat menyedihkan. Rasanya ia ingin menangis saja mendengarnya. Setelah sekian lama selalu satu sekolahan dan akhirnya sekarang mereka harus berpisah saat kuliah, itu terdengar sangat memilukan dikepalanya.

"Setidaknya kau harus lulus dengan nilai yang baik."

Haechan menghembuskan nafas pelan. "Menjadi ibu rumah tangga saja terdengar menyenangkan."

"Kau tidak ingin melanjutkan kuliah?" Mark tidak habis pikir dengan isi dari otak kekasihnya ini.

"Aku bisa mengurus anak kita. Aku akan memberikan mereka banyak cinta dan makanan." Ujar Haechan dengan menggebu-gebu

Dan Mark hanya bisa mendecih tak habis pikir.

"Masa depanmu sudah terlihat sangat cerah. Aku tahu itu." Gadis itu bicara seolah-olah tengah berpidato untuk persiapan perang. Begitu meyakinkan dan pasti.

"Aku tidak ingin otak seperempatmu itu menurun pada anak kita kelak."

Haechan mengangkat tangannya. Kesal sekali dengan apa yang Mark lontarkan tadi sebelum akhirnya laki-laki itu keluar meninggalkannya di kamar sendirian. Cepat-cepat ia keluar menyusul Mark, memrotes Mark sebisanya. Ia tidak terima ini.

"Apa yang kalian ributkan?" Jaehyun dari dasar tangga bertanya pada mereka yang masih berdebat. Sebenarnya hanya Haechan saja yang mendebatkan. Selebihnya Mark hanya diam dan menimpali singkat dirinya kalau ia tidak ingin anak mereka seperti dirinya.

Mark melewati Jaehyun tanpa menanggapinya, menuju dapur dan mengambil air dingin dari almari es.

Haechan tersenyum lebar. "Kami sedang membicarakan anak kami kelak."

Mark tersedak. Bagaimana bisa Haechan mengatakannya dengan pembawaan yang sangat santai seperti itu?!

Jaehyun tertawa. "Itu kedengaran bagus. Aku jadi tidak sabar untuk mempunyai keponakan."

"Itu bagus sekali kan?! Kak Jaehyun ingin keponakan laki-laki atau perempuan? Kami bisa membuatnya setelah ini."

Rasanya Mark ingin membekap mulut nakal itu. Dimana otak perempuan itu berada? Itu bukan sesuatu yang bisa dia bicarakan dengan orang lain begitu saja!

"Itu terserah kalian. Aku menerima apapun hasilnya nanti." Jaehyun mengedikkan bahunya singkat sambil tersenyum seperti biasanya,

"Sudah kuduga! Kak Jaehyun akan jadi paman terbaik!" Haechan tidak bisa untuk tidak menunjukkan wajah sumringanya mendengar jawaban laki-laki berdimple itu. "Ngomong-ngomong, kakak mau kemana?" melihat pakaian yang Jaehyun kenakan, semua orang bisa menebak kalau laki-laki itu akan pergi keluar.

"Aku akan bertemu Doyoung."

Beberapa bulan berlalu dan yah sekarang kak Jaehyun menjalin hubungan dengan kak Doyoung. Sebenarnya ia tidak menyangka sama sekali mereka berdua bisa berakhir bersama. Tapi ia turut bahagia.

Awalnya, setelah mereka berdua memutuskan untuk jujur dengan kak Jaehyun tentang hubungan mereka, mereka yakin kalau kak Jaehyun akan marah pada mereka. Tapi yang mereka hadapi malah berkebalikan. Laki-laki itu tersenyum dan mengatakan selamat. Ia tidak akan pernah melupakan momen itu. Mereka bertanya apa kak Jaehyun benar-benar tidak apa-apa, dan kak Jaehyun menjawab iya. Kak Jaehyun malah senang, karena akhirnya mereka bersama dan saling jujur dengan perasaan mereka masing-masing. Haechan masih sangsi dengan perkataan kak Jaehyun, oleh karena itu ia bilang padanya kalau ia sudah tahu kalau kak Jaehyun menyukainya. Dan laki-laki itu tidak membantahnya sama sekali. Yang semakin membuatnya terkejut adalah pernyataannya yang mengatakan kalau ia sedang suka dengan kak Doyoung. Ia bilang di saat patah hatinya, kak Doyoung lah yang selalu bersamanya. Dan entah kenapa ia jadi suka dengan kakak seniornya itu. Kak Jaehyun baru berani mengungkapkan langsung ke kak Doyoung beberapa minggu kemudian. Itu saja karena desakannya. Ia menjamin kalau kak Doyoung juga menyukai kak Jaehyun balik. Dan akhirnya mereka berkencan di akhir bulan kemarin.

"Ah benar. Ini akhir pekan. Aku terlalu banyak belajar hingga aku lupa ini hari minggu." Bibir Haechan maju. "Ini gara-gara manusia kutub itu." Ia melirik sebal Mark dari balik tubuh Jaehyun.

"Ujian semakin dekat. Itu akan membantumu."

"Tetap saja. Aku juga perlu kencan." Haechan menghembuskan nafas kasar. Kemudian meninggikan suaranya. "Kalau begitu. Sampaikan saja salamku pada kak Doyoung. Tolong bilang padanya aku minta maaf karena jarang kesana sekarang. Soalnya ada orang menyebalkan yang terus mengurungku di kamar. Hingga aku lupa untu bersosialisasi dengan sekitar."

Haechan tersenyum menyebalkan melihat Mark menatapnya dari balik punggung kak Jaehyun.

Jaehyun tertawa. "Tentu. Aku akan memberitahunya." Tangan Jaehyun terangkat untuk mengacak-acak kepala gadis itu. Namun ia hentikan ketika ia sadar bahwa adiknya mungkin akan membunuhnya saat tidur nanti malam. Adiknya itu benar-benar tumbuh menjadi laki-laki yang posesif terhadap kepunyaannya.

"Aku pergi dulu."

Haechan melambaikan tangannya menanggapinya. Mark berjalan mendekat.

"Ganti bajumu. Aku tidak ingin kau keluar dengan pakaian seperti itu." Dan Mark meninggalkannya begitu saja ke atas.

"Kita kencan hari ini?!"

.

.

.

.

Haechan tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Senyumnya terus merekah sepanjang mereka berjalan. Tidak lupa dengan gelayutan manja miliknya. Ia ingin menunjukkan pada dunia bahwa orang yang tengah ia gandeng sekarang adalah miliknya! Miliknya seorang!

"Apanya yang menarik dari ini?"

Haechan menatap Mark heran bercampur sebal. Tidak salah lagi! Ia memang berpacaran dengan alien! Mana ada orang yang bilang begitu saat melihat matahari terbenam seindah ini! Dasar makhluk tidak berperasaan.

"Kalau begitu jangan bilang terserah kalau ditanya kemana!"

Bibirnya maju. Sebal sekali karena Mark selalu sukses menghancurkan romantisme mereka dimanapun mereka berada.

Ia mendekat ke pembatas jembatan. Berusaha memberikan jarak dengan Mark dan memberikan kode kalau dia sedang kesal dengan makhluk dari luang angkasa itu.

"Dasar pacar menyebalkan."

"Aku mendengarnya."

Ia berbalik cepat. "Kalau sudah dengar, lakukan sesuatu!" emosinya sudah naik ke ubun-ubun.

Mark mendecih. "Kekanakan."

Ia heran sekali kenapa ia cinta mati dengan laki-laki ini?!

"Kalau Jisung, dia tidak akan membiarkanku seperti ini!" ia berteriak sekeras mungkin. Kesal sekali dengan manusia bebatuan luar angkasa didepannya ini.

Oh bagus. Dia baru menghidupkan tombol petaka.

Mark menguncinya di pembatas jembatan dengan kedua tangannya. Menatapnya lurus dengan tatapan mengintimidasi. "Aku pikir kita sudah sepakat."

Haechan meneguk ludahnya pelan-pelan. "Aturan pertama, jangan bicarakan laki-laki lain selain aku dan ayahmu."

"Kedua, jangan membandingkanku dengan orang lain. Karena aku membencinya."

"Dan ketiga, aku benci dengan laki-laki bermarga Park itu."

"Kau mengerti itu?"

Haechan menganggukan kepalanya. Memilih keselamatan dirinya ketimbang egonya. Terakhir kali ia membangkang, Mark benar-benar meninggalkannya di stasiun! Demi apapun! Kekejaman laki-laki itu tidak pernah berkurang sama sekali walaupun mereka sudah menjalin hubungan yang sebenarnya.

Ia heran sekali kenapa Mark bisa sebenci itu dengan Jisung. Padahal Jisung biasa-biasa saja dengan Mark. Dia bahkan sudah mengatakan berulang kali kalau ia tidak mempunyai perasaan khusus dengan Jisung dan bahkan ia juga sudah jarang bertemu dengan Jisung. Kalau berkomunikasi lewat media Haechan tentu tak bisa bohong kalau ia masih berhubungan. Memangnya siapa lagi yang akan mendengarkan keluh kesahnya tentang Mark kalau bukan Jisung? Jaemin tidak bisa diharapkan kalau tentang Mark.

Ngomong-ngomong tentang Jisung. Ia jadi ingat saat ia meminta putus dari Jisung. Laki-laki itu tidak terkejut sama sekali saat itu. Dia bilang ia sudah tahu jika pada akhirnya Haechan akan lebih memilih Mark ketimbang dirinya. Dia bilang dia tidak bisa bohong kalau dia tidak marah. Tapi ia meminta untuk waktu sendiri dan pada akhirnya dia menyetujuinya walaupun berat hati. Jadi selama dua minggu dirinya dan Jisung tidak saling berkomunikasi sama sekali. Sebenarnya ia khawatir saat itu. Ia takut Jisung mungkin akan melakukan sesuatu yang buruk. Namun nyatanya setelah itu, laki-laki itu kembali dengan senyuman khasnya. Berkata bahwa mereka berdua bisa menjadi sahabat. Tentu dia menyetujuinya tanpa pikir panjang.

"Apa yang kau pikirkan?"

Haechan tersadar dan segera menggeleng cepat.

Mark semakin mendekat, semakin memotong jarak diantara mereka. "Jika kau memikirkan laki-laki lain," ia menegang. Mark mengetahuinya? Tapi ia hanya memikirkan kenapa Mark begitu membenci Jisung. Itu saja. Dimana letak kesalahannya?

"Aku akan~"

Matanya melebar. Mark menciumnya!

"Aku akan membuatmu menghentikan memikirkannya."

Haechan tidak bisa menahan tawa bahagianya. "Lakukan lagi. Aku masih memikirkannya!"

Dan mereka berdua tidak bisa untuk tidak menertawakan mereka sendiri. Ciuman mereka terus berulang hingga mereka tidak menyadari kalau mereka sudah melewatkan matahari terbenam. Sekarang Haechan sudah tidak peduli lagi dengan matahari terbenam. Yang ia pedulikan hanya ciuman dari Mark.

.

.

.

.

"Aku ingin melakukannya dengan Mark!" Haechan kecil menggandeng tangan Mark. Mark menatapnya bingung.

"Kau ingin melakukannya dengan Chan-ie, Mark-ah?" Mark tampak bingung, namun pada akhirnya bocah berumur 8 tahun itu tidak menolak untuk melakukannya.

Akhirnya telah diputuskan. Haechan sebagai pengantin wanita, Mark sebagai pengantin pria. Jaemin menjadi pendamping Haechan, Felix menjadi pendamping Mark, Joochan menjadi pendeta dan Hyunjin sebagai ayah Haechan. Untuk teman-teman yang lain menjadi tamu undangan.

Mereka bermain di gereja dekat rumah. Kebetulan ada yang sedang melaksanakan pernikahan pagi tadi. Oleh karena itu, mereka jadi ingin melakukan permainan konyol itu.

Haechan memegangi bunga dandelion liar yang dicabutnya dari pekarangan gereja, sambil terus berjalan menuju tempat Mark berdiri dalam rangkulan Hyunjin yang berperan sebagai ayahnya.

Mark terdiam. Entah kenapa menjadi gugup tanpa alasan pasti.

Felix menyikut lengan Mark. Haechan sudah berada di depan Mark bersama dengan Hyunjin. "Ulurkan tanganmu, Mark." Bisik Felix dan Mark mematuhinya.

Haechan menerima uluran tangan Mark dengan senyuman khasnya. Ia senang bisa bermain ini dengan Mark.

Mereka berdua berdiri di depan Joochan yang berperan sebagai pendeta. "Bersediakah Anda, Tuan Mark menerima Haechan sebagai istri Anda, pendamping hidup Anda dalam susah dan senang?"

Mark mengangguk kaku, bingung akan menjawab apa. Ia tidak begitu memperhatikan pernikahannya tadi, jadi ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Katakan kau bersedia, Mark." Kini giliran Haechan yang menyikut Mark.

Mark menatapnya gugup.

"Y-ya. Aku bersedia." Jawabnya akhirnya.

"Dan Anda nona Haechan, bersediakah Anda menjadi pendamping hidup Mark dalam susah maupun senang dan menerima Mark sebagai suami Anda?"

"Tentu. Aku sangat bersedia!"

Jaemin menepuk dahinya. Ini tidak seperti pernikahan tadi pagi. Jaemin masih ingat pengantin wanita dengan malu-malu mengatakan "aku bersedia" saja. Kenapa pula Haechan sangat bersemangat seperti itu?

"Sekarang Anda bisa saling berciuman."

Tidak ada kata terlambat. Secepat Joochan mengatakannya, secepat itulah bibir Haechan sudah berada di bibir Mark.

Mark terdiam. Baru kali ini seorang teman perempuannya menciumnya di bibir. Haechan yang pertama.

Bahkan walaupun Haechan sudah melepas ciumannya dengan tawa khasnya, ia masih membisu. Sesuatu menendang-nendang kecil dalam dadanya.

Dan ia tahu, bagian itu adalah jantungnya.

~ THE END ~

.

.

.

Alhamdulillah bisa selesai hari ini! /tebar konfeti/

Maaf ya kalo kesannya kayak ngepaksain banget endingnya T.T i have no idea about this

Jujur gue seneng banget liat review-review kalian dari awal gue publish ini cerita. Kalian beneran moodbooster gue /peluk cium/

Awal-awal gue gak begitu yakin ama ini cerita, dan ampek ini ending udah gue buat, gue tetep ajah gak yakin sik ama ini cerita xD plak /digampar/

Gue rasa cerita gue masih banyak kekurangan. Mungkin karena gue gak begitu bakat buat ff chapter :V yakin dah. Gue lebih sreg ama cerita-cerita oneshot gue ketimbang chapter begini. Tapi yah balik ke penilaian kalian masing-masing sik. Itu kan cuma dari sudut pandang gue doank.

Oke. Let's appreciate the reader who supported my story!

Special thanks for markmalade, BundanyaMarkLee, Mamahmertuamark, yehetmania, baekpie461, hyuckielovers, sherclock, ai selai strawberry, lululala, SeKaiYeol28, Minge-ni, sunbaeris.

hyuckielovers anjaaay xD LOL. Komennya panjang amat. Tenang ajah kuy. Gue tetep buat ff Markhyuck kedepannya. Gue kan udah terlanjur cinta :V Aku makasih banget ya buat support kamu dari awal :')) itu berarti banget

lululala Cuma lu doank yang sebel ama Jisung xD yang laennya malah pengen ganti kapal gegara sikap Jisung.

Yang laen, kayak biasanya... check and recheck inbox kalian.

Gue beneran makasih buat kalian semua yang udah mampir kesini. Mau sider mau enggak pokoknya makasih buat kalian semua /ngasih kembang/

Aku harap kita semua bisa lebih deket dengan ini.

Oh iya FB gue Frisca Bayu Melati. Kita bisa komunikasi disana, daripada lewat inbox kan? Tapi gue lebih seringan nyampah meme sik xD /idup buat meme/

Walaupun ff ini udah selesai, tapi ff Markhyuck yang laen masih nunggu buat di update kok ^^ makasih udah selalu support. Let's keep our ship!