Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur,Kata kata frontal dan vulgar, jadi Linie harap kalian jangan nyalahin linie ya.

Disclaimer : Jungwoo tidak pernah bermimpi jatuh cinta pada pemuda brengsek macam Lucas yang telah memiliki kekasih. Bahkan dengan tidak tau malu dan gilanya dia merengek pada sang Appa untuk mengikat Lucas dengan pertunangan mereka.

Wajah polos dan rengekan manja yang seringkali terlontar dari bibirnya hanya sebuah topeng untuk menutupi seberapa berbahaya dan liciknya Kim Jungwoo sebenarnya.

Lucas memang brengsek, dia bahkan memaksa melakukan sex dengan Jungwoo. Memanfaatkan kepolosan dan cinta Jungwoo padanya. Menjadikan pemuda itu seperti boneka sex. Tanpa tau jika Jungwoo lah yang merencanakan semuanya.

Salahkan saja Lucas Wong yang membuat Jungwoo tidak bisa berpaling dan jatuh begitu dalam pada pesonanya. Jadi jangan membencinya yang menggunakan segala cara agar Lucas balik mencintainya. Termasuk jika harus membuat Lucas sendirilah yang menyingkar Nari tanpa susah payah mengotori tangannya.

.

.

.

.

Jungwoo tidak mengerti apa yang kurang dari dirinya sehingga Lucas lebih memilih Nari? Apakah karena Nari cantik? Tapi meski Jungwoo seorang Namja dia juga tidak kalah cantik dari Nari, bahkan banyak yang bilang jika dia jauh lebih cantik. Pintar? Oh ayolah Jungwoo itu selalu mendapat peringkat pertama dari seluruh angkatan sedangkan Nari hanya bisa berada di peringkat 5. Kaya? Untuk yang satu ini semua orang juga tau seberapa kaya keluarga Kim terlebih Jungwoo anak tunggal, sudah pasti semua kekayaan mereka akan jatuh padanya.

Tentunya status sosial mereka tidak bisa di bandingkan, karena Nari hanya seorang anak dari pegawai kantoran biasa yang bekerja di perusahaan Kim, terlebih sang Umma tidak ikut bekerja. Dia juga bisa bersekolah di Sm karena beasiswa yang di berikan keluarga Kim bagi anak anak berprestasi namun tidak memiliki biaya bersekolah di tempat bagus.

Terkadang Jungwoo merasa Lucas terlalu buta untuk melihat mana yang lebih pantas bersanding dengannya. Dan yang paling menyebalkan dari semua itu Jungwoo harus satu kelas bersama Nari. Keduanya sama sama masuk kelas unggulan. Bahkan jarak bangku keduanya hanya terpisah 2 orang.

"Nari-ah ayo ke kantin. "ajak Lucas seperti biasa masuk dengan seenaknya ke dalam kelas dan mengecup bibir Nari lembut.

Tangan Jungwoo langsung terkepal kuat di bawah meja. Sebisa mungkin dia berusaha tidak melirik ke arah keduanya. Sambil menghela nafas pelan Jungwoo kembali memasang senyum lebar yang biasa ia perlihatkan. Kemudian mengiyakan ajakan beberapa temannya ke kantin menyusul Lucas dan Nari yang telah sejak tadi pergi.

Sesampainya di kantin Haechan dan Jaehyun langsung melambaikan tangan ke arahnya. Membuat Jungwoo tersenyum kecil dan mulai melangkah ke arah mereka. Setelah sebelumnya meminta maaf pada teman sekelasnya tidak bisa makan bersama.

"Hyungie kau mau makan apa? "tanya Haechan dengan nada manja sambil menarik tangan Jungwoo antusias.

"Salad. "jawab Jungwoo singkat.

"Kau itu sudah kurus, untuk apa berdiet segala. "ucap Jaehyun sembari menaikkan alisnya heran. Karena memang dia perhatikan akhir akhir ini sepupunya itu hanya makan salad.

"Siapa tau jika aku sekurus Nari Lucas bisa menyukaiku. "balas Jungwoo santai. Tidak begitu perduli pandangan Jaehyun padanya.

"Ck.. Si brengsek itu lebih menyukai seseorang yang berisi, buktinya dia-"Jaehyun mendekatkan tubuhnya di samping Jungwoo dan mulai berbisik pelan agar orang lain tidak ada yang mendengarnya. "selalu merasa terangsang jika meraba tubuhmu kan. "seringainya semakin lebar, sesekali menggoda sepupunya tidak apa kan.

"Ishh.. Apa sih hyung berhenti menggodaku. "Jungwoo mulai mendorong tubuh Jaehyun pelan dengan wajah merah karena malu.

"Memang benar kan apa yang ku katakan. "Jaehyun memutar bola matanya malas. Kadang dia tidak mengerti jalan pikiran Jungwoo.

"Baiklah terserah kau saja! Oh iya hyung bagaimana ke adaan calon istri Johnny hyung? "tanya Jungwoo khawatir. Dia takut jika Ten sampai benar benar mengalami keguguran maka pamannya itu pasti mencekik Johnny sampai mati. Buktinya saja saat itu jika bukan Haechan dan Jaehyun turun tangan menghentikannya. Johnny bisa di pukuli hingga sekarat.

"Dokter bilang kandungannya sekarang sangat lemah, dia juga tidak boleh terlalu stress banyak bergerak maupun melakukan aktivitas sebagaimana biasa. Karena hal itu beresiko keguguran. "jawab Jaehyun tenang.

"Alhasil dia membuat Johnny hyung menuruti semua permintaannya tanpa protes sedikitpun. "ungkap Haechan sebal ketika melihat Ten yang seperti memanfaatkan ke adaannya untuk membuat Johnny takluk.

"Huh? Sungguh, bagaimana mungkin orang seperti Johnny hyung mau di peralat seperti itu. "ucap Jungwoo kaget.

"Johnny hyung merasa bersalah, karena jika bukan dia yang mendorong Ten sampai nyaris keguguran. Maka Ten tidak akan mengalami hal seperti sekarang."balas Jaehyun malas.

"Pasti Johnny hyung merasa kesal sekali sekarang. "ujar Jungwoo prihatin.

"Memang! Dia bukan hanya kesal tapi juga stress karena pernikahan keduanya akan di laksanakan 2 minggu lagi. "balas Haechan muram, dia masih tidak terima hyung kesayangannya harus menikah dengan orang yang bahkan tidak dia cintai.

"Lalu mau bagaimana? kita tidak bisa membantu Johnny hyung. "timpal Jaehyun sambil meminum lemon tea di hadapannya.

"Sebenarnya ada satu cara untuk membantu Johnny hyung. "ucap Jungwoo perlahan dengan tatapan serius.

"Apa? "tanya Haechan dan Jaehyun antusias, karena biar bagaimanapun jika ada cara membantu Johnny mereka pasti akan mengambil resiko.

"Lenyapkan saja dia. "bisik Jungwoo pelan. Perkatannya sukses membuat kedua orang itu hampir berteriak shock. Untung saja mereka segera menutup mulut dan semakin mendekatkan wajahnya ke arah Jungwoo.

"Hyung jangan gila, memangnya tidak ada ide lain. "desis Haechan kesal. Jika tidak ingat Jungwoo lebih tua darinya, Haechan pasti akan memukul kepalanya kuat. Sepupunya yang satu memang memiliki otak paling criminal di antara mereka.

"Tidak ada, aku tidak bisa memikirkan hal lain selain itu. "keluh Jungwoo langsung cemberut begitu mendengar penolakan tegas sepupunya.

"Masalahnya dia itu tengah hamil anak Johnny hyung, memangnya kau mau jadi pembunuh calon keponakanmu sendiri. "sindir Jaehyun tidak habis pikir. Jika saja Ten tidak hamil dan keluarganya bukan dari kalangan berpengaruh. Sejak dulu Johnny pasti telah berhasil melenyapkannnya.

"Dari pada Johnny hyung terpaksa menikahinya. "Jungwoo langsung menatap tajam Jaehyun.

"Haiss... Berhenti berdebat, kita pikirkan cara lain saja. Untuk sekarang mari tenangkan pikiran kita dulu. "saran Haechan begitu melihat Jaehyun dan Jungwoo yang hampir meledak.

Ketiganya terlalu asik saling berbisik membahas masalah Johnny, tanpa sadar jika semua orang tengah menatap mereka penasaran terlebih Lucas yang sesekali melirik Jungwoo.

Pandangan matanya langsung menajam dan sepenuhnya mengabaikan setiap ucapan Nari begitu melihat seorang pemuda yang ia ketahui sekelas dengan Nari menghampiri Jungwoo. Keduanya terlihat berbicara sebentar, sebelum Jungwoo mulai berhenti makan dan segera pamit kepada kedua sepupunya itu. Dengan cepat ia berjalan bersama pemuda itu keluar kantin.

"Chagy aku ada urusan dengan temanku, kau tidak apa kan makan sendiri. "ucap Lucas cepat, yang langsung menghentikan Nari berbicara.

"Eh.. Tapi-"belum sempat Nari membalas ucapan Lucas kecupan singkat di bibirnya menghentikan semua hal yang ingin ia tanyakan.

"Sudah dulu ya, aku buru buru. "setelah mengatakan hal itu Lucas segera melesat cepat keluar dari kantin, dia bahkan tidak sedikitpun perduli tatapan heran yang di layangkan sang kekasih barusan.

Karena di otaknya hanya memikirkan Jungwoo yang pergi dengan Namja lain.

.

.

.

.

.

"Nao-ah kita cari sendiri saja buku bukunya. Kau sepuluh aku sepuluh bagaimana? "tanya Jungwoo pada Kanao yang merupakan teman sekelasnya.

Keduanya tengah berada di perpustakaan, tadi Kanao menghampirinya di kantin karena perintah Shin Songsaeng guru sosial mereka. Untuk mencari 20 buku yang berbeda nama pengarang, agar bisa membandingkan materi yang akan di ajarkan. Shin Songsaeng menyuruh keduanya karena mereka ketua dan wakil kelas 11 unggulan Management bisnis.

"Um.. Baiklah Jungwoo-ssi aku akan mencarinya di sebelah sana saja."tunjuk Kanao me arah depan lantas kembali melanjutkan. "Biar kau cari di sebelah sana."tunjuknya ke pojok kanan yang jarang di lalui siswa lain.

"Oke. "balas Jungwoo sambil mengangguk kecil dan segera menghilang di balik rak buku yang tinggi.

Dengan teliti Jungwoo mencari buku sosial untuk kelas 11. Di tangannya baru terdapat 3 buku yang memiliki nama pengarang berbeda. Saat tengah serius mencari buku tiba tiba saja seseorang langsung memeluknya dari arah belakang.

"Ah.. "pekik Jungwoo kaget hampir saja dia membanting orang itu. Beruntung Jungwoo segera sadar aroma parfum khas dengan wangi mint segar.

"Lu – ahh cas apa yang kau lakukan. "desah Jungwoo pelan begitu Lucas secara brutal mengecup dan menghisap lehernya kuat untuk meninggalkan bekas merah kebiruan yang kontras dengan kulit putih Jungwoo. Padahal Kissmark beberapa hari lalu belum juga memudar. Dan hari ini dia kembali menambahnya.

"Dasar jalang mau apa kau berduaan dengan Namja itu. "ucap Lucas dingin.

"Siapa yang kau maksud? "tanya Jungwoo tidak mengerti.

Brakk

"Awhh... "pekik Jungwoo tertahan begitu tubuhnya dengan kasar di dorong membentur tembok oleh Lucas.

"Ckk.. Bitch, kau selalu menolak saat ku sentuh tapi saat bersama Namja asing itu. Kau mau mau saja di gandeng. "decak Lucas sinis.

"Dia hanya temanku. "jelas Jungwoo yang mulai paham arah pembicaraan yang di maksud.

"Kau tidak memiliki seorangpun teman. "balas Lucas dengan tajam menatap mata Jungwoo.

Mendengar ucapan Lucas yang pada kenyataannya merupakan fakta. Membuat Jungwoo mengernyitkan keningnya bingung. Dari mana Lucas bisa tau jika dia tidak memiliki seorangpun teman.

"Kanao teman sekelasku. Sebenarnya ada apa denganmu, kenapa kau terlihat begitu kesal? Apa aku membuat kesalahan? "tanya Jungwoo tidak mengerti.

"Dengar, kau itu jalangku. Aku tidak suka berbagi dengan siapapun. Jika sekali lagi aku melihatmu dekat dengan siapapun, maka jangan salahkan aku jika foto ini ku sebar. "ancam Lucas sambil memperlihatkan ponselnya yang menampilkan foto Jungwoo tengah telanjang sedang mengangkang pasrah. Tubuh putihnya di hiasi begitu banyak Kissmark. Dan dari lubang analnya terlihat mengalir cairan putih kental yang bisa siapapun ketahui merupakan sperma. Wajahnya terlihat memerah, bibirnya membengkak dengan leher di dongakkan. Terlihat begitu kepayahan dan menggoda bagi siapapun yang melihat.

"Sejak kapan kau mengambilnya. "panik Jungwoo berusaha mengambil ponsel di tangan Lucas. Tapi pada dasarnya tubuh Lucas lebih tinggi beberapa centi darinya membuat Jungwoo kesulitan.

"Saat kau terlihat kepayahan, wae? Bukankah foto ini sangat sexy. "tawa Lucas sinis.

"Lucas kumohon hapus foto itu. "mohon Jungwoo sambil menarik tangan kiri Lucas.

"Shirro! Aku akan menyebarkan foto ini. "tolak Lucas sambil menyeringai menatap Jungwoo yang mulai menangis.

"Jangan! Kenapa kau kejam sekali padaku. Sebenarnya apa salahku Lucas? Aku bahkan menuruti semua perintahmu, aku juga rela melakukan sex meski kita belum menikah. "tangis Jungwoo hampir pecah, tapi dia masih ingat jika keduanya berada di perpustakaan. Sehingga untuk meredam tangisannya Jungwoo menggigit bibir bawahnya.

"Alasanku sederhana Jungwoo, karena kau membuat segala rencana masa depan yang kubayangkan bersama Nari rusak begitu saja. "desis Lucas.

"Tapi aku tidak tau jika kau yang akan menjadi tunanganku. "balas Jungwoo sepenuhnya berbohong.

"Jika begitu batalkan pertunangan ini, maka aku tidak akan menyebarkan fotomu. "ucap Lucas tegas.

"Tidak mau, kau boleh meminta apapun padaku. Tapi aku tidak akan menuruti perintahmu untuk membatalkan pertunangan kita. "tolak Jungwoo dengan tangisan yang semakin menjadi bahunya bahkan ikut bergetar. Dan nafasnya sesekali mulai tersendat.

Plakk..

"Kau itu maunya apa hah? Aku muak berurusan denganmu. "tampar Lucas keras hingga sudut bibir Jungwoo terluka, dia bahkan menarik rambut Jungwoo kasar.

"aww.. Sakit Lucas hiks.. Hentikan. "tangis Jungwoo sambil memegang tangan Lucas dengan kedua tangannya, agar dia nelepaskan jambakan di rambutnya.

"Sekarang kau ikut aku. "paksa Lucas yang berganti menarik tangan Jungwoo kasar.

.

.

.

.

.

Tangisan samar terus terdengar di salah satu Apartment elit di gangnam. Dengan tubuh telanjang sambil meringkuk di lantai Jungwoo menangis keras. Tubuhnya kembali di hiasi memar kebiruan, kali ini terlihat lebih parah dari sebelumnya. Bahkan ceceran sperma terlihat mengotori wajah dan sekujur tubuhnya. Terlebih lubang analnya yang terlihat begitu merah karena lecet.

Tadi Lucas membawanya membolos untuk pergi ke Apartment ini. Dan langsung menyetubuhi Jungwoo paksa dan amat kasar. Kali ini dia benar benar memperlakukan Jungwoo lebih hina dari semua jalang yang pernah di tidurinya.

"Berhenti menangis, aku muak mendengar tangisanmu. "bentak Lucas marah, dia kini hanya bertelanjang dada dan menggunakan bokser pendeknya.

Bukannya berhenti Jungwoo justru menangis semakin keras, dia bahkan terlihat tersedak tangisannya sendiri. Kedua pipinya terlihat memerah dengan bekas tamparan begitu kentara.

"Jika kau terus menangis, maka aku akan menyetubuhimu lagi. "ancam Lucas yang berhasil membuat Jungwoo tersentak takut. Dan secara cepat menutupi mulutnya dengan kedua tangan.

Menghela nafas kasar Lucas segera pergi ke dalam kamarnya. Beberapa saat kemudian dia telah selesai berpakaian rapi dan langsung pergi keluar meninggalkan Jungwoo begitu saja di dalam apartment miliknya dengan keaadaan mengenaskan.

Tepat setelah Lucas pergi Jungwoo mulai menghentikan tangisannya. Dengan pelan dia berusaha bangkit, tapi rasa sakit di sekujur tubuhnya hampir membuat Jungwoo menyerah. Umpatan kasar terus keluar dari bibir merah yang begitu bengkak. Secara cepat dia meraih ponsel miliknya yang ikut terlempar saat Lucas dengan terburu buru melepaskan pakaiannya.

"Halo? "bisik suara di sebrang pelan.

"Hyung kemari sekarang, ajak Haechan sekalian aku akan mengirim lokasiku pada kalian. "ucap Jungwoo cepat.

"Tidak bisa aku ada ulangan sekarang. "balas Jaehyun pelan sambil terus melirik Songsaengnim yang berada di depannya. Berjaga jika guru itu berjalan ke arahnya.

"Aku tidak perduli. Pokoknya. Kau. Harus. Datang. "ucap Jungwoo penuh penekanan dan langsung mematikan sambungan telephone nya. Tidak perduli jika Jaehyun hampir mengumpat pada layar Jam tangan yang telah mati.

"Sialan, Lucas kasar sekali jika sedang cemburu. "umpat Jungwoo kesakitan. Tapi meski begitu dia sangat senang sekarang. Dirinya yakin jika sikap kasar Lucas karena dirinya tidak sengaja bergandengan tangan dengan Kanao.

Dirinya berjalan tertatih menuju pintu yang di duganya kamar Lucas. Seluruh tubunya lengket dan dia amat tidak tahan dengan bau sperma ini. Jadi Jungwoo ingin berendam sebentar untuk menghilangkan sedikit rasa pegal yang ia alami. Beruntung di kamar Lucas terdapat Jakuzi. Dengan cepat Jungwoo memutar tombol air panas dan air dingin secara bersamaan. Saat yakin suhu airnya hangat dan bisa di masuki Jungwoo juga menuangkan sabun cair aroma mint milik Lucas.

Untuk sekarang biarkan dia tenang dan menghilangkan segala sakitnya.

.

.

.

.

Di sisi lain Johnny terlihat sangat tertekan, dia benar benar menjadi pelayan Ten yang saat ini masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dan entah sejak kapan tingkat sensitive nya hampir membuat Johnny menjadi gila. Mulai dari memintanya membeli makanan aneh yang sulit di dapat, tidak membiarkannya menjauh selangkahpun, menangis keras ketika nada bicara Johnny naik sedikit.

Jadi kalian bisa membayangkan kan bagaimana stress nya Johnny?

"Ten aku hanya akan pergi sebentar. "mohon Johnny frustasi. Jaehyun baru saja menghubunginya, dan dia mengatakan perintah Jungwoo yang aneh. Jadi Jaehyun khawatir tentang keadaannya.

Tapi bagaimana dia bisa pergi jika Ten langsung menangis dan merengek seperti anak kecil sekarang. Wajahnya telah merah sempurna dengan lelehan air mata yang membuatnya terlihat menyedihkan.

"Tidak boleh. "tangis Ten sambil menggeleng keras, di peluknya tubuh Johnny dengan kuat. Berharap dengan pelukannya bisa membuat Johnny tetap tinggal.

"Tapi aku harus pergi Ten jangan kekanak kanakan. "pada akhirnya Johnny langsung meledak juga.

Mendengar bentakan Johnny Ten langsung melepas pelukannya, dia berhenti menangis tapi tatapan matanya yang begitu terluka mampu membuat segala amarah Johnny teredam.

"Aku tetap harus pergi, tapi jika kau mau kau bisa ikut. "ucap Johnny yang tidak tahan melihat tatapan dan air mata Ten.

"Memangnya boleh? "tanya Ten dengan suara serak, hampir tidak terdengar. Beruntung ruangan ini begitu sunyi sehingga membuat Johnny mampu mendengarnya.

"Aku akan menanyakannya terlebih dahulu pada dokter. "balas Johnny yang segera meraih ponselnya dan menghubungi dokter yang menangani Ten.

Beberapa menit kemudian dokter Bae datang dan langsung melepaskan selang infus di tangan Ten, kemudian menasehati Johnny segala macam agar tidak membuatnya stress, lelah, ataupun mengangkat benda berat. Dan yang paling penting mereka belum boleh berhubungan badan hingga dua minggu lagi, sampai keaadaan Ten sehat. Untuk yang satu ini Johnny hanya memutar bola matanya malas, lagipula dia tidak berminat meniduri Ten lagi. Baru saja Johnny mengangkat Ten, bermaksud memindahkannya untuk duduk di atas kursi roda. Tapi sang empunya nama telah menangis terlebih dulu.

"Tidak mau hiks... Aku mau di gendong. "tangis Ten sambil menggelengkan kepalanya kuat.

"Yakin? "tanya Johnny sangsi, dia sih kuat jika hanya menggendong Ten yang tergolong kurus dan mungil, masalahnya dia masih cukup risih dengan pandangan semua orang yang memandang mereka.

"Uengh.. "gumam Ten mengangguk imut. Dengan matanya yang tergenang air.

"Arrasso. "ucap Johnny pasrah. Dia tidak ingin Ten kembali menangis.

Alhasil Johnny hanya bisa memasang muka datar dan mempercepat jalannya, agar bisa cepat menghindar dari semua orang yang melihatnya. Dia tidak tau saja jika Ten sibuk menatap tajam dan bahkan mengacungkan jari tengahnya pada mereka yang menatap Johnny terpesona. Sungguh dia sebal sekali sekarang, moodnya langsung kembali memburuk.

Begitu keduanya tiba di mobil, Johnny langsung berniat menaruh Ten sang empunya malah menolak melepaskan tangannnya yang tengah terkalung di leher Johnny.

"Kenapa lagi? "tanya Johnny malas.

"Aku mau duduk di pangkuanmu. "ucap Ten cepat.

"Tapi aku harus menyetir Ten, kau duduk saja di sampingku. "tolak Johnny yang hampir merasa ingin membentaknya. Beruntung dia ingat pemuda mungil ini tengah mengandung anaknya.

"Ini juga bukan mauku, ini mau baby. "tunjuk Ten pada perutnya dengan expresi memelas berharap Johnny kembali mau mengalah.

"Jika kita di tilang bagaimana? "

"ck.. Aku yang akan mengurusnya kau tenang saja. "decak Ten angkuh.

Baiklah Johnny akan kembali mengalah, kepalanya mulai sakit setiap kali mendengar tangisan Ten. Jadi kali ini dia mulai menyetir dengan posisi Ten yang berada di pangkuannya saling berhadapan dan bahkan kini anak itu telah menyandarkan tubuhnya di dada Johnny.

"John kita mau kemana? "tanya Ten pelan sambil menatap Johnny sekilas dan kembali memeluk pemuda tampan itu erat.

"ketempat Jungwoo. "balas Johnny singkat, fokus sekali menatap jalan di depannya.

"Kau itu sayang sekali ya pada sepupumu yang satu itu. "keluh Ten yang entah kenapa mulai merasa cemburu, karena dari kabar yang beredar hubungan keduanya terlampau mesra untuk sepupu.

"Tentu saja, dia kan sepupuku. "balas Johnny heran. Heii dia bukan seseorang yang terlampau tidak peka hingga tidak bisa menyadari ada yang berbeda dari nada bicara Ten.

"Tapi aku tidak menyukai Jungwoo. "teriak Ten kesal.

"Lalu apa hubungannya denganku? "tanya Johnny tidak mengerti.

"Kau akan menjadi suamiku. Jadi jangan terlalu dekat dengannya. "ucap Ten tegas dan angkuh.

"Kita bahkan belum menikah dan kau sudah berani melarangku berdekatan dengan Jungwoo? Dengar Ten kau bukan seseorang yang aku cintai, pernikahan ini terjadi karena anak yang ada di dalam kandunganmu. Jadi kau tidak berhak ikut campur urusanku. "tegas Johnny yang mulai kehilangan kendali emosinya, merasa tidak lagi bisa fokus menyetir dia langsung memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Dia ini termasuk seseorang yang tidak suka, ketika sepupu kesayangannya di benci orang lain tanpa alasan jelas seperti Ten. Apalagi sampai berani melarang dirinya dekat dengan Jungwoo.

"Lantas kau pikir aku mau menikah denganmu hah? Jika bukan karena nafsu biadabmu yang tidak tau tempat dan memperkosaku paksa. Aku juga tidak akan hamil brengsek. "maki Ten marah sambil berulang kali memukul dada Johnny kuat.

"Jika kau tidak mau kita menikah, lalu kenapa kau tidak menggugurkan anak itu. "balas Johnny sama marahnya.

"Tega sekali kau mengatakan hal itu, anak ini tidak bersalah. Kenapa harus dia yang di lenyapkan. Apa kau tidak pernah berpikir sedikit saja, jika semua masalah ini adalah salahmu. "bentak Ten tanpa sadar dia bahkan telah melayangkan temparan ke pipi Johnny dengan kuat.

Untuk beberapa saat keduanya terdiam Ten dengan isak tangisnya sedangkan Johnny masih menunduk. Secara perlahan Johnny mulai menatap Ten, wajahnya begitu datar tapi tatapan matanya begitu tajam. Di pipi kanannya mulai terbentuk tanda pukulan telapak tangan yang begitu merah. Secara cepat tangan Johnny hampir saja melayang dan balas menamparnya. Tapi saat hanya tinggal beberapa centi lagi tangan itu menyentuh wajah Ten. Johnny berhenti, menghela nafas kasar dia segera menurunkan tangannya lagi.

"Jika saja kau tidak hamil anakku ,aku pasti sudah membunuhmu. "ucap Johnny dingin menatap tajam ke arah Ten yang terus menangis.

"Bunuh saja hiks.. Biar aku dan anakmu mati, kau memang tidak pernah perduli pada kami. "tangis Ten histeris.

"Menangis saja terus, lama lama ku turunkan juga kau di sini. "ancam Johnny.

"Turunkan saja. "bentak Ten dengan wajah merah dan mata sembabnya. Air mata terus saja mengalir membasahi wajahnya.

"Baik! Ayo turun. "ucap Johnny dingin dan segera membuka pintu mobilnya. Dengan sedikit kasar dia segera menurunkan Ten yang sejak tadi berada di pangkuannya.

"Kenapa diam saja? Sana pergi, kau minta di turunkan kan. "ucap Johnny datar.

Ten terus menangis, dia melirik keaadaan sekitar yang gelap dan juga tepat di sebrang jalan terdapat club malam. Beberapa Yeoja maupun Namja jalang dengan pakaian minim menjajakan diri. Bahkan para Namja paruh baya dan garang menatapnya dengan pandangan mesum.

"Lihat di sebrang sana mereka telah menatapmu mesum, aku yakin jika aku pergi mereka akan langsung memperkosamu. "lirik Johnny pada sekumpulan orang itu.

"Tidak masalah! Pergi saja hiks.. Aku hanya tinggal mengangkang di hadapan mereka, sama saja saat bersamamu hiks... Biar sekalian mereka memperkosaku sampai aku dan anakmu mati. "teriak Ten dengan tangis histerisnya mendorong tubuh Johnny kasar.

"Dasar jalang. "umpat Johnny yang kali ini mencengkram kedua tangan Ten kuat agar tidak lagi mendorong tubuhnya.

"Iya aku memang jalang, saking jalangnya hanya kau yang pernah menyentuh tubuhku. "bentak Ten tidak terima.

"Kau saja mau mengangkang di hadapan mereka, lalu kenapa kau tidak mau aborsi. "bentak Johnny marah.

"Bajingan! Kenapa kau tidak menyuruh Jungwoo saja mengangkang di hadapan mereka. "balas Ten cepat tanpa berpikir lagi.

"Sialan, Jungwoo tidak semurah dirimu. "umpat Johnny.

"Tidak murah? Aku berani bertaruh dia pasti telah tidur dengan Lucas."

"Tutup mulutmu jangan bicara sembarangan tentang Jungwoo. "bentak Johnny marah.

"Aku tidak berbicara sembarangan, Bahkan sepupumu Jung Jaehyun yang menyuruh kami mempengaruhi Lucas agar meniduri Jungwoo. "ucap Ten lantang hingga membuat Johnny terdiam.

"Kau –"Baru saja Johnny berniat membentak Ten, tapi sayangnya pemuda berperawakan mungil di hadapannya telah memegang perutnya dengan expresi kesakitan.

"Hei kau kenapa? "tanya Johnny khawathir.

"Hiks... Ah.. Perutku sakit. "tangis Ten, hampir saja dia menjatuhkan dirinya di jalan karena terlampau kesakitan. Beruntung Johnny cepat tanggap dan segera menahan tubuhnya.

"Ayo kerumah sakit. "ajak Johnny panik sambil kembali memapah Ten dan kembali masuk kedalam mobil. Tangannya yang memegang stir mobil gemetar saking takut terjadi hal buruk seperti kemarin.

"Arghh.. Hiks.. Sakit john hiks..."tangisan Ten semakin menjadi wajahnya yang berada di pelukan Johnny semakin pucat.

"Iya sabar! Aku sedang mencari rumah sakit terdekat. "tanggap Johnny semakin khawatir. Dan entah kenapa tangan kirinya secara refleks langsung mengusap perut Ten pelan agar setidaknya mengurangi rasa sakitnya.

"Eh. "gumam Ten bingung dia berhenti menangis dan menengadahkan kepalanya untuk menatap Johnny.

"Kenapa? Apa semakin sakit? "tanya Johnny cepat.

"Anniyo justru sekarang tidak sakit lagi. "ucap Ten pelan sembari sesenggukan.

"Huh? Sungguh! Bukannya tadi kau sangat kesakitan sampai pucat begini. "balas Johnny sambil menaikkan sebelah alisnya heran.

"Um.. Sungguh, sakitnya hilang saat kau mengusap perutku. Pasti baby tidak mau kita bertengkar makanya membuatku kesakitan. "ucap Ten pelan.

"Baiklah aku mengerti, tapi kita tetap harus kerumah sakit. "ucap Johnny sambil menghembuskan nafas lega. Dia sangat khawatir jika terjadi hal buruk pada Ten dan bayinya. Padahal tadi dihadapan Ten dengan santainya dia menyuruhnya aborsi.

"Tidak perlu, aku dan baby baik baik saja. Sebaiknya kita ke tempat Jungwoo. Kau buru buru kan tadi. "tolak Ten sambil kembali menyandarkan wajah dan seluruh tubuhnya di pelukan Johnny.

"Tapi-"ucapan Johnny langsung terhenti begitu Ten mengecup bibirnya lembut.

"Bangunkan aku jika sudah sampai. "ucap Ten tidak perduli dan kembali menyender nyaman di dada Johnny. Samar dia mendengar detakan jantung Johnny yang berdebar begitu kencang. Tersenyum kecil Ten langsung menutup matanya. Kali ini dia sangat mengantuk setelah lelah terus menangis.

Meninggalkan Johnny yang hanya bisa terdiam dengan tubuh tegang akibat kecupan kecilnya.

.

.

.

.

.

Jeno sedang dalam mode dingin pada Jaemin, sejak kejadian beberapa hari yang lalu Jeno memang sering kali mengabaikan Jaemin. Bahkan dia juga mulai membiarkan orang lain mendekat padanya, padahal Jaemin yakin jika Jeno tau semua orang yang mendekat itu menyukainya.

Lihat saja si Hyura Yeoja cantik dari kelas sebelah yang memberikan Jeno surat pink yang Jaemin yakin berisi perasaannya pada Jeno. Apa dia tidak tau jika Jeno itu sudah memiliki pacar? Memangnya Jaemin kurang galak apa? Satu sekolah juga tau sekejam apa perlakuan Jaemin pada semua orang yang mendekati Jeno.

Dan apa apa an Jeno itu, kenapa juga dia mau menerima surat dari Yeoja itu, karena biasanya jika Jeno mendapat surat dari orang lain dia akan menolaknya dan mengatakan telah memiliki Jaemin sebagai kekasihnya.

"Dasar Bitch menjauh dari Namjachinguku."bentak Jaemin kasar dan tanpa sungkan segera menjambak rambut panjang Yeoja itu kuat, dan mendorong tubuhnya kasar hingga tersungkur di lantai.

"Na Jaemin. "teriak Jeno saat melihat kekasihnya begitu kasar pada orang lain terlebih lagi yang di serangnya kali ini seorang yeoja yang jelas lebih lemah dari pada dirinya.

"Apa? Kau mau marah? Kali ini bukan aku yang mulai tapi bitch ini. Sudah tau kau itu namjachinguku tapi berani beraninya dia memberimu surat cinta. Mana suratnya. "pinta Jaemin kasar sambil langsung merebut surat yang berada di tangan Jeno dan tanpa basa basi di robeknya surat itu hingga tidak terbentuk, setelah itu Jaemin melemparkan potongan suratnya ke wajah Hyura.

"Hei dengar jalang aku tidak mau melihat mukamu lagi mulai sekarang di sekolah ini. Jika sampai aku melihatmu lagi, kuhabisi kau. "ucap Jaemin dingin sambil mencengkram wajah Hyura yang tengah menangis kasar.

"Jaemin berhenti. Kau ini apa apa an sih? Jangan seenaknya menggunakan kekuasaan keluargamu. "ucap Jeno kesal sambil menarik Jaemin agar berdiri dan menjauh dari Hyura.

"Memang kenapa jika aku seenaknya menggunakan kekuasaan keluargaku. Salah sendiri, sudah tau dia tidak lebih berkuasa dariku, tapi beraninya menggodamu. "decih Jaemin angkuh dan balas menatap tajam Jeno, tidak sedikitpun ada rasa takut di matanya melihat kemarahan Jeno sekarang.

"Dia hanya memberiku surat tidak lebih, kenapa kau harus semarah ini. "tanya Jeno tidak habis pikir dengan kelakuan brutal Jaemin.

"Kau itu pacarku. Kenapa dia harus memberi surat cinta pada pacar orang? Apa coba namanya jika bukan jalang. "balas Jaemin tidak mau kalah.

"Kita perlu bicara. "ucap Jeno dingin dan segera mencengkram tangan Jaemin kasar, keduanya segera meninggalkan lorong kelas yang di penuhi siswa siswi. Setelah keduanya tidak lagi terlihat beberapa orang itu segera membantu Hyura yang masih terduduk dan menangis.

.

.

.

"Jeno lepas! Kau menyakitiku. "bentak Jaemin kesakitan.

Jeno segera melepaskan tangan Jaemin kasar begitu mereka telah sampai di ruang Osis yang dia kunci dari dalam menggunakan kartu khusus yang hanya di miliki dirinya, Jaemin tidak tau apa yang di inginkan Jeno dengan membawanya keruang Osis seperti ini. Pergelangan tangannya memerah dan dia yakin akan membiru nanti mengingat seberapa kuat cengkraman Jeno tadi.

"Berhenti bersikap seenaknya. Itu hanya sebuah surat kau tidak perlu bersikap begitu berlebihan. "ucap Jeno dingin.

"Berlebihan katamu? Yeoja itu menyukaimu Jen dia ingin merebutmu dariku. "teriak Jaemin marah sambil mendorong bahu Jeno kasar.

"Kau selalu seperti ini. Melarang setiap orang mendekatiku, tapi bagaimana denganmu? Apa kau pikir aku tidak tau jika kau sering mengangkang di hadapan orang lain secara sukarela. "balas Jeno dengan nada tinggi dia merasa sangat marah sekarang dengan semua kelakuan Jaemin selama ini.

"Lee Jeno. "teriak Jaemin.

"Apa kau mau menyangkal?"tanpa menunggu jawaban Jaemin, Jeno segera mengambil sebuah amplop tebal kecoklatan yang berada di laci pribadi miliknya. Dan secara kasar mengeluarkan semua foto di sana hanya untuk melemparkannya kehadapan Jaemin.

"Dari mana kau-"ucapan Jaemin segera berhenti ketika Jeno mendorong tubuhnya kasar ke tembok samping, benturan itu bahkan sampai membuat kepala Jaemin sedikit pusing oleh rasa sakit.

"Kau pikir aku mainanmu huh? Dengar Na Jaemin mulai sekarang kita tidak lagi memiliki hubungan. Aku sangat muak berada di sisi seorang jalang sepertimu. "ucap Jeno sambil menggertakkan giginya marah.

"Tidak Jeno kau tidak bisa seperti ini. "ucap Jaemin panik dan buru buru menahan tangan Jeno yang bersiap pergi.

"Jangan menyentuhku kau menjijikan Na. "dengus Jeno.

"Aku berani bersumpah padamu Jen, sejak kita menjalin hubungan aku tidak pernah melakukan sex dengan orang lain. Semua foto itu dari masa lalu. "ucap Jaemin sambil memeluk Jeno dari belakang, wajahnya terbenam sepenuhnya di bahu Jeno.

"Kau pikir aku bodoh? Aku bahkan berulang kali menemukanmu berciuman dengan orang lain. Lepaskan pelukanmu Na sebelum aku bersikap lebih kasar dari ini. "ucap Jeno datar.

"Tidak mau. "tolak Jaemin sambil menggelengkan kepalanya kuat.

Secara kasar Jeno menyentak tubuh Jaemin agar menjauh darinya. Hingga membuat tubuh Jaemin membentur meja yang berada di ruang Osis.

"Berhenti membuat ku muak Na. "bentak Jeno kesal. Dia bermaksud kembali memaki Jaemin secara kasar. Tapi segera berhenti begitu sang pemuda bermarga Na menatapnya dengan mata berkaca kaca. Jeno yakin dia pasti berusaha meredam tangisannya.

"Jangan tinggalkan aku Jen. Aku mohon. "mohon Jaemin dengan nada lirih.

"Mianhe tapi aku tidak mau bersama seorang jalang. "ucap Jeno santai dan tidak perduli sama sekali. Dia segera membalikan tubuhnya untuk meninggalkan ruang Osis.

"Aku akan melakukan apapun yang kau mau Jen, tapi aku mohon jangan tinggalkan aku."pecah sudah tangis yang sejak tadi berusaha Jaemin tahan. Tubuhnya segera jatuh ke lantai dan menangis dengan keras di sana tidak perduli lagi akan pandangan Jeno.

"Kau yakin akan melakukan apapun yang aku inginkan? "tanya Jeno pelan, kali ini dia berlutut di hadapan Jaemin yang masih menangis.

"Iya hiks... Aku akan melakukan apapun hiks... Yang kau mau. "tangis Jaemin.

"Lalu bagaimana jika kau kembali melanggar larangan ku? "tanya Jeno dingin.

"Tidak akan, aku janji Jen. "janji Jaemin dengan air mata yang belum berhenti mengalir.

"Jika kau sampai melanggar perintah ku lagi, maka jangan salahkan aku saat meninggalkanmu. "ucap Jeno tegas.

"Nana janji Jen t- eumhh... "ucapan Jaemin segera berhenti menjadi sebuah lenguhan begitu Jeno mencium kasar bibirnya. Bahkan lidah itu langsung masuk kedalam mulut Jaemin menyesap saliva miliknya kuat. Sesekali juga Jeno menggigit bibir atas dan bawah milik Jaemin. Sampai sang empunya mendesah tertahan, di tambah lagi tangan Jeno yang entah sejak kapan telah masuk kedalam celana seragam Jaemin dan memegang langsung kejantanan miliknya.

"Ahh... Je.. Ungh no.. "desah Jaemin terdengar keras saat Jeno melepaskan ciuman mereka dan segera beralih menyerang leher jenjang Jaemin. Dia menjilat juga menghisap leher putih itu kuat untuk meninggalkan bekas Kissmark yang kentara.

"Jangan di leher Jen ahh... Hahh.. Nanti yang eunh.. Lain tau ahhh... "Mulut Jaemin menolak tapi lihat lah apa yang di lakukannya. Dia justru semakin menengadahkan lehernya agar membuat Jeno semakin leluasa memberi tanda.

"aku tidak perduli. "dengus Jeno dingin, kali ini tangannya bergerak melepaskan jas sekolah Jaemin, dan langsung membuka kemeja putih yang terlihat basah oleh keringat Jaemin.

"Tunggu dulu. Kau yakin mau melakukan hal itu di ruang Osis. "tanya Jaemin sangsi sambil menahan tangan Jeno yang berniat menanggalkan kemeja miliknya.

"Kenapa memangnya? Kau mau menolakku. "ucap Jeno kesal.

"Tidak! Tapi kan ini ruang Osis Jen nanti-"ucapan Jaemin terhenti begitu Jeno kembali mencium bibirnya.

"Kau cerewet sekali. Diam dan nikmati saja apa susahnya. "balas Jeno santai. Dengan tenang dia juga melepaskan Jas miliknya dan melemparkannya sembarangan. Dasi dan kemeja miliknya juga menyusul jas itu. Saat ini Jeno telah toples, sehingga Jaemin bisa melihat tubuh tegap juga dada bidang Jeno terutama sixpack yang mulai terbentuk samar di tubuhnya.

"Lepas celanamu. "perintah Jeno pada Jaemin yang hanya menatapnya.

Mendengar perintah itu Jaemin segera menurut, dia melepas celana beserta dalaman miliknya. Hingga membuat dirinya telanjang bulat di hadapan Jeno yang saat ini duduk di atas Sofa.

"duduk di sini. "perintah Jeno sambil menepuk paha miliknya. Tanpa membatah Jaemin segera duduk mengangkang di atas pangkuan Jeno dengan wajah saling berhadapan. Tangannya telah mengalung di leher Jeno.

"Apa kau mencintaiku? "tanya Jeno menatap Jaemin dengan tatapan meneduhkan.

"Iya. "jawab Jaemin sambil mengangguk pelan.

"Jika begitu aku tidak mau melihatmu bermain di club ataupun mencium orang lain lagi. "ucap Jeno tegas.

"Aku tidak akan mencium orang lagi, tapi club iya iya aku tidak akan bermain di sana lagi. "tadinya Jaemin bermaksud menolak perintah Jeno yang melarangnya bermain di club. Tapi saat tatapan lembut Jeno menjadi tajam Jaemin segera luluh dan mengangguk tanda mengiyakan perintah itu.

"Aku tidak membawa kondom. "ucap Jeno santai, awalnya Jaemin hanya menatapnya bingung. Sebelum dia mulai membelalak kan matanya kaget. Mulai paham maksud Jeno, karena selama ini Jaemin memang tidak pernah mau melakukan sex jika pasangannya tidak menggunakan kondom.

"K-kalau begitu kita tunda saja ya. "ucap Jaemin gugup sambil berusaha bangkit dari pangkuan Jeno. Tapi sang empunya nama memiliki refleks yang lebih cepat sehingga dia segera mendorong Jaemin ke sofa dan membuatnya dalam posisi merangkak.

"Tidak Jen jangan aku tidak mau. "tolak Jasmin panik sambil berusaha melarikan diri dari Jeno yang berada di belakangnya. Tapi cengkraman sang pemuda di pinggan miliknya membuat Jaemin kesulitan bergerak.

"Diam Na, kau cukup mendesah saja. "ucap Jeno tenang, dia memeluk Jaemin dengan menggunakan satu tangan sedangkan tangan yang lain mulai memasukkan jari telunjuknya ke lubang anal Jaemin.

"Jeno kau tau, aku tidak pernah mau melakukan sex jika kau tidak memakai kondom. "tolak Jaemin sembari memberontak di pelukan Jeno.

"Jika begitu buat kali ini berbeda. "ucap Jeno tidak perduli. Dia ingin memiliki Jaemin seutuhnya kali ini, dengan segala cara tidak akan pernah dia biarkan Jaemin pergi atau menyentuh orang lain lagi.

"Ahh.. Jen.. Ahh.. Unghh.. Ber.. Ahh...ah.. "Jaemin hanya bisa mendesah keenakan saat Jeno menambahkan 2 jarinya ke dalam lubang analnya dan mengeluar masukan ketiga jarinya cepat juga dalam sehingga menyentuh titik kenikmatan Jaemin.

"Kau menyuruhku berhenti, tapi masih tetap mendesah kencang seperti ini. "dengus Jeno sambil menyeringai kecil merasa puas akan desahan Jaemin yang semakin menjadi. Dia tidak perlu khawatir jika orang lain mendengar desahan Jaemin, karena ruang Osis di desain kedap suara. Sekali kali menyalahi aturan tidak apa kan.

Melihat pantat putih dan berisi milik Jaemin yang berada di bawahnya membuat Jeno ingin meremasnya. Dia bukan hanya meremas pantat itu tapi juga menamparnya kuat hingga Jaemin terus menjerit antara nikmat juga kesakitan. Ketiga jari miliknya terus maju mundur semakin dalam dan kuat sampai menimbulkan suara becek yang kentara.

Merasa cukup mempersiapkan lubang Jaemin. Jeno segera melepaskan celana beserta dalamannya sekaligus. Dia mengocok kejantanannya cepat untuk membuat semakin tegang. Setelah itu tanpa peringatan sama sekali Jeno lekas memasukkannya dalam sekali hentakan.

"Arghh.. "Jaemin berteriak begitu kencang sampai tenggorokan nya terasa sakit.

Untuk mengalihkan rasa sakit Jaemin, Jeno mulai mencium dan menjilati punggungnya. Sebelah tangan Jeno menyentuh kejantanannya yang tegang dan mulai menaik turunkan tangan miliknya cepat.

"Keluarkan Jen ahh... Sakit... Uhhh.. Jangan bergerak ahhh.. Ngh...ohh .."Jaemin antara mendesah tapi juga menjerit sakit.

Tapi Jeno berusaha tidak memperdulikan teriakan Jaemin, karena dia tau jika berhenti sekarang yang bisa di rasakan Jaemin hanya rasa sakit tanpa kenikmatan sedikitpun. Jadi dia justru mempercepat hentakannya di dalam tubuh Jaemin secara kasar.

"Ahh.. Pelan hh.. Jenn ahh... "desah Jaemin yang mulai mencengkram sofa kuat.

Jeno meraih wajah Jaemin dan mulai melumat bibirnya penuh gairah. Tangannya tidak berhenti mengocok kejantanan Jaemin. Sampai beberapa saat kemudian tubuh pemuda di pelukannya menegang, dia juga merasa kan cairan Jaemin keluar membasahi tangannya.

Merasa bosan dengan posisi dogy style Jeno menarik tubuh Jaemin agar duduk di pangkuannya. Dan kembali manaik turunkan tubuh penuh peluh itu cepat dan kuat. Tangan kanannya terjulur masuk kedalam mulut kecil milik Jaemin yang sejak tadi sibuk mendesah. Mengerti maksud Jeno Jaemin segera mengulum jari itu sensual.

Puting tegang miliknya di pilin oleh Jeno secara kasar, terlebih hentakan penis Jeno di dalam tubuhnya terus menyentuh titik kenikmatan Jaemin. Hingga membuat sang empunya melepas kuluman jari Jeno dan kembali sibuk mendesah. Dia bahkan tidak perduli lagi saat air liurnya keluar membasahi leher jenjang miliknya yang penuh bekas Kissmark dari Jeno.

"uhhh... Unghh... Ahh.. Jangan mengeluarkan nya di dalam Jen. "saat sibuk mendesah Jaemin segera merasa panik saat merasa Jeno akan menyemburkan spermanya di dalam.

Tapi mana mau Jeno mendengar kan Jaemin, dia justru semakin mempercepat hentakannya dan menahan tubuh Jaemin kuat di pangkuannya hingga sperma itu mulai memenuhi lubang Jaemin bahkan saking banyaknya cairan sperma itu ikut mengalir keluar.

"JENO. "bentak Jaemin saat merasakan cairan hangat sperma milik Jeno di lubangnya.

"Sstt.. Mau kemana, permainan kita belum selesai Na. "bisik Jeno di telinga Jaemin saat merasa pemuda di pangkuannya berusaha berdiri.

Dan kembali terdengar desahan di ruang Osis, kedua orang di dalam bahkan tidak memperdulikan ketukan beberapa orang di luar.

"Lohh kenapa ruang Osis tidak bisa di buka ya? "tanya Minhyun bingung.

"Masa? Coba sini biar aku yang membukanya. "balas Rowon sambil menggerakkan knop pintu.

"Tidak bisa, tapi kita kan ada rapat sekarang. Apalagi Jeno juga belum bisa di hubungi sama sekali. "keluh Jaehwan kesal saat Rowon juga tidak bisa membuka ruang Osis.

Sedangkan beberapa temannya yang lain hanya bisa saling pandang dan menaikkan bahunya pasrah.

.

.

.

.

.

Jaehyun tengah menggerutu kesal, dia bahkan mengerjakan ujian miliknya asal asalan tadi dan segera meminta ijin ke uks karena merasa tidak enak badan. Padahal saat ini dia tengah berkeliling di sekitar sekolah untuk mencari Haechan yang entah menghilang kemana. Bahkan ponselnya juga tidak aktif, membuat Jaehyun semakin kesal dan bersumpah akan menjitak kepala adiknya itu nanti jika bertemu.

Saat ini Jaehyun telah sampai di halaman belakang sekolah dan bermaksud melewati kelas kosong yang di jadikan gudang sekarang. Tapi suara desahan seseorang membuat Jaehyun berhenti seketika. Sebenarnya dia bukan tipe yang perduli atau suka ikut campur urusan orang. Di tambah lagi pergaulannya sendiri juga cukup bebas dan suka melakukan sex. Tapi masalahnya geraman orang itu memanggil nama adiknya.

Mengernyitkan alis heran Jaehyun segera mendekat ke arah Jendela untuk mengintip apa yang terjadi di dalam. Sayangnya pemandangan yang saat ini dia lihat membuat Jaehyun hampir terkena serangan jantung. Bagaimana tidak kaget coba, jika dia melihat adik kesayangannya tengah berlutut di bawah seorang Namja yang ia ketahui merupakan adik kelasnya. Terlebih Haechan tengah melakukan oral sex, kepalanya maju mundur dengan cepat. Kedua tangannya juga aktif memainkan bola di bawah kejantanan itu. Membuat sang pemuda menggeram nikmat.

Untuk beberapa saat Jaehyun hanya bisa melongo kaget. Sampai suara geraman pemuda itu menjadi keras pertanda telah klimaks. Dia juga bisa melihat Haechan melepas kejantanan sang pemuda. Mulut mungilnya penuh dengan lelehan sperma yang tidak bisa ia minum sepenuhnya.

Tapi saat Mark Lee ingin melepaskan beberapa kancing kemeja Haechan, Jaehyun segera sadar dari ke kagetannya. Dengan cepat dia berlari dan segera mendobrak pintu kasar sampai membuat kedua orang yang berada di ruangan itu terperanjat kaget.

"JUNG HAECHAN. "Bentak Jaehyun keras dengan rahang mengatup kuat.

"H-hyung. "ucap Haechan gelagapan begitu melihat Jaehyun yang tengah berjalan cepat nyaris berlari ke arahnya dan tanpa basa basi langsung melayangkan sebuah pukulan ke wajah Mark. Sampai membuatnya jatuh tersungkur ke lantai.

"Jangan dekati adik ku lagi. Jika tidak ku habisi kau. "ucap Jaehyun dingin. Setelah itu dia menarik tangan Haechan pergi, tidak memperdulikan teriakan sang adik yang berniat menolong Mark.

.

.

.

TBC.

Oke aku lama banget update nya ya maaf, aku juga gak sempet balesin review kalian satu persatu tapi yang jelas aku baca kok. Meski yang review sedikit tapi aku baca semua kok. Makasih ya buat yg nyempetin review.

Gimana nih ceritanya, makin Gj ya? Maklum kebanyakan nontonin sinetron mah saya. Oke kasih tau pendapat kalian ya kalok bisa panjang panjangin biar saya makin seneng.

Jakarta. Rabu 16 Mei 2018.(nb: kenapa saya tulis jakarta, soalnya ini nulisnya pas lagi dines ke Jakarta says mah.)