Muffs present

"Seven Days"

Jeon Jungkook ― Kim Taehyung

Jeon Jungra as Jungkook's twin

Notes : Part dari setiap cerita ini akan cukup atau mungkin sangat panjang, jadi tolong tabahkan hati serta mata dan tangan kalian untuk membaca cerita ini! :" D

Alur maju , mundur cantik!

Selamat Membaca!

Tuesday,

Wangi tanah yang dibasahi ribuan tetes air hujan adalah hal pertama yang menyapa indera penciuman Jungra. Sumber wangi yang berasal dari minyak aksiri itu semakin menyeruak ketika Jungra membuka gorden kamarnya lebar – lebar. Pergantian langit dari gelap menuju terang menjadi hal pertama yang Jungra lihat.

Gadis itu nampak hanya diam, terduduk pada kursi yang sengaja ia taruh didekat jendela kamarnya. Ia terbiasa bangun jauh lebih awal sebelum matahari merangkak naik keperaduan. Itu hanya suatu kebiasaan Jungra sejak kecil, dimana ia sangat menyukai suasana terbitnya sang mentari. Baginya itu sangat indah dan menakjubkan. Terlebih lagi keheningan yang ada seakan mendukung segala suasana.

Sejauh apa hubungan Taehyung serta Jungkook sebenarnya,

Jungra beralih menaikkan kedua kakinya keatas kursi dan memeluk kaki tersebut erat. Pandangannya tak luput dari depannya.

"Aku sangat penasaran, apakah kita bisa pulang bersama atau tidak untuk sekarang."

"Huh?" dengan wajah bingung yang sangat menggemaskan.

Dari cara Jungkook berbicara saat itu atau bahkan dari cara Taehyung menanggapinya, terlihat kalau ada sesuatu diantara keduanya..

Tapi apa?

"Oh, eomma baru saja ingin membangunkanmu, Jungra."

Suara itu menyadarkan Jungra dari lamunannya. Anak itu terperanjat dari duduknya hingga terjatuh akibat salah satu kakinya tidak sengaja tersandung kursi.

"Apa eomma begitu mengejutkanmu? Kau tidak apa – apa, sayang?" tanya sang eomma dengan nada penuh kecemasan,

Jungra menggeleng pelan, "Aniyo eomma, nan gwaenchana." Jungra segera berdiri dan mengusap bagian kakinya yang terasa sakit.

"Kau yakin?" Jungra mengangguk meyakinkan sang eomma yang terlihat menaruh dua gelas susu diatas meja belajar miliknya, "Baiklah kalau begitu, eomma menaruh susu kalian berdua diatas meja." Sang eomma tersenyum lembut, "Jika Jungkook sudah bangun, beritahu ia untuk cepat meminum susu." Diakhiri kalimatnya dengan senyuman yang masih terpatri.

Jungra mengangguk samar, memastikan segalanya telah ia ingat dengan baik sebelum ia kembali terduduk dikursinya setelah ibunya keluar dari kamarnya. Ia kembali termenung, pikirannya terasa begitu penuh saat ini. Perasaan senang sekaligus sedih berpadu menjadi satu hanya karena kejadian yang ia ingat kemarin. Maka dengan geraman rendah yang ia keluarkan, ia mencoba untuk melupakan segalanya dengan menundukkan kepalanya hingga menyentuh meja.

...

Suara dering ponsel mengusik tidur lelap Jungkook. Ia mendengus sebal saat menoleh dan mendapati ponselnya lah yang berdering. Dengan malas, ia meraih ponsel tersebut dan melihat siapa pemanggil gila yang menghubunginya sepagi ini.

Ah, sudah kuduga...

Jungkook mendengus sekali lagi, netranya terpejam sejenak saat menemukan nama "Min Yoongi" pada layar ponselnya.

Yoongi dengan segala jiwa bebas dan beraninya seakan tak pernah lelah menghantuiku...

Jungkook masih bersantai ria diatas sofa dengan tangan memegang komik kesayangannya saat suara langkah kaki semakin mendekatinya. Ia sedikit mengintip melalui ujung komik untuk melihat siapa yang menjadi pelaku keberisikan itu. Mendapati Yoongi berdiri disampingnya dengan tatapan yang tajam, Jungkook sedikit menyerengitkan alisnya saat tangan Yoongi malah beralih mengambil komik Jungkook dan melemparnya keatas meja kecil didekat sana.

"Hyung, kenapa kau―" ucapan serta gerakan Jungkook untuk bangkit terpotong oleh Yoongi.

Lelaki yang lebih tua 2 tahun diatasnya itu mendorong tubuh Jungkook pelan dan mengunci tangannya erat. Yoongi tersenyum manis saat mengetahui Jungkok mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Hyung, Jungra akan salah paham kalau melihat kita begini.." Jungkook mencoba menyadarkan Yoongi yang berstatus kekasih saudari kembarnya itu,

Dengan kesadaran penuh Jungkook mencoba bangun dari posisinya itu, tapi usahanya sia – sia karena Yoongi ternyata jauh lebih kuat darinya. Tubuh Yoongi yang mungil menipu dirinya dengan kekuatan yang tidak sebanding. Ia dibuat tidak bisa bergerak hanya karena Yoongi membayang diatasnya.

"Kau tahu, Jungkook – ah?" Yoongi membuka suaranya dengan tubuh yang semakin di codongkan kearah Jungkook, "Jika aku harus berpisah dengan Jungra.." ia menjeda, "Itu bukan suatu masalah bagiku.."

Yoongi semakin meringsek maju kearah Jungkook, membawa kepalanya kearah samping Jungkook; tepatnya pada telinga Jungkook. Lelaki itu berbisik pelan dengan gigitan pada telinga Jungkook, "Aku mencintaimu, Jungkook."

"Kau apa?" Jungkook terkejut, perlahan ia memberanikan diri menoleh kearah Yoongi yang masih tersenyum manis kearahnya.

"Aku mencintaimu, Jungkook."

Jungkook mengusap matanya dengan mulut yang berdecap, perlahan ia bangun dari posisinya. Ia menoleh sedikit pada sisi yang kosong, matanya menyipit saat ia tak menemukan saudari kembarnya disana. Menoleh cepat kearah lain, ia tak menemukan sosok Jungra disana. Diakuinya kalau ia panik, maka dengan cepat ia kembali menoleh kerah lain. Beruntung, ia menemukan Jungra yang nampak tertidur beralaskan meja didekat jendela. Ia merasa jauh lebih mereasa lega sekarang.

Seketika ia merubah posisi duduknya menjadi di tepi ranjang. Ia menundukkan kepalanya sembari terus memegang ponselnya yang kini telah berdering lagi,

Bahkan setelah semua ini, setelah beberapa tahun kami resmi berpisah..

Dia tidak pernah berubah..

Jungkook diam selama beberapa detik sebelum akhirnya ia memilih menjawab panggilan tersebut, "Halo?"

( "Hey, kenapa kau lama sekali menjawab panggilanku?" nada merajuk yang khas dapat Jungkook dengar dengan jelas.

"Ayo bertemu di cafe sekarang." Yoongi berujar riang sembari terduduk disalah satu kursi taman, "Sekarang juga." Lanjutnya dengan nada setengah memaksa. )

"Aku tidak bisa pergi.."

( Yoongi terdiam sejenak "Aku tidak mengerti, kenapa begitu?" ucapnya manja, )

Jungkook menghela nafas lelah, seseorang yang saat ini sedang berbicara dengannya memang selalu saja bertindak seperti ini. Selama 2 tahun mereka berpacaran selepas Yoongi berpisah dengan Jungra secara resmi, Jungkook selalu diberi kejutan berupa cara Yoongi yang selalu memaksakan kehendak yang ia punya dengan cara yang halus. Bahkan tak sesekali Yoongi secara terang – terangan memaksanya untuk melakukan apapun yang diinginkan.

"Aku hanya tidak bisa. Hari ini aku akan mulai kembali sibuk dengan segala aktifitasku disekolah. Jadi aku tidak bisa sama sekali menemuimu" jelas Jungkook,

("Lagi? Bukankah kau baru saja putus dengan kekasih seminggumu kemarin?" suara Yoongi mulai terdengar sangat menuntut.

Ia melepas kacamata bulat yang dikenakan sembari menatap depannya serius, "Gadis seperti apa kali ini?" )

"Seorang sunbae, 1 tahun lebih tua dariku."

( "Hm.. Apa ia begitu imut?" )

"Dibanding dengan imut..." Jungkook menjeda kalimatnya, bayangan akan Taehyung yang tengah menarik busur panah terlintas diotaknya.

"...dia sangat cantik?"

( "Melebihiku?" )

"Ya, melebihi darimu." Jungkook berkata jujur kali ini, "Bagaimana dengan kau yang kembali pada saudari kembarku? Kurasa mencoba mencintainya kembali bukan hal yang buruk?"

( "Tch, aku benci sisimu yang satu itu." Yoongi berdecih sebal, "Baiklah, aku menyerah. Sampai jumpa lain waktu." )

Jungkook tersenyum kecil saat sambungan pada ponselnya terputus, ia menjauhkan benda persegi tersebut dari telinganya dan melemparkannya diatas kasur. "Ah, merepotkan.." gumamnya seraya ikut merebahkan tubuhnya kembali keatas kasur. Terlentang dengan mata yang menatap langit – langit rumahnya kosong. Pikirannya terasa penuh setelah obrolan ini.

Yoongi hanya masa lalu miliknya yang sengaja ia taruh pada sisi paling ujung hatinya. Berharap jika segala kenangan itu bisa terpeleset jatuh ke jurang dasar yang menjadi tempat penampungan para kenangan buruk. Bahkan semenjak mereka resmi menjadi sepasang kekasih pun, Jungkook selalu berharap jika Yoongi cepat merasa bosan dan langsung meninggalkannya seperti saat lelaki bermarga Min itu meninggalkan saudari kembarnya. Rasa bersalah yang mendalam selalu menghantui Jungkook selama ia menjalani hubungan itu.

Bayangan Jungra yang menatap penuh kecewa kearahnya selalu merangkaki tubuhnya kala malam tiba. Ia tak berani memejamkan mata saat malam tiba, memilih bertahan pada kesunyian malam dengan menatap wajah pias saudari kembarnya itu. Ia selalu betah berlama – lama menatap wajah tidur Jungra untuk mengumpulkan keberanian melawan segala doktrin Yoongi. Meski terkadang semuanya terasa layaknya bualan semata, tapi berselang satu tahun hubungan keduanya, Jungkook mulai bisa melawan segala kemutlakan Yoongi. Hingga pada akhirnya lelaki manis itu memilih mundur dan meninggalkan Jungkook seperti apa yang ia harapkan.

Ia merasakan sakit yang Jungra rasakan saat itu, ia dapat dengan jelas merasakan bagaimana hati Jungra terluka saat tahu dirinyalah alasan Yoongi pergi. Tak ia pungkiri jika ia jatuh cinta pada Yoongi selama hubungan mereka terjalin. Sisi lembut serta pengertian Yoongi membuat sudut hati Jungkook menjadi sedikit terang. Tapi tetap saja, melangkah pergi dan membiarkan Yoongi melepaskannya adalah cara terbaik untuk menghapus dosa masa lalunya.

"Gwaenchana, Kookie – ah. Jeongmal gwaenchana.." Jungra menatap lantai yang ia injak sendu, "Ini bukan salahmu." Ujar Jungra sembari menatap Jungkook dengan senyuman manis.

Biasanya Jungkook sangat menyukai senyuman itu. Tapi kali ini, melihat senyuman Jungra seperti itu serasa mengiris hatinya menjadi bagian tertipis serta terkecil. Ia membenci senyuman Jungra yang seperti itu. Ia sangat membencinya..

"Tidak, ini salahku. Seseorang yang menyebabkan Yoongi berpaling dan meninggalkanmu itu... Aku Jungra, aku!" emosi Jungkook memuncak, "Harusnya kau memakiku, memukulku, atau lakukan apapun segala hal yang sama menyakitiku juga dengan tangisan yang berderai – berai!" Jungkook memukul dadanya keras sembari menahan isakannya.

Ini tidak benar, Jungkook ingin Jungra meluapkan segalanya. Bukan hanya terdiam menatap Jungkook dengan senyuman manis seperti itu. Jungkook ingin Jungra melampiaskan rasa sakit hatinya, bukan malah menahan bak orang bodoh begitu.

"Jangan tersenyum seperti itu, Jungra – ah. Kau menyakitiku.." suara Jungkook melemah, "Sangat menyakitiku.."

"Aku jauh lebih tersakiti, Jungkookie." Jungra berbalik badan dan menunduk sejenak.

"Pada dasarnya, bukan aku yang memegang kunci hati Yoongi oppa. Seingatku, ia sendiri yang masih menyimpan dan menyembunyikan kunci itu seorang diri." Ucapnya dengan suara yang terdengar bergetar, "Sejak awal aku tak pernah memiliki hatinya, tak pernah sama sekali." Jungra terisak kecil dengan tangan yang mulai mengepal.

Perlahan, suara tangis pun menyelinap masuk ke indera pendengeran Jungkook. Membuat lelaki yang berstatus 10 menit lebih tua dari Jungra itu menatap punggung sang adik sendu. Ingin rasanya ia merengkuh sosok rapuh itu, tapi ia tahu ini bukan waktu yang tepat. Jungra hanya akan semakin terluka dengan sikapnya, jadi ia memilih diam dan mendengarkan seluruh ungkapan hati Jungra.

"Jadi jangan merasa bersalah. Karena itu hanya membuatku merasa semakin bodoh." Gadis itu terkekeh pelan dengan suara sengaunya, "Terimakasih Jungkook – ah, kau menyadarkanku."

"Menyadarkan apa?"

"Kau akan mengetahuinya suatu saat nanti.." ujar Jungra sembari berjalan masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Jungkook yang terdiam bingung disela rasa bersalahnya.

Jungkook terlalu lama berlarung pada masa lalunya, hingga tanpa sadar air mata membasahi pipinya. Ia tersenyum kecut sebelum akhirnya memejamkan mata dan mengusap pipinya sebelum Jungra melihat dan malah meledek dirinya. Berbicara tentang Jungra, anak itu masih dalam posisi tertidur duduknya yang pulas. Nampak tidak terganggu sama sekali, dan Jungkook merasa lega saat mengetahui fakta kalau ia dan Jungra tetap bersama tanpa ada jarak serta kecanggungan berarti setelah kejadian itu.

Jangan berpikir hal macam – macam lagi, Jungkook menasehati dirinya sendiri seraya merubah posisi terlentangnya menjadi meringkuk kearah kiri.

Ah, gawat. Taehyung sunbae mulai berkeliaran diotakku..

Seketika Jungkook terduduk, tangannya mengambil selimut yang tergeletak tak jauh dari dirinya. Ia bangkit, berjalan menuju Jungra dan menyelimuti anak itu dengan selimut yang ia bawa. Tersenyum kecil dengan tangan yang mengusap rambut anak itu sayang sebelum akhirnya beralih arah mendekati sebuah gantungan yang terdapat jaket abu – abu miliknya. Ia mengambil jaket itu dan memakainya, berjalan kembali menuju kasur dengan mata yang tertuju pada layar ponsel.

Jungkook menggerakan tangannya untuk menggeser keatas setiap deretan kontak yang ada, mata serta tangannya terhenti saat kontak 'Taehyungie' dengan tanda hati ia lihat. Ia terdiam sejenak, memikirkan hal apa yang selanjutnya akan ia lakukan. "Aku seperti remaja yang sedang jatuh cinta.." keluh Jungkook tak tahu diri.

Ia menopang dagu dengan salah satu tangannya yang bebas. Terdiam statis dengan mata tertuju pada kalender bergambar pikachu diatas meja belajarnya.

Kali ini... bisakah aku jatuh cinta?

Jungkook memiringkan kepalanya dengan mata yang fokus,

Kemungkinan selalu ada.. Bahkan aku terus berharap pada setiap awal hari dalam seminggu..

Senyuman Taehyung terbayang jelas pada otaknya. Tentang pengungkapan kala itu mampu membuat jantung Jungkook berdetak lebih cepat. Bagaimana mata kucing itu berbinar penuh keyakinan dan suara itu mengalun merdu bagaikan sebuah rayuan manis.

Tapi segala harapan itu hanya menjadi sebuah harapan saat tak ada perasaan apapun yang berkembang sepanjang jalinan hubungan kami..

Jungkook menatap tanggal yang tertera pada kalender dan nampak seperti berpikir keras tentang sesuatu hal.

Tujuh hari untuk melihat apa yang ada dihatiku sebenarnya..

Matanya turun untuk menatap lantai yang ia pijak,

Apakah Yoongi saja sudah cukup?

Mereka masih bersandar pada sebuah pohon, berpegangan tangan erat dengan Jungkook yang meminum kopinya sembari melirik Yoongi yang sibuk mengusap tubuhnya. Malam ini terlalu dingin, lalu hal terbodoh selanjutnya adalah mereka yang sama sekali tak mengenakan atau membawa pakaian hangat.

Berinisiatif, Jungkook mengarahkan kopi panas itu pada Yoongi. Tentu saja Yoongi menyambutnya dengan senang, itu terlihat dari senyuman Yoongi yang mengembang saat Jungkook perlahan membantunya untuk meminum kopi tersebut. Mata Yoongi berbinar senang, ia menggengam tangan Jungkook lebih erat dan menatap Jungkook lekat. Jungkook merasakan genggaman pada tangannya mengerat. Ia menoleh kearah Yoongi dan mendapati Yoongi tersenyum hangat.

"Ini hangat, terimakasih." Kata Yoongi,

"Bukan masalah, hyung." Jungkook mendapati dirinya juga tersenyum saat melihat itu.

Dan setelahnya, mereka berdua terlibat obrolan seru untuk membunuh waktu saat menunggu bus yang akan mengantar mereka pulang.

Hening,

Tak ada yang memulai percakapan sepanjang mereka menunggu makanan yang mereka pesan datang. Jungkook memperhatikan Yoongi yang nampak sibuk dengan ponsel pada genggamannya. Seolah kehadiran Jungkook tak ia rasakan sama sekali. Pandangannya berpendar, mendapati pasangan lain tengah tertawa dan berbincang begitu asik satu sama lain.

'Rasanya sangat hangat bisa berbincang begitu.' Batin Jungkook,

Yoongi melirik Jungkook yang tengah meregangkan otot lehernya sekilas. Ia tersenyum dengan tangan yang mematikan ponsel dan meraih tangan Jungkook untuk ia genggam. Tertawa pelan saat mendapati Jungkook berjengit kaget karena tangan mereka kini saling menggenggam satu satu sama lain.

"Apa kau mulai bosan, sayang?" Yoongi menahan tawa saat Jungkook memberengut lucu untuk menyeruakan jawabannya.

"Sebenarnya sedikit. Makanan itu sangat lama, aku sudah lapar hyung." Jungkook merajuk, mengundang kekehan lembut dari Yoongi.

Tangan Yoongi terulur untuk menyampirkan anak rambut Jungkook yang menutup separuh matanya kesamping, "Ah, anak bayiku sudah lapar rupanya, eoh? Aigu, sabarlah sebentar sayang.." Yoongi berujar jenaka.

Dan Jungkook tertawa dibuatnya, dan lagi.. keduanya terlarut dalam obrolan seru sepanjang mereka menunggu serta menikmati makan malam mereka berdua.

Jungkook berdengus sebal, lagi – lagi bayangan itu hadir dalam otaknya. Ia menggeram bak anak kucing sembari menggusak rambutnya asal. Memilih mengalihkan mata pada ponselnya masih menampilkan kontak Taehyung. Ia terpaku, sebelum akhirnya tersenyum lebar dengan tangan yang sibuk mengetik..

To : Taehyungie,

From : Jungkook

Selamat pagi, Tae – Tae hyung..

Status : Sending...

Loading ...

Sent ...

"Aku mengirim pesan yang sama untuk setiap orang berbeda dalam setiap minggu.." Jungkook bergumam kecil, "Hanya tinggal lihat, bagaimana selanjutnya untuk orang kali ini..." Jungkook terduduk dengan tangan yang menggenggam ponsel.

From :Taehyungie,

To : Haguakuen – Jungkook

Aku membencimu, Jungkook. Ini masih terlalu pagi dan kau sudah membuatku terbangun..

Status : Sending...

Loading..

Sent..

Jungkook terlonjak saat matanya menangkap balasan dari Taehyung yang hanya berselang 5 menit. Wajahnya berseri – seri dengan senyuman lebar terlihat jelas, dengan cepat ia kembali mengetikan balasan untuk calon pujaan hatinya..

To : Taehyungie,

From : Haguakuen – Jungkook

My bad, sorry hyungie.

Status : Sending ...

Loading ...

Sent ..

Bagaimana pun, ia terlihat berbeda dari penampilannya...

"Mungkin ia akan terlihat sangat cute, jika didekati lebih lanjut.." Jungkook terkekeh pelan dengan satu tangan melingkari lehernya sendiri. Anak itu masih tersenyum lebar sembari menatap ponselnya sendiri. Dan pada menit berikutnya ia dibuat terkejut dengan Taehyung yang menelponnya.. Dengan terburu ia menjawab panggilan tersebut antusias,

"Halo?"

( "Ya, idiot." ) suara Taehyung terdengar serak, khas sekali dengan ciri orang yang benar – benar baru terbangun dari tidurnya.

Jungkook diam – diam tersenyum mendengar suara Taehyung yang terdengar sangat lucu, ( "Benar, kau yang menjawab teleponku saat ini." ) Dan Jungkook dibuat tertawa saat Taehyung terdengar merajuk diujung sana.

"Maafkan aku, sunbae – nim. Aku memang bodoh." Kata Jungkook dengan tawa,

( "Jangan meminta maaf sembari tertawa, kau brengsek." Taehyung berujar kesal saat mendengar suara Jungkook diujung sana. "Kau tahu? Terbangun disaat tidur nyenyak membuatku tidak bisa tertidur kembali." Ucap Taehyung dengan mata yang setengah terpejam.

"Katakan, apa yan akan kau lakukan untuk itu, adik kelasku yang brengsek?" Taehyung sengaja membuat nadanya seseram mungkin, meski ia tahu itu takkan mempan untuk adik kelasnya satu itu.

Mungkin untuk orang lain, Taehyung dengan suara seperti itu sangat menyeramkan. Taehyung berani menjamin jika mereka takkan pernah mau mengajak Taehyung berbicara lagi setelah itu. Tapi Taehyung meyakini dalam hati kalau Jungkook takkan ciut hanya karena gertakan itu. )

"Then.. What should i do, sunbaenim?"

( "Brengsek yang menyebalkan, aku benar – benar ingin memukul wajahmu sekarang." Taehyung menggaruk kepalanya asal. )

Sedangkan disisi lain, senyuman tak dapat lepas dari bibir Jungkook. Anak itu nampak menikmati obrolannya dengan Taehyung. Itu dapat terlihat dari cara bicaranya saat ini, "Oh begitu? Haruskah aku datang untuk mendapatkan pukulan darimu?" Jungkook berujar jenaka.

Namun hanya hening yang ia dapatkan. Jungkook terdiam,

Gawat, dia berhenti menjawab...

Ini menyeramkan...

Jungkook berniat memutuskan sambungan itu secara sepihak sebelum akhirnya suara Taehyung kembali terdengar,

( "Jungkook – ah..." )

"Ne?"

( "Datanglah ke latihan pagi ini.." )

"Latihan pagi? Latihan pagi apa?" tanya Jungkook heran, seketika otaknya seperti tersumbat dengan pengalihan pembicaraan yang Taehyung buat.

( "Bodoh.." Taehyung memaki sembari bangkit dari duduknya, "Tell me, what club you belong to?" Taehyung mendadak bisa berbahasa Inggris disaat kesal seperti ini.

Anak itu berjalan menuju jendela kamar dan membuka gordennya. Menatap pemandangan gedung didepannya dengan mata yang masih megantuk serta anak rambut yang mencuat kesana kemari. )

"Ah, the archery club?" balas Jungkook,

( "Jangan bertanya lagi.. kau membuatku semakin kesal." Taehyung mengerucutkan bibirnya tanpa sadar.

"Jangan sampai tidak hadir. Karena kurasa aku akan datang untuk latihan hari ini." Kata Taehyung dengan nada memperingati, "Ingat, ini adalah hukuman yang terjadi karena kau membangunkan ku sepagi ini. Tengatkan itu baik – baik di otakmu, Jungkookie – ah."

Tak ada jawaban yang ia dengar, "Baiklah, sudah dulu. Sampai bertemu nanti, Jungkookie." Dan Taehyung memutuskan sambungan itu sepihak. Ia beranjak dari tempatnya untuk meregangkan tubuh, terdiam sejenak sebelum akhirnya meraih handuk dan berjalan menuju kamar mandi. )

"Jadi dia akan datang, huh?" Jungkook menaikkan sebelah alisnya saat ia menjauhkan ponsel, "Ah, ini sangat terlihat jelas.." ucap Jungkook menaruh ponselnya diatas meja lampu.

Tetapi ini hanya sangat sempurna untuk direncakan..

Jungkook tersenyum dengan kepala menoleh kearah Jungra yang terlelap.

Aku tidak boleh tertidur lagi setelah ini, ini kemajuan yang pesat..

Jungkook memukul pelan kepalanya dengan senyuman bodoh. Anak itu bangkit dari duduknya dan segera berjalan mendekati Jungra hanya untuk memeluknya erat.

"Jungraaaa! Aku senang!" Jungra terperanjat dari tidurnya sesaat suara Jungkook menyapa gendang telinganya dengan sangat tepat dan nyaring.

Gadis itu mendumal kesal sembari mengorek telinganya dengan telunjuk dan membiarkan tubuhnya bergerak kesana – kemari akibat Jungkook yang memeluknya tak bisa diam. "Ayo, bangun dan datang ke club pagi ini, Jungra! Ayo bangun, Jungra!"

"Berisik! Aku sudah bangun. Astaga, berhenti berbicara tepat ditelingaku Jungkook. Kau ingin aku tuli mendadak ya?!" seru Jungra kesal,

Jungkook menjauhkan tubuhnya sembari cekikan, dan Jungra hanya mampu menaikkan sebelah alisnya atas tingkah laku saudaranya itu.

"Kau ini kenapa?" dan pertanyaan Jungra saat itu diabaikan begitu saja oleh Jungkook.

Karena sekarang anak itu sedang bernyanyi – nyanyi dengan lirik asal sembari meminum susunya dan beranjak keluar dari kamar. Meninggalkan Jungra yang menggeleng dramatis menatap kepergian saudara kembarnya itu.

"Kurasa suara Taehyung dipagi hari membuat ia menjadi gila.." Jungra mengakhiri tatapannya dengan sebuah senyum.

Jungra tidak benar – benar tertidur sejak Jungkook terbangun. Anak itu sengaja berpura – pura tertidur saat melihat gerak – gerik Jungkook. Bahkan anak itu tersenyum saat melihat ekspresi Jungkook yang berubah – ubah saat berteleponan tadi.

"Semoga saja kali ini tidak terulang lagi.." Jungra menghela nafas, "Semoga saja..." dan Jungra memilih kembali menyandarkan kepalanya dengan senyuman sepanjang ia mencoba menutup mata..

To be continue...

Author notes :

3232 words count,

Kepanjangankah? Muhehehe, part kali ini dibagi menjadi dua part karena part kali ini akan sangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat panjang. So, make sure you'll get no bored when read it!

Oh and make sure, leave some comment also vote!

So, Muffluousse log out!

See you,

Jakarta, 13/06/2018.