.

Budak Cinta

Jeon Jeongguk x Kim Taehyung

[KOOKV]

Rating; Mature

Romance-Hurt/Comfort-Drama

OOC

Jadenumb, 2018

.


Jeon Jeongguk masih terus saja menatap layar ponsel pintarnya. Berharap ada balasan dari sang kekasih yang sudah ia kencani selama setengah tahun itu. Namanya Kim Taehyung, seseorang yang terlampau lebih tua darinya lima tahun tapi usia mentalnya seperti anak berumur lima tahun.

Jeongguk kelimpungan. Sudah lima hari terhitung semenjak kepergian Taehyung. Tidak ada telepon apalagi pesan masuk. Kepala sudah mengepul karena setiap saat memikirkan keberadaan Taehyung saat ini.

Kejadian "Taehyung Minggat" sebetulnya kerap kali terjadi. Namun baru kali ini dia minggat lebih dari tiga hari. Sikap Taehyung terasa menjadi bengal kian hari. Kerap kali ia pulang ke apartemen dengan aroma alkohol menyengat. Padahal mereka sudah buat perjanjian, dilarang mabuk kalau tidak ada salah satu pihak mendampingi.

Karena Jeongguk mengerti dan tahu betul saat Taehyung mabuk maka ia akan berbuat hal-hal yang tidak senonoh. Sebagai contoh, kejadian ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Saat Jeongguk ditelepon kepolisian daerah setempat akibat Taehyung yang membuka celananya begitu saja menampakkan 'gajah'-nya yang terombang-ambing dihempas angin.

Lantas tak heran orang sekitar memanggil polisi.

Jeongguk menghirup nafas dalam-dalam, melempar ponselnya dengan kesal. Dia melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil segelas air dingin. Menghabiskannya dalam sekali tenggak. Berharap satu gelas air dingin tersebut dapat meredakan emosi dalam hati serta kepalanya.

Jeongguk kembali lagi duduk diatas sofa sambil melirik-lirik kearah ponsel yang kini tergeletak diatas karpet berbulu putih. Kini waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Masih belum ada tanda-tanda kepulangan dari Kim Taehyung.

Dirasa terlalu sunyi, ia menyalakan televisi yang berada tepat dihadapannya. Pemuda berusia dua puluh dua tahun itu pun terus menerus menekan remot mengganti kanal saluran televisi. Kesal sekali karena isinya hanyalah sinema pintu tobat atau ekspedisi-ekspedisi horror lainnya.

Yang lebih menyebalkan adalah terdapat iklan kondom dengan berbagai macam merek berhamburan dimana-mana. Mana pula menampilkan adegan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kondom. Padahal belum juga lewat pukul sepuluh malam. Muka Jeongguk makin cemberut.

Ring.

Bunyi notifikasi dari ponsel yang menandakan pesan masuk. Jeongguk langsung menoleh kearah ponselnya. Benar saja, satu pesan masuk. Cepat saja dia mengambil dan membuka kunci di layar ponselnya dengan gesit, sampai dua tiga kali harus mengulang karena jari tangan terpelintir. Setelah di cek ternyata zonk. Ternyata pesan dari operator. Iya dari operator.

"Aku tak butuh pulsamu, bangsat."

Dia kembali duduk terdiam di sofa. Jeongguk kembali menggonta-ganti saluran televisi. Ia semakin cepat menekan tombol pada remot kemudian dengan kesal ia membanting remot itu. Mengacak-acak rambutnya frustasi.

Kim Taehyung benar-benar membuatnya gila.

Laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun itu lho, yang surainya disemir pirang agak gondrong sedikit, yang sukanya pakai kemeja pamer tulang selangka, yang bokongnya semok menggonggong minta digigit, yang hobi nongkrong bersolek di klub malam dan pakai cangcut berenda.

Bukan tak terpikir lagi oleh Jeongguk untuk mendatangi klub malam tempat biasa Taehyung nongkrong. Nyatanya yang dicari tidak ada pula disana. Ponsel tersambung tapi tidak ada sambungan. Sudah berkali-kali juga menelepon teman dekatnya. Yang terjadi juga mereka semua sudah bersekongkol mendiskriminasi dirinya.

Mungkin sedikit lagi. Sedikit lagi kalau ia menunggu, mungkin kekasihnya itu akan pulang. Kalau sudah seperti ini Jeongguk pasti akan selalu mengalah dan meminta maaf walaupun dirinya tidak bersalah. Memang benar terjadi pertengkaran sebelum hal ini terjadi. Jeongguk ingkar janji katanya mau membelikan Taehyung ponsel baru.

Selalu bilang kalimat 'Iya nanti akhir bulan ya' yang akhirnya membuat Taehyung jengkel dan kesal. Tiba-tiba bungkam mulut sendiri dan banting pintu cabut dari apartemen.

Wajah sudah cocok sih untuk jadi Sugar Daddy-nya Taehyung. Namun apalah daya, dompet berkata lain.

Mau diapakan lagi habisnya. Jeongguk selalu mencoba untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan Taehyung. Mulai dari pindah ke apartemen yang lingkungannya lebih berkelas karena katanya Taehyung tidak mau tinggal di apartemen murahan. Gengsi lontarnya.

Jeongguk sadar betul akan hal ini. Sejak pertama kali bertemu dengan dia, ia tahu Taehyung bukanlah pemuda biasa-biasa saja. Wajah terpahat bak diukir langsung oleh dewa. Perangainya seronok erotis. Bukan maksudnya Jeongguk hanya memacari Taehyung untuk disetubuhi.

Tapi jujur saja, Jeongguk betul-betul tenggelam di dalam pesona Kim Taehyung. Meski Taehyung itu materialistis. Sukanya om-om atau tante-tante berduit (yang mana saja asal punya dompet tebal).

Tak kuat hidup susah, makanya melacur.

Betul sekali. Taehyung adalah seorang gigolo atau mungkin mantan gigolo yang 'diasuh' oleh Jeongguk. Bukan, Jeongguk bukan muncikari. Diasuh disini dalam artian yang memberi makan, tempat tinggal dan lain sebagainya. Minus kegiatan seks dan sejenisnya.

Jeongguk dan Taehyung adalah sepasang kekasih yang tidak atau belum pernah melakukan seks bahkan berciuman (maksudnya berciuman di bibir) Entahlah mereka pantas atau tidak menyandang status sebagai sepasang kekasih.

Serta niat Jeongguk yang sebetulnya adalah agar Taehyung berhenti untuk menjadi kupu-kupu malam. Meski betul adanya bahwa Taehyung memanglah secantik dan seindah kupu-kupu. Cantik, rapuh, rentan, dan tak suka dikekang.

Jeongguk sendiri hanya bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan biasa. Selalu pulang telat, gaji mepet, ditambah harus mengurus si cantik Kim Taehyung yang standar hidupnya tinggi. Mau tak mau setiap jam makan siang ia beralasan sedang tidak bernafsu atau sudah makan duluan.

Duk duk.

Suara ketukan pintu menyadarkan Jeongguk dari lamunannya. Tubuhnya terperanjat semangat. Apakah yang mengetuk adalah Taehyung? tapi Taehyung tidak pernah mengetuk pintu sebelum masuk rumah. Jeongguk menghela nafas. Kedua bahunya surut karena ekspektasinya tak selalu berujung manis.

Dibukanya pintu tersebut.

Terlihatlah Taehyung yang merengut memonyong-monyongkan bibir ranumnya. Berdiri disebelah, ada seorang pemuda yang agak lebih tinggi dibandingkan dengan Taehyung dan dia. Tentu saja tampan dan mungkin berduit dilihat dari cara berpakaiannya.

Seluruh emosi entah itu rasa kesal, bingung, dan lain sebagainya surut setelah melihat kondisi Taehyung-nya baik-baik saja. Atau bisa dibilang lebih dari 'baik-baik' saja.

"Permisi aku minta maaf datang malam-malam begini. Aku ingin mengantarkan Tae pulang.." Jeongguk menarik kedua alisnya. Tidak begitu terkejut sebetulnya. Lantas menaik turunkan kepalanya mengiyakan. Dalam hati mengumpat tentang betapa sok kenalnya pemuda ini dengan Taehyung sampai-sampai bisa memanggil dengan sebutan 'Tae'.

"Ah tidak harusnya aku yang minta maaf karena telah merepotkan- " Taehyung tiba-tiba memaksa masuk dan menerjang tubuh Jeongguk kasar. Beberapa saat setelahnya terdengar bunyi dentuman pintu yang ditutup kasar.

"Maaf Taehyung memang seperti itu.."

"Ya aku tahu. Omong-omong namaku Bogum. Park Bogum." Pemuda yang menyebut dirinya Bogum itu mengulurkan tangan kearah Jeongguk kemudian dijabat dengan baik olehnya.

"Aku Jeongguk. Jeon Jeongguk." Bogum tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Uh jadi sebetulnya aku ingin berbicara sesuatu denganmu berkaitan dengan Taehyung." Lagi-lagi Jeongguk menarik kedua alisnya.

"Taehyung ingin tinggal bersamaku. Kau ini teman serumahnya kan? Jadi aku harap kau tidak kecewa karena temanmu Taehyung akan pindah besok." Jeongguk tercengung bukan main. Apa-apaan ini? Kekasihnya tiba-tiba pulang diantar lelaki tak dikenal kemudian lelaki itu berkata kalau Taehyung akan tinggal dengan dia?

Jeongguk melengkungkan mulutnya kebawah. Kecewa atas apa yang telah didengarnya. Kecewa karena perkataan tersebut tak keluar langsung dari bibir Taehyung.

"Uh' ya kurasa tidak apa-apa." Bogum mengangguk lagi dan tersenyum. Senyuman yang terukir di wajahnya semakin menambah kegantengan yang telah dimilikinya. Jeongguk sedikit iri. Mungkin banyak iri.

"Kalau begitu besok aku akan kembali. Sampai besok dan selamat malam Jeongguk." Jeongguk menutup pintu, menghela nafas dalam-dalam sambil melangkah menuju kamarnya dengan Taehyung. Disana terlihat Taehyung yang sedang sibuk memasukkan barang-barang miliknya kedalam sebuah koper.

Omong-omong soal tempat tidur, Taehyung yang menjadi raja di ranjang tersebut sedangkan Jeongguk, tidur di bawah pakai matras atau tidur di sofa ruang tamu. Taehyung itu galak. Tidak mau disentuh oleh Jeongguk kecuali dia yang meminta. Dan Jeongguk tidak akan memaksa dalam hal ini.

Jeongguk itu tidak mau menjalin hubungan atas dasar nafsu belaka. Maka dia sudah berjanji kepada diri sendiri untuk tidak menyentuh Taehyung sampai ia dan kekasihnya itu benar-benar yakin bahwa mereka saling suka satu sama lain.

Melihat Taehyung tersenyum manis saja itu sudah cukup buatnya.

Pemuda berumur dua puluh dua tahun itu berjalan mendekati Taehyung yang duduk dilantai sambil melipat-lipat pakaian. Lantas mengulurkan tangan kanannya ingin menyentuh pundak si empu yang terduduk.

"Tae.."

Plakk

Taehyung menepis tangan Jeongguk lagi dengan kasar. Jeongguk kembali menghela nafasnya, mengalah kemudian membuat jalannya keluar dari kamar.

Taehyung masih merengut kesal. Ego meraja lela mengambil alih di dalam tubuhnya.

Jeongguk menunggu duduk di sofa. Terdiam menutup kedua mata memikirkan Taehyung. Taehyung,dan Taehyung. Hanya ada lelaki itu di dalam otaknya. Beberapa menit berlalu, Jeongguk kembali mengintip dari balik pintu. Dilihatnya pemuda itu telah terkapar diatas kasur. Tertidur lelap dengan celana training kedodoran serta kaus putih oblong kebesaran.

Pelan-pelan ia melangkah mendekati sosok manis yang terbaring diatas kasur. Senyum kembali terukir di wajah tampangnya selagi membelai sayang surai pirang yang dimiliki Taehyung. Sayangnya yang dibelai sudah berpindah dimensi ke alam mimpi.

Wajah Taehyung tampak begitu damai dan tenang tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka. Dadanya terasa sesak dan ngilu memikirkan Taehyung bersama dengan orang lain. Namun apalah daya mungkin memang yang terbaik adalah Taehyung tinggal bersama dengan Bogum, yang terlihat seperti anak atau mungking seorang miliarder itu.

Jeongguk hanya punya cinta dan kasih, namun orang zaman sekarang bilang tidak akan kenyang kalau makan cinta. Begitu pula dengan Taehyung.

"Mungkin selama ini aku telah berbuat jahat padamu. Aku selalu melarangmu untuk melakukan ini dan itu. Aku minta maaf kalau memang aku selalu memarahimu. Tapi ketahuilah bahwa aku benar-benar menyayangimu.."

"Maafkan aku hyung. Maaf aku tak bisa memberikanmu segala yang pantas kau dapatkan. Maaf kalau aku terlalu posesif. Maafkan aku kalau terlalu menyukaimu. Aku berharap kau bisa hidup senang nanti dengan Bogum-Bogum itu-aish sialan coba saja kalau aku bekerja lebih giat lagi lalu sedikit memotong rambutku.." Tangannya masih terus bergerak menyisir untaian lembut Taehyung.

Jeongguk tersenyum kecut. Tahu bahwa yang dikatakan sia-sia toh Taehyung sudah terlelap. Ia mengusap kemudian mendekatkan wajahnya kepada kening yang tengah terlelap. Berniat membubuhkan kecupan disana tetapi niat tersebut diurungkan. Lantas berbalik keluar menutup pintu sesunyi mungkin.

Nyatanya seluruh pengakuan tersebut didengar oleh Taehyung. Kalau boleh dibilang hatinya luluh mendengar pengakuan itu. Di dalam hati muncul rasa penyesalan karena telah membuat suatu keputusan tanpa merundingkannya dulu. Tetapi tetap saja. Bukan Taehyung namanya kalau tidak punya rasa gengsi dan ego tinggi.

Cepat-cepat ia hapus pikiran-pikiran tersebut dari kepalanya, menutup kembali kedua kelopak mata lantas mencoba untuk berpindah ke alam mimpi.