Hari ini adalah hari Minggu.

Pagi yang cerah untuk Sasuke Uchiha CEO Uchiha Pharmaceutical Laboratories.

"Dadadady!" -dan anaknya Uchiha Menma.

Tersenyum tipis sebelum dia bangkit dari kasur king size -nya untuk menghampiri anaknya yang sedang mencoba berdiri dengan berpegangan di pembatas tempat tidur bayinya.

"Ohayou, Menma!"

"Dadada...daddy."

Menma mengulurkan tangannya kearah Sasuke-minta digendong. Dengan aura kebapakan Sasuke menggendong anaknya dengan lembut. Dijamin para ibu akan meleleh hatinya melihat fenomena itu.

"Ayo kita ke bawah! Coba kita lihat apa yang sedang Mommy masak di dapur?"

Seperti mengerti ucapan ayahnya, Menma nampak mengangguk semangat. Keduanya pun menuju dapur dan ruang makan yang terletak di lantai satu.

Setelah menyapa istr- pasangan hidupnya dan mendudukan Menma di kursi bayinya, Sasuke mulai menikmati akhir pekannya dengan duduk anteng di meja makan sambil membaca koran paginya. Sementara Naruto nampak mondar-madir menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Apron berwarna baby blue yang dipakainya melambai-lambai menarik perhatian Sasuke dari koran yang baru saja dia baca judulnya. Dia baru sadar jika Naruto ternyata jadi makin sexy dengan kostum dapurnya. Lalu pagi-pagi yang dingin begini kenapa dia hanya memakai kaos dan celana pendek yang hanya menurupi setengah dari pahanya?

Apa Naruto berniat untuk mengajaknya bermain pagi-pagi begini? Tanpa sadar Sasuke memasang wajah mupeng. Membuat Naruto yang lewat di depannya jadi merinding tidak karuan.

"Wajahmu membuatku takut, Teme."

Sasuke terlonjak dari imaginasinya dan terkejut mendapati wajar horor Naruto.

"Maafkan aku."

Netra biru Naruto menyipit mengamati tindak tanduk Sasuke yang menurutnya aneh.

"Jangan-jangan kau memikirkan hal-hal kotor ya?"

Sasuke berdeham dan mulai melanjutkan membaca korannya. "Tidak kok." ujarnya bohong.

"Dari pada kau memikirkan hal yang tidak berguna, lebih baik kau pergi ke supermarket dan belikan Menma popok, Teme! Popok Menma sudah mau habis!"

Ya ampun! Menma lagi, Menma lagi! Sasuke merancau di dalam hati. Akhir-akhir ini Sasuke jadi sering diabaikan karena adanya Menma. Memang dari awal sudah jadi kesepakatan bersama jika mereka akan mengadopsi Menma. Hanya saja, jika perhatian Naruto jadi terbagi seperti ini membuat Sasuke cemburu juga.

"Hei kau dengar aku tidak?"

"Iya,iya aku dengar! Memangnya harus sekarang? Aku bahkan belum mendapat morning kiss darimu."

"Ah, morning kiss ya?" tanya Naruto dengan seringai rubahnya.

Hari itu adalah hari dimana Menma bisa melihat sebuah centong nasi melayang mengenai dengan telak wajah aristokat daddy-nya.

.

.

.

.

Dengan wajah cemberut Sasuke menatap galak wajah Menma yang nampak sok prihatin dengannya. Tangan kanannya tidak berhenti mengelus benjolan yang muncul dengan indahnya di pelipis Sasuke.

"Ne, Teme. Hari ini aku akan pergi ke Uzushio untuk mengunjungi Tou-san yang sedang sakit. Kau jaga Menma di rumah ya?"

"A-apa? Kenapa tidak diajak saja? Kita kunjungi bersama."

Naruto berkacak pinggang dengan spatula di tangan kanannya -mode menyerang.

"Menma tidak bisa pergi ke rumah sakit. Badan anak kecil itu rentan terkena penyakit, Teme."

"Aku tahu aku makhir dalam segala bidang. Cuma mengurus bayi yang tidak termasuk di dalamnya,Dobe!"

Naruto semakin berang.

"Kalau begitu kau harus belajar dari sekarang! Sampai kapan kau akan terus mengandalkanku?"

Setelah mengatakan itu, Naruto berbalik dan melanjutkan acara memasaknya. Dia dengan sangat makhir membalikan omelet dengan melemparnya ke udara seperti koki-koki profesional.

"Bagaimana jika Menma merindukanmu?"

"Memangnya aku kemana sih?!" Naruto menoleh dengan wajah angker. "Aku hanya ke Uzushio! Dan ayolah, jarak Konoha-Uzushio itu bahkan bisa ditempuh selama 30 menit dengan shinkansen."

"Berapa lama?"tanya Sasuke.

Pada akhirnya Sasuke mengalah ketika melihat Naruto mendekat dengan membawa teflon panas. Jika sampai tidak dituruti lagi, bisa-bisa Naruto akan berbaik hati memoles wajah super tampannya dengan bokong teflon.

"Tidak lama! Kalau tidak tertinggal kereta, sore nanti aku sudah pulang." jawab Naruto sambil tersenyum manis. Membuat Sasuke menghela napas panjang.

"Itu lama namanya."

"APAA?!"

DUAK!!!

Berikutnya Sasuke hanya bisa diam sambil melihat Naruto sibuk dengan persiapannya untuk pergi ke Uzushio. Terkadang pria dengan rambut pirang itu akan mengoceh tentang 'Kiat-kiat Mengurus Bayi yang Baik dan Benar' atau 'Cara Menjadi Ayah yang Baik' dengan segala aturan-aturan yang memusingkan kepala.

"Aku sudah menyiapkan makanan untukmu dan Menma hingga nanti malam. Kau tinggal menghangatkannya saja di microwave." kata Naruto sembari memasukan beberapa barang kedalam tas ranselnya.

"Hn." gumam Sasuke entah paham atau tidak.

"Aku mungkin akan kembali pukul 7 malam jika aku sampai tertinggal kereta. Mandikan Menma sebelum jam 6 sore! Kau sudah tahu cara menyeduh susu untuk bayi kan?"

Jeda sebentar sebelum Sasuke menyahut lagi dengan gumaman andalannya. "Ah. Hn." Begitu katanya.

"Bagus."

Naruto lekas berderap menuju sepasang suami-anak itu dengan senyum malaikatnya. Dia mencium kedua pipi Menma dengan gemas.

"Papa pergi dulu ya. Baik-baik di rumah!"

"Maamaa~" Menma mengulurkan tangannya hendak ikut bersama Naruto.

"Heh~ siapa yang mengajarimu untuk memanggilku 'mama'? Kau ya, Teme?" Naruto mendelik menatap Sasuke yang sedang menikmati sarapannya.

"Kau kan memang 'mamanya'."jawabnya kalem.

"Tapi Menma memanggilmu Daddy! Setidaknya dia juga harus memanggilku Papa."

Sasuke menghela napas lelah. Semenjak Menma mulai belajar bicara, perdebatan seperti ini sudah biasa mereka lakukan.

"Lagi pula memang jadi masalah jika Menma memanggilmu mama? Toh memang kau kan yang mengurusnya dari bayi."

"Ugh...tapi..." Naruto kehabisan kata-kata. "Ya sudahlah! Aku pergi! Pokoknya jaga Menma baik-baik! Jika terjadi sesuatu kepadanya, akan kukuliti kau, Teme!"

"Ha'i!"

"Jaa. Ittekimasu!" ujar Naruto sambil melambaikan tangannya ke arah Menma dan juga Sasuke.

"Hei, kau tidak lupa sesuatu?"

Naruto menoleh saat Sasuke tiba-tiba bertanya.

"Tidak." jawabnya yakin. Hal itu membuat wajah Sasuke tertekuk cemberut. Dia menunjuk bibirnya sendiri lalu menunjuk ke arah Naruto yang terdiam di ambang pintu.

"Kau lapar?"

Sasuke menggeleng.

"Apa? Katakan padaku! Kau tidak bisu, Teme!"

"Cium." ujar Sasuke sambil merentangkan kedua tangannya dan Naruto hanya membalasnya dengan senyum misteriusnya.

PLAK!

HOT DADDY

NARUTO by Masashi Kishimoto-sensei

Story by Kuroi Sora18

Rated : T

Genre : Family / Humor

Cast :

Uchiha Sasuke

Uzumaki Naruto

Menma

Summary :

Sequel kehidupan Uchiha Family setelah insiden 'CHEILITIS'. Sasuke terpaksa ditinggal Naruto untuk mengurus Menma sendirian. "Bagaimana jika Menma merindukanmu?"/"Huwee...Huwee..."/"Aarghh, lidahku melepuh!"

WARNING!!!

Twoshoot

Fic ini mengandung konten Yaoi/BL/Shounen-ai, typo berserakan, cerita gaje, absurd, maybe OOC dll. Bagi yang alergi dengan konten fic ini, silahkan dengan damai author persilahkan untuk klik menu BACK di layar masing-masing. No flame! Tidak suka jangan baca!

HOT DADDY

Bagian 1

(Setting waktu 1 minggu setelah 'CHEILITIS')

Setelah Naruto pergi, Sasuke berjalan menutup pintu yang terbuka dan meletakan Menma di karpet bulu di ruang tengah. Sementara dia duduk-duduk di atas sofa sembari memilih-milih chanel tv dengan ekspresi bosan.

"Hah...membosankan." Sasuke mendesah malas saat dia tidak juga menemukan acara yang menurutnya menarik. Kebanyakan chanel di rumahnya dimonopoli acara film kartun dua bocah gundul dari negeri seberang yang episodenya diulang-ulang terus, acara musik dengan pembawa acara super alay, dan acara gosip yang tidak ada tuntas-tuntasnya.

Manik onyx miliknya melirik Menma yang kini sedang disibukan oleh bebek mainan di tangan mungilnya. Memencetnya berulang kali lalu tertawa tidak jelas.

"Kadang aku berpikir, enak sekali jadi dirimu." Sasuke mendengus. Dia masih mengawasi Menma yang merangkak mengelilinginya dengan semangat. "Kau bisa memonopoli Naruto sepuasmu, tinggal menangis lalu kepalaku yang jadi korbannya." lanjutnya dengan ekspresi sebal.

"Dada dada..da!"

"Ya ya ya! Kuresmikan kau jadi rivalku. Mulai saat ini."

Alis Sasuke menukik saat melihat Menma mengangkat ibu jarinya lalu menghisapnya.

"Oh kau setuju rupanya." ujarnya tidak nyambung. Dia mungkin gila karena beberapa hal. Dan mungkin mengurus Menma menjadi salah satu penyebabnya.

Untuk beberapa saat keduanya terdiam dan hanya di isi oleh Menma yang sesekali mengoceh tidak jelas, sampai Sasuke harus dikagetkan oleh Menma yang tiba-tiba menangis.

"Huweee huwee." (Aku lapar,Dad!)

"Oi, kenapa kau tiba-tiba menangis?" tanya Sasuke. Dia jadi kalang kabut sendiri karena dia tidak tahu cara menenangkan anak kecil. Hey! Baby sitter sama sekali bukanlah bidangnya! Lagipula, dia tidak mengerti bahasa bayi, men!

"Huweee." (Lapar!)

"Apa kau sudah merindukan, Mommy?"

Menma menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Membuat Sasuke menjadi semakin kalang kabut tidak jelas. Berjalan kesana kemari lalu tiba-tiba membuka celana Menma dalam sekali tarikan.

"Kau tidak poop." ujarnya dengan wajah lempengnya.

"Huweeee...huwee!" (Daddy, bodoh!)

Sasuke masih berjalan kesana kemari mengelilingi Menma yang masih menangis di karpet berbulu. Celingak-celinguk sebentar sebelum dirinya berderap secepat kilat menuju dapur.

"Huweee..huweee!!" (Dad,mana susuku?)

"Tunggu, Menma! Daddy segera datang!" sahutnya keras dari dalam dapur. Tangannya dengan cekatan mengubek-ubek isi lemari dan mengambil kaleng susu Menma dan sebuah dot.

"Sial! Ini pertama kalinya aku membuat susu untuk Menma." Sasuke bermonolog ria sambil mengamati dua benda di depannya. Dia mendongkak -menerawang dan mengingat-ingat cara menyeduh susu yang baik dan benar untuk bayi.

"Ya sudahlah! Seingatku saja!" celetuknya saat Sasuke tak juga menemukan lampu bohlam yang menyala di atas kepalanya.

Setelah sekian lama dirinya berkutat dengan susu, akhirnya dia kembali menghampiri Menma dengan tergesa-gesa. Bahkan Sasuke sampat terjatuh dengan tidak elitnya karena menginjak mainan Menma yang tercecer dimana-mana.

"Huweee..." (Lama sekali,Dad!)

"Iya-iya! Ini susu untukmu. Minumlah sampai kenyang dan tidurlah!"

Sasuke pun memberikan dot itu kepada Menma. Namun begitu dot itu menempel di bibir, Menma langsung menjatuhkannya di lantai sambil menangis keras.

"HUWEEEEE!" (Panas!)

Melihat anaknya malah menangis semakin keras, Sasuke hanya bisa mengerang dan mengosok-gosok permukaan wajahnya dengan beringas.

"Kenapa lagi?!"

"HUWEEEE!"

"Apa terlalu manis? Atau susunya kurang banyak?"

"Huweeee!" Menma menggeleng keras.

Dan akhirnya ayah muda satu itu mengambil botol susu anaknya dan meminumnya.

"Ah,panas!" pekiknya kaget. Lidahnya menjulur kepanasan dan berderap menuju dapur untuk mencari air dingin. "Arrgh, lidahku melepuh! Pantas saja Menma menangis. Ternyata aku lupa mengecek temperaturnya."

Setelahnya dia menambahkan air dingin kedalam botol itu agar suhunya berkurang.

"Seberapa hangat ya?"

Hangat-hangat eek ayam,Sas!

Dan dia kembali dibingkungkan oleh sesuatu yang tidak penting.

.

.

.

.

"Haaaaah..."

Sasuke menghempaskan dirinya ke sofa empuk di ruang tengah. Merasa tiba-tiba tubuhnya pegal luar biasa karena mengurus satu bayi yang bahkan belum genap berusia 1 tahun.

"Dobe...segeralah pulang~"

Sasuke menghela napas saat dirinya melihat Menma sedang anteng meminum susunya yang kedua.

"Hah..." Sasuke menghela napas lagi. Dia memandang jam dinding besar di rumahnya yang berdentang menunjukan pukul 10 pagi. Masih jauh untuk menuju sore.

"Hiks...hiks..."

Firasat Sasuke tiba-tiba tidak enak. Memandang Menma dengan efek slow motion yang tiba-tiba terisak. Bahkan botol susunya sudah jatuh menggelinding entah kemana.

"Hiks...hiks..."

"Kumohon Menma, jangan sekarang..."

Sasuke mencoba menghibur Menma dengan bebek mainan yang sering dia mainkan. Namun sepertinya cara itu sama sekali tidak ampuh untuk membuat bayi bersurai raven itu terdiam apalagi sampai tertawa.

"Huwaaaa..." (Aku poop!)

"Astaga, ada apa lagi ini? Apa susunya terlalu manis?"

"Huweee...huwee!!" (Aku poop, Dad!)

"Apa aku terlalu banyak memasukan air dinginnya?"

Menma masih menangis keras. Sementara Sasuke baru tersadar ketika hidungnya tiba-tiba menghirup aroma tidak sedap yang menguar dari tubuh Menma.

"Astaga! Kau poop ya?!"

Menma hanya mengangguk sedih. Dasar daddy-nya yang tidak peka.

"Tunggu sebentar akan ku ambilkan po-" Sasuke mendadak terdiam. Dia baru ingat ucapan Naruto tadi pagi jika popok Menma hampir habis. "Semoga masih ada!"

Dan Sasuke langsung berderap menuju kamar dan mengubek-ubek ruangan itu untuk mencari popok Menma.

"Yokatta!" Sasuke bahkan hampir menangis bahagia saat menemukan stok terakhir popok anaknya yang tersimpan di lemari. Setelah menemukan popok itu, Sasuke kembali uring-uringan manyiapkan perlengkapan bayi milik Menma yang entah dimana Naruto menyimpannya. Menma yang masih terduduk di ruang tengah sweat drop melihat kelakukan ayahnya yang ternyata bisa aneh juga. Selama ini wajah cool yang selalu berhasil mengintimidasi karyawannya di kantor hanyalah sebuah topeng.

"Arrgh, kenapa mengatasi bayi yang pup harus semerepotkan ini?! Haruskah aku menelfon Kaa-sama untuk mengurus ini?" ujar Sasuke bimbang. Setelah asyik bermonologria, akhirnya Sasuke kembali ke ruang tengah sebuah popok dan tas berisi perlengkapan bayi. Membaringkan Menma di sofa, Sasuke sudah siap dengan peralatan operasinya. Sepasang sarung tangan dan sebuah masker gas yang menutupi wajah rupawannya.

"Baiklah, bagaimana menyingkirkan benda menjijikan ini dari tubuhmu?"

"Dadada!!Da!" (sobek saja popoknya, dad!)

"OK!OK! Ini gampang, tinggal kupelorotkan saja popoknya lalu bla bla bla bla bla..."

Entah dirasuki setan apa, lagak Sasuke mendadak jadi seperti seorang pro yang sedang menerangkan tutorial mengganti popok yang baik dan benar padahal salah! Namun dia tidak peduli dengan Menma yang sejak tadi protes.

Setelah semuanya bersih, kini Sasuke harus kembali kebingungan dengan sesuatu yang berada di tangannya saat ini.

"Kalau begini, mana yang bagian depan dan mana yang bagian belakang?" Dengan dahi dipenuhi lipatan mengerikan, Sasuke membolak-balikan popok itu dan mengamatinya dengan seksama.

Menma rasanya ingin sekali berteriak -meneriaki betapa bodohnya ayah yang selama ini dikaguminya.

"Persetan dengan mana yang depan dan mana yang bagian belakang! Toh semuanya terlihat sama."

Sama matamu soek!

.

.

.

.

"Hah~"

Sasuke membanting tubuhnya di kasur empuk di kamarnya. Manik onyxnya melirik Menma yang sudah tertidur pulas dengan popok yang dipakai asal-asalan. Merasakan betapa repotnya mengurus anak, kini Sasuke jadi menyesal telah meremehkan kemampuan Naruto dalam mengurus Menma. Nyatanya, kini dia saja sampai harus terbaring kelelahan karena hampir seharian ini mengurus dan menemani Menma bermain. Bahkan dia hampir menangis frustasi saat Menma berulang kali mengacaukan seisi rumah dan terus melemparinya dengan mainan kalau saja dia tidak ingat jika marganya adalah Uchiha.

Drrrttt...drrttt...drrrtt

Getaran smartphone yang berada di atas meja nakas membuat Sasuke terpaksa bangun dengan berbagai umpatan yang keluar dari mulutnya. Berdecak sebal saat dirinya menemukan nama Suigetsu terpampang dilayar. Shit!

"Ada apa menelfonku, huh?!"

'Maafkan aku, boss! Kyuubi-san ingin meetingnya di majukan hari ini!' Sasuke mengeram. Dia sempat mencuri pandang kearah Menma yang masih tertidur pulas di atas kasur. Batinnya terus mengeluarkan segala umpatan kotor mengingat betapa jahatnya kakak ipar yang sangat hobi sekali menjahilinya.

"Tidakkah kau ingat jika hari ini aku sedang libur? Naruto sedang pergi sekarang, jadi aku harus mengurus Menma sendiri di rumah. Batalkan saja meeting-nya!"

'Bagaimana bisa, boss? Kyuubi-san bilang jika dia akan mengalihakan proyek itu jika sampai kau tak datang menemuinya hari ini.'

"Rubah buluk satu itu~" Tangan Sasuke terkepal erat. Berimaginasi jika dia bisa meremas kakak iparnya itu sampai hancur berkeping-keping. Disaat seperti ini, kemana saja aniki-nya sih? Kenapa rubah itu bisa lepas dari kandangnya dan sekarang malah mengacaukan hari liburnya yang tidak damai ini?!

'Boss? Kau dengar aku, boss?'

"Baiklah, satu jam dari sekarang aku akan pergi ke kantor. Siapkan dokumen yang diperlukan dan jangan sampai ada yang tertinggal! Aku ingin mengakhiri meeting kali ini dengan cepat."

'Roger!' sahut Suigetsu lantang bak perwira pasukan perang. Dan Sasuke tak bisa menahan dirinya untuk tidak mengacak-acak rambut nyentriknya karena frustasi.

"DOBE, SEGERALAH PULANG!!!"

"Huweeeeeee~"

"Chikuso!"

.

.

.

.

.

TBC

AUTHOR's Note :

Yuhuu~ i'm back! Saya kembali lagi dengan fic twoshoot aneh dan malah menelantarkan fic lainnya. Maaf jika saya tidak konsisten dalam mempublish fic lainnya. Saya hanya berusaha menuangkan ide saja. T-T

Hontou ni gomenasai.

Sekalian saya ingin mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kalian merasa terhibur. Sekian dari saya, jaa ne!