Dunia malam tak pernah terasa asing bagi V atau Vante.

Tiga tahun lebih meniti karir sebagai pekerja malam. Lelaki itu sudah paham betul pahit manisnya melacur di ibukota.

Kim Taehyung atau dengan nama beken V, sedang sibuk merias wajah sendiri. Menjadi kembang latar dengan penjualan nomor satu, membuatnya punya hak untuk memiliki ruangan pribadi. Salah betul jika kalian pikir kamar itu dibuatnya untuk melayani klien. Justru kamar itu satu-satunya rumah bagi Taehyung.

Tidak, diskotek ini, lebih tepatnya Diskotek Your Stigma¸telah menjadi rumah bagi Taehyung dan puluhan kembang lainnya.

Lelaki berwajah ayu tersebut merapihkan penampilannya sekali lagi. Meneliti bagian tubuhnya dari atas sampai bawah. Dia melipat senyum. Memuji betapa memesonanya ia hari ini.

Tentu harus tampil memesona. Kalau tidak, mana mau om-om melirik. Tentu harus seksi. Kalau tidak, mana mungkin kantong terisi.

Dua bulan sudah Taehyung kembali terjun di dunia malam setelah tiga bulan lalu vakum dari dunia perpelacuran. Tepatnya semenjak ditinggal mantan kekasih, Jeon Jeongguk, yang entah tak tau kabar sekarang.

Lelaki itu bukannya tak mau tahu, tetapi seperti yang kalian tahu, gengsi tetap nomor satu.

Sejak itu juga Taehyung mulai memutus hubungan dengan semua yang berkaitan dengan mantan pacarnya. Dimulai dari tak mengindahkan panggilan telepon dari Seokjin, pesan singkat dari Jimin hingga ganti nomor telepon dan pindah apartemen. Ia tak mau disangkut pautkan lagi dengan Jeongguk.

Meski hati tak pernah bisa dibohongi. Kalau setiap hari dirinya merindu sang kekasih.

.

Budak Cinta

Jeon Jeongguk x Kim Taehyung

[KOOKV]

Chapter 8:

Pilu Membiru

.


Sekali waktu Taehyung sudah tak tahan. Pergilah ia ke psikiater paling top dengan harap dapat menghilangkan semua rasa yang telah dirasakannya. Dokter itu bilang, katanya Taehyung hanya kesepian. Katanya lagi yang Taehyung butuhkan hanyalah teman, yang tentu tak ia miliki sampai saat ini.

Bicara tentang teman, Ten, salah satu dari dua orang yang Taehyung anggap teman, telah kembali pulang ke negara asal entah dideportasi atau apapun alasannya. Namjoon, alias RM atau lebih dikenal dengan sebutan Daddy di kalangan para lacur, telah memutuskan pensiun beberapa minggu sebelum Taehyung kembali.

Jangan salah, Namjoon itu bukan klien bukan juga salah satu mantan Taehyung. Selama ini Namjoon adalah oknum yang menjadi penyalur para bunga ke tangan klien. Betul sekali, Namjoon adalah mantan muncikari sekaligus pemilik Diskotek Your Stigma.

Namjoon adalah satu-satunya yang menolong Taehyung saat ia kabur pertama kali dari rumah. Memberikan pakaian,makanan, dan tempat tinggal secara cuma-cuma. Taehyung jadi pelacur bukanlah atas suruhan Namjoon. Melainkan atas kemauan sendiri. Karena itu, Taehyung sangat menyayangi Namjoon layaknya kakak sendiri begitu sebaliknya.

Namun sayang seribu sayang Namjoon tak jadi pengecualian atas tindakannya yang memblokir seluruh koneksi yang bisa jadi pemicu. Taehyung hanya ingin melindungi dirinya. Tak kurang dan tak lebih.

Lelaki yang berusia dua puluh lima tahun itu akhirnya berangkat pergi bekerja. Soal umur, Taehyung memang sesungguhnya pria berusia dua puluh lima tahun. Saat itu sengaja berbohong dengan harap agar anak itu ilfeel dengannya. Tetapi tetap saja, Jeongguk lebih pilih tutup telinga terhadap segala komentar dari orang di sekitarnya.

Lagu nyanyian penyanyi pop itu terus terputar mengalun keras. Taehyung semakin terpompa tak ingin cepat mengeras.

I don't wanna be alone tonight
It's pretty clear that I'm not over you

Taehyung memesan segelas vodka sebagai permulaan untuk mengawali malam yang panjang hari ini. Sembari mendudukkan bokong di atas kursi bar berwarna merah marun, lelaki itu telah mendapati seorang klien yang telah membuat janji. Lelaki setengah tua dengan setelan rapi dan berdasi.

Pun nyatanya lelaki itu juga telah memerhatikan gerak-gerik Taehyung sedari tadi.

I'm still thinking 'bout the things you do,

So I don't wanna be alone tonight, alone tonight

Alone tonight.

Akhirnya sang klien bergerak mendekat. Ditaruhnya sebelah telapak tangannya pada paha si manis.

Look what you made me do, I'm with somebody new.

Ia mengelus semakin naik ke pangkal paha secara berulang. Taehyung harus bergerak semakin nakal. Ia tersenyum seduktif.

Meski manik dan hatinya kosong melompong.

Oh, baby, baby, I'm dancing with a stranger

Dancing with a stranger.


Di sisi lain, ada Jeongguk yang tengah sibuk berkutat dengan belasan dokumen di atas meja.

Dasi merahnya sudah dilonggarkan dari kerah. Rambutnya setengah berantakan. Raut wajah pun masih datar seperti biasa. Jeongguk telah bekerja tak henti sejak pukul delapan pagi. Karena baginya, bekerja adalah satu-satunya hal yang dapat membuat ia lupa dengan segala hal. Terutama, soal mantan.

Jam sudah hampir menunjuk ke angka sembilan. Tetapi Jeongguk sama sekali tak menunjukkan akan berhenti. Meja kerjanya sudah berantakan. Kertas terkapar di mana-mana. Lelaki itu meyakinkan diri sendiri. Kalau ia baik-baik saja dan tak butuh istirahat.

Tok tok.

Pintu ruang kerjanya diketuk. Menunjukkan seorang lelaki bertubuh tegap dengan rambut hitam legam. Pakaiannya rapih dan lengkap mengenakan setelan jas sama seperti Jeongguk.

"Gukk? Kau yakin tak mau pesan makanan apapun?" Kata lelaki itu sembari kembali menyesap segelas kopi di tangannya. Jeongguk mengangkat pandangannya dari kertas-kertas tersebut.

"Tidak hyung, terima kasih. Aku masih belum cukup lapar." Lelaki itu menghela nafas dan berjalan mendekat.

"Kau sudah mengucap kalimat itu jutaan kali hari ini." Jeongguk terkekeh sedikit dan melepaskan pena dari jari-jarinya. Setelah itu bergerak merenggangkan otot-otot yang telah menegang sedari tadi.

"Daripada itu, bagaimana kabar ibu hari ini?" Jeongguk memutuskan untuk memusatkan seluruh perhatiannya pada lelaki ini.

"Setiap hari ibu selalu membaik semenjak kepulanganmu, Jeongguk. Beliau bahkan sudah kembali bersemangat untuk terapi berjalan lagi." Jeongguk tersenyum membayangkan wajah ibunya. Ia menghela nafas dalam-dalam.

"Aku hanya bantu sedikit, Yugyeom. Sejak awal kaulah yang berandil besar, menemani ibu semenjak kondisinya kritis." Yugyeom tersenyum mendudukan diri di atas meja kerja Jeongguk.

"Omong-omong apa kau sudah baca koran hari ini?" Jeongguk mengangkat kedua alis. Kemudian Yugyeom bangkit dan menyerahkan koran tersebut kepada yang bersangkutan.

"Berita tentang kau yang bertunangan dengan Nayeon sudah tersebar luas sekarang." Jeongguk membaca dengan seksama.

Ahli waris dari Jeon Corporation akhirnya terungkap!

Wow! Cantiknya tunangan si ahli waris ganteng Jeon Corporation.

Penasaran? Buka halaman 000

"Tak hanya itu, sekarang media dan khalayak umum juga tahu wajahmu." Yugyeom menatap wajah adik tirinya dengan iba.

Jeongguk menghela nafas entah sudah keberapa kalinya hari ini. Kemudian beralih memijit kedua pelipis. Berharap bisa mengurangi sedikit pening di kepala.

"Kalau bukan karena permintaan ibu, aku tak mau melakukan ini semua."

"Kalau bukan karena dicampakkan Taehyung kau tak akan melakukan ini semua. Itu yang lebih tepat kan? Ha ha ha…? Uh maaf aku tak bermaksud." Yugyeom menyadari perubahan raut wajah Jeongguk ketika ia menyebut nama mantan kekasihnya.

Jeongguk melirik bingkai foto yang tak jauh di atas meja kerjanya. Foto Taehyung dengan kamera kesayangannya, pakai kemeja biru dengan bordiran bunga mengelilingi kerahnya. Kedua mata melirik kamera dengan subtil. Taehyung terlihat sangat tenang dan kalem di foto itu. Cantik dan indah sekali. Hanya itu kata yang dapat Jeongguk temukan untuk mendeskripsikan mantan kekasihnya itu.

Foto itu dijepret pakai kamera kesayangannya, yang telah lama dijual untuk membeli makeup yang Taehyung impi-impikan saat itu. Tenang, semua isi foto-foto Taehyung dan hasil jepretannya telah dipindahkan terlebih dahulu.

Jeongguk meraih dan mengelus kaca bingkai tersebut. Kemudian mengangguk.

"Kau benar. Jika bukan karena perpisahanku dengan Taehyung, aku tak akan mungkin ada di sini. Dan ibu, tidak akan kunjung sembuh, betul kan?" Yugyeom tersenyum. Adiknya itu memang selalu dapat mengambil hikmah dari segala masalah yang menimpanya.

"Kalau begitu gimana dengan Jajangmyeon dekat stasiun?"

Jeongguk mengalihkan pandangan setelah beberapa detik kemudian tersenyum dan mengangguk.

"Kutunggu kau di bawah secepatnya ya."

Dengan itu Yugyeom keluar dari ruangan.

Jeongguk berdiri mengangkat bokongnya yang sudah keram. Kembali meregangkan otot-otot tubuh dan sekali lagi melirik foto Taehyung di atas mejanya.

"Aku pergi dulu Tae.." katanya kemudian melangkah menuju pintu.

Selama perjalanan Jeongguk dan Yugyeom berbicara mengenai banyak hal. Mulai dari bisnis hingga pertandingan NBA kemarin. Sampai ketika mobil mereka terpaksa berhenti di persimpangan jalan karena lampu merah. Di pinggir jalan, terletak sebuah layar LED besar yang menampilkan berita saat ini.

Bukan, bukan itu yang jadi fokus Jeongguk sekarang. Melainkan ada sesosok laki-laki berkepala pirang dengan kaus oblong putih dan celana kulot menenteng plastik belanjaan di sebelah tangannya. Sedang yang satu lagi bergerak naik meraba layar tersebut dengan seksama.

"Taehyung..?" gumamnya pelan.

"Diketahui pewaris perusahaan 'Jeon Corporation', Jeon Jeongguk telah berencana melangsungkan pernikahan dengan putri tertua dari perusahaan Im, Im Nayeon pertengahan tahun depan. Dengan adanya pemberitaan tersebut,saham dari perusahaan-"

Mobil yang mengangkut Jeongguk dan Yugyeom akhirnya kembali berjalan. Yugyeom terus berceloteh tentang segala apapun yang ada di otaknya. Sedang Jeongguk masih termangu menatap ke luar jendela. Keadaan tak jauh beda ketika keduanya sampai di restoran. Jeongguk hanya 'iya-iya' saja menanggapi kakak tirinya tersebut.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Tanda pesan baru telah terkirim ditujukan kepadanya.

From: taetae

Message:

'Gujkie.. Te kanhen Gujkki. Hukkie jshaT tingGalim te srndieri'

(gukkie.. tae kangen gukkie. gukkie jahat tinggalin tae sendiri)

Jeongguk membatu menatap pesan singkat itu.

"Gukk? Ada apa?"

Lelaki itu menggeleng selagi tersenyum.

"Bukan apa-apa." Sembari mematikan ponselnya.

Malam semakin larut. Taehyung di dalam kamar apartemen mewahnya melarutkan diri bersama minuman keras seorang diri. Sadar kalau uang tak dapat membuatnya bahagia sedikitpun. (Kecuali kalau punya uangnya bareng dengan Jeongguk.)

Jeongguk pun juga sadar, kalau cintanya yang dipikir telah pergi, nyatanya masih tersimpan dan terbungkus rapih jauh di dalam lubuk hati.

Langit semakin gelap. Lagu-lagu galau terus berkumandang mengisi ruang di antara Taehyung dan minuman kerasnya. Hidungnya sudah terlanjur berlendir dan basah menangisi apapun itu yang bisa ditangisi.

Tak ada yang seindah matamu, hanya rembulan.

Tak ada yang selembut sikapmu, hanya lautan.

Tak tergantikan,

Walau kita tak lagi saling

Menyapa.

Hanya satu yang Taehyung harapkan malam itu. Memohon kepada Tuhan agar tak lagi diberi kesempatan untuk bernafas.

Karena satu-satunya alasan untuk terus hidup telah hilang tanpa ia disadari.

Fin


Olaa semua!

Sedikit kukasih penjelasan. Taehyung di atas bilang kalau dia udah ganti nomer hp dsb, tapi kenapa bisa tau nomer Jeongguk dan sebaliknya? Karenaa dari awal Taehyung dan Jeongguk emang nggak bener-bener pengen udahan. Sama sama masih ngarep dan galon alias gagal move on sebenernyaaa..

Tenang saudara/i kisah cinta mereka berdua nggak berhenti sampai disini. Aku emang udah rencanain ada season duanya tapi masih belum tau kapan pastinya. Entah mau aku lanjutin di ffn atau aku publish duluan di wattpad.

Aku mau ngucapin banyaak terima kasih ke semua temen-temen yang udah luangin waktu untuk baca cerita ini dan selalu setia menunggu serta mensupport aku! Pokoknya kalian terbaik.(love)

(btw penggalan lagu di akhir dan judul chapter ini kuambil dari lagunya Kunto Aji yang menurutku cocok sekali untuk ini.)

JSBTS: YAAMPUN maafin ya updatenya lama TT_TT engga dipisahin ko, mereka kan masih megang hati satu sama lain o3o. jeonylosophy1: jangan ngambek dong kaak! jk punya alasan kenapa dia rehat dulu jadi bucin.. virgiawan738: apalagi jk, kuyakin dia uda gemes dari dulu.. guest: tentu doong makin seruu Jijah: aw terimakasiih banyaak! (love)

Saya Jadenumb pamit undur diri dulu,

Sampai jumpa di season 2!

((yang bahkan saya sendiri nggak tahu kapan))


.

.