"LIES"

Cast: Mark Lee, Wong Yukhei/Lucas Wong, Lee Jeno

Leight: 1/?

Genre: Romance, Hurt, etc

Warning: BXB, YAOI, Shou-ai, cerita ini mengandung unsur ketidak nyambungan (otak author), gaje plus plus, so many typo...

Mark terus saja berlari tanpa arah, tidak memperdulikan teriakan orang-orang yang tidak sengaja ia tabrak. Hingga sampai ditaman rumah sakit, Mark duduk disalah satu bangku disana. Kembali Mark terisak.

Jeno berjalan pelan mendekati Mark, ia melihat Mark yang menangis menutupi wajahnya. Jeno duduk disamping Mark dan memeluknya.

"Hiks.. hiks.."

Mark terus saja terisak dalam pelukan Jeno. Sedangkan Jeno tidak mengerti dengan apa yang terjadi, tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk menanyakannya pada Mark. Ia hanya mengelus elus punggung Mark mencoba menenangkan namja manis itu.

Dari awal Jeno mengenal Mark, tidak pernah ia melihat namja manis ini menangis. Jeno tidak pernah melihat Mark yang seperti ini.

"Hiks.. kenapa mereka hiks.. tega kepadaku.. hiks.." rancau Mark.

"Kenapa.. hiks.. mereka tega membohongiku.. hiks.."

Jeno mengeratkan pelukannya pada Mark, saat mendengar Mark yang merancau tidak karuan dan semakin terisak. Ia hanya bisa mencoba menenangkannya saja, tanpa tau harus melakukan apa.

...

Lucas melangkah gontai menujuh ke ruang rawat kakaknya. Ia teringat percakapannya dengan sang paman tadi yang juga merangkap sebagai dokter pribadi kakaknya.

flashback on

Sesaat setelah Mark pergi, Lucas segera menujuh ruangan dokter seperti yang diperintahkan oleh pamannya tadi.Lucas duduk didepan sang paman yang sedang sibuk membaca berkas yang entah apa itu.

"Apa yang ingin ahjusshi bicarakan?" tanya Lucas.

Namja berumur tigapuluhan itu menatap Lucas, ia melepaskan kacamatanya."Sebelumnya, dimana orangtua kalian?" tanya balik namja itu.

"Eoh, mereka masih diluar kota, ahjusshi. Tapi tadi aku sudah menghubungi mereka, mungkin nanti malam mereka datang" jawab Lucas. Lucas melihat pamannya yang menghela nafas pelan. Ia mengerutkan dahinya, "Ada apa ahjusshi?"

"Tentang kondisi gegemu..." namja itu menarik nafasnya pelan, kemudian melanjutkan ucapannya. Lucas sudah was-was mendengarkan.

"... Kondisnya semakin memburuk. Kecelakaan yang dialaminya setahun yang lalu membuat tubuhnya semakin lemah"

Lucas menunduk diam tidak bergeming, hanya mendengarkan penjelasan pamannya. Sebenarnya ia cukup syok mendengarnya, tapi Lucas tidak tau harus bereaksi seperti apa.

"Dulu Yukhei masih bisa bersekolah sepertimu, melakukan aktivitas seperti remaja kebanyakan. Tapi sekarang, tubuhnya bahkan sudah tidak bisa tahan dalam suhu tertentu. Seperti yang dialaminya tadi" ujar pamannya itu.

Lucas menatap sang paman dengan raut tidak karuan, masih mencoba mencerna ucapan sang paman."Apa Yukhei ge masih bisa bertahan?" tanya Lucas lirih, suaranya tercekat.

Namja bermarga Choi itu berdiri dan duduk dimeja yang semula menjadi pembatas antara dirinya dan sang keponakan. Ia menepuk nepuk bahu Lucas pelan, ia tau ini memang berat.

"Doakan saja yang terbaik untuk gegemu, ahjusshi juga akan berusaha semampu yang ahjusshi bisa" ujarnya mencoba menenangkan sang keponakan.

"Sekarang sebaiknya kau jaga Yukhei, dia sudah dipindahkan keruang rawatnya" pintah namja itu pada Lucas.

flashback off

Dan disinilah Lucas sekarang, duduk disebelah ranjang sang kakak. Menatap wajah pucat sang kakak yang sebagian tertutupi oleh masker oksigen. Sampai sekarang kakaknya belum juga sadar.

"Kumohon tetaplah bertahan, ge"

Lucas menelusupkan wajahnya disamping tubuh sang kakak, ia kalut. Lucas merasa gagal menjaga kakaknya, padahal kedua orang tuanya mempercayakan sang kakak kepadanya.

Bagaimana reaksi mommy nya nanti saat melihat kondisi kakaknya yang seperti ini...

Andai saja dirinya tadi tidak pergi, andai saja dirinya tadi tetap disini menjaga sang kakak. Mungkin saja kakaknya tadi tidak akan kabur dan berakhir seperti ini.

"Kenapa kau selalu membuatku cemas, ge? Dasar bodoh" ujar Lucas yang bahkan tidak bisa didengar oleh Yukhei.

Didalam hati Lucas masih bersyukur sang kakak masih bersamanya hingga saat ini. Beruntung Mark dan Jeno cepat membawanya kesini.

"Astaga.."

Lucas baru teringat, Mark. Ia berhutang penjelasan pada namja manis itu. Segera saja ia bangkit dan keluar dari ruang rawat kakaknya mencari Mark. Semoga saja Mark belum pergi dari sini.

...

Lucas mengelilingi rumah sakit untuk mencari Mark, dan akhirnya menemukan Mark yang berada ditaman bersama Jeno. Ia melangkahkan kakinya mendekat kearah Jeno dan Mark yang sedang duduk memunggunginya.

Terdengar suara isakan, Mark menangis.

"Mark.."

Hanya Jeno yang menoleh, sedangkan Mark masih terisak dipelukan Jeno.

"Mark, kumohon dengarakan penjelasanku dulu" ujar Lucas.

Jeno menatap Mark yang tidak bergeming sedikitpun, ia melepaskan pelukannya dan memegang bahu Mark. Terlihat kedua mata Mark yang sembab.

"Hyung, berbicaralah dulu dengan Lucas. Aku memang tidak mengerti apa yang terjadi diantara kalian, tapi setidaknya biarkan Lucas menjelaskannya" ujar Jeno, jujur ia kasihan melihat Lucas yang sangat berantakan itu dan Mark yang sejak tadi tidak peduli dengannya.

Jeno menghapus jejak air mata dikedua pipi Mark, "Aku akan meninggalkan kalian berdua disini. Jangan menangis lagi, hyung!"

Setelah itu Jeno berdiri, ia menatap Lucas sekilas memberi isyarat. Kemudian ia berjalan pergi, memberikan kedua orang itu privasi untuk berbicara.

Lucas yang mengerti isyarat yang diberikan Jeno segera mendekati Mark. Ia duduk disamping Mark, tempat yang semula diduduki oleh Jeno tadi. Sekarang, hanya ada mereka berdua disini.

Lucas bingung harus mulai dari mana, ia masih bimbang untuk menjelaskan. Tapi semua sudah tebongkar, Mark sudah mengetahuinya, Mark sudah sudah bertemu dengan Yukhei. Jadi, apa lagi yang harus ia sembunyikan? Soal mommy nya biar ia urus saja nanti.

"Mark, maafkan aku.." ujar Lucas pelan.

"... Aku tidak bermaksud menyembunyikan ini semua darimu. Aku hanya tidak ingin ada masalah baru" lanjut Lucas.

"Tapi setidaknya beritahu aku kalau Yukhei masih hidup" pekik Mark keras. Air mata Mark kembali menggenang, perasaan Mark sangat kacau saat ini.

Sungguh sakit, selama satu tahun lebih Mark menjalani kehidupan yang menyedihkan. Yukhei yang tiba-tiba tidak ada kabar setelah kecelakaan itu, Lucas yang juga ikut menghilang. Hingga akhirnya dirinya mendapat kabar kalau keluarga mereka pindah ke Amerika.

Mark begitu terpuruk, mereka pergi meninggalkannya tanpa kabar. Mark bahkan tidak tau bagaimana kondisi Yukhei saat itu. Setiap malam Mark selalu menangis, merasa kalau kecelakaan yang menimpa Yukhei itu karena dirinya.

Dan pada akhirnya, dua minggu setelah mendengar kabar kepindahan keluarga Wong, orang tua Mark mengajaknya pindah ke Seoul. Mereka tidak ingin melihat anak mereka yang selalu terpuruk, selalu bersedih karena kehilangan Yukhei.

Mark yang sudah bisa menjalani kehidupannya seperti biasa, meski Mark tidak seceria dulu. Tapi kedua orang tuanya bersyukur Mark sedikit bisa melupakan Yukhei. Sifat Mark juga mulai kembali saat bertemu dengan Jeno.

Sampai beberapa hari yang lalu, yang tanpa disangka Lucas datang sebagai siswa pindahan disekolahnya. Kacau sudah.

"Apa kau tau bagaimana perasaanku saat mengetahui kalian pindah ke Amerika?! Kalian pergi tanpa memberiku kabar tentang Yukhei, apakah dia masih hidup atau tidak" tenggorokan Mark terasa tercekat saat mengucapkan itu.

Sekarang berganti Lucas yang hanya diam mendengarkan semua keluhan yang diucapkan Mark. Ia tidak tau kalau semua akan jadi seperti ini.

Lucas membiarkan Mark menuangkan semua perasaannya selama ini. Sampai dirasa namja manis itu sudah kelelahan berucap dan sekarang mulai diam. Lucas mulai berbicara.

"Ini semua karena Mommy, dia menyalahkanmu atas kecelakaan itu. Dan dia menyuruh Daddy membawa Yukhei ge ke Amerika, yang pada saat itu dalam keadaan koma karena kecelakaan itu" ujar Lucas yang membuat Mark terkejut.

Mark sampai menahan nafas saat mendengarkan ucapan Lucas itu. Sebegitu parahkah sampai Yukhei koma? Mark ingin kembali menangis.

Lucas yang melihat raut keterkejutan Mark hanya bisa menghela nafas. Ia rasa tidak harus menceritakan tentang dimana detak jantung sang kakak yang sempat berhenti waktu itu. Lucas tidak ingin Mark juga menyalahkan dirinya sendiri.

"Yah, tapi setidak nya Yukhei ge masih bisa bertahan. Dan aku minta maaf karena tidak memberitaumu soal ini" ucap Lucas tulus.

Mark menarik nafasnya dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan, mencoba menetralkan pikirannya yang semakin kacau ini. Ia menatap Lucas dengan tatapan memohon.

"Kalau begitu, bolehkah aku bertemu Yukhei sekarang. Kumohon" pintah Mark memelas. Lucas yang tidak tega melihat Mark sekarang langsung menanggukkan kepalanya. Merekapun pergi ke ruang rawat Yukhei sekarang.

Tanpa disadari oleh Mark ataupun Lucas, Jeno sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka berdua tidak jauh dari sana. Ia mendengarkan semua pembicaraan Mark dan Lucas, sekarang Jeno tau apa yang sebenarnya terjadi.

Jeno pun mengikuti Mark dan Lucas yang pergi ke ruang rawat Yukhei.

...

Saat sampai didepan ruang rawat Yukhei, Mark hanya bisa terdiam antara ingin membuka pintu didepannya atau tidak. Jujur, Mark memang sangat ingin bertemu dengan Yukhei, ia sangat merindukan kekasihnya tersebut. Tapi kenapa harus seperti dengan cara seperti ini peretemuan mereka.

Mark takut untuk melihat bagaimana keadaan Yukhei sekarang, masih terbayang wajah pucat Yukhei yang tadi tidak sadarkan diri. Mark memejamkan matanya mengusir pikiran tersebut.

"Kenapa tidak kau buka?" tanya Lucas kepada Mark sambil menepuk bahunya pelan membuat Mark sedikit berjingkat kaget. Lucas tidak bermaksud mengagetkannya.

Mark kembali menatap pintu didepannya, menarik nafasnya pelan bersiap menerima apapun yang akan ia lihat nanti. Dan tangannya segera terulur membuka knop pintu.

Cklekk...

Mark ingin menangis, dan tanpa komando air matanya kembali mengalir dari mata indahnya. Mark menutup mulutnya dengan kedua tangan mencoba meredam isakannya.

Hatinya sangat sakit melihat seseorang yang begitu ia cintai hingga saat ini meski sudah satu tahun tidak ditemuinnya, terbaring lemah diranjang pesakitan dengan berbagai alat medis ditubuhnya.

Lucas dibelakang Mark mencoba menenangkan Mark, dia juga merasa sedih melihat kondisi sang kakak sekarang.

Mark mendongakkan wajahnya agar air matanya tidak keluar lagi, ia menghapus kasar sisa air mata dipipinya. Mark kemudian melangkahkan kakinya masuk. Ia duduk disamping ranjang Yukhei dan memegang tangan kanan Yukhei yang terbebas dari infus.

"Yukhei..."

Ingin sekali Mark memeluk Yukhei sekarang, ia sangat merindukan namja ini.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Mark bertanya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Yukhei.

Lucas tau kalau Mark sedang bertanya padanya, meski tanpa menatapnya. Satu hal lagi yang belum diketahui Mark soal Yukhei. Yah, soal penyakit Yukhei.

"Yukhei ge sakit"

Mark menolehkan kepalanya ke Lucas dengan cepat, ia tidak mengerti. "Maksudmu?" tanya Mark meminta penjelasan.

"Sejak kecil dia sudah sakit, jantungnya bermasalah" ujar Lucas pelan tapi masih bisa didengar oleh Mark.

Mark kembali terdiam, satu fakta lagi yang membuatnya tercengang. Baru saja ia bertemu kembali dengan Yukhei, kenapa banyak sekali yang ia tidak ketahui.

"T-tapi kenapa dulu dia tidak pernah menceritakanya padaku?" tanya Mark.

Lucas menghela nafas pelan, kemudian kembali menatap Mark.

"Yukhei ge sangat mencintaimu, dia tidak ingin membuatmu khawatir karena keadaannya yang sebenarnya. Maka dari itu dia tidak pernah memberi tahumu tentang penyakitnya"

Setelah Lucas mengucapkan itu tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Keduanya hanya diam, cukup lama hingga Mark kembali membuka mulutnya.

"Kecelakaan itu membuat keadaannya semakin parah, benarkan? Dan itu semua karena aku" ujar Mark menyalahkaan dirinya, merasa kalau keadaan Yukhei sekarang itu akibat dirinya.

"Jangan menyalahkan dirimu, ini semua memang sudah takdir" ucap Lucas.

Mark kembali menghadap ke Yukhei, menggenggam tangan namja itu erat. Ucapan Lucas itu tidak ada gunanya, Mark merasa sangat bersalah sekarang.

"Aku mau keluar sebentar, tolong jaga Yukhei ge ya!" ujar Lucas. Mark hanya mengangguk pelan.

Lucas percaya pada Mark, setelah Mark mengiyakan ia pun keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan sang kakak dengan ditemani oleh Mark.

...

Lucas menutup pintu ruang rawat perlahan, dan menemukan Jeno yang sedang duduk dikursi sampingnya ia berdiri.

"Jeno!" panggil Lucas.

Jeno yang semula menunduk kini berganti menatap Lucas yang memanggilnya.

"Sejak kapan kau disini? Kenapa tidak masuk saja tadi" tanya Lucas, ia sedikit bingung saat menemukan Jeno yang sudah disini. Bukannya Jeno tadi pergi, dan bagaimana dia tau kalau ini ruang rawat kakaknya.

"Maaf, aku tadi mengikuti kalian. Dan sebenarnya aku tidak pergi saat ditaman tadi, aku mendengarkan pembicaraan kalian" akuh Jeno tidak berani menatap wajah Lucas.

"Jadi kau tadi menguping?" tanya Lucas santai.

"M-maaf.." ucap Jeno gelagapan. Lucas terkekeh pelan melihat reaksi Jeno yang menurutnya lucu itu.

"Sudahlah, sudah terlanjur. Sekarang ikut aku, ayo kita makan dulu" ucap Lucas sambil mengalungkan tangannya dibahu Jeno. Jeno sempat ingin menolak tapi Lucas memaksanya.

"Tapi-"

"Tidak ada penolakan, memang kau mau kemana? Ikut aku saja, sekalian aku jelaskan lebih detail semuanya. Kau juga penasaran 'kan?" Lucas menarik paksa lebih tepatnya menyeret Jeno ke kantin rumah sakit. Jeno menurut saja, toh ia memang belum seberapa jelas dengan semua ini.

Saat sampai di kantin rumah sakit Jeno dan Lucas duduk dimeja paling ujung disana. Lucas memesan satu porsi ramyun dan sekaleng softdrink, lalu membawanya ke mejanya dan Jeno berada.

"Kenapa hanya satu?" tanya Jeno saat Lucas menaruh mangkuk ramyun dan minuman nya dimeja.

"Kenapa, kau mau? Pesan saja sendiri" ujar Lucas sambil meniupi ramyun nya kemudian memakannya. Jeno mendengus sebal, siapa tadi yang mengajaknya makan? Taunya malah makan sendiri. Jeno kan juga lapar.

Tangan Jeno gatal ingin sekali memukul kepala Lucas, tapi ini ditempat umum banyak orang disini jadi ia urungkan niatnya itu.

"Menyebalkan..." gerutu Jeno.

Jeno kemudian melenggang pergi untuk memesan makanan juga untuknya. Meninggalkan Lucas yang sedang makan sambil mentertawakannya.

Setelahnya Jeno kembali membawa satu mangkuk ramyun sama seperti milik Lucas dan juga satu botol air mineral. Jeno menaruh mangkuknya kasar, ia masih sebal dengan Lucas.

Lucas kembali terkekeh saat melihat Jeno yang memakan makanannya brutal menyalurkan kekesalnnya. "Kau lucu sekali" ujarnya.

Jeno mendongak menatap Lucas yang baru saja berbicara. Ia menatap Lucas yang juga menatapnya dengan tatapan yang, err sulit diartikan. Jeno segera menelan makanannya kasar.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" bulu kuduk Jeno merinding saat ia ditatap intens seperti itu oleh Lucas. Ia sedikit takut melihat tatapan Lucas itu. Bukan menakutkan, tapi seperti tatapan ahjusshi-ahujsshi mesum -menurut Jeno sendiri tentunya.

Lucas menggelengkan kepalanya, ia melihat Jeno yang memandangnya geli. "Ah, jangan salah paham. Aku.. tidak-"

"Kau tidak apa? Kau memandangiku seperti itu, kau menyukaiku eoh?" tuding Jeno, sedikit geli membayangkannya. Sedangkan Lucas hanya menepuk dahinya.

'Bocah gila' batin Lucas, bagaimana bocah ini bisa berpikiran sampai kesitu sih. Astaga..

"Kau gila?! Mana mungkin aku menyukaimu. Hanya saja melihatmu bertingkah kekanakan mengingatkanku pada kakakku" ujar Lucas membela diri. "Lagipula aku tidak suka uke sepertimu, aku lebih suka uke manis dan mungil seperti Mark" lanjutnya.

"Apa kau bilang? Aku ini bukan uke, bodoh" pekik Jeno keras karena tidak terima dianggap sebagai uke, bahkan Lucas sampai harus menutup kedua telinganya. Tidak sopan sekali anak ini, batin Lucas.

"Tidak usah sekencang itu juga, ini ditempat umum" ujar Lucas sambil melirik kanan kiri. Mereka menjadi pusat perhatian orang-orang karena teriakan Jeno barusan. Banyak yang menatap mereka geli.

"Kekasihnya tsundere ya?" ujar salah seorang ahjumma berbisik kepada laki-laki disampingnya, tidak jau dari tempat Lucas dan Jeno berada.

Lucas bisa mendengarnya, tapi sepertinya tidak dengan Jeno. Anak itu masih sibuk menggerutu. Tuhkan, mereka disangkanya sebagai sepasang kekasih.

"Kau yang mulai, Lucas bodoh" ujar Jeno yang masih kesal.

Lucas memutar bola matanya malas, "Kenapa kau tidak sopan sekali, sih?! Tidak bisakah kau memanggilku hyung, aku lebih tua darimu bocah"

Jeno menggeleng keras, "Kalau aku tidak mau kenapa?"

"Sudahlah, percuma bicara dengan bocah sepertimu" ujar Lucas yang kemudian melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

Mereka berdua kemudian diam, sibuk dengan kegiatan makan masing-masing. Hingga akhirnya Jeno kembali berbicara.

"Bukankah kau mau menjelaskan sesuatu padaku?" tanya Jeno saat ingat kalau tujuannya diajak Lucas kemari adalah mendengar penjelasan dari Lucas.

"Eum, ah iya aku lupa. Kau sih cari gara-gara, aku jadi lupa"

Jeno geram, kenapa dia yang disalahkan? Benar-benar cari ribut ini anak, kalau bukan ditempat umum mungkin sudah habis ia pukuli Lucas itu.

"Sebentar, aku selesaikan makan dulu baru aku cerita" ujar Lucas lagi.

...

Setelah Lucas pergi keluar, Mark benar-benar sendiri sekarang. Bersama Yukhei yang masih belum juga sadar, mereka hanya berdua.

Mark memperhatikan wajah Yukhei intens. Wajah itu, wajah yang begitu ia rindukan satu tahun ini. Wajah itu terlihat sangat pucat dan tirus sejak terakhir kali mereka bertemu. Mark mengelus lembut wajah lelap Yukhei dan mengecup kening Yukhei singkat.

"Aku merindukanmu, Khei"

Mark menempelkan tangan Yukhei yang semula ia genggam ke pipinya, merasakan sentuhan Yukhei. Rasa rindunya terbalaskan sekarang, Mark begitu bahagia bisa bertemu Yukhei lagi. Tapi tidak dengan kondisi Yukhei sekarang, ia sangat sedih saat mengetahui kondisi Yukhei yang seperti ini.

Bagaimana bisa Yukhei menyembunnyikan ini semua darinya dulu, ia kekasihnya dan sampai sekarang Mark masih menganggap seperti itu. Mark masih sangat mencintai Yukhei, meski sudah satu tahun mereka berpisah.

Mark membuka matanya saat merasakan pergerakan kecil dari tangan Yukkhei yang ia pegang. Ia menatap wajah Yukhei, mata itu bergerak.

"Yukhei... kau sadar"

Mark bisa melihat dua bola mata yang ia sukai sejak dulu itu yang selalu menatapnya penuh kasih, sekarang terbuka.

"Akan aku panggilkan dokter"

Grep..

Langkah Mark terhenti saat tangan Yukhei memegang pergelangannya. Ia bisa melihat Yukhei yang menggeleng pelan padanya.

"T-tapi.." ucapan Mark terhenti saat mendengar suara serak Yukhei yang memohon kepadanya.

"Kumohon.." ujar Yukhei pelan, meski masker oksigen itu masih terpasang tapi Mark bisa mendengarnya dengan jelas.

Mark sempat memekik pelan saat Yukhei dengan mudahnya melepas masker oksigen nya. Tapi sekarang Mark hanya terdiam, masih mencerna apa yang baru saja Yukhei lakukan padanya.

Yukhei menarik tangannya, menariknya jatuh dalam pelukan namja itu. Mark bisa mendengar suara detak jantung Yukhei yang tidak beraturan. Mark berpikir, seberapa sakit yang Yukhei rasakan.

"Kumohon tetaplah disini, Mark"

Suara pelan itu menyadarkan Mark dari lamunanya. Mark merasakan tangan Yukhei mengelus-elus rambutnya, ia pun hanya memejamkan mata. Menikmati peluka Yukhei padanya, pelukan yang sangat ia rindukan. Mark selalu nyaman kalau bersama Yukhei, meski namja itu terkadang sangat kekanakan.

"Aku merindukanmu, Mark"

Mark mendongak, menatap Yukhei yang sekarang tersenyum kepadanya.

"Aku juga"

Dan setelah itu, kedua bibir itu bersatu. Menyalurkan rasa rindu yang selama ini mereka rasakan, hanya ciuman lembut dan pelan. Tidak ada yang lebih membahgiakan lagi bagi Mark, selain saat bersama dengan Yukhei. Mark tanpa sadar menjatuhkan air matanya.

"Kenapa kau menangis?" tanya Yukhei setelah melepas ciumannya, dan melihat mata indah Mark yang mengeluarkan air mata. Ia mengusap pelan pipi Mark dengan jarinya, menghapus air mata yang mengalir itu.

"Aku menangis karenamu, aku sangat merindukanmu. Kau sangat jahat karena pergi tanpa kabar dan meninggalkanku" tangisan Mark semakin menjadi.

Yukhei hanya tersenyum menanggapi ucapan Mark itu, ia juga sangat merindukan namja manis ini. Kembali Yukhei memeluk Mark, mendekapnya seolah tidak ingin Mark pergi jauh darinya. Yukhei sangat bahagia, ia sangat bahagia sekarang.

Semoga setelah ini mereka akan kembali bersama, dan tidak akan terpisahka lagi. Semoga saja...

...

..

.

END

.

..

...

..

.

..

...

..

.

Nggk jadi, hehehe becanda masih ad lanjutanya kok jadi...

...

TBC AGAIN

.

..

...

Halohaaaa... saia kembali ngelanjutin ff gjb ini, masih ada yang nungguin gak? Moga aja ada...

Saia gk mau terlalu banyak curcol yak, dan kalo masih gapaham ama ceritanya dibawa santai ajah ntar juga paham sendiri /pletak..

Hehehe, juga untuk bagian terakhir itu... kayaknya kurang yak, ntaar saia tambain deh...

Udah gitu ajah ya, akhir kata saia minta review dari kalian para reader dan wasalam...

SAMPAI KETEMU CHAPTER DEPAN... DONT FORGET TO REVIEW