Dikirim, ke Dunia Lain?

Genre : Fantasy, Adventure

Rating : T/M

Pair : ? (ada saran?)

Warning : white hair naruto, terinspirasi dari game Assassin Creed dan beberapa anime, beberapa karakter diambil dari berbagai anime, AU dengan setting seperti tahun 1870-an dan unsur fantasy, dan saya sarankan untuk browsing saat menemukan istilah yang tidak anda pahami.

Chapter 5

Sudah 2 hari berlalu sejak pertama kali dirinya datang ke Suna, dan juga sudah 2 hari berlalu sejak Naruto beserta yang lainnya bicara dengan Kazekage mengenai sesuatu lengkap dengan rencana untuk mengatasi 'sesuatu' tersebut yang disusun dan dipersiapkan oleh yang lainnya.

Kini tinggal menunggu waktu sampai rencana dilaksanakan, namun dibutuhkan pengamatan untuk pengumpulan informasi lebih lanjut agar rencana tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan dan mengantisipasi adanya perubahan rencana.

Melangkahkan kaki menyusuri jalanan pasar desa Suna dengan perhatian para penduduk yang tertuju padanya, terutama para gadis yang memandangnya dengan pandangan kagum serta merona.

Entah apa yang sudah terjadi, Naruto sendiri tidak tau mengapa dirinya bisa menjadi pusat perhatian, mungkinkah ada sesuatu di wajahnya tapi sepertinya itu tidak mungkin, bila memang ada sesuatu di wajahnya maka tidak akan terlihat dengan jelas sebab saat ini dirinya mengenakan jubah Assassinnya lengkap dengan kerudung yang ia kenakan.

Mungkinkah karena pakaian yang ia kenakan? Tidak, seharusnya jubah Assassin miliknya merupakan busana yang umum di dunia ini, berbeda dengan dunia asalnya yang akan menganggap jubah Assassin miliknya sebagai cosplay.

Berkat indra pendengaran yang tajam milik Naruto, kerap kali ia mendengar bisikan-bisikan dari para gadis yang kemudian memandang dirinya dengan wajah merona, dan setiap kalia ia balik memandang para gadis yang memandang dirinya, entah mengapa mereka mulai salah tingkah hanya dengan dirinya pandang.

"NARUTO!"

Menghentikan langkah saat mendengar seseorang memanggil namanya dari arah belakang, menoleh ke arah panggilan tersebut berasal, dan dapat ia lihat seorang gadis yang memiliki kecantikan di atas rata-rata tengah berlari kecil menuju posisinya berada.

"Mai" gumam Naruto merlihat gadis tersebut telah sampai di depannya.

"dari mana saja kau, Naruto? Aku mencarimu sedari tadi" ujar Mai dengan sedikit peluh yang membasahi wajah cantiknya.

"ada perlu apa kau mencariku?"

"a-ah i-itu..." entah mengapa Mai tampak gugup mendegar pertanyaan yang dilontarkan oleh Naruto "se-sebenarnya aku hanya ingin mengajakmu sarapan bersama" sambung Mai dengan suara pelan yang mirip seperti bisikan.

Namun berkat indra pendengaran milik Naruto ynag cukup tajam, pemuda keturunan BrotherHood tersebut dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Mai barusan.

"untuk itu kau tidak perlu repot-repot mencariku, sebab tadi aku sudah sarapan bersama yang lain di kedai"

Mendengar jawaban tersebut, hati kecil Mai merasa sedikit kecewa "yahh... sayang sekali. Padahal aku sangat ingin sarapan bersama denganmu Naruto" hela Mai diiringi senyum kecut.

Naruto terdiam sejenak mendengar penuturan dari Mai "ayo" ujarnya kembali melangkahkan kaki menyusuri jalanan pasar desa Suna.

Mai dibuat bingung oleh Naruto "e-ehh mau kemana kita pergi?"

"mencari makanan" jawab Naruto tanpa tanpa menoleh ataupun menghentikan langkah kakinya.

Tanpa pikir panjang Mai bergegas menyusul dan berjalan sejajar dengan Naruto, tidak peduli kemana pemuda yang baginya sepesial itu membawanya pergi, ia akan diam dan mengikutinya saja.

Beberapa menit menyusuri pasar, mereka berdua berhenti tepat di depan sebuah lapak yang menjual suatu makanan. Naruto tampak tertarik dengan lapak yang menjual makanan yang baru ia temui itu, sedangkan Mai tampak syok melihat apa yang dijual di lapak tersebut.

Naruto memandang Mai yang berdiri di sampingnya, Mai yang melihat pandangan Naruto padanya seolah paham pemuda itu seolah dalam diam mengatakan 'bagaimana jika kita mencobanya?'

"kita benar-benar akan mencoba ini?" tanya Mai memastikan dengan senyum kikuknya yang dijawab oleh Naruto dengan anggukan pelan 'sungguh, ini pilihan kita untuk sarapan?' sambungnya dalam hati.

Tanpa menunggu persetujuan dari Mai, Naruto berjongkok di depan lapak sebelum kemudian melontarkan pertanyaan kepada si pemilik lapak mengenai makanan yang penjual itu jajakan.

"permisi, apa yang anda jual ini?" tanya Naruto sembari menunjuk dagangan di lapak tersebut yang berupa beberapa tusuk hewan reptil berkaki 4 yang sedang dibakar di atas bara api.

"ini kadal pasir, salah satu makanan khas dari Suna. Anda ingin mencobanya?" jawab dan tawar si penjual yang merupakan seorang pria paruh baya dengan ramah.

Mendengar itu, Naruto terdiam sejenak mengamati makanan yang ia ketahui merupakan kadal pasir tersebut "hmm... berapa harga satuannya?"

"2 keping tembaga"

Mengetahui harga dari makanan tersebut, Naruto merogoh saku celananya mengambil 4 keping tembaga dari sana dan kemudian memberikan uang tersebut kepada si penjual sebelum kemudia memilih 2 tusuk kadal panggang dan mengambilnya.

"terimakasih dan selamat menikmati" ucap si penjual sembari tersenyum ramah.

Naruto kembali berdiri dan menyodorkan salah satu kadal panggang yang dibawanya kepada Mai yang diterima gadis tersebut dalam diam.

"terimakasih" ucap Mai netral menerima makanan pemberian Naruto tersebut.

Naruto hanya mengangguk kecil sebelum kemudian menyantap kadal panggang miliknya, mengunyahnya perlahan untuk meresapi rasa gurih dari daging kadal yang menyentuh indra pengecap miliknya "hm, tidak buruk" gumam Naruto setelah menelan daging kadal yang berada di dalam mulutnya, sebelum kembali menyantap makannya hingga habis.

Mai memandang Naruto yang tengah makan, dengan kadal panggang miliknya sendiri yang tak kunjung ia santap karena terlalu sibuk memandang pemuda tersebut. Gadis itu terpaku melihat pemuda di sebelahnya tersebut yang telah mengisi ruang di dalam hatinya.

Pikirannya mulai melayang entah ke mana...

Lamunan Mai buyar saat menyadari mata beriris biru samudra yang tersembunyi di balik bayangan kerudung tengah memandang ke arah dirinya dalam diam.

"mengapa kau tak kunjung memakan kadal panggang milikmu? Tidak enak kah? Maaf, seharusnya aku tidak membeli makanan yang aneh-aneh untuk seorang bangsawan sepertimu" ucap si pemilik mata beriris biru samudra tersebut dengan nada netralnya.

"bu-bukan masalah itu. Aku hanya melamun saja tadi" jawab Mai dengan wajah yang sedikit bersemu karena malu, kemudian Mai menggigit daging kadal panggang miliknya, mengunyahnya perlahan sebelum kemudian menelannya "lagi pula aku pernah makan daging ular bakar buatanmu yang rasanya lumayan enak, sama seperti kadal panggang ini" sambungnya dengan senyum manis yang ia tunjukan.

Naruto mengulas senyum tipis mendengar apa yang dikatakan Mai barusan. Naruto sekilas mengingat masa lalu... sebelum dirinya dikirim ke dunianya sekarang ini. Tidak memiliki seorangpun teman dan dikucilkan, hanya karena memiliki kebiasaan mencari bahan makanan dari alam sekitar untuk menghemat pengeluaran.

Karena kebiasaanya itu pula seluruh murid di sekolahnya dulu memberikan sebutan "orang melarat" pada dirinya. Semua orang di sekolahnya dulu merendahkannya tak terkecuali para guru yang merupakan pengganti orang tua siswa di sekolah juga memandangnya rendah. Hanya 1 orang yang tidak berperilaku demikian padanya, yaitu Menma yang bersekolah di sekolah yang sama dengan Naruto.

Sungguh beruntung Naruto dapat bertemu dengan Mai, gadis pertama yang tidak memandangnya rendah dan mau menganggapnya sebagai seorang teman.

Puk!

Mai sedikit tersentak saat tiba-tiba Naruto menepuk bahunya dengan lembut "a-ada apa Naruto?" tanyanya dengan suara sedikit melengking pengaruh dari keterkejutannya.

"aku benar benar beruntung bisa bertemu denganmu, sungguh" ucap Naruto dengan senyum tipis yang mulai berubah menjadi senyuman tulus yang mampu membuat hati Mai serasa meleleh walau hanya dengan melihat senyuman dari pemuda keturunan BrotherHood tersebut.

"hm?" Naruto bergumam bingung melihat asap tipis mulai mengepul dari puncuk kepala Mai disertai dengan wajah gadis tersebut yang memerah.

Naruto sedikit membungkuk guna mensejajarkan wajahnya dengan wajah Mai "kau baik-baik saja?" tanya Naruto memastikan dengan wajah yang berjarak cukup dekat dengan wajah Mai.

Sontak Mai dibuat gelagapan melihat wajah Naruto yang cukup dekat dengan wajahnya hingga rupa pemuda tersebut cukup terlihat jelas di balik bayangan kerudung.

"a-a-aku tidak apa-apa!" ujar Mai dengan nada sedikit tinggi dan mengambil 1 langkah mundur, berusaha menghindari pandangan dari Naruto dan menenangkan detak jantungnya yang berdegup tak karuan.

Mendengar jawaban dari Mai, Naruto kembali menegakan badannya "syukurlah kau baik-baik saja" ujarnya netral memandang Mai yang hanya diam dengan kepala sedikit menunduk menyembunyikan rona di pipinya.

"ayo kita lanjutkan lagi" ujar Naruto sebelum kemudian berbalik dan melenggang pergi "dan segera habiskan kadal panggang milikmu itu" sambungnya tanpa menoleh.

Mai bergegas mendongakan kepala dan melangkahkan kaki menyusul Naruto, mensejajarkan langkah di samping pemuda keturunan BrotherHood tersebut sembari berusaha memakan habis kadal panggang miliknya hingga menyisakan tulang.

Naruto dan Mai berjalan beriringan menyusuri pasar dalam diam dengan ditemani segala keramaian dan aktivitas yang terjadi di sekitar mereka. Mereka berdua memandang apa pun di sekitar yang menurut mereka menarik.

Tanpa sengaja pandangan Naruto melihat beberapa gadis bersenjata api yang tengah sibuk mengobrol, pandangan Naruto terfokus pada salah satu gadis yang membawa senapan berjenis bolt action.

Sebuah ide pun terlintas di dalam kepala Naruto.

Naruto mengedarkan pandang ke sekitar berharap dapat menemukan seseuatu yang berkaitan dengan ide yang terlintas di dalam kepalanya. Pandangannya pun tertuju pada jajaran lapak, di mana terdapat salah satu lapak yang menjual berbagai macam senapan.

Segera melangkahkan kaki menuju lapak yang menarik perhatiannya tersebut, meninggalkan Mai yang masih diam mematung di tempat dengan wajah memerah.

Hati Mai masih berkecamuk dan jantungnya berdegup kencang tak karuan setelah melihat senyum tulus yang Naruto tunjukan beberapa saat lalu. Jika saja Naruto menunjukan senyum tulus barusan tanpa mengenakan kerudung kepala, mungkin Mai akan pingsan 1 detik setelah melihatnya, membayangkannya membuat wajah Mai semakin memanas.

Menggelengkan kepala untuk mengenyahkan segala pemikiran yang ada di kepalanya sebelum kembali memandang pemuda keturunan BrotherHood yang bersamanya.

"?" tanda tanya besar hinggap di kelapa Mai melihat sampingnya yang mana seharusnya kehadiran Naruto ada di sana beberapa saat yang lalu, namun sekarang pemuda yang ia anggap spesial tersebut tidak ada di sana tanpa jejak.

Menyadari Naruto yang tidak ada di sana, Mai segera mengedarkan pandang ke sekitar untuk mencari keberadaan pemuda tersebut di tengah keramaian pasar.

"Naruto" gumam Mai saat menemukan sosok yang ia maksud sedang berdiri di depan sebuah lapak di pinggir jalan. Gadis itu pun bergegas melangkahkan kaki menuju posisi si pemuda berada sekarang.

"mengapa kau meninggalkanku sendiri dan malah berada di sini, Naruto?" tanya Mai yang kini telah berdiri di samping Naruto.

Naruto mengalihkan perhatian sejenak untuk melihat sekilas Mai yang berdiri di sampingnya, sebelum kemudian kembali memandang lapak di depannya yang menjual berbagai macam senapan lengkap dengan perlengkapannya.

"aku sedang mencari senapan yang cocok"

"hm? Bukankah kau sudah punya senapan hadiah dari kakakmu dan senapan besar yang kau gunakan untuk menembak mentri Lokal sebulan yang lalu, lalu kenapa kau mencari senapan lagi"

"Cheytac M200 itu bukan punyaku, itu milik Menma-nii. Dan aku mencari senapan bukan untukku, melainkan untuk dirimu" jawab Naruto yang masih sibuk melihat-lihat berbagai senapan yang sengaja dipajang oleh si pedagangnya.

"untukku?"

"ya. Menurutku kau membutuhkan senapan yang bisa digunakan dari jarak jauh"

"umm... baiklah, pilihkan senapan yang cocok untukku, ya?" tukas Mai dengan senyum manis yang ia tunjukan, namun Naruto sama sekali tidak menggubris ucapan Mai yang membuat gadis pirang tersebut menggembungkan pipinya kesal.

"boleh aku lihat yang itu?" ucap Naruto seraya menunjuk salah satu senapan yang dijual di lapak.

"silahkan dilihat" tukas si penjual yang duduk bersila di lapaknya sembari menyerahkan senapan yang ditunjuk oleh Naruto.

Begitu senapan bertipe bolt action yang disodorkan oleh si penjual telah berada di tangannya, Naruto langsung mengecek kondisi senapan tersebut dengan penuh ketelitian. Mengamati setiap inci bagian senapan sebelum beralih mengokangnya untuk memeriksa mekanisme senapan apakah berkerja dengan baik atau tidak.

Mai menatap intens apa yang sedang Naruto lakukan tersebut, ini sudah yang ke 3 kali dirinya melihat Naruto melakukan hal tersebut saat menyentuh senapan.

Naruto mengamati kart ridge internal senapan, dimana terlihat slot kosong yang sanggup dimasuki oleh 5 butir peluru sekaligus.

Kembali menodorong tuas kokang sehingga slot kart ridge internal kembali tertutup dan beralih menarik pelatuknya.

Ctik!

Hanya suara cetikan yang muncul saat pelatuk senapan tersebut ditarik.

Selesai melakukan pengecekan pada senapan, Naruto menyerahkan senapan tersebut kepada Mai yang sedari tadi memandangnya "ini senapan yang cocok untukmu" ujar Naruto begitu senapan tersebut berpindah tangan ke tangan Mai.

"apa nama senapan ini?" tanya Mai saat senapan tersebut telah berada di tangannya.

Naruto hanya diam mendengar pertanyaan dari Mai sebab dirinya tidak apa nama dari senapan tersebut, yang dirinya tahu pasti senapan tersebut adalah senapan bertipe bolt action, itu saja.

"senapan itu bernama Mosint Nagant, nona. Senapan bertipe bolt action yang memiliki jarak efektif sekitar 800 meter lebih" jelas si penjual dengan senyuman yang terpatri di wajah tuanya. Ngomong-ngomong penjual tersebut adalah seorang pria tua.

"bolt action?" beo Mai bingung dengan istilah tersebut.

"bolt action atau aksi cepat adalah tipe senapan yang mengharuskan menarik tuas kokang di setiap sebelum dan sesudah tembakannya. Semakin cepat kau bisa mengokangnya maka semakin cepat pula kau dapat menembakannya kembali" ucap Naruto menjelaskan yang mampu membuat Mai sedikit mengerti.

Tatapan Mai yang semula penuh binar perlahan mulai berubah suram saat mulai mengerti maksud dari penjelasan Naruto mengenai senapan di tangannya tersebut "Kalau begitu... ini senapan yang cukup merepotkan penggunaannya" gerutu Mai dengan aura pundung menatap senapan Mosint Nagant di tangannya.

"senapan bolt action memiliki akurasi tinggi dan jarak tembak yang cukup jauh sehingga senapan jenis ini lebih cocok untuk tembakan jarak jauh" jelas Naruto dengan nada netral.

Pandangan Mai terhadap senapan bolt action sedikit berubah setelah mendengar penjelasan dari Naruto mengenai kekurangan dan kelebihan senapan dengan tipe tersebut. Dirinya telah salah menilai Mosin Nagant yang berada dalam genggaman tangannya ini.

"sepertinya anda memahami betul mengenai senapan" celetuk si penjual yang rupanya juga mendengar penjelasan singkat yang disampaikan oleh Naruto.

"tidak, tidak begitu banyak pengetahuanku mengenai senapan" tukas Naruto netral "paman jika ada, beri juga alat bidik optik yang cocok untuk Mosin Nagant ini" sambungnya.

"tentu saja ada" tukas si penjual sembari menunjukan sebuah benda silinder berwarna hitap yang masing-masing ujungnya terdapat kaca, diketahui benda tersebut adalah alat bidik yang dimaksudkan Naruto.

Naruto mengambil scope tersebut dari tangan si penjual sebelum kemudian mengamati sejenak benda tersebut "Mosin Nagant dan alat bidik optik ini berapa total harganya?" tanyanya.

"Hmm... cukup 3 keping perak saja" jawab si penjual dengan senyum ramah.

Sedikit informasi. Di dunia ini senapan dianggap sebagai senjata kelas rendah atau senjata sampah walaupun senapan lebih efektif digunakan dalam pertempuran. Itu dikarenakan senapan dianggap senjatanya para pengecut dan diperuntukan bagi para prajurit tingkat bawah yang tidak memiliki kekuatan sihir.

Orang-orang lebih memilih senjata seperti pedang, tombak, panah, dan sebagainya sebab senjata-senjata tersebut dapat ditempa bersama energi sihir dan dapat juga dialiri mana sehingga dapat meningkatkan daya tempur saat digunakan, tidak seperti senapan yang entah mengapa tidak bisa dialiri oleh energi sihir.

Mendengar nominal harga yang disebutkan, Naruto merogoh saku celananya, mengambil 3 keping koin perak dan menyerahkannya kepada si penjual.

Si penjual menengadahkan tangan kanannya menerima uang tersebut dan bersamaan tangan kirinya menyodorkan 2 striper peluru yang masing-masing striper tersusun rapi 5 butir peluru.

Naruto hanya menatap diam amunisi yang disodorkan oleh si penjual dengan posisi tangan yang masih terjulur ke depan paska memberikan uang.

"anggap saja ini sebagai bonus untuk pasangan seperti kalian" ujar si penjual dengan senyum lebar.

Semburat merah mulai hinggap di kedua pipi putih milik Mai saat mendengar apa yang dikatakan oleh si penjual.

Sedangkan Naruto tampak bingung dengan maksud dari pria paru baya di hadapannya ini.

Naruto tidak mau membuang waktu untuk berpikir lebih jauh mengenai apa yang dikatakan oleh si penjual yang kemudian tangannya yang masih terjulur tergerak mengambil 2 striper bersusun peluru tersebut.

"terimakasih atas pemberiannya" ucapnya sembari memasukan 2 striper peluru bonus tersebut ke dalam tas kecil di pinggang belakangnya.

"sama-sama" tukas si penjual ramah.

.

...Skip...

.

Terlihat 2 orang berbeda gender yang berdiri di tengah-tengah luasnya hamparan padang rumput yang berada di sisi lain lereng gunung.

Kedua orang tersebut adalah Mai yang membawa senapan Mosin Nagant dalam pelukannya dan Naruto yang menenteng sekeranjang buah apel yang tidak diketahui untuk apa pemuda itu membawanya.

Mungkin mereka berniat untuk piknik di padang rumput berbidang sedikit miring tersebut, sayangnya bukan itu tujuannya.

Tempat yang cocok untuk berlatih menembak tanpa perlu merasa khawatir dengan suara bising yang dihasilkan oleh letusan senjata api yang akan mengganggu kenyamanan karena padang rumput ini terletak cukup jauh dari pemukiman.

Naruto memandang sejenak hamparan padang rumput di sekitarnya sebelum kemudian meletakan keranjang berisi beberapa buah apel di atas rerumputan "Ini tempat yang cocok untuk latihan menembak" ujar Naruto kemudian.

"pertama-tama... apa yang harus aku lakukan Naruto?" tanya Mai yang berdiri di samping Naruto membuat pemuda tersebut mengalihkan perhatian ke arahnya.

"Sekarang cobalah untuk menarik tuas kokang senapanmu" ujar Naruto yang dituruti oleh Mai yang menarik tuas kokang senapannya ke belakang sehingga dari atas body senapan terlihat slot kosong di dalam frame senapan.

Naruto merogoh tas kecil di pinggang belakangnya dan mengeluarkan 5 butir peluru yang tersesusun sejajar dengan striper yang menyangga kelima butir peluru tersebut agar tetap sejajar.

"masukan kelima butir peluru ini ke dalam kart ridge secara bersamaan" ucap Naruto memberikan 5 peluru berstriper pada Mai.

Mai menerima peluru tersebut dan kemudian rasa bingung melanda dirinya karena dirinya tidak tau harus diapakan kelima peluru tersebut.

"posisikan peluru berstriper itu di kart ridge dalam posisi ujung runcing peluru menghadap ke depan dan tekan peluru masuk ke dalam menggunakan ibu jari" intruksi Naruto selanjutnya yang dituruti dan dicoba oleh Mai.

Mai mencobanya dengan perlahan dan berhasil, kelima butir peluru berhasil masuk ke dalam kart ridge menyisakan striper peluru yang tidak masuk ke dalam dan tetap berdiri hingga striper terlepas saat butir peluru terakhir yang ditopang masuk ke dalam kart ridge.

"sekarang dorong kembali tuas kokangnya dan cobalah menembak. Jangan lupa posisi popor di antara ketiak dan bahu untuk menahan recoil senapan" ujar Naruto menunjuk ke arah lain memberi tau Mai untuk mencoba menembakan senapan tersebut ke birunya langit yang terbentang luas.

Mai mendorong tuas kokang senapan ke depan sehingga kart ridge internal berisi 5 butir peluru yang tersusun vertikal tertutup, kemudian gadis pirang itu memposisikan popor Mosin Nagant di antara ketiak dan bahunya dengan maksud untuk menahan recoil dari senapan tersebut.

Mai membidik langit biru yang terbentang luas dengan perasaan ragu yang sedikit mengganggunya, ragu apakah benda yang ia gunakan ini aman untuk dicoba atau tidak, berusaha menepis perasaan ragu tersebut sebelum kemudian jari telunjuknya menarik pelatuk senapan secara perlahan.

Jdarr!

Badan Mai sedikit terhentak ke belakang saat Mosin Nagant miliknya memuntahkan proyektil berkecepatan tinggi ke langit bebas. Rasa lega membuncah di dalam hati Mai saat senapan tersebut berhasil ditembakan.

Mai tersenyum tipis merasakan sensasi yang tiba-tiba muncul saat menembakan senapan yang baru kali ini ia rasakan. Ia berpikir mungkinkah sensasi yang sama juga dirasakan oleh Naruto saat mengunakan senapan?

"Mai, tolong lemparkan ini. Terserah ke arah mana" ucap Naruto menyodorkan sebuah apel yang sukses membuyarkan lamunan Mai.

"untuk apa apel ini?" tanya Mai menerima apel tersebut dan pandangannya pun tertuju pada tangan kanan Naruto yang membawa senapan Winchester.

"kau lihat saja" tukas Naruto mendorong ke depan tuas kokang di bawah gagang sehingga penutup bagian atas body Winchester terbuka memperlihatkan magazine internal yang kosong, memasukan satu butir peluru ke dalam magazin internal Winchester sebelum kemudian kembali menarik tuas kokang merapat ke gagang senapan.

Selesai dengan urusannya, Naruto mengangguk sebagai isyarat dirinya telah siap.

Mai yang melihat isyarat dari Naruto langsung saja melempar buah apel ke arah lain dengan gaya lemparan melambung tinggi ke udara.

Tanpa membuang banyak waktu Naruto langsung membidik apel yang tengah melambung di udara tersebut dengan senapannya.

Seperkian detik kemudian waktu di sekitar terasa berjalan lambat bagi pemuda keturunan BrotherHood itu saat dirinya menahan nafas. Fokus membidik apel yang mulai jatuh dari ketinggian 5 meter dalam gerakan lambat.

Yakin bidikannya tepat, Naruto pun menarik pelatuk dari senapan bernama Winchester miliknya.

Jdarr!

Mai kagum melihat buah apel tersebut hancur di udara menjadi beberapa bagian kecil saat ditembus oleh proyektil berkecepatan tinggi yang ditembakan dari senapan lever action yang digunakan Naruto.

"bagaimana caranya kau bisa menembak tepat sasaran seperti tadi?" tanya Mai yang tampak antusias dengan background ilusi berbintang-bintang.

"ada tekniknya. Mengontrol detak jantung dan menahan nafas saat membidik target... ketenangan adalah kuncinya. Memperkirakan kecepatan angin juga diperlukan saat melakukan tembakan jarak jauh, terutama di tempat terbuka seperti ini yang sewaktu-waktu angin dapat berhembus dan itu dapat mempengaruhi laju tembakan proyektil"

Jelas Naruto sembari mengokang Winchester miliknya sehingga senapan tersebut mementalkan selongsong peluru kosong dari bagian atas frame. (Winchester milik Naruto adalah Winchester M1895. Jika kurang jelas kalian bisa mencari informasi menganai senapan tersebut di google atau youtube)

Kemudian Naruto kembali menyimpan Winchester miliknya ke dalam kantung sihir dan menyimpan kantung sihir tersebut ke dalam tas kecil di pinggang belakangnya.

"tembakan jarak jauh? Membidik target dari jarak jauh pasti cukup sulit, kecuali jika memiliki pengelihatan yang sangat tajam seperti burung elang" tukas Mai.

"itu sebabnya ada alat ini" ujar Naruto menunjukan sebuah alat bidik optik berbentuk silinder dengan kaca yang terpasang di kedua ujung benda silinder tersebut.

"ini...?"

"alat bidik optik. Alat ini saangat membantu untuk membidik dari jarak yang cukup jauh, hampir seperti teropong jarak jauh. Tapi kelemahan benda ini memantulkan cahaya karena optiknya yang terbuat dari kaca sehingga posisi saat mengintai dapat diketahui oleh musuh" jelas Naruto memberikan scope tersebut kepada Mai.

Mai menerima dengan baik scope yang diberikan Naruto tersebut.

"kau tidak bisa mengisi peluru menggunakan striper jika kau memasang scope pada senapanmu. Kau harus mengisinya dengan cara memasukan peluru ke dalam kart ridge satu-persatu, karena pemasangan scope pada senapan bolt action akan menyusahkan penggunaan striper saat mengisi amunisi karena scope akan sedikit menghalangi slot kart ridge senapan kecuali senapan tersebut memiliki magazine eksternal yang dapat dilepas" tambah Naruto panjang lebar.

(A/N : saya sarankan kalian untuk banyak-banyak search di google dan nonton Youtube tentang mereload senapan yang saya terangkan di atas agar tidak bingung)

Tak! Tak! Tak!

Tak! Tak! Tak!

Perhatian Mai dan Naruto tersita saat mendengar suara langkah kaki 2 ekor kuda yang mendekat ke arah mereka.

Mereka berdua pun mengalihkan perhatian ke asal suara yang mana terlihat 2 ekor kuda berwarna kecoklatan sedang berjalan ke arah mereka, dan salah satu dari kedua kuda tersebut ditunggangi oleh seorang berjubah hitam yang merupakan kakak angkat Naruto.

"sekarang saatnya Naruto" ucap Menma tanpa turun dari dari sedel tunggangan.

Naruto hanya diam dan menggangguk sebagai jawaban, kemudian dirinya kembali menatap Mai yang berdiri disampingnya.

"maaf Mai. Aku harus pergi. Dan maaf aku tidak banyak mengajarimu"

Mai menggeleng pelan "tidak apa-apa. Yang kau sudah cukup bagiku, sekarang diriku tinggal berlatih sendiri" tukas Mai dengan senyum manis yang ia tunjukan "sekarang pergilah jalankan tugasmu..." sambungnya dengan senyum manis yang belum luntur dari wajahnya.

Naruto mengagguk dalam diam sebelum kemudian bergegas menunggangi salah satu kuda yang datang bersama Menma.

Menma menyerahkan tali pengikat rahang bawah kuda yang ditunggangi Naruto kepada pemuda keturunan BrotherHood tersebut.

"aku pinjam Naruto dulu, nona Mai" ujar Menma sebelum kemudian memacu kudanya untuk pergi dengan berlari sedang.

Naruto memandang sejenak Mai yang balik menatapnya sebelum kemudian memacu kudanya dalam kecepatan sedang guna menyusul Menma yang sudah berjarak beberapa meter di depan.

"berhati-hatilah... Naruto" gumam Mai memandang sosok Naruto yang tengah menunggang kuda semakin menjauh.

.

.

.

.

.

.

.

Dikirim, ke dunia lain?

.

.

.

.

.

.

.

Perjalanan menuju barat tidak semudah yang dibayangkan... dikarenakan medan yang berupa penggunungan batu yang curam dan terjal dengan lembah-lembah beraliran sungai yang cukup dalam.

Tidak memungkinkan transportasi darat untuk digunakan di medan seperti itu dan dipastikan hanya transportasi udara yang sanggup melaluinya.

Terkecuali jika ada seseorang yang benar-benar nekat melaluinya tanpa alat transportasi apapun.

Grab!

Seorang pemuda dengan jubah dan kerudung kepala yang dikenakannya tengah memanjat tebing batu dengan lincahnya, berpegang dan berpijak pada celah tebing untuk dapat memanjat dalam gerakan cepat bak atlit panjat tebing internasional.

Memanjat tanpa rasa takut akan ketinggian tebing batu yang mencapai puluhan meter.

Berhenti memanjat dan melepaskan sejenak cengkraman tangan kirinya pada celah-celah tebing, pemuda berjubah Assassin putih tersebut memandang dari ketinggian pemandangan gurun pasir keemasan, pegunungan batu, dan beberapa lembah berdasar aliran sungai yang tersaji di depan mata.

"indah bukan..." celetuk seorang pemuda bersurai hitam jabrik yang bergelantungan dengan satu tangan mencengkram celah-celah tebing.

Pemuda berjubah Assassin putih pun menoleh ke samping di mana pemuda bersurai hitam jabrik tersebut berada di sana.

"seperti Grand Canyon. Ya... walaupun terlihat lebih ekstrim dari aslinya" sambung si pemuda bersurai hitam jabrik dengan pandangan menerawang jauh ke depan.

Pemuda berjubah Assassin putih hanya diam mendengar pernyataan dari pemuda bersurai hitam yang merupakan kakak angkatnya tersebut. Mensetujui dalam hati ucapan sang kakak atas keindahan dari Grand Canyon dunia lain yang tersaji di hadapan mereka.

"Sudah cukup menonton pemandangannya, ayo bergegas Naruto! Kita sudah dekat dengan puncak tebing ini" ujar si pemuda bersurai hitam jabrik kembali memanjat tebing.

Terdiam sejenak menuruti perkataan Menma sebelum kemudian kembali memanjat.

Namun kegiatan memanjat si pemuda berjubah Assassin putih kembali terhenti saat melihat seekor burung elang yang terbang bebas mengarungi birunya langit, dan entah mengapa muncul suatu firasat dalam benaknya melihat burung elang tersebut.

"Hoi Naruto, cepatlah naik ke atas! Ada sesuatu yang harus kau lihat!" terdengar seruan dari Menma di puncak tebing, membuat pemuda pemilik nama 'Naruto tersebut menoleh ke asal suara dan dengan lincah kembali memanjat ke puncak.

Satu tumpuan kuat kakinya pada celah tebing berhasil membawanya berada di puncak tebing, memandang sekitar dan menemukan sang kakak tengah berdiri berhadapan dengan seorang pemuda asing dengan jubah beraksen biru-putih lengkap dengan kerudung kepala yang pemuda tersebut kenakan.

Memandang dalam diam pemuda berjubah biru-putih yang tengah bercakap-cakap dengan Menma, sebelum kemudian kedua pemuda tersebut menyadari keberadaanya yang tengah memperhatikan mereka sedari tadi.

"Naruto, lihat siapa yang kebetulan kita temui ini" ujar Menma seraya menepuk pundak pemuda berjubah biru-putih yang berada di sampingnya.

Pemuda berjubah biru-putih tersebut menunjukan senyum tipis kepada Naruto sebelum kemudian membuka suaranya "lama tidak berjumpa, Naruto"

Dari balik bayangan kerudungnya, Naruto menautkan alis mendengar pemuda asing yang baru ia temui tersebut menyebut namanya.

Siapa pemuda itu? Mungkinkah salah satu sahabat dari kakaknya?

Tapi pemuda itu bicara dengan nada seakan sudah mengenal dirinya sejak lama, terdengar seperti keluarga sendiri.

Berbagai pertanyaan dalam kepala Naruto terjawab begitu pemuda berjubah biru-putih tersebut menyingkap kerudung kepala yang dikenakannya, menampakan rupa seorang pemuda bersurai pirang dengan tatapan mata tajam beriris biru samudra yang dimilikinya.

'Ash...' batin Naruto mengenali siapa pemuda berjubah biru-putih tersebut.

Seseorang yang ia kenal di dunianya yang dulu, seseorang yang besar bersamanya dan seseorang yang ia anggap sebagai kakaknya sendiri selain Menma.

Bagaimana bisa orang itu berada di tempat ini... dunia ini?

"kau pasti bertanya-tanya bagaimana Ash ada di dunia ini? Ia sudah berada di dunia ini 3 tahun lamanya. Kira-kira 1 tahun sebelum diriku dikirim ke dunia ini" ujar Menma sembari mengelus dagunya sendiri.

"jadi kau juga dikirim oleh kakek tua bernama Rikudou ke dunia ini?" tanya Naruto melontarkan pertanyaan kepada Ash.

"ya begitulah... Kesampingkan dulu hal itu. Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan pada kalian, ini suatu hal yang menyangkut tentang kita" tukas Ash dengan nada serius hingga berhasil membuat Menma dan Naruto terdiam.

(A/N : Aslan Jade Callenreese atau biasa dipanggil Ash Lynx adalah karakter utama dari anime Banana Fish... dan jubah biru-putih yang dipakai Aslan seperti jubah Assassin milik Edward Kenway di game Assassin Creed IV : Black Flag)

.

.

Menma dan Naruto... kedua pemuda tersebut memandang api unggun yang menari-nari di kegelapan malam dalam diam.

Di depan mereka, dipisahkan oleh api unggun, nampak sosok Ash yang duduk bersila dengan ekspresi teduh yang diperlihatkannya.

Keheningan melanda setelah beberapa saat yang lalu Ash menyampaikan suatu cerita... cerita yang mampu mengejutkan Menma dan Naruto hingga kedua pemuda tersebut diam membisu di tempat.

"begitu rupanya... kita adalah saudara" gumam Menma yang sedari tadi diam memandang api unggun di hadapannya. Senyum tipis Menma tunjukan, hatinya merasa bahagia mengetahui apa yang disampaikan oleh Ash, namun bersamaan sisi lain di hatinya bergejolak marah.

Ash mengangguk pelan "kita bertiga adalah saudara. Kita memiliki ayah yang sama namun dilahirkan oleh ibu yang berbeda... tepatnya aku memiliki seorang ibu yang berbeda dengan kalian yang dilahirkan oleh seorang ibu yang sama, dengan kata lain kalian berdua adalah saudara kandung"

Menma terdiam sebelum kemudian membuka suaranya "aku senang mengetahui kita bertiga adalah saudara yang memiliki satu ayah yang sama, namun bersamaan aku merasa marah dengan alasan kita dilahirkan dan ayah kita yang dibawa ke dunia ini"

Naruto, salah satu pemuda keturunan BrotherHood berjubah Assassin putih, memandang Menma yang duduk di sebelahnya dalam diam, sebelum kemudian kembali memandang Ash yang kini ia ketahui adalah salah satu kakaknya dari ibu yang berbeda selain Menma yang merupakan kakak kembarnya (kandung).

"benda itu... Apple of Eden. Tak kusangka benda itu ada di dunia ini" ucap Naruto membuka suaranya.

Apple of Eden, artefak kuno yang berasal dari dunia asal mereka (Ash, Menma, Naruto). Benda yang sudah ada sejak zaman Mesir kuno tersebut adalah artefak yang dibuat oleh dewa Anubis, dewa yang berkuasa atas daratan Mesir pada masa itu.

Apple of Eden memiliki kemampuan untuk memanipulasi segala jenis makhluk hidup sehingga siapa pun yang memegang benda tersebut sudah dipastikan dapat menguasai dunia.

Menurut legenda, pada masa itu dewa Anubis menggunakan benda buatannya tersebut untuk memanipulasi setiap manusia di daratan mesir sehingga semua tunduk padanya.

Namun ajaibnya terdapat sekelompok orang yang sedikitpun tidak terpengaruh oleh kekuatan Apple of Eden.

Mereka yang tidak terpengaruh oleh kekuatan Apple of Eden mulai berkumpul membentuk sebuah oraganisasi yang diberi nama BrotherHood.

Organisasi BrotherHood mulai melawan kekuasaan dewa Anubis pada kala itu.

Manusia menentang dewa sungguhlah terdengar konyol.

Namun, para BrotherHood tidak hanya kebal terhadap pengaruh Apple of Eden tapi juga kebal terhadap kekuatan dewa Anubis itu sendiri, seakan para BrotherHood dapat menetralkan segala macam kekuatan sepiritual.

Sehingga kemengan berada di tangan para BrotherHood dengan terbunuhnya dewa Anubis di tangan salah satu BrotherHood.

Sejak saat itu Apple of Eden dijaga oleh para BrotherHood dari generasi ke gerasi agar artefak kuno dengan kekuatan yang mampu menguasai dunia tersebut tidak jatuh ke tangan orang yang salah.

Secara garis besar Naruto sudah tahu mengenai Apple of Eden sebab Rikudou yang memasukan informasi tersebut ke dalam kepalanya saat dirinya pertama kali dikirim ke dunia ini.

"dulu dunia ini dikuasai oleh ras iblis yang menebarkan teror buruk dan malapetaka. Tidak banyak makhluk di dunia ini yang mampu untuk mengimbangi kekuatan yang dimiliki ras iblis. Hingga akhirnya dewa Rikudou turun tangan dengan membimbing 2 makhluk untuk mencari kekuatan yang mampu untuk melawan ras iblis, dan kekuatan itu ada di dunia asal kita"

"kekuatan itu... yang dimaksud adalah Apple of Eden?" tukas Menma menimpali penjelasan Ash.

"benar sekali. Apple of Eden dicari dan akhirnya berhasil ditemukan oleh kedua makhluk yang dikirim oleh dewa Rikudou ke dunia asal kita. Tapi dengan kekuatan luar biasa yang dimiliki Apple of Eden, bukan hal yang mustahil pikiran seseorang yang memegangnya dapat dikendalikan oleh benda tersebut. Oleh sebab itu ayah yang memiliki darah keturunan BrotherHood dibawa oleh kedua makhluk tersebut ke dunia ini... ayah yang waktu itu masih 12 tahun dibawa ke dunia ini dan diperintahkan untuk membantu melawan ras iblis dengan menggunakan Apple of Eden." Jelas Ash panjang lebar.

"menggunakan ayah seperti alat yang dapat mengendalikan Apple of Eden dan sekarang ayah dipenjara seperti alat sekali pakai. JANGAN BERCANDA?!" geram Menma yang langsung menarik perhatian dari kedua saudaranya.

"tenangkan dirimu Menma. Ayah dipenjara karena perlawanannya kepada Kekaisaran yang berencana menggunakan Apple of Eden untuk menguasai dunia ini setelah kemenangan mereka melawan ras iblis 17 tahun lalu"

"lalu tujuan kedua makhluk itu melahirkan kita hanya untuk menggantikan ayah yang tidak tunduk lagi kepada Kekaisaran?! Sial!"

Ash dan Naruto hanya bisa diam melihat Menma yang tampak sangat marah tersebut.

"pertanyaanku mengapa kita yang baru lahir dikirim kembali ke dunia asal kita dan mengapa mereka tidak merawat kita sebagaimana harusnya orang tua lakukan?" tanya Naruto tidak peduli dengan Menma yang menggerutu tidak jelas di sampignya.

"kemampuan dan insting bertarung seorang anak keturunan BrotherHood akan semakin meningkat apabila anak tersebut besar dan tumbuh tanpa figur orang tua, menjadi sosok Assassin berdarah dingin tanpa emosi bisa menjadi kemungkinannya"

"jadi... mereka berencana menjadikan kita sebagai mesin pembunuh tanpa emosi?" tukas Naruto menarik kesimpulan dari jawaban yang diberikan Ash.

"dan contohnya adalah Naruto" celetuk Menma sembari menepuk dahinya sendiri.

"aku bukannya tidak memiliki emosi, hanya saja aku bingung harus menunjukan ekspresi seperti apa saat berintraksi" bela Naruto dengan nada netral yang membuat Menma menggeleng dan menghembuskan nafas pasrah.

Ash tersenyum tipis melihat interaksi antara Menma dan Naruto yang merupakan kedua adiknya dari ibu yang berbeda tersebut "Menma" panggilnya yang berhasil menarik perhatian sang pemilik nama, begitupun juga Naruto yang ikut menoleh walaupun namanya tidak disebut.

Ash menunjukan sebuah gauntlet yang dilengkapi dengan bilah Hidden Blade dan semacam pelontar tali kecil di bagian pergelangan gauntlet.

(A/N : Gauntlet yang ditunjukan Ash seperti gauntlet milik Jacob di game Assassin Creed Syndicate)

Menma memandang dalam diam Gauntntlet yang ditunjukan oleh Ash tersebut, dirinya merasa bingung.

"nenek adalah seorang ninja dan kakek seorang BrotherHood sehingga ayah mewarisi darah seorang ninja dan BrotherHood yang mengalir di dalam dirinya. Walaupun begitu, ayah memilih untuk menjadi seorang BrotherHood dan berusaha menjalankan tugasnya sebaik mungkin... Menma, kini giliranmu untuk menentukan pilihan"

Menma hanya bisa diam mendengar setiap kalimat yang diucapkan oleh Ash. Menoleh ke samping dimana Naruto duduk di sana...

Memandang adik kembarnya yang tidak memiliki darah keturunan Ninja dan terlahir sebagai seorang BrotherHood.

Menma kembali menatap Ash dengan ekspresi serius. Melepas sarung tangan yang membungkus tangan kirinya serta melingkis lengan jubah hitamnya sebelah kiri sebelum kemudian tangannya tergerak meraih Gauntlet yang disodorkan oleh Ash dan memakaikan Gauntlet tersebut ke tangan kirinya dalam diam.

"sepertinya menjadi seorang BrotherHood bukanlah hal yang buruk" ujar Menma sembari memandang teduh Gauntlet yang kini telah ia kenakan di tangan kirinya

Senyum tipis terpatri di wajah tampan Ash mendengar ucapan Menma "selamat datang di BrotherHood" ucapnya menyambut Menma.

Naruto hanya memandang dalam diam tanpa sepatah kata melihat kedua kakaknya yang sama-sama memiliki mata beriris biru samudra seperti dirinya tersebut.

Naruto beralih memandang api unggun yang menari-nari di hadapannya... dalam pikirannya terngiang informasi mengenai BrotherHood yang kebal terhadap pengaruh Apple of Eden dan kekuatan dewa Anubis-

Tunggu dulu, ada sesuatu yang janggal. Walaupun Naruto dibilang agak blo'on oleh Menma namun dirinya berhasil menyadarinya.

Segera mungkin Naruto memandang ke arah sang kakak berambut pirang yang tengah sibuk dalam obrolan ringan bersama sang kakak berambut hitam "Ash. Menurut yang kutahu, BrotherHood kebal terhadap pengaruh dari Apple of Eden dan kekuatan milik dewa Anubis..."

Ash dan Menma langsung menghentikan obrolan mereka begitu mendengar Naruto yang tiba-tiba membuka suaranya. Mereka hanya diam mengunggu Naruto yang menjeda ucapannya.

"aku menarik kesimpulan bahwa kemungkinan BrotherHood juga kebal terhadap kekuatan magis dan supranatural, benarkah begitu?" sambung Naruto mengemukakan pendapat dalam pikirannya.

"itu benar. BrotherHood yang tidak terpengaruh oleh kekuatan Apple of Eden rupanya juga memiliki kekebalan terhadap kekuatan magis dan supranatural yang ada di dunia ini, seakan kita Para BrotherHood dapat menetralkannya. Aku sudah membuktikannya beberapa kali" jelas Ash memberi jawaban.

Naruto terdiam setelah mendengar penjelasan yang disampaikan oleh kakak tertuanya tersebut 'jadi itu sebabnya aku baik-baik saja walaupun menerima telak serangan sihir tingkat tinggi waktu itu... dan itu terjadi 2 kali. Menetralkan ya' batinnya.

"Tidak terpengaruh oleh kekuatan sihir maupun kutukan... kehadiran BrotherHood menyebabkan peran sihir yang sangat dibanggkan di dunia ini menjadi tidak berarti" celetuk Menma yang memandang langit malam bertabur jutaan bintang.

Keheningan kembali melanda ketiga saudara itu di tengah gelapnya suasana malam.

"sebenarnya, ke mana tujuan kalian berdua pergi?" tanya Ash yang berhasil memecah keheningan yang melanda.

"Romaz" jawab Naruto melemparkan sepotong tongkat kayu ke arah bara yang dilahap api tanpa bertatap muka dengan Ash, sebab perhatiannya yang tertuju ke arah api unggun.

"ada sesuatu yang perlu dilakukan di sana" tambah Menma.

Ash mengelus dagu mendengar pernyataan dari kedua adiknya itu "Romaz ya..."

.

Skip time, pagi hari pukul 10:07

.

Menma, Ash, dan Naruto, ketiga pemuda itu saat ini tengah melangkahkan kaki menyusuri luasnya hamparan gurun pasir dalam balutan busana khas daerah gurun yang mereka kenakan masing-masing.

Kain sorban berwarna putih kusam masing-masing mereka kenakan guna melindungi kepala dari trik matahari yang menyengat dan menutupi hidung maupun mulut dari partikel-partikel pasir yang beterbangan ketika terjadi badai pasir.

Tidak terlihat satu pun senjata yang melekat di tubuh ketiga pemuda tersebut. Bahkan tongkat kayu yang dibawa oleh Naruto tidak bisa disebut sebuah senjata yang malah menjadikan pemuda bersurai putih itu tampak seperti seorang pengembala dengan tongkatnya.

Pemandangan gurun pasir yang gersang mulai sedikit berbeda dikarenakan beberapa pohon dan rumput yang tumbuh di sekitar serta bongkahan-bongkahan batuan granit berukuran terbesar sampai terkecil yang terdapat di mana-mana.

Semilir angin menerpa diri mereka dari arah barat membawa bau asin air laut ke indra penciuman.

Sekitar 1 km di depan mereka, tampak sebuah negeri yang dibangun di atas tanjung yang memiliki ketinggian beberapa meter di atas permukaan laut (tanjung : daratan yang menjorok ke laut).

Itulah Romaz, negeri yang menjadi tujuan Ash, Menma, dan Naruto.

Ketiga saudara itu menghentikan langkah kaki ketika 2 orang prajurit bertubuh tegap nan kekar dalam balutan armor Gladiator lengkap dengan perisai dan tombak menghadang jalan ketiga saudara tersebut.

Tatapan penuh selidik terpancar dari masing-masing pasang mata kedua prajurit Romaz.

Menma menyingkap kain sorban yang menutupi sampai pangkal hidungnya "izinkan kami masuk. Kami hanyalah pengembara yang membutuhkan tempat beristirahat dan makanan"

Kedua prajurit Romaz masih terlihat ragu walaupun telah mendengar penjelasan dari Menma. Mereka tidak diijinkan untuk memperbolehkan sembarangan orang masuk ke dalam kota sebab suatu keadaan yang tengah terjadi di negeri Romaz.

Di lain sisi, Elemental Nation memiliki peraturan yang mengaggap seorang pengembara sebagai tamu yang harus diperbolehkan untuk singgah di suatu Negeri yang didatangai apapun kondisinya.

Sehingga kedua prajurit tersebut merasa bimbang untuk memperbolehkan ketiga saudara untuk masuk atau tidak.

"baiklah, kalian boleh masuk. Tapi sebelum kalian masuk, kami harus memeriksa barang bawaan kalian terlebih dahulu" ucap salah satu prajurit.

"silahkan. Tidak ada barang lain yang kami bawa, selain pakaian yang melekat di masing-masing tubuh kami dan tongkat kayu yang dibawa saudaraku" ujar Ash

Mendapat persetujuan, salah satu prajurit mulai melakukan pemeriksaan dengan cara menepuk-nepuk di beberapa bagian badan dan paha ketiga pemuda itu bergantian guna mengetahui adakah senjata yang disembunyikan namun hasilnya nihil. Naruto, Menma, dan Ash dinyatakan bersih.

"kalian boleh masuk" ucap prajurit yang sedari tadi hanya berdiri diam menyaksikan temannya melakukan pemeriksaaan kepada Ash, Naruto, dan Menma. Bersiaga seandainya ketiga pemuda tersebut memperlihatkan gerak-gerik aneh di saat pemeriksaan.

"terimakasih banyak" ucap Menma ramah berlalu melewati kedua prajurit Romaz bersama Ash yang memberikan anggukan kecil sebagai tanda terimakasih dan Naruto yang hanya lewat begitu saja tanpa sepatah kata.

""nikmati waktu kalian di Romaz dan selamat datang!"" ujar kedua prajurit kompak dengan senyum lebar masing-masing yang mereka tunjukan. Memandang punggung ketiga pemuda yang semakin jauh memasuki kota.

"hei, kau yakin memperbolehkan pengembara masuk ke dalam kota di saat seperti ini?" tanya si prajurit A, prajurit yang telah melakukan pemeriksaan kepada Naruto, Menma dan Ash beberapa saat lalu.

"tidak masalah. Aku hanya mengikuti peraturan yang ada di Elemental Nation sejak dulu" jawab si prajurit B.

"Hmm... begitu ya. Aku merasa akan ada sesuatu yang besar segera terjadi" gumam si prajurit A yang membuat si prajurit B terkekeh mendengarnya.

Si prajurit B memandang ke arah bangunan berukuran paling besar yang berdiri kokoh di puncak tertinggi tanjung "semoga raja Yuto menolak tawaran dari Kekaisaran" gumamnya pelan.

.

.

3 bersaudara (Ash, Menma, dan Naruto) melangkah bersama menyusuri ramainya jalanan kota Romaz yang memiliki arsitektur Romawi kuno.

Keadaan kota terlihat sangat ramai dan ricuh seperti tengah terjadi demo masal yang dilakukan oleh seluruh kota.

Tua, muda, wanita dan pria, semua berkumpul memenuhi seluruh sudut kota dan menyerukan suara mereka yang bercampur dalam kericuhan.

Terlihat pula beberapa prajurit Kekaisaran yang tidak sedikit jumlahnya tersebar di berbagai titik tengah berusaha meredam amukan para penduduk Romaz.

Ada sesuatu yang sedang terjadi di Romaz dan inilah yang membawa Menma dan Naruto datang ke sini atas perintah dari Itachi.

Puk!

Ash menepuk pundak seorang pria tua yang merupakan penduduk dari Romaz sehingga membuat pria tua tersebut mennghadap ke arah si pelaku yang menepuk pundaknya.

"apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Ash dengan nada agak tinggi dikarenakan kericuhan yang terjadi.

"semua penduduk Romaz berunjuk rasa untuk menolak persekutuan yang akan dilakukan antara Kekaisaran dengan Romaz"

Menma, Ash, dan Naruto cukup terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh pria tua tersebut.

"tunggu sebentar, bersekutu? Bukankah Romaz selalu melawan Kekaisaran beberapa tahun belakangan ini?" sangkal Menma tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"kami tidak tau bagaimana pastinya raja Yuto mau bersekutu dengan Kekaisaran. Ini mulai terjadi beberapa hari lalu setelah menghilangnya istri beliau"

Dapat! Sekarang mereka bertiga tau apa penyebabnya sang pemimpin Romaz mau bersekutu dengan Kekaisaran.

"jika boleh tau, apakah sedang diadakan semacam pertemuan sekarang ini? Dan di mana tempatnya?" Ash lembali melontarkan pertanyaan.

"ya, sedang diadakan pertemuan antara raja Yuto dengan petinggi Kekaisaran di istana sekarang..." jawab si pria tua menjeda ucapannya "kalian para pengembara bukan? Pergilah dari negeri ini sebelum perjanjian antara Romaz dan Kekaisaran disahkan yang berdampak pada pembantaian bagi mereka yang bukan bagian dari Kekaisaran" sambungnya menasehati.

"baiklah, terimakasih atas apa yang sudah anda beritahukan pada kami dan kami akan mempertimbangkan nasihat anda" tukas Ash sopan yang ditanggapi oleh si pria tua dengan ucapan 'sama-sama' sebelum kemudian pria tua itu kembali bersama arak-arakan para penduduk Romaz yang berunjuk rasa.

Selesai dengan urusannya menggali informasi, Ash kembali memandang Menma dan Naruto dengan pandangan yang seolah menanyakan langkah apa yang akan mereka ambil selanjutnya.

Menma memberi kode kepada Ash dan Naruto yang seolah mengatakan untuk mengikutinya yang kemudian Menma melenggang pergi ke sudut gang diikuti oleh kedua saudaranya tersebut yang mengekor di belakang.

Sesampainya di gang yang cukup sepi, Menma melakukan suatu seal yang memunculkan 2 kepulan asap sedang di hadapan Naruto dan Ash.

Greb!

Grab!

Dengan sigap Naruto dan Ash menangkap objek yang berada di dalam kepulan asap yang muncul di hadapan mereka masing-masing.

Kepulan asap yang membungkus ojek di masing-masing genggaman Ash dan Naruto mulai menghilang... memperlihatkan jubah Assassin yang terlipat rapi dan perlengkapannya di masing-masing genggaman mereka.

Beberapa saat yang lalu Menma, Ash, dan Naruto sengaja menyimpan jubah beserta perlengkapan mereka dan berganti ke busana pengemabara sengaja untuk mengelabui para penjaga di perbatasan Romaz.

Jika mereka memakai jubah dan perlengkapan masing-masing, sudah dipastikan mereka tidak akan diijinkan untuk memasuki Romaz yang saat ini tengah terjadi masalah.

Ash dan Naruto bergegas memakai jubah Assassin dan perlengakapan mereka masing-masing.

Begitupun juga dengan Menma yang bergegas mengenakan jubah hitam miliknya yang telah dikeluarkannya dari jutsu penyimpanan.

Kurang dari 5 menit berselang, mereka bertiga telah siap dengan jubah dan perlengkapan masing-amsing.

Ada yang terlihat berbeda pada diri Menma, yaitu penampilannya dengan jubah Assassin barunya yang berupa jubah kecokalatan gelap dari kulit, kemeja putih berompi hijau bercorak unik sebagai dalaman dan dasi merah yang dikenakan longgar, celana coklat tua panjang sebagai bawahan dengan sepasang sepatu bot yang membungkus kedua kaki, kaos tangan tanpa jari yang membungkus tangan kanan serta tangan kiri yang mengenakan Gauntlet hitam berpelengkapan Hidden Blade dan pelontar Rope dart.

(A/N : penampilan jubah Assassin Menma seperti jubah Assassin milik Jacob di game Assassin Creed Syndicate)

"apa?" tanya Menma saat mendapati tatapan penuh selidik dari Naruto dan Ash yang tertuju padanya.

Ash dan Naruto saling melirik sekilas sebelum pandangan mereka kembali terkunci kepada Menma.

"kami hanya terkejut melihat jubah Assassin milikmu yang kau buat dalam waktu singkat" ujar Naruto netral.

Sedangkan Ash saat ini tengah memperhatikan penampilan Menma dari atas kepala sampai ujung kaki dengan mengelus dagu.

"jangan mengejeku. Ini kubuat dari perbekalan pakaian yang kubawa" jelas Menma yang kemudian mengenakan kerudung kepala jubah Assassinya yang berwarna hitam "sekarang apa rencananya?" tanyanya kemudian.

"begini rencananya..." Ash mulai menjelaskan rencana yang disusunnya secara singkat jelas dan padat kepada Menma dan Naruto.

.

.

.

Seorang prajurit Kekaisaran berjalan di gang yang sepi dengan langkah tergesa-gesa, tercetak jelas ekspresi menahan sesuatu yang ditunjukan oleh prajurit tersebut.

Langkah prajurit itu berhenti di sudut gang yang kemudian prajurit tersebut mulai melonggarkan sabuk yang mengikat celananya.

"Ahh..."

Desahan panjang penuh kelegaan dikeluarkan oleh prajurit tersebut bersamaan dengan mengucurnya air berkandungan sodium yang membasahi tembok bangunan di hadapannya.

Dibutuhkan waktu beberapa detik untuk mencapai tetes terakhir kegiatan prajurit itu.

Sring!

Niat prajurit itu untuk membetulkan celananya yang melorot paska kegiatannya, terpaksa ia hentikan karena sebuah benda tajam mengkilap menyerupai belati yang saat ini menyentuh kerongkongannya.

Dengan gerakan patah-patah si prajurit melirik ke belakang, memandang malalui ekor matanya seorang pemuda berjubah Assassin biru-putih yang saat ini tengah berdiri tepat di belakangnya.

Wajah pemuda berjubah Assassin biru-putih tersebut tidak begitu jelas dikarenakan kerudung kepala yang dikenakannya.

"di mana ratu Mitsuki?"

Pertanyaan dengan nada yang datar nan dingin terlontar dari mulut pemuda berjubah Assassin tersebut.

Membuat jantung si prajurit berpacu lebih cepat dari biasanya.

"tidak bisa bicara?"

Suara bernada dingin nan menusuk kembali terdengar dari pemuda berjubah Assassin biru-putih yang semakin menekan Hidden Blade di tangan kirinya ke leher si prajurit.

"di-dia a-ada di sa-sana!" ujar si prajurit tergagap sembari memandang ke arah sebuah bangunan berlantai dua yang terletak di ujung gang.

Ash mengikuti arah pandang si prajurit dan memandang sejenak bagnunan berlantai dua tersebut sebelum kemudian pandangannya kembali tertuju kepada si prajurit di hadapannya.

Slik!

Nafas lega si prajurit hembuskan saat bilah tajam Hidden Blade yang menyentuh kulit lehernya mulai menjauh.

Detik berikutnya si prajurit jatuh pingsan dan tersungkur mencium tembok yang dibasahai kencingnya sendiri setelah mendapat pukulan keras yang bersarang di tengkuknya.

Ash memandang diam sosok prajurit yang pingsan dalam keadaan menungging mencium tembok basah berbau pesing di hadapannya ditambah dengan celana prajurit itu yang belum dikenakan dengan benar sehingga memperlihatkan 2 buah gunung yang mampu mengundang gelak tawa bagi yang melihatnya.

Bibir Ash sedikit bergetar berusaha menahan tawa yang hampir pecah melihat kejadian tersebut.

Mengalihkan perhatiannya ke arah bangunan yang dimaksud oleh si prajurit yang saat ini tengah pingsan mencium tembok.

Ash melangkah mendekati bangunan tersebut dalam diam.

.

.

Seorang gadis 16 tahunan bersurai coklat dengan model potongan bob, tengah meringkuk di sudut ruangan dengan tangan dan kaki yang terikat tali.

Iris biru milik gadis berbusana gaun serba putih itu tampak kosong seperti seseorang yang berada di bawah pengaruh hipnotis.

Di tengah ruangan nampak 4 orang prajurit Kekaisaran yang tengah sibuk bermain kartu bersama.

Keempat prajurit tersebut berbekal senjata berupa senapan bolt Action M1903 Springfield yang tersampir vertikal di punggung mereka masing-masing.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara pintu diketuk sebanyak 3 kali yang membuat keempat prajurit menghentikan kegiatan bermain kartu mereka dan serempak memandang satu-satunya pintu di ruangan tersebut.

Salah satu prajurit bangkit berdiri dan berjalan mendekati pintu, meninggalkan ketiga temannya yang kembali melanjutkan permainan kartu tanpa dirinya.

Craakk!

Kesenangan mereka bermain kartu kembali terhenti tatkala terdengar suara sesuatu yang ditusuk, membuat ketiga prajurit Kekaisaran dalam ruangan itu mengalihkan perhatian ke arah salah satu teman mereka yang berjalan mundur menjauhi daun pintu ruangan yang setengah terbuka sembari memegangi perutnya yang bersimbah darah.

2 detik berikutnya prajurit tersebut jatuh ambruk tak bernyawa yang membuat 3 prajurit Kekaisaran lainnya bergegas mengambil masing-masing senapan di punggung mereka dan mengokangnya.

Jdarr! Jdarr! Jdarr!

3 suara yang cukup memekakan telinga berasal dari masingmasing senapan milik ketiga prajurit yang bersamaan menembak ke arah pintu yang perlahan kembali tertutup.

Tidak ada apa-apa setelah penembakan, bahkan tidak ada darah yang merembes dari sela bawah pintu yang sangat diharapkan oleh ketiga prajurit Kekaisaran dalam ruangan tersebut.

Ketiga prajurit berdiri sejajar dengan masing-masing senapan yang terbidik ke arah satu-satunya pintu di ruangan tersebut yang memiliki 3 buah lubang dari hasil perbuatan mereka.

Detik demi detik berlalu tidak terlihat pergerakan di luar ruangan sehingga ketiga prajurit sedikit menurunkan kewaspadaan mereka. Mereka beranggapan jika pelaku pembunuh rekan mereka telah pergi melarikan diri saat mereka memberikan tembakan masing-masing.

Brak!

Namun mereka salah.

Ketiga prajurit gelagapan saat pintu terbuka dengan keras dan bersamaan masuklah Ash yang berlari cepat ke arah mereka.

Ash berlari ke arah prajurit A yang berjarak paling dekat dengannya yang rupanya bersamaan prajurit tersebut berusaha menembakan senapannya ke arah Ash.

Grab!

Dengan cepat Ash memangkas jaraknya dan menangkap laras senapan milik prajurit A dan mengarahkannya ke atas. Senapan tersebut meletus menembakan proyektil berkecepatan tinggi ke atas dan bersarang di langit-langit ruangan.

Di waktu yang sama Ash menikam leher si prajurit A di hadapannya dengan Hidden Blade di tangan kirinya dan langsung membanting si prajurit ke bawah tanpa melepaskan genggaman tangan kanannya pada laras senapan milik si prajurit.

Spontan Prajurit A melepaskan senapannya dan beralih memegangi lehernya yang menerima luka yang cukup dalam dan meronta dengan mulut memuntahkan banyak darah.

Ash langsung bangkit berdiri dan memukul pelipis si prajurit B yang tengah mebidiknya dengan senapan milik prajurit A yang ia rampas.

Buakh!

Pukulan tersebut cukup keras bersarang di pelipis si prajurit B hingga prajurit tersebut oleng ke samping dan jatuh tersungkur.

Jdarr!

Ash berguling ke samping menghindari tembakan dari si prajurit C yang meleset dan bersarang di lantai kayu ruangan. Karena mekanisme senapan M1903 Springfield yang berupa bolt action, mengharuskan si prajurit C untuk kembali mengokang senapannya agar dapat ditembakan kembali.

Dan itu lah kesempatan bagi Ash.

Di waktu yang sempit Ash bergegas mengkas jarak dengan si prajurit C yang sibuk mengokang senapan sebelum kedmudian mencengkram kepala prajurit tersebut dan membantingnya ke lantai, dan langkah selanjutnya adalah Ash yang menikam dada prajurit tersebut tepat di jantung dengan Hidden Bladenya.

Ash menarik Hidden Blade yang menikam dada si Prajurit C dengan perlahan sebelum kemudian dirinya bangkit berdiri.

Memandang ke arah satu-satunya prajurit yang masih hidup, si prajurit B yang saat ini tengah meringkuk memegangi pelipisnya yang berdenyut nyeri membawa rasa pusing ke kepala.

"AAAA!"

5 detik berikutnya terdengar suara teriakan seorang prajurit yang dilempar dari jendela lantai 2 sebuah bangunan.

Ash berdiri di depan jendela memandang datar sosok prajurit yang dilemparnya terbujur pingsan dalam posisi tengkurap di tengah jalanan gang yang sepi.

Mengalihkan perhatian dari luar jendela, Ash mendekati seorang gadis bersurai coklat bermodel bob yang duduk di sudut ruangan dengan keadaan tangan dan kaki terikat.

Ash bergegas memotong tali yang mengikat tangan dan kaki gadis tersebut dengan Hidden Blade miliknya.

"ratu Mitsuki?" panggil Ash sembari mengguncang pelan bahu gadis bersurai coklat pendek tersebut yang hanya diam dengan ekspresi kosong walaupun tangan dan kakinya yang terikat telah bebas.

(A/N : Mitsuki atau lebih lengkapnya Shimoya Mitsuki, karakter dari anime Hyakuren no Haou to Seiyaku no Valkyria)

Ash berhenti mengguncang bahu Mitsuki yang kemudian dirinya beralih menjentikan jari di depan muka sang ratu negeri Romaz tersebut, bermaksud menggunakan salah satu kemampuan BrotherHood yang dapat menetralkan kekuatan sihir ataupun kutukan.

Jtik!

2 detik setelah Ash menjentikan jarinya, perlahan iris biru milik Mitsuki mulai menunjukan cahaya kehidupannya kembali.

Ash hanya diam menunggu sampai kesadaran milik Mitsuki kembali seutuhnya yang dibutuhkan waktu beberapa detik bagi gadis tersebut untuk mengembalikan kesadarannya.

"di mana ini?" gumam pelan Mitsuki yang kesadarannya sudah kembali seutuhnya.

Mitsuki memandang isi ruangan berarsitektur sederhana di sekitarnya sebelum pandangannya berhenti pada sosok Ash yang berlutut di sampignya, tatapan syarat akan rasa takut tak luput gadis itu ditunjukan begitu menemui sosok pemuda berjubah Assassin lengkap dengan kerudung kepala yang dikenakan.

"jangan takut yang mulia ratu Mitsuki, saya akan segera membawa anda kepada sang raja Yuuto segera" ucap Ash dengan nada netral.

Rasa takut dalam diri Mitsuki lenyap begitu mendengar apa yang diucapkan oleh Ash. Hatinya merasa tenang mendengar pemuda tersebut yang mengatakan akan membawa dirinya kepada sang suami tercinta.

"aku tidak tau siapa kau... terimakasih" ucap Mitsuki dengan nada bergetar yang hanya dijawab oleh Ash dengan anggukan pelan.

.

Di waktu yang sama...

.

Naruto berdiri di tepi atap bangunan yang cukup tinggi dengan kepala tertunduk ke bawah memandang alun-alun di depan gerbang istana Romaz yang tampak ricuh dipenuhi para penduduk yang berunjuk rasa.

Beralih memandang ke arah jendela lantai dasar istana kediaman raja Romaz yang masih dapat dilihat dari tempatnya berdiri sekarang dengan kemampuan Eagle Vision miliknya, memandang suatu aktivitas yang tengah berlangsung di balik jendela besar tersebut.

Naruto menyudahi pengamatannya sebelum kemudian melompat ke bawah tanpa rasa ragu sedikit pun akan ketinggian dari bangunan tempatnya melompat.

Tap!

Naruto bergelantung pada tiang bendera yang terpasang di sisi bangunan dengan sudut 45 derajat yang kebetulan berada tepat di jalur terjunnya.

Dengan cepat Naruto kembali melepas cengkramannya pada tiang bendera tersebut dan memutar tubuhnya searah jarum jam sampai menghadap sebuah jendela yang tertutup tepat di bawah tiang bendera pada waktu yang bersamaan.

Grap!

Naruto bergelantungan pada kusen jendela bagian bawah dan dengan kedua kakinya ia melakukan tolakan ke arah dahan sebuah pohon yang tumbuh cukup dekat dengan posisinya.

Grab!

Kedua tangan Naruto berhasil menggapai dahan pohon sebelum melepaskan cengkraman tangannya pada dahan pohon tersebut dan kemudian mendarat ke permukaan jalan dalam posisi berlutut menahan berat tubuhnya yang tertarik gaya gravitasi.

Naruto mendarat tepat di belakang kerumunan penduduk Romaz yang tengah berunjuk rasa sebelum kemudian dirinya kembali berdiri tegak.

Dan tepat setelah Naruto kembali berdiri tegak, kehadirannya dilihat oleh seorang prajurit Kekaisaran.

Prajurit tersebut berjalan dengan pedang yang perlahan ia tarik keluar dari sarunya, mendekati sosok Naruto yang mulai berjalan menembus keramaian tanpa peduli akan kehadirannya.

Prajurit tersebut tetap mengikuti Naruto yang semakin dalam menembus keramaian.

Namun prajurit tersebut harus terseret ke belakang dengan paksa saat tiba-tiba seseorang menarik kerah belakang bajunya yang kemudian bilah tajam Hidden Blade pada sebuah Gauntlet hitam terhunus cepat dan bersarang di tengkuknya.

Prajurit itu merasakan rasa sakit yang luar biasa pada tenggorokannya hingga membuatnya sangat kesulitan menjeritkan teriakan yang pada akhirnya prajurit tersebut tewas begitu saja dalam waktu cepat dan tumbang ke atas kerasnya permukaan jalan bertatakan bebatuan alam.

Tidak ada yang menyadari kematian si prajurit yang kini telah terbujur kakaku.

Si pelaku pembunuh prajurit yang baru saja mati tersebut, yaitu Menma, melenggang pergi begitu saja mengikuti jejak Naruto menembus kerumunan dari arah lain.

Di tempat yang berbeda dan jarak yang saling berjauhan, Naruto dan Menma menghentikan langkah di tengah-tengah kerumunan, mereka memandang ke arah gerbang istana yang terbuka lebar namun dijaga oleh 8 orang prajurit Kekaisaran lengkap dengan senjata api maupun tajam masing-masing.

Tampak prajurit-prajurit tersebut yang berusaha meredam kericuhan para warga Romaz yang berunjuk rasa, ada pula beberapa prajurit di antaranya yang menodongkan senapan guna memberikan ancaman dengan tujuan para penduduk merasa takut dan mulai membubarkan diri.

Tapi nyatanya para penduduk tetap kukuh melakukan unjuk rasa bahkan kericuhan yang dibuat para penduduk semakin menjadi-jadi.

Naruto bergerak cepat menembus kerumunan dengan Hidden Balde di tangan kirinya yang ia tunjukan, berlari menuju salah satu prajurit yang menodongkan senapan ke para penduduk.

Prajurit malang tersebut tidak sempat menyadari kedatangan Naruto yang menerobos keluar dari dalam kerumunan yang kemudian menikam leher si prajurit dengan Hidden Blade dan mendorongnya jatuh terlentang ke permukaan tanah secara paksa.

Aksi yang dilakukan oleh Naruto tersebut langsung menyulut semangat para penduduk yang melihatnya, yang kemudian para penduduk berani maju menghajar para prajurit penjaga gerbang dan para penduduk sisanya berlari masuk ke dalam halaman istana melalui gerbang.

Menma dan Naruto ikut berlari bersama penduduk lainnya ke halaman istana.

Namun begitu berada di area halaman istana, mereka berdua memisahkan diri dari kerumunan penduduk yang berbondong-bondong berlari lurus ke depan menuju pintu utama istana.

Naruto dan Menma bergegas ke sisi lain istana yang kemudian mulai memanjat bangunan tersebut dengan lincahnya.

Memanjat sampai ke sebuah jendela di lantai dua yang terbuka lebar dan masuk ke dalam.

Kini Menma dan Naruto telah berada di dalam lorong istana yang terletak di lantai 2 istana Romaz. Tampak berbagai lukisan dan benda-benda seni yang terpajang di sepanjang lorong tersebut.

Dengan berbekal keyakinan dan insting mereka, Naruto dan Menma melangkahkan kaki menyusuri lorong dalam diam dengan harapan dapat menemukan ruangan yang mereka cari.

Kerap kali mereka bertemu dengan beberapa prajurit Kekaisaran di sepanjang perjalanan menyusuri lantai dua istana Romaz, mereka merasa aneh dengan istana Romaz yang dipenuhi dengan prajurit Kekaisaran tanpa satupun prajurit dari Romaz sendiri yang mereka temui.

Namun hal tersebut memudahkan mereka untuk beraksi tanpa khawatir adanya prajurit Romaz yang kemungkinan akan menjadi lawan mereka.

Menma dan Naruto menghentikan langkah mereka begitu sampai di sebuah balkon yang berada di dalam aula besar istana berhiaskan interior mewah dan 3 lampu gantung mewah berhiaskan permata yang menggantung sejajar di langit-langit aula.

Kedua saudara kembar itu mendekat ke pembatas balkon dan memandang ke bawah di mana tengah diadakannya sebuah pesta yang dihadiri orang-orang penting dari Romaz dan Kekaisaran, serta beberapa prajurit Kekaisaran yang berjaga di berbagai titik.

.

.

Suou Yuuto sang raja muda Romaz mengeratkan gegamannya pada gelas wine melihat selembar kertas di atas meja, kertas tersebut berisikan perjanjian tertulis dibentuknya persekutuan antara Romaz dan Kekaisaran.

"silahkan tanda tangani perjanjian ini, yang mulia raja Yuuto"

Yuuto menatap dingin seorang pria bersurai coklat dalam balutan busana khas bangsawan yang baru saja berucap tersebut, Lextor Grigen (OC) seorang bangsawan tinggi yang datang menemuinya sebagai perwakilan dari Kekaisaran.

Beralih memandang pria bersurai pirang yang berdiri tepat di sebelah Lextor, emosi dalam diri Yuuto semakin meluap namun dapat ditahan melihat senyum mengejek yang ditunjukan oleh pria bersurai pirang panjang bernama Loptr tersebut.

Felicia yang berdiri tak jauh dari Yuuto bersama Rune, memandang sosok Loptr yang merupakan kakak kandungnya itu dengan tatapan sendu. Gadis bersurai pirang itu tidak menyangka kakak kandungnya sendiri telah bergkhianat pada Romaz dan bekerjasama dengan Kekaisaran untuk menjatuhkan kekuasaan Yuuto sang raja Romaz saat ini.

Sedangkan Rune, ekspresi gadis bersurai perak itu mengeras melihat sang raja Romaz yang tengah disudutkan oleh bangsawan dari Kekaisaran dan Loptr si pengkhianat besar Romaz.

"tidak perlu membuang waktu lagi Yuuto. Tanda tanganilah perjanjiannya jika ingin istrimu kembali dengan selamat" ujar Loptr angkuh yang langsung menyulut kemarahan dari Rune yang berdiri di dekat Yuuto.

Yuuto merentangkan tangan kirinya mencegah Rune yang berniat mendekati Loptr.

"tenangkan dirimu Rune" perintah Yuuto dengan nada datar yang penuh dengan penekanan di setiap katanya.

Rune terdiam mendengar perintah rajanya tersebut dan menurutinya tanpa banyak protes.

Melihat rune yang mulai tenang, Yuuto menurunkan tangan kirinya yang terlentang ke samping sebelum kemudian meraih bulu unggas yang tercelup ke dalam sebuah botol tinta berukuran kecil yang terdapat di atas meja yang sama dengan kertas perjanjian (bersebelahan).

(A/N : Suou Yuuto, Felicia, Rune, dan Loptr, keempat karakter ini berasal dari anime Hyakuren no Haou to Seiyaku no Valkyria)

Craak!

Bulu unggas di tangan Yuuto yang kurang beberapa cm lagi menggoreskan tinta di atas kertas perjanjian pun terhenti dan semua pasang mata tertuju ke sisi lain aula.

Di mana terlihat Menma yang dalam posisi berlutut dengan Hidden Blade pada Gauntlet miliknya menikam tengkuk seorang prajurit Kekaisaran yang tewas dalam posisi tengkurap.

Menma bangkit berdiri dan detik berikutnya suasana dalam aula berubah tegang melihat pemuda berjubah Assassin hitam tersebut yang datang dan membunuh seorang prajurit dari Kekaisaran.

"Bunuh dia!" seru Lextor menginstrupsi 2 orang prajurit yang berdiri di dekat jendela untuk menembak mati Menma dengan senapan masing-masing.

Namun tiba-tiba terlihat sosok Naruto yang melompat dari atas lampu gantung ke arah 2 prajurit yang berniat menembak Menma, kedua prajurit tersebut langsung mencium paksa permukaan lantai karena dorongan kedua tangan Naruto di masing-masing kepala mereka yang dibantu oleh gaya gravitasi.

Dan di waktu yang bersamaan Naruto menikam tengkuk kedua prajurit tersebut yang dalam posisi tengkurap secara bergantian dengan Hidden Blade miliknya.

Seisi aula kembali dikejutkan dengan kedatangan Naruto yang melompat dan menikam 2 orang prajurit Kekaisaran.

Lextor kembali memberikan perintahnya sehingga para prajurit Kekaisaran yang tersisa di aula tersebut bergegas menyerang Menma dan Naruto yang berada di sisi aula yang berbeda.

Melihat belasan prajurit Kekaisaran yang berlari ke arah posisi mereka masing-masing tidaklah membuat nyali kedua saudara kembar itu ciut.

Menma dan Naruto meladeni perlawanan dari para prajurit Kekaisaran dengan kelihaian bertarung yang mereka miliki.

Semua yang ada di sana terdiam bagaikan patung menyaksikan aksi epic dari 2 pemuda berjubah Assassin yang melawan belasan prajurit Kekaisaran dengan lihainya.

Menma beraksi dengan Hidden Blade pada Gauntlet di tangan kirinya dan Amukukri dalam genggaman tangan kanannya.

Naruto bertarung dengan Assassin Axe di genggaman tangan kanannya dan Hidden Blade pada protektor tangan kirinya.

Kedua saudara kembar itu meladeni perlawanan 14 prajurit yang menyerang mereka tanpa kesulitan yang berarti walaupun hanya menggunakan senjata jarak pendek.

Kurang dari 4 menit pertempuran telah usai... menyisakan Menma dan Naruto yang masih berdiri tegak tanpa luka dengan belasan mayat prajurit Kekaisaran yang berserakan di sekeliling mereka.

Tap!

Tap!

Dengan langkah santai Menma dan Naruto mendekati posisi Lextor yang semakin panik melihat kedatangan mereka ke arahnya.

Yuuto, Felicia, dan bahkan Rune menyingkir memberi jalan bagi Menma dan Naruto menuju keberadaan Lextor. Hati kecil mereka berteriak untuk tidak berurusan dengan kedua pemuda berjubah Assassin yang telah membantai belasan prajurit dalam waktu cepat tersebut.

bahkan Rune yang digadang-gadang sebagai petarung terkuat Romaz tidak dapat berbuat apa-apa saat Menma dan Naruto berjalan melewatinya begitu saja.

Felicia terpaku melihat sepasang mata beriris biru yang berpendar redup di balik bayangan kerudung yang dikenakan Naruto.

Nafas Yuuto tercekat saat Menma dan Naruto melewati dirinya dalam diam.

sedangkan Loptr yang berada di sisi lain aula, tubuh pria bersurai pirang itu gemetar hebat dengan kucuran keringat dingin yang membanjiri.

Lextor terus mengambil langkah mundur dengan tubuh gemetar melihat Naruto dan Menma yang semakin dekat hingga punggungnya menyentuh tembok.

"Mundur! Mundur! Kubilang MUNDUR!"

Dengan sebuah belati yang ia acungkan dan tubuh gemetar dibajiri keringat dingin, Lextor berusaha mengancam Menma dan Naruto yang menghentikan langkah 2 meter di depannya.

Naruto dan Menma saling pandang sejenak sebelum kemudian kembali memandang tingkah Lextor yang menurut mereka konyol.

Menma menepis belati milik Lextor dengan mudahnya sebelum kemudian menyeret paksa bangsawan tersebut dengan bantuan Naruto menuju jendela aula yang terbuka lebar.

"AAAAA!"

Para penduduk Romaz yang berunjuk rasa di halaman istana bergegas menyingkir begitu melihat Lextor yang dilempar dari jendela istana dan jatuh dengan keras tepat di hadapan mereka.

Dengan pandangan yang agak mengabur, Lextor melihat para penduduk Romaz yang berbondong-bondong berlari ke arahnya.

Buakh!

Sebuah bogem mentah bersarang di pipi kanan Lextor yang lemah tak berdaya.

Jrasshh!

Selanjutnya tebasan sebuah golok oleh salah satu penduduk memisahkan kepala dan tubuh Lextor.

Tidak sampai di sana saja, para penduduk berramai-ramai menghakimi tubuh Lextor yang sudah terpisah dengan menggunakan peralatan rumah tangga yang ada seperti kapak penebang pohon, pisau dapur, garpu rumput, dan bahkan tongkat kayu.

Dari jendela aula yang terbuka, Yuuto, Rune, dan Felicia menatap horor sosok Lextor yang diamuk masa di halaman depan istana dengan berbagai ekspresi yang ditunjukan masing-masing.

Seperti ada rasa puas di dalam hati mereka masing-masing melihat sang bangsawan Kekaisaran yang membawa surat perjanjian tersebut diamuk masa di halaman utama istana.

"LEPASKAN AKU BERENGSEK!"

Mereka (Yuuto, Felicia, dan Rune) mengalihkan perhatian dari peristiwa di halaman utama istana ke arah sumber teriakan yang menggema di seluruh aula tersebut, di mana terlihatlah sosok Loptr dengan kedua tangan dikunci di belakang punggungnya oleh Naruto.

Buakh!

Sebuah pukulan tiba-tiba mendarat di salah satu pipi Loptr yang ia dapat dari Menma, menyebabkan kepalanya oleng ke samping bersama badannya yang juga ikut oleng ke samping bahkan mulutnya sempat menyemburkan sedikit air liur.

Naruto yang masih mengunci kedua tangan Loptr kembali menegakan paksa diri Loptr yang langsung lemas hanya dengan satu pukulan dari Menma.

Menma menjambak rambut Loptr dan menariknya ke atas guna mendongakan kepala pria bersurai pirang tersebut yang tertunduk, dan terlihatlah wajah menyedihkan yang ditunjukan oleh Loptr.

"cukup!"

Sebuah suara bernada tegas dari Yuuto sukses menarik perhatian dari Menma dan Naruto yang langsung menoleh ke arah sang raja negeri Romaz tersebut yang mulai melangkahkan kaki mendekati mereka.

"aku tidak tau siapa kalian... terimakasih. Ini sudah cukup" ucap Yuuto yang hanya didengarkan dalam diam oleh Naruto dan Menma.

Menma menyingkir ke samping untuk memberi jalan bagi Yuuto lebih mendekat lagi dengan Loptr yang masih berdiri dalam kuncian Naruto.

"beberapa saat lalu kau terlihat sombong dan angkuh tapi lihatlah sekarang... kau terlihat sangat menyedihkan, Loptr" ujar Yuuto dengan nada datarnya yang tidak mendapat tanggapan apapun dari Loptr yang tertunduk lemas dengan ekspresi kosong.

Yuuto yang melihat ekspresi Loptr yang menyedihkan itu menunjukan senyum tipis "menyedihkan" gumamnya.

Kemudian senyum tipis Yuuto perlahan luntur digantikan garis horizontal datar "di mana istriku diasingkan?" tanya sang raja Romaz dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Krieett!

Pintu di salah satu sisi aula dibuka dengan lebar oleh Mitsuki yang masuk bersama Ash yang mengekor di belakang dengan langkah santai

Mitsuki yang melihat Yuuto langsung berlari mendahului Ash dan berhambur memeluk suaminya tersebut.

Tangisan Mitsuki pun pecah di dalam dekapan hangat Yuuto.

Begitupun Yuuto yang juga menangis dalam kebahagiaan melihat sang istri telah kembali dalam pelukannya.

Bersambung...