"Fang."

Suara seorang pemuda terdengar nyaring. Fang yang merasa terpanggil langsung saja menatap ke arah pintu penghubung atap sekolahan dan tangga koridor.

Disana terlihat sosok teman seperjuangannya -Sai- yang tengah menutup pintu atap dengan cara menendangnya hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Sai langsung mengambil tempat kosong di samping kanan Fang yang tengah terlentang sembari menggunakan lengannya sebagai bantal. Sedang Fang sendiri hanya diam memperhatikan.

"Mau apa kesini?"

Pertanyaan itu terucap dengan sangat ringan dari kedua belah delima milik Fang. Sai mengambil posisi nyaman dengan menyadarkan punggung tegapnya ke dinding.

"Memangnya ada peraturan yang melarang siswa ke atap?"

Tanyanya balik. Fang terdiam, tak tahu harus menjawab apa.

"Omong-omong, kenapa kau terlambat tadi?"

Fang mendengus sembari mengangkat salah satu sudut bibirnya ketika ia mendengar pertanyaan Sai.

"Bukankah sudah biasa bagiku terlambat? Itu juga kan makananku sehari-hari. Pertanyaanmu aneh sekali Sai."

Jawab Fang sembari terkekeh. Tanpa menyadari jika lawan bicaranya tengah menatap kearahnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Bingung, sedih, kecewa, penasaran, semuanya bercampur menjadi satu di dalam sorot mata Sai.

"Aku melihatmu pagi tadi."

Fang mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan Sai.

"Tentu saja kau melihatku, kitakan sekelas. Kau itu kenapa sih?"

Ujar Fang, merasa aneh juga dengan sikap Sai yang menurutnya agak berbeda.

"Bukan itu. Maksudku, pagi tadi saat aku akan berangkat ke sekolah. Aku melihatmu turun dari sebuah mobil, dengan seorang laki-laki."

"Oh, maksudmu Boboiboy."

"Boboiboy?"

Fang mengangguk sembari meraih saku celananya.

"Iya namanya itu Boboi.., dimana ponselku?"

Fang mendudukan dirinya. Tangannya dengan bar-bar meraba seluruh saku yang ada di seragam yang ia kenakan. Mencoba mencari benda pipih kesayangannya yang ia ingat selalu ia bawa kemana pun dirinya pergi.

Sai sendiri hanya menatap heran Fang yang seperti orang kesetanan di sebelahnya.

"Kau kenapa?"

"Ponselku hilang."

Jawab Fang masih sibuk mencari keberadaan ponselnya. Padahal sudah lebih dari satu kali ia mengecek ke bagian saku yang sama.

"Kau taruh tas barang kali."

Fang menggelengkan kepalanya berkali-kali sebagai jawaban. Ia ingat tidak memasukan ponselnya ke dalam tas pagi ini. Apakah ponselnya tertinggal di rumah? Atau mungkin terjatuh ketika ia memanjat pagar sekolah tadi pagi?

Fang tiba-tiba terdiam. Ia tatap Sai dengan pandangan tajam, atau lebih tepatnya ke saku celana Sai dimana ponselnya terlihat mengintip disana

"Pinjam ponselmu sebentar."

Tanpa babibu Fang langsung mengambil ponsel milik Sai. Bahkan saking cepatnya sampai membuat sang pemilik ponsel tidak menyadari jika ponsel miliknya telah berpindah tangan.

"Woi!!"

Fang mencari nomor miliknya di daftar kontak milik Sai. Mencoba menekan huruf 'F' dengan maksud agar mudah mencari nomornya.

Namun ketika tidak ada satu pun nomornya disana, Fang langsung mengalihkan tatapannya ke arah Sai. Sai yang mengerti arti tatapan milik Fang langsung angkat bicara.

"Cari kontak 'Si Manis'."

Ujar Sai singkat, Fang langsung mengeriyit mendengar bagaimana Sai menamai kontak miliknya.

"Kenapa menjijikan begitu?"

"Tidak usah berkomentar."

Tidak ingin mengulur waktu, Fang langsung mencari kontak yang di katakan oleh Sai. Dan ketemu, dengan nomor yang ia hapal betul di luar kepala.

Menekan ikon telepon berwarna hijau, dan nada dering sambung langsung terdengar di telinganya.

Pip!

"Halo~"

Fang membatu di tempat. Suara yang keluar dari speaker ponsel milik Sai terdengar begitu familiar di gendang telinganya. Suara yang ia dengan pagi ini sesaat ketika ia baru saja selesai menyelami alam mimpi.

"Boboiboy?!"

Sai menatap penasaran ke arah Fang yang baru saja menyebut satu nama asing di telinganya.

"Bagaimana ponselku bisa ada padamu?"

Tanyanya dengan tidak sabaran, namun juga terselip sedikit nada bingung di suaranya. Fang menunggu dengan dahi berkerut ketika suara gumaman milik Boboiboy terdengar, bukan malah jawaban yang di inginkannya.

"Boboiboy!"

"Ah, aku menemukan ponselmu di dalam mobil tadi."

"Kenapa tidak kau kembalikan padaku?"

"Hm? Aku baru menyadari ada ponsel lain di kursi depan ketika sudah sampai di kampusku."

Fang diam, tetapi dalam hati ia tengah menggerutu dan memberikan sumpah serapah untuk dirinya sendiri yang teledor. Dan juga untuk Boboiboy. Karena, HEI! Bagaimana bisa pemuda bertopi aneh itu tidak menyadari ada ponsel tergeletak di kursi depan samping kemudi? dia tidak buta kan?

"Fang?"

"Bisa kau antarkan ponsel itu di kafe dekat perpustakaan kota jam 7 malam ini?"

"Baiklah. Sekalian jalan-jalan, apa kau bisa?"

Fang diam sembari memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan pada Boboiboy. Mereka baru saling mengenal sehari yang lalu, apa tidak papa menerima ajakan pemuda bertopi aneh itu?

Ah persetan, apa pedulinya. Ia pikir jalan-jalan malam bukanlah ide yang buruk.

"Ya, aku bisa."

Pip!

Dan panggilan itu diputus sepihak oleh Fang. Ia lempar ponsel di genggamannya itu pada pemiliknya, yang sukses di tangkap oleh Sai. Kemudian ia bawa kakinya melangkah menuju tangga yang menghubungkan koridor dalam dengan atap sekolah.

"Mau kemana kau Fang?"

"Ke kelas. Dahh~"

XoX

Di sisi lain, Boboiboy dan Gopal yang tengah duduk santai di kantin fakultas bisnis, tengah menyantap makanan mereka dengan khidmat. Yeah, tentu saja sebelum Boboiboy menerima telepon dari ponsel yang Gopal yakin betul itu bukan ponsel miliknya sendiri.

"Itu ponsel siapa?"

Tanya Gopal penasaran. Sedikit aneh dan ngeri juga melihat Boboiboy yang tiba-tiba tersenyum sembari memandang ponsel di genggamannya itu.

Boboiboy yang mendengar pertanyaan Gopal langsung mengalihkan pandangannya pada sang sahabat, tanpa menghilangkan senyuman di wajah tampannya. Tanpa peduli pada para fans nya yang sudah menggila hanya karena melihat senyum angelic nya.

"Aku harus menemui Ochobot dan Klamkabot untuk berterimakasih kepada mereka."

Bukan jawaban yang ia dapatkan, tapi malah sebuah perkataan tidak jelas yang terlontar dari bibir Boboiboy.

"Berterimakasih untuk apa? Traktiran makan? Aku boleh ikut tidak?"

Boboiboy yang sebelumnya berbunga-bunga, langsung saja mengubah ekspresi wajahnya menjadi jengkel luar biasa.

"Hish kau ini, bukan itu. Kau diam saja kalau tidak tau." Dan Boboiboy langsung berjalan pergi meninggalkan Gopal sendiri.

"Dia itu kenapa?"

To Be Continue

Hai.. Hai...

Lama tak berjumpa, haha..

Sekian..

See you next chap~