Diamond no Ace by Terajima Yuuji

ONE DAY

Chap 4

By Whulan Yanagishita

Warning: BL, OOC, Typo bertebaran.

Enjoy and Happy Reading

.

.

"AKU TANYA SIAPA?"

Untuk kedua kalinya kata - kata itu terucap kembali dari bibir sahabatnya. Rematan dibahu dan tatapan tajam tak pernah hilang diwajahnya. Sawamura tidak paham mengapa Furuya bisa sekasar ini terhadapnya. Mengapa dia terlihat marah hanya karna tanda merah dilehernya? Dan lagi, apa hak Furuya untuk memaksa dirinya memberitahu dengan siapa ia bercumbu. Sawamura tidak mengerti.

Atau sebenarnya ia tahu namun takut mengakui.

Semakin menundukkan kepalanya, Sawamura masih mempertahankan aksi diamnya. Matanya pun tertutup rapat, menyembunyikan sinar ketakutan. Sawamura tidak perduli apa yang akan dilakukan Furuya kepadanya. Yang ia harapkan adalah Furuya, sahabat sekaligus rivalnya kembali bersikap seperti biasanya.

Tak ada yang bersuara. Namun dapat Sawamura rasakan nafas pria didepannya masih terdengar keras dan putus - putus. Mungkinkah rasa amarah itu belum hilang. Atau mungkinkah ia sedang menenangkan diri? Sawamura tidak tahu hingga beberapa menit kemudian rasa hangat melingkupi seluruh tubuhnya. Lengan yang kemarin mendekapnya kini terasa begitu hangat memeluknya. Jemari yang ia kenal begitu lembut mengusap rambut dan punggungnya. Furuya memeluknya dan itu sudah cukup meredakan perasaan takutnya.

-atau rasa bersalahnya.

"Sawamura".

Jangan.

"Sawamura... Kumohon... ".

Tidak... Jangan!

"Kumohon... Lihat aku".

.

Ada sebuah pepata yang mengatakan,

Seseorang yang sedang jatuh cinta harus berani siap untuk kehilangan.

.

.

Miyuki sangat suka duduk didekat jendela. Namun itu bukan berarti ia adalah murid yang malas mendengar penjelasan senseinya. Tidak, alasan Miyuki memilih tempat duduk dekat jendela karena ia suka dengan kehangatan sinar mentari, walau terkadang sinar matahari sedikit terasa menyengat. Bagi Miyuki, sinar mentari terlihat seperti Sawamura. Karena terkadang mereka berdua sama - sama dapat menghangatkan tubuh dan hatinya. Namun terkadang juga, mereka sama - sama menyengat dirinya.

Namun ada alasan lain lagi selain merasakan kehangatan mentari. Ruang tempatnya ia belajar tepat bersebelahan dengan lapangan olahraga sekolahan. Hingga sesekali jika dirinya merasa jenuh dan bosan dengan kegiatan belajar, ia akan mengamati beberapa siswa siswi yang berlalu lalang atau yang sedang melakukan kegiatan olahraga. Seperti saat ini, dirinya tahu jika hari ini adalah waktunya Sawamura untuk pelajaran olahraga dan mata coklatnya dengan cepat menangkap sosok pemuda yang selama ini dicintainya. Sosok lelaki beriris emas yang saat itu sedang melakukan beberapa gerakan dasar guna melemaskan otot - ototnya. Namun ada yang aneh. Biasanya Sawamura terlihat sangat bersemangat, namun kali ini dirinya terlihat lesu dan raut wajahnya terlihat seperti ingin menangis.

Ada apakah dengannya? Apa dia tidak enak badan. Mengapa dia memasang ekspresi seperti itu. Begitulah yang dipikirkan Miyuki hingga tanpa sengaja matanya bertemu tatap dengan sosok pria yang tepat berada dibelakang Sawamura. Adik kelas yang sekaligus pasangan battery nya sedang menatap tajam padanya.

Ah mata itu. Mata hitam kelamnya yang menampilkan binar kebencian terhadapnya. Mungkin kah?

Tak bisa ditahan lagi, senyum mengejek tercetak jelas di wajah pria bernomor punggung 2 itu. Ia sadar, dirinya terlihat begitu jahat memasang ekspresi merendahkan seperti ini. Namun mau bagaimana lagi. Sudah waktunya mereka keluar dari zona aman. Sudah waktunya mereka untuk mendapatkan apa yang selama ini mereka inginkan. Sudah cukup mereka untuk menahan dan kini masing - masing hati mereka saling menjerit untuk diisi.

.

Tidak ada yang tahu kapan pastinya cinta akan datang.

Tetapi kita selalu tahu kapan kita harus memulainya kan.

.

"Astaga apa yang kau lakukan ditempat seperti ini?".

Haruichi yang saat ini ditugaskan oleh pelatih Kataoka untuk mengambil sekeranjang bola baseball digudang memekik kaget ketika dirinya melihat sosok yang selama ini dikenalnya sedang meringkuk tersembunyi diantara celah keranjang bola dan matras. Kanemaru yang saat itu mendengar teriakan Haruichi sesegera mungkin menghampiri pria berambut pink tersebut. Mengecek keadaan teman seangkatannya. Tak jauh berbeda dengan Haruichi, Kanemaru yang sudah sampai digudang ikut terkejut melihat keadaan Sawamura. Pria itu terlihat pucat. Dan binar matanya terlihat redup. Ada apa dengan Sawamura? Dimana Sawamura yang selalu terlihat ceria?

"Eh kalian" gumam Sawamura. Walaupun Sawamura menatap Kanemaru dan Haruichi, namun tatapan matanya terlihat kosong. Dan itu cukup membuat dua orang yang ditatap merasa cemas.

"Sa-Sawamura apa yang kau lakukan disini?" tanya Kanemaru penasaran.

Dengan perlahan, Kanemaru berjalan menghampiri pemuda berisi emas untuk mengecek keadaannya. Pertandingan Seidou melawan Akikawa akan terjadi dalam waktu dekat. Dan jika Sawamura sampai sakit, maka keadaan tim tidak bisa dibilang baik - baik saja. Karena Seidou membutuhkan lemparan lurus Sawamura untuk menghadapi sekolah Akikawa.

Setelah sampai didepan dan ikut berjongkok dihadapan Sawamura, Kanemaru segera mengulur tangannya ke dahi Sawamura, namun langsung ditepis olehnya.

"Aku tidak sakit Kanemaru".

"Tapi kau...".

"Sudah kubilang aku tidak sakit. Aku hanya merasa... Merasa..." terdiam sesaat, mata lelaki yang ingin menjadi ACE kembali meredup. "Sesak" tangan pucatnya meremat baju tepat didadanya. "Diluar sana terasa... Sesak..." lanjutnya kemudian dengan suara merana.

Kanemaru terdiam. Dirinya bukan orang bodoh yang tidak mengerti masalah apa yang terjadi pada rekan setimnya ini. Bagi Kanemaru, sudah seharusnya Sawamura merasa merana seperti ini. Bagaimana seseorang tidak merasa menderita ketika kedua orang yang sama - sama ia sayangi, yang sama - sama penting baginya ternyata selama ini memendam rasa kepadanya. Rasa yang lebih dari rasa persahabatan. Rasa ingin memiliki. Dan bagaimana pun akhirnya nanti, salah satu dari mereka pasti ada yang tersakiti.

Sawamura adalah orang yang bodoh, polos dan baik hati. Ia tidak akan sanggup menyakiti seseorang yang ia sayangi. Walaupun kelak hatinya yang tersakiti, namun jika selama orang yang disayangi merasa senang, maka Sawamura akan berpura - pura jika dirinya juga merasa senang. Dan itu cukup membuat Kanemaru tak tega.

"Hei Sawamu-".

"Jadi itukah yang membuatmu bersembunyi seperti ini?".

Baik Sawamura dan Kanemaru sama - sama menatap kebelakang. Menatap pada sosok pria manis berambut pink yang sejak tadi diam menyaksikan interaksi kedua sahabatnya.

"Kau tahu Eijun. Kau adalah seorang pengecut" ucap Haruchi penuh penekanan. Memicu kernyitan tak mengerti pada Sawamura.

"O-oi Haruichi tidak seharusnya kau berkata seperti itu. Pahamilah posisi Sawamura".

"Pahami kau bilang?" Haruichi menatap tak percaya pada Kanemaru. "Harusnya Eijun yang memahami mereka. Bayangkan Eijun, bayangkan menurutmu sudah berapa lama mereka berdua menunggumu? Sudah berapa lama mereka berdua menanggung rasa sakit? Tidak kah kau sadar penderitaan mereka? Tidak kah kau sadar sikap polosmu telah menyakiti mereka? Seberapa jauh lagi kau mengores luka hati mereka Eijun? Seberapa dalam lagi kau menorehkan penderitaan pada mereka?".

Kanemaru memeloti Haruichi. Tak menduga Haruichi dapat mengucapkan sesuatu yang membuat pria disebelahnya semakin pucat saja.

"Apakah kau akan terus diam seperti ini Eijun. Pura - pura tidak tau apa - apa. Pura - pura semuanya baik - baik saja".

"...".

"Apakah kau akan terus bersembunyi seperti ini Eijun?" Haruichi mulai berjalan pelan menghampiri Sawamura dan Kanemaru. Mata tajamnya mulai melembut menatap sedih pria bernomor punggung 20 itu.

"Katakanlah Eijun".

-Ya katakanlah

"Jika kau melarikan diri seperti ini, maka mereka akan terluka".

-Luka yang akan terus membekas

"Kau adalah orang yang berani bukan"

-Tidak sepertiku yang terus menerus bersembunyi

"Nah sekarang berdirilah, jangan bersembunyi seperti ini lagi" Haruichi menarik tangan Sawamura, memaksanya untuk bangkit berdiri. "Walau nanti akan ada yang terluka, kau tetap harus menghadapinya. Jangan pernah berpikir untuk lari lagi. Karena lebih baik terluka dari pada melarikan dirikan" Haruichi menepuk kedua pipi Sawamura. Berusaha untuk menyemangati sahabatnya. Namun percuma, sorot mata Sawamura masih terlihat redup. Apakah sebegitu beratnya memilih antara Furuya atau Miyuki?

"Eijun, kau mencintai salah satu dari mereka kan?".

Deg. Cintakah?

"Aku... Aku tidak mengerti...".

Ya dirinya tidak mengerti...

Sejak awal, ketika pertama bertemu dengan Miyuki, hati Sawamura sudah berdebar. Dan rasa ingin terus bersama dan melihatnya lagi telah mendorong dirinya untuk menerima tawaran Reichan untuk memasuki sekolah Seidou. Sekolah yang jauh dari rumah, keluarga dan sahabatnya. Meskipun jauh namun Sawamura tetap kekeh untuk memasukin sekolah tersebut agar dirinya dapat berada disamping Miyuki sekaligus mengejar impiannya. Bagi Sawamura, Miyuki seperti nafasnya. Sehari tidak bertemu Miyuki, terasa seperti ada yang kurang. Dan saat itu ia telah yakin jika dirinya telah jatuh cinta dengan Miyuki. Lantas bagaimana dengan Furuya?

Awalnya Sawamura menganggap Furuya adalah saingannya. Saingan yang menghambat dirinya untuk mendapatkannya posisi sebagai seorang ACE. Namun entah sejak kapan berada disisi Furuya terasa sangat menyenangkan. Setiap tindakan, kata - kata, perhatian, support dan dekapan yang diberikan terasa sangat menghangatkan dirinya. Dan entah sejak kapan, Furuya terasa bagaikan mentari untuknya. Dan tanpa sadar dirinya akan terus menerus mencarinya. Terus mengamati dan menanti kehangatan yang diberikan Furuya. Sawamura tidak mengerti perasaan apa ini?

Dan jujur saja, dirinya merasa takut.

Takut akan kehilangan dan takut akan menyakiti.

Mengapa semua menjadi rumit seperti ini?

"Eijun" lagi Haruichi mencoba memanggil pria di depannya, namun tidak ada tanggapan. Dan mata itu terlihat sangat kosong.

"Eiju..."

"Haruichi" Kanemaru menggelengakan kepalanya. Isyarat agar Haruichi diam. Lama - lama dirinya tidak tega melihat Haruichi terus memaksa Sawamura.

Kanenaru menepuk bahu Sawamura pelan "Nah Sawamura lebih baik kau segera kelapangan. Chris senpai sedari tadi mencarimu kau tau. Bukankah hari ini kalian ada latihan melempar" jelas Kanemaru sambil sekali lagi menepuk bahunya. Mencoba menyadarkannya.

"Eh benarkah?".

"Astaga cepat kelapangan sana. Sebelum Chris senpai melaporkanmu pada pelatih Kataoka".

"Tapi..."

"Ini demi tim Sawamura. Jangan kau campur aduk kan dengan masalah pribadimu. Lagi pula jika kau tidak berlatih bagaimana kau bisa mencapai impianmu menjadi seorang ACE terhebat di Tokyo. Jadi dari pada terus - terusan bersembunyi, lebih baik kau angkat bokongmu dan segera temui Chris senpai" jelas Kanemaru panjang lebar sambil menepuk bokong Sawamura, yang segera memicu kernyitan tak suka dari Haruichi.

Dan sepertinya usaha Kanemaru berhasil karena Sawamura dengan langkah tergesa - gesa segera berlari keluar dari gedung sebelum dirinya berpamitan terlebih dulu dengan Haruichi dan Kanema. Kanemaru yang menyaksikan tingkah Sawamura, hanya menggeleng - menggelengkan kepalanya.

"Jangan terlalu memaksa dirinya Haruichi. Beri Sawamura waktu untuk berpikir. Aku yakin sekarang ini pikirannya benar - benar kacau".

"Aku hanya ingin tau saja".

"Bagiku itu bukan sekedar 'hanya' tapi 'sangat memaksa'. Dan omong - omong kata - kata yang bagus. Sebenarnya kau ingin menyakinkan Sawamura atau dirimu sendiri".

"Hah apa maksudmu Kanemaru?" Haruichi menatap bingung Kanemaru. Bingung dengan arah pembicaraannya.

Mendecak sebal, Kanemaru menatap sengit pria berambut pink tersebut "Oh astaga katakan saja Haruichi, disini hanya ada kita berdua dan kau masih mencoba untuk membodohi diriku hah?".

Lama Haruichi menatap Kanemaru. Mengamati sorot mengerti yang ditunjukkan padanya. Jadi begitukah. Seberapa kuat usaha dirinya untuk menyembunyikan perasaannya, tapi teman setimnya ini dengan mudah menyadarinya."Jadi kau menyadarinya?" ucapnya setelah sekian lama mengamati Kanemaru.

"Aku ini orang pintar tau. Hanya orang bodoh yang tidak menyadari tindakan dan sorot matamu itu". Kanemaru mendekati Haruichi, membawa bibirnya lebih dekat pada telinga sahabatnya. Walau dirinya tau saat ini didalam gudang hanya ada dirinya dan Haruichi, namun tetap saja, ia takut ada orang yang mendengar pembicaraan mereka ini. Apalagi ini menyangkut perasaan sahabat terbaiknya. "Katakan saja kau juga mencintai Sawamura kan?" bisiknya pelan.

Haruichi tak langsung menjawab namun senyum sendu terpasang dibibirnya. Dan bagi Kanemaru itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaannya.

"Kau tidak Ingin mengatakannya?".

"Tidak. Bagiku bisa menjadi sahabatnya dan terus berada disampingnya itu sudah cukup bagiku".

"Tidakkah itu menyakitkan?" tanya Kanemaru penasaran.

Lama Haruichi terdiam. "Asal dia bahagia. Itu sudah cukup bagiku".

Fix. Orang yang sedang jatuh cinta otaknya pada eror. Begitu menurut Kanemaru.

"Astaga kau tadi menyuruh Sawamura untuk tidak melarikan diri tapi lihat justru kau sendiri malahan yang melarikan diri. Aku jadi bertanya - tanya siapakah disini yang sebenarnya seorang pengecut?".

.

.

.

Diwaktu bersamaan. Disisi bullpen

BAM..

BAM..

BAM..

Sudah 15 menit lamanya. Suara keras yang dihasilkan dari lemparan Furuya ke mitt menggema diseluruh area bullpen. Bagai mesin pelempar, Furuya tanpa lelah terus menerus melempar bola ke arah mitt Miyuki. Bahkan tempo lempar demi lemparannya terbilang sangat cepat. Entah dalam waktu 15 menit sudah berapa banyak Furuya melempar. Dan walau Furuya sekuat tenaga menutupinya, semua orang yang saat ini berada dibullpen menyadari jika saat ini Furuya sedang marah. Dan amarah itu jelas terlihat ditunjukkan kepada sang catcher, Miyuki Kazuya.

Walau mendapat pelampiasan amarah dari Furuya, Miyuki tetap dengan tenang menerima dengan baik setiap lemparan Furuya. Sekalian dirinya juga menghitung kecepatan lesatan bola. Tidak perduli sebagaimana dirinya menahan emosi, baginya kemajuan timnya masih menjadi periotas utamanya.

"Astaga ini membuatku merinding" kata Kawakami pelan yang sedari tadi menyaksikan bagaimana brutalnya lemparan Furuya. "Ada apa sih diantara mereka berdua ini" tanyanya kemudian pada Chris dan Tanba, dua orang yang sama - sama ikut menyaksikan kelakuan catcher pitcher tersebut.

Tanba menggeleng kepalanya tak mengerti sedangkan Chris menghela nafasnya pelan. Apapun yang terjadi diantara mereka berdua pasti ada hubungannya dengan adik kesayangannya, Sawamura. Dan ngomong - ngomong tentang Sawamura, Chris hari ini belum melihat keberadaannya. Dimana dirinya? Dan apakah yang terjadi padanya?

"Hey sudah hentikan. Kalian ini sebenarnya sedang ada masalah atau sedang dalam kondisi semangat sih. Terutama kau Furuya, semangat sekali kau hari ini. Dan sekarang kuminta kalian berdua istirahat sebentar" seru kapten Seidou, Tetsuya Yuuki yang sedang panas dingin menyaksikan tingkah kedua kouhainya. Yang benar saja, apa - apaan ini. Dalam waktu dekat mereka ada pertandingan dan sekarang ini pasangan pitcher catcher berlatih seperti tidak ada hari esok saja.

Miyuki yang sedari tadi menyadari raut khawatir yang ditunjukan beberapa teman dan senpai pun akhirnya menghela nafas pelan. Memang harus disudai latihan penuh amarah ini. Apalagi dengan emosi Furuya yang sekarang ini. Dirinya tidak ingin saat pertandingan berlangsung, Furuya tidak bisa konsen. Jika tau akhirnya seperti ini, mungkin Miyuki tidak akan bertindak kejam seperti tadi.

BAM

Sekali lagi bola yang dilempar Furuya dengan akurat mengenai mitt Miyuki. Namun kali ini Miyuki tidak kembali melempar bolanya kepada Furuya. Justru bola itu dicengkram dan dirinya segera bangkit berdiri dari posisi jongkoknya. Sedikit melakukan peregangan guna melemaskan otot - ototnya yang terasa kaku. Baru saja Miyuki ingin menuju ke arah bench, suara yang terkesan tajam menyapa pendengaran.

"Mau keman kau Miyuki, aku belum selesai melempar" orang itu, Furuya dengan nada penuh penekanan menghentikan Miyuki.

Beberapa orang yang berada disana mengernyit bingung akan tindakan Furuya kepada Miyuki. Sebenarnya ada apa diantara mereka ini.

"Oi oi Furuya jika kau tak lupa aku ini senpaimu lo".

"Aku tidak perduli. Kau sudah menyentuhnya".

"Heeeh... " sekali lagi tanpa bisa ditahan, cengiran meremehkan merekah diwajah Miyuki. Dirinya sudah menduga, Furuya cepat atau lambat akan menyadarinya. Walaupun Sawamura sudah berusaha dengan keras menutupi tanda itu.

'Astaga singkirkan cengiranmu itu Miyuki' Batin Chris gusar.

"KAU-... "

"CHRIS SENPAAAAIIIII AYO LATIHAN MELEMPAR" datang seperti badai, Sawamura yang tidak menyadari aura disekitar bullpen dengan polosnya berteriak nyaring sambil melambai - lambaikan tangannya kepada Chris. Tak ada yang dapat menghentikan semangat Sawamura terhadap baseball. Namun ketika dirinya sudah berada tepat disamping Chris dan menyadari kondisi disana. Wajah cerianya mendadak berubah menjadi sendu. Dan matanya tak penah lepas dari kedua pemuda didepan sana. Miyuki dan Furuya.

.

Cinta pertama bukanlah orang pertama yang membuatmu jatuh hati...

Tapi yang pertama membuatmu patah hati...

.

.

TBC

Author's Note:

Mohon maaf jika lama publishnya. Akhir – akhir ini lagi kena WB.

Mohon maaf lagi jika banyak typo bertebaran. Saya lagi malas mengeditnya.

Dan tak henti – hentinya saya ucapkan terima kasih untuk yang sudah bersedia mau mereview dan meluangkan waktunya membaca fanfic abal – abal ini.

Oh ya kemarin ada yang tanya sampai berapa chapter ini? Nah sebisa mungkin saya usahakan fanfic ini tidak banyak chapter. Mungkin cuma sampai 6 atau 7. Soalnya saya takut kena WB lagi. Jadi lebih cepat tamat lebih baik ^^.

Sampai jumpa dichapter selanjutnya yang tak tahu kapan publish nya #kabuuurrr…