CAST

- Park Chanyeol

- Byun Baekhyun

- Han Eunsoo

- Oh Sehun

- Xiao Lu

- Lee Jonghyun

- Kim Jongin

GS/CHANBAEK/DRAMA/MARRIAGE LIFE/ROMANCE/ANGST/HURT/RATE M

DON'T LIKE - DON'T READ!

"Byul...Appa pulang..."

Usai mengendurkan simpul dasinya yang semula mencekik, Chanyeol bergegas menyambangi Byul ke dalam kamarnya. Berharap bisa sejenak menculik si kecil dari dekapan ibunya, yang hingga detik ini masih saja bersikap kolot dan posesif. Bahkan untuk sekedar bertemu, Chanyeol harus rela mengendap dan menyelinap bak seorang pencuri. Menapaki langkah dalam hening demi melepas rindu pada sosok mungil kesayangannya.

Namun sesampainya disana, ia harus menelan kecewa sebab hadirnya disana adalah sia-sia. Tak ada seorangpun disana, hanya ada bilik kosong dengan aroma khas si kecil yang tertinggal dalam boxnya yang bertudung kelambu.

"Mereka pasti sedang ada di taman belakang..."

Sedikit banyak, ia mulai hapal dengan kebiasaan yang dilakukan Baekhyun bersama jagoan kecilnya. Yakni berjemur dan menyiram bunga di pagi hari, menonton Pororo di siang hari , dan memberi makan ikan Koi sembari menunggu petang.

"Hei jagoan...Kau merindukan appa?"

Chanyeol memberanikan diri untuk menghampiri Byul yang kini berada dalam dekapan Baekhyun. Melabuhkan sebuah kecupan singkat di pipinya yang gembul dan satu lainnya di pipi Baekhyun.

Seluruh penat dan lelahnya seketika hilang, saat ia melihat Byul tersenyum ke arahnya dengan mata yang berbinar. Ia merasa patut berbangga hati, sebab Byul perlahan mulai mengenalinya sebagai sosok ayahnya.

Namun agaknya, Byul adalah satu-satunya yang terkikik bahagia usai mendapatkan kecupan sayang di pipi. Karena Baekhyun sama sekali tidak, ia justru balas menatapnya dengan mata yang menyalang, menyiratkan rasa benci yang seharusnya Chanyeol ketahui tanpa perlu ia katakan.

Chanyeol menempatkan diri tepat di sebelah Baekhyun, mengabaikan wajah ketus sang istri yang jelas-jelas tak menyukai hadirnya disana. Terpaksa menebalkan muka demi bisa sejenak berbincang dari hati ke hati.

"Aku baru saja pulang dari rumah sakit..."

Chanyeol melagukan intronya dengan canggung, mencoba mencairkan suasana agar Baekhyun tak lagi bungkam dan mengabaikannya. Namun ternyata, Baekhyun justru memunggunginya dengan acuh, sibuk mengajak Byul berceloteh dan sama sekali tak menganggap hadirnya disana.

"Aku pergi kesana untuk bertemu dengan dokter Oh...Aku melakukan konsultasi dan mulai melakukan terapi untuk amnesiaku..."

"..."

"Dia bilang, kemungkinan besar, mimpiku yang semalam adalah bagian dari ingatanku yang telah hilang..."

Chanyeol hanya tersenyum bodoh saat Baekhyun perlahan berbalik dan menatapnya dengan raut wajah yang sinis. Ia bahkan telah membuka kedua kupingnya lebar-lebar, mempersiapkan diri jika setelah ini Baekhyun ini akan murka dan meneriakinya dengan nada yang melengking.

"Jadi kau jauh-jauh datang kesana hanya untuk membicarakan hal bodoh seperti itu? Kau menemui Sehun hanya untuk mengatakan bahwa semalam kau memimpikan kita bercinta?"

"Aku merasa jika itu benar-benar pernah terjadi di antara kita...Seperti sebuah perasaan Dejavu...Jadi aku datang menemui Sehun untuk memastikannya...Dan dia bilang, kita memang sering melakukan itu saat masih berpacaran dulu..."

"Untuk apa kau bersusah payah mengingatnya? Tak akan ada yang berubah meski akhirnya kau mendapatkan ingatanmu kembali ...Toh sampai kapanmu, kau akan tetap menganggap Eunsoo sebagai cinta pertamamu...Bukan aku..."

Sesal memang selalu datang terlambat. Wanita yang segala ucapnya terlanjur ia percaya, nyatanya justru membohonginya mentah-mentah. Sengaja memanfaatkan cacat pada pikirannya dan mendoktrinnya dengan cerita fiktif yang telah ia karang sedemikian rupa.

"Maafkan aku...Aku memang terlalu naif, karena telah percaya pada omong kosong yang dikarang oleh ibuku...Tak peduli sesering apapun kau mengabaikan maafku, aku akan terus mengiba hingga kau memaafkanku..."

"Kau tak perlu berusaha terlalu keras..."

"Aku sadar jika aku adalah suami yang buruk, aku benar-benar minta maaf untuk itu..."

"Dan kau seharusnya juga sadar...Jika dosamu tidak sesederhana itu..."

Chanyeol mengela nafas dalam, mencoba menguatkan dirinya sendiri untuk masuk ke dalam pembahasan sensitif ini. Tak mudah baginya untuk berada pada posisi ini, posisi dimana ia ada di antara dua wanita yang sangat ia cintai, namun keduanya saling membenci.

"Aku juga sadar, jika aku adalah anak seorang pembunuh...Aku minta maaf atas nama ibuku..."

"Bagus jika kau sadar...Sampai kapanpun, dimataku kau hanyalah anak seorang gundik yang telah membunuh ibuku...Tak hanya itu, wanita gila itu bahkan pernah mencoba untuk membunuhku dan bayiku...Sebagai seorang suami, dimana kau saat itu? Di saat nyawaku sedang sekarat, kau bahkan sama sekali tak mencariku apalagi menyelamatkanku...Karena dalam pikiranmu hanya ada Eunsoo, Eunsoo dan Eunsoo..."

"Bukan seperti itu,Baekhyun..."

Tanpa sedikitpun belas kasih yang tersisa, Baekhyun menepis tangan Chanyeol yang semula berniat meraih dan menggengam tangannya. Ia bahkan tergesa bangkit dari duduknya, membawa Byul untuk membentang jarak dengan mundur selangkah demi selangkah.

"Aku sangat yakin, darah keji itu juga mengalir dalam darahmu...Jadi aku tak akan membiarkan Byul bersamamu...Meskipun kau adalah ayahnya..."

"Aku dan ibuku berbeda,Baekhyun...Aku tidak mungkin menyakiti anakku sendiri...Percayalah...Kumohon..."

Chanyeol akhirnya memilih untuk menanggalkan harga dirinya, meletakan seluruh egonya untuk berlutut di hadapan Baekhyun. Dengan wajah yang tertunduk, ia mengiba sebuah kata maaf dengan segala kerendahan hati. Saat tak ada lagi kata yang bisa ia ucap untuk menunjukan tulus dan kesungguhannya, ia hanya membiarkan air matanya bercerita tentang luka.

"Kau pikir aku mempercayainya? Kau salah besar,Chanyeol... Aku akan tetap menjauhkan Byul darimu...Dan setelah Byul besar nanti, aku hanya perlu mengatakan pada Byul jika ayahnya telah lama mati...!"

...

Toktoktoktoktok!

Baekhyun menggeliat dengan enggan, tidur lelapnya tiba-tiba terusik oleh gaduh yang tercipta dari ketukan-ketukan keras yang menghantam pintu rumahnya. Pandang matanya kini berlabuh pada jam dindingnya yang tergantung, tak tau harus bereaksi marah atau takut usai mendapati waktu kini menunjukan pukul dua pagi. Ia mulai mengutuk siapapun yang ada di depan sana, siapapun yang berani menabuh gaduh saat ia baru saja mengistirahatkan tubuhnya yang telah lelah.

Sebelum pintunya benar-benar roboh, Baekhyun akhirnya menyeret langkahnya menuruni anak tangga dengan setengah nyawa yang masih tertinggal di alam mimpi.

"Hey,cantik...Apakah aku membangunkanku?"

Dengan senyuman bodoh yang menghias wajah tampannya, Chanyeol berjalan terhuyung mengampiri Baekhyun yang menyambut kepulangannya dengan wajah masam. Ia terlihat sangat berantakan. Tak hanya simpul dasinya yang telah mengendur, namun, sepasang kancing kemejanya juga telah terurai hingga menampakkan dada bidangnya yang sexy dan basah oleh lelehan wine.

Baekhyun berani bertaruh, jika Chanyeol baru saja menghabiskan malam di bar dan menenggak wine dengan jumlah yang tak sedikit. Dan tak menutup kemungkinan, jika Chanyeol juga ditemani gadis-gadis nakal dengan pakaian yang minim dan mengundang birahi. Hanya membayangkannya saja, Baekhyun sudah merasa muak.

"Jadi aku terbangun di pagi buta seperti ini, hanya untuk membukakan pintu seorang pria mabuk?"

"Hei...Siapa yang mabuk? Aku tidak,sayang..."

Meski wajahnya telah sempurna merah dengan kesadaran yang hanya tinggal separuh, namun Chanyeol masih bersikeras mengingkari jika ia kini berada dibawah kendali alkohol. Sebab ia mengetahui dengan pasti, bahwa Baekhyun amat membenci wine, sampanye, ataupun racun-racun lain yang membuatnya kehilangan kewarasan.

"Untuk apa kau pulang? Menginap saja di bar..."

"Apa yang kau katakan? Tentu saja aku harus pulang...Anak istriku sedang menungguku di rumah..."

"Terserah kau saja...Aku tidak peduli...Yak! Park Chanyeol!"

Baekhyun memekik histeris saat tubuh jangkung Chanyeol tiba-tiba ambruk ke arahnya dengan kesadaran yang nyaris terenggut. Tubuh mungilnya bahkan ikut terhuyung, sedikit kewalahan menahan tubuh bongsor Chanyeol di atas pundaknya.

Meski sebenarnya enggan dan berniat bersikap acuh, ia tetap memapah Chanyeol ke dalam kamar meski dengan susah payah.

"Apakah kau tak sadar jika tubuhmu sebesar gorila? Kau benar-benar menyusahkan...!"

Baekhyun mencebik kesal usai berhasil menyeret tubuh bongsor Chanyeol dan merebahkannya di atas ranjang. Sedikit terengah dengan tulang belulang yang terasa nyaris patah. Sungguh, rasanya benar-benar seperti sedang mengurus seorang bayi besar.

"Maafkan aku,Baek..."

"Berhentilah mabuk-mabukan jika kau ingin aku memaafkanmu..."

Usai melepas sepatu dan ikatan dasi yang membelit leher, Baekhyun menarik selimut Chanyeol hingga sebatas dada. Menempatkan Chanyeol pada sebuah posisi nyaman untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya.

"Baek, kepalaku benar-benar pusing...Apakah sebentar lagi aku akan mati?"

Dengan nada yang terdengar kolokan, Chanyeol tak ragu untuk merengek dan mengiba sebuah simpati pada Baekhyun. Sejenak mengingkari kenyataan jika ia adalah seorang dewasa berumur nyaris kepala tiga dan telah memiliki seorang putra. Ia hanya berharap, Baekhyun berbaik hati memeluk dan menjaganya sepanjang malam hingga mabuknya berangsur hilang.

"Berhentilah mengoceh dan tidurlah...Sebentar lagi pagi..."

"Bisakah kau tetap disini? Jangan pergi..."

Chanyeol tergesa meraih pergelangan tangan Baekhyun, sengaja melumpuhkan gerak si mungil sebelum benar-benar beranjak pergi meninggalkannya. Ia bahkan sengaja memasang raut wajah yang memelas, lengkap dengan tatap yang sayu dan bibir merah yang mengerucut.

"Berhentilah bersikap kolokan...Kau telah lebih dari dewasa untuk mengurus dirimu sendiri...Dan seharusnya kau ingat, jika Byul jauh lebih membutuhkanku..."

Hueeeekkkkk

Usai berjibaku melawan pening dan mual hebat yang menyiksa, Chanyeol akhirnya memuntahkan isi perutnya, membuat kemeja dan selimutnya kini berakhir basah dengan bau alkohol yang menguar tajam. Ia benar-benar tumbang, tergolek tak berdaya usai menenggak wine dalam jumlah yang tak sedikit.

Sementara Baekhyun hanya bisa membeo dengan kedua sipit yang membulat sempurna. Sama sekali tak mengerti dengan motivasi Chanyeol untuk mabuk-mabukan hingga separah ini. Chanyeol bahkan seolah sengaja mengabaikan kenyataan, bahwa tubuhnya memiliki toleransi alkohol yang payah dan tak seberapa.

"Berapa banyak botol yang kau minum? Ya tuhan...Kau membuat semuanya menjadi basah dan menjijikan..."

"Aku tidak ingat...Aku hanya ingat jika bartender sialan itu mengusirku pulang dan berkata jika aku sudah terlalu mabuk...Dia benar-benar menjengkelkan...Padahal aku masih ingin minum..."

"Apakah kau sudah gila? Apakah kau sedang mencoba untuk bunuh diri dengan menyakiti dirimu sendiri seperti ini?"

"Kau benar, sepertinya aku sudah gila..."

Dengan perasaan kesal yang berkecamuk, Baekhyun terpaksa membereskan semua kekacauan ini. Mulai sibuk mengganti selimut, bantal, hingga melucuti satu per satu setelan kemeja Chanyeol sembari mengatur degup jantungnya agar tak berdetak ribut.

"Baekhyun, apakah nyawa harus dibayar dengan nyawa? Jika iya, bunuh saja aku...Biar ku ganti nyawa ibumu dengan nyawaku..."

Baekhyun seketika mematung, sama sekali tak menyangka jika Chanyeol tiba-tiba membawanya pada sebuah topik yang sensitif. Namun, bukankah semua kata yang keluar dari bibir seorang pemabuk hanyalah omong kosong?

"Apakah kau pikir aku sejahat itu?"

"Aku sungguh-sungguh,Baekhyun...Jika matiku bisa membuatmu memaafkanku, maka lakukanlah...Bunuh saja aku..."

Getar tersirat yang diikuti isak tangis yang tertahan, membuat Baekhyun perlahan sadar, ada sebuah kesungguhan nyata di balik permintaan yang terdengar tak lazim itu.

"Kau mengigau?"

"Sama sekali tidak...Aku sepenuhnya sadar atas apa aku ucapkan..."

Chanyeol yang semula terpejam, kini perlahan membuka matanya. Tertatih untuk bangkit dan menyandarkan punggung kokohnya pada kepala ranjang.

Kesungguhan yang semula ia sangsikan, kini perlahan nampak nyata saat Baekhyun melihat sebuah kebasahan yang menggenang di kedua pelupuk mata Chanyeol. Tak hanya itu, pandang matanya yang sayu juga seolah mempertegas, sedalam apa lukanya saat ini.

"Sebenci apapun aku kepadamu, aku tidak akan melakukan itu...Aku tidak sejahat itu..."

"Mungkin kau memang tak sejahat dan setega itu...Tapi apakah kau tau, jika diammu sangat menyakitiku?"

"Aku pikir itu bahkan tak seberapa... Di banding apa yang telah kau lakukan padaku..."

Dengan selembar handuk basah dalam genggaman, Baekhyun menyeka wajah dan tubuh half naked Chanyeol dengan lembut, membersihkan sisa-sisa wine yang melekat di dada bidang Chanyeol meski dengan gerak canggung.

"Jika bagimu ini tak seberapa, apakah itu artinya kau akan membalasku lebih dari ini? Kau akan terus mengabaikan dan menjauhkanku dari Byul?"

"Bertahanlah...Hanya sampai benci dan kecewaku terbayar lunas..."

Chanyeol tersenyum getir, menertawakan hati rapuhnya kini telah sampai di batas lelah. Bahkan setelah berulang kali mengiba demi sebuah kata maaf, Baekhyun tetap sedingin ini, tak sedikitpun melunak apalagi menyudahi benci dan kecewanya.

Usai gagal membujuk hati kecilnya untuk berpikir jernih, Chanyeol mencengkeram pergelangan tangan Baekhyun dengan kasar. Menahan geraknya yang mencoba berontak sebelum membawanya untuk menapak tepat di depan dadanya, didepan jantungnya kini berdegup gemuruh.

"Daripada menyakitiku dengan cara seperti itu, kau bisa mengambil sebilah belati dan menghujamkannya kesini...Tepat di jantungku...Bukankah semua akan terbayar lunas jika aku mati?"

"Haruskah aku melakukannya?"

"Kau harus...Jika kau tak mengizinkanku untuk menjaga Byul bersamamu, maka biarkan aku menjaga kalian dari atas sana...Aku akan meminta pada tuhan, agar selalu memberimu kebahagiaan yang selama ini tak bisa ku berikan..."

Chanyeol kini hanya bisa tertunduk dalam, larut oleh lara yang desimalnya lebih dari apa yang dapat ia tahan. Rapuh yang selama ini ia pendam seorang diri, kini akhirnya lolos bersama bulir airmatanya yang berderai. Ia hanya terlalu buntu untuk menunjukkan kesungguhannya, kesungguhan yang nyatanya tak pernah cukup diungkapkan lewat kata.

Detik ini Baekhyun akhirnya sadar, jika egonya telah menyentuh batas yang berlebih. Bahkan, hingga melukai sekeping hati yang penuh ukiran namanya sendiri. Hingga akhirnya, keras hatinya perlahan terketuk, oleh sebaris pinta yang menyiratkan sesal dan putus asa yang terujar dengan lugas.

Dengan gerak yang canggung, Baekhyun merengkuh tubuh jangkung Chanyeol dan membawanya ke dalam sebuah dekapan hangat. Menawarkan pundak sempitnya sebagai sandaran yang nyaman bagi Chanyeol yang kini benar terpuruk. Sebelah tanganya perlahan terulur, menepuk dan memberikan usapan-usapan lembut di punggung kokoh Chanyeol yang perlahan berangsur tenang.

"Kenapa kau begitu ingin mati di tanganku? Apakah kau tak ingin melihat Byul tumbuh besar dan memanggilmu ayah?"

"Sebesar apapun inginku untuk itu, aku sadar aku sama sekali tidak pantas..."

"Jika kau merasa tidak pantas, maka berusahalah untuk membuatnya menjadi pantas...Tapi ingat, selama kau masih berpikir seperti seorang pecundang dan ingin mengakhiri hidupmu dengan cara yang kekanakan, aku tidak akan mengizinkan Byul untuk memanggilmu ayah..."

"Sebagai seorang anak, aku tak bisa memilih dari orangtua mana aku dilahirkan...Dan seandainya aku bisa memilih, aku akan memilih untuk lahir dari rahim wanita baik-baik...Bukan seorang pembunuh seperti ibuku...Darah keji yang kau bilang mengalir dalam tubuhku, itu sungguh diluar kuasaku,Baekhyun...Jadi kumohon, berhentilah membenciku hanya karena aku adalah anak seorang pembunuh..."

"Maafkan aku..."

Chanyeol tergesa melepaskan diri dari pelukan Baekhyun, memilih untuk menempatkan diri di hadapan wanitanya dengan pandang mata yang saling beradu. Sementara tangannya kini menggenggam erat tangan si mungil, menawannya dalam sebuah genggaman hangat yang tak ingin ia lepas lagi.

"Bahkan jika harus memilih, aku akan lebih memilihmu daripada ibuku sendiri...Beliau menjadi ibuku, hanya karena tuhan yang memilihkannya untukku...Sementara kau? Aku yang memilih dan memintamu untuk menjadi istriku...Aku yang memintamu untuk mendampingi dan menua bersamaku...Jadi kumohon, jangan lagi diam dan mengabaikanku..."

"Kau harus tau, aku diam sama sekali bukan untuk menghukummu...Tapi karena aku tak ingin lidah dan ucapku semakin menyakitimu...Aku hanya tak ingin kita berakhir dengan pertengkaran dan saling menyakitiku...Maafkan aku..."

"Apa yang harus dimaafkan? Kau sama sekali tidak salah..."

Ada sebuah haru yang datang menyeruak saat Baekhyun mendapati Chanyeol tiba-tiba menghujani punggung tangannya dengan kecupan-kecupan sayang. Tak hanya itu, tatapnya yang hangat dan memuja juga membawa ingatannya sejenak kembali ke pada masa itu. Masa dimana keduanya adalah sepasang sepasang dewasa yang enggan terpisah.

"Belum terlambat bagi kita untuk memperbaikinya...Demi Byul, maukah kau kembali bersamaku? Semuak apapun kau padaku, bukankah kita pernah saling mencintai?"

Chanyeol telah menanti detik berdebar ini sejak lama, detik dimana ia berperan sebagai seorang gentleman yang meminta sang terkasih untuk kembali ke pelukan. Untuk memperbaiki apa yang pernah retak dan membuatnya menjadi lebih erat.

"Kita memang pernah saling mencintai...Tapi itu dulu..."

"Jadi maksudmu, sekarang cintaku hanya bertepuk sebelah tangan?"

"Aku tidak yakin,Chanyeol...Mungkin semua tak lagi sama ketika kita mencoba untuk kembali..."

"Haruskah aku membuatmu jatuh cinta lagi?"

"Kau tidak perlu melaku..."

Cup!

Belum selesai ia merampungkan penolakannya, Chanyeol telah selangkah lebih cepat dengan mencuri sebuah kecupan singkat di bibir merahnya. Ia bahkan hanya tersenyum bodoh saat Baekhyun membeo karena keterkejutannya.

"Yak! Apa yang kau lalukan?"

"Membuatmu jatuh cinta lagi..."

...

Baekhyun tak benar tau, sejak kapan pertahanannnya runtuh.

Yang ia tau, kini seluruh kain atas pada tubuhnya telah tercecer di atas lantai. Sedang tubuh mungilnya kini telah terkungkung dibawah Chanyeol, terpejam menikmati kecupan-kecupan mesra yang dilayangkan Chanyeol diatas pundak dan punggung telanjangnya. Hasratnya perlahan tergugah saat titik sensitivenya tersentuh, saat nafas hangat dan lidah nakal Chanyeol menapaki setiap jengkal tengkuk dan lehernya. Mengecup dan menyesapnya dengan begitu mendamba hingga meninggalkan bercak berwarna merah keunguan. Chanyeol benar-benar tau cara membakar gairahnya.

Kecupan adiktif itu kini telah berpindah, berangsur naik menuju daun telinganya yang juga sensitif. Chanyeol menggigit daun telinganya dengan lembut, menggariskan sebuah kebasahan dengan ujung lidahnya hingga membuat Baekhyun meremang menikmati permainan lidah Chanyeol yang begitu piawai.

"Eungggg...Chanyeol..."

Chanyeol tersenyum menang saat mendengar Baekhyun akhirnya melenguhkan namanya dengan begitu manja.

"Kau menikmatinya?"

Baekhyun mengangguk lirih, dengan jujur mengakui bahwa cumbuan seduktif yang dilakukan Chanyeol benar-benar mengalirkan sensasi menyenangkan yang tak dapat ia deskripsikan lewat kata. Cumbuan ini bahkan terasa lebih menyenangkan, daripada saat pertama mereka melakukannya.

Tanpa sedikitpun penolakan, Baekhyun membiarkan bibir tebal Chanyeol menggerayangi sekujur tubuhnya. Menapaki kening, pipi, leher, hingga kini berakhir menggumuli pucuk dadanya yang kemerahan. Tak hanya itu, ia juga membiarkan tangan nakal Chanyeol terus bergerak acak. Menangkup squishy kenyalnya yang bebas, dan menghujaninya dengan remasan-remasan yang addiktif.

"Eunggghhhh...Pelan-pelan,Chanyeol..."

Baekhyun mulai kewalahan mengimbangi Chanyeol yang tak henti melumat dan menggigit putingnya dengan gemas, terlihat begitu menikmati perannya sebagai seorang bayi besar yang dahaga. Sementara jemari lentiknya telah menyusup di antara helaian surai hitam Chanyeol, mengacak dan menjambaknya tanpa ragu sebagai pelampiasan atas nikmat berlebih yang Chanyeol berikan.

Chanyeol memang tak pernah mengecewakan saat bercumbu.

"Aku merindukan ini...Kenapa masih seindah ini? Apakah kau menyusui Byul dengan baik?"

Chanyeol mengusakan ujung hidungnya pada belahan payudara Baekhyun dengan gemas, menatap penuh damba ke arah sepasang gundulan sintal milik Baekhyun yang terlihat begitu menggairahkan.

"Tentu saja...Aku menyusui Byul dan ayah Byul dengan sangat baik..."

"Ini adalah milikku...Aku akan menandainya..."

Lelaki berkuping caplang itu benar-benar menandainya, menyesap dan menggigitnya dengan gemas hingga meninggalkan bercak merah yang kontras dengan kulit mulus Baekhyun yang seputih susu. Ia bahkan tersenyum puas setelahnya, berbangga hati usai mengukir sepasang bekas gigitan cinta pada asetnya yang indah dan berharga.

"Mulai sekarang ini bukan hanya milikmu...Kau harus berbagi dengan Byul...Jangan jadi ayah yang serakah..."

"Sebenarnya aku tak suka berbagi... Bagaimana jika Byul meminum susunya dari dot saja?"

"Kau saja yang menyusu dari dot!"

Baekhyun menyentil dahi Chanyeol dengan tatap yang menghujam tajam, menghukum bayi besarnya yang mulai bersikap posesif pada putranya sendiri.

"Bercanda, sayang...Aku tidak akan serakah...Aku akan membiarkan Byul memilikimu dari pagi hingga petang...Tapi saat malam, kau sepenuhnya milikku..."

Baekhyun tergesa memalingkan wajahnya saat Chanyeol tiba-tiba bangkit dan melucuti satu per satu kain yang melekat di tubuhnya. Mencampakkannya dengan tega, dan dengan begitu percaya diri mengekspos tubuh tegapnya yang kini telah sempurna naked. Sebuah pemandangan erotis yang membuat Baekhyun seketika salah tingkah dengan kedua belah pipi yang merona malu.

Bagaimana tidak? Ia mendapati titisan anakonda yang kini mengacung gagah, menggantung diantara pangkal paha dan berkolaborasi apik dengan enam kotakan sexy yang tercetak di dada bidang Chanyeol. Pemandangan surgawi yang semula tersembunyi dibalik setelan jas, kini telah tersuguh nyata dengan bentang jarak yang tak seberapa.

"Hei...Kenapa kau tiba-tiba memalingkan wajahmu? Kau tak ingin menatapku dan adik kecilku?"

"Itu sama sekali tidak kecil,Chanyeol...Itu...Itu terlalu besar..."

"Bukankah kau menyukainya?

Baekhyun reflek menaikkan bokongnya saat Chanyeol tiba-tiba meloloskan kain terakhir yang membalut tubuhnya. Tubuhnya seketika menegang, sepenuhnya terbakar gairah saat Chanyeol mulai mengusap paha dalamnya dengan sentuhan- sentuhan yang seduktif. Tangan nakal Chanyeol terus menapak dan menyusuri setiap jengkal paha indahnya, mengalirkan sensasi hangat yang membuatnya semakin tak sabar untuk digagahi.

"Berhentilah menggodaku,Chanyeol...Ini menyiksaku..."

"Aku sengaja melakukannya...Aku akan terus menggodamu hingga kau merengek dan memohon padaku...Bagaimana dengan fingering? Kau menyukainya?"

"No!"

Baekhyun tergesa menahan jari-jari Chanyeol yang nyaris merangsek ke dalam vitalnya. Bibir tipisnya mengerucut bersamaan sebuah gelengan lirih, sama sekali tak sepakat untuk melanjutkan foreplay yang baginya telah lebih dari cukup. Kini, ia tak lagi butuh usakan jemari ataupun sepakan lidah yang seduktif, yang ia butuhkan hanyalah hentakan keras tanpa jeda yang membuatnya menjerit dan mengerang silih berganti.

"Wae? Kau tak menyukainya?"

Alih-alih menjawab, Baekhyun justru mengalungkan sepasang lengan kurusnya dibalik tengkuk Chanyeol, sengaja menghapus jarak hingga belah bibir keduanya kini berakhir menyatu. Saling bertukar saliva dengan lidah yang bertarung dan nafas yang kian memburu. Terlihat begitu intim dengan desah dan lenguhan yang saling bersahut membakar gairah.

Chanyeol tersenyum menang di sela ciumannya, diam-diam menertawakan Baekhyun yang akhirnya goyah dan tak lagi idealis. Gairah yang terlanjur menggebu membuat Baekhyun sejenak lupa, bahwa semula ia begitu muak pada sisa aroma wine yang tertinggal di rongga hangatnya.

"Dasar bodoh...Kau terlalu banyak mengulur waktu,Chanyeol...Seharusnya kau ingat jika aku bukan lagi seorang perawan, tak ada lagi selaput dara yang bisa kau robek..."

"Bukan begitu,sayang...Aku hanya tidak ingin menyakitimu..."

"Tapi aku ingin kau segera ada di dalamku...Menghentakku dengan keras dan membuatku merintih hingga pagi karena hujaman kasarmu..."

Chanyeol meneguk ludahnya bersamaan dengan sepasang matanya yang membulat, sepenuhnya tertohok oleh bisik lirih si mungil yang sarat akan gairah. Ia masih sulit untuk percaya, jika istri cantiknya ternyata memiliki sisi liar yang membuatnya begitu berdebar.

Darimana Baekhyun belajar dirty talk seperti ini?

"Kau sudah sangat tegang,Chanyeol...Apalagi yang kau tunggu?"

Chanyeol seketika menggeram dengan suara deepnya yang berbahaya, tersiksa oleh nikmat yang tersipta dari sihir kecil yang dilakukan Baekhyun pada kejantanannya. Netranya kini sempurna terpejam dengan hela nafas yang memburu, menikmati sentuhan hangat Baekhyun yang begitu piawai memanjakan ereksinya.

"Kau sama sekali tidak akan menyakitiku,Chanyeol...Bahkan jika kau memasukannya dalam sekali hentak, aku tidak akan...Yak Chanyeol! Pelan-pelan!"

Baekhyun memekik frustasi saat Chanyeol benar-benar melesakkan kejantanannya dalam sekali hentak. Membuat vitalnya terasa penuh sesak dan seolah terbelah dengan paksa. Chanyeol bergerak sesuai apa yang ia pinta, menghentak keras dengan hujaman-hujaman kasar yang membuat desahannya mengudara dengan lantang. Beradu dengan suara decit ranjangnya yang terdengar begitu nyaring.

"Untuk apa aku melakukannya dengan pelan? Toh kau sudah bukan lagi perawan..."

"Tapi ini...ini...Terlalu dalam...Ya tuhan...Chanyeol kumohon..."

Baekhyun memeluk dan menggigit pundak lebar Chanyeol dengan gemas, sedikit kewalahan mengimbangi Chanyeol yang terus menyerangnya dengan gerakan pinggul yang begitu liar. Ia bahkan tak ragu untuk mencakar dan menancapkan kuku panjangnya pada punggung Chanyeol. Sebuah reaksi alami yang hadir saat Chanyeol menyentuh titik termanisnya dengan begitu perkasa.

"Lebih cepat,Chanyeol...akhhh...Disana..."

Baekhyun melingkarkan sepasang kaki indahnya pada pinggang Chanyeol, sengaja merapatkan diri dan mulai aktif menggerakkan pinggulnya mengimbangi gerak Chanyeol yang begitu menuntut. Desahan merdunya mengalun memecah hening, terdengar begitu erotis mengiringi pergerakan Chanyeol yang semakin menggila.

Sementara Chanyeol menyeringai dari atas sana, menatap penuh puja ke arah pemandangan surgawi yang ada di bawahnya. Tubuh molek Baekhyun kini telah ternoda, penuh gigitan cinta yang sengaja ia tinggalkan di leher, pundak dan sepasang squishy kenyal yang ia sebut sebagai candu. Ia benar-benar menyukai apa yang kini tersuguh di depan matanya. Tak sekalipun berkedip saat menatap tubuh telanjang Baekhyun yang kini berpeluh dan terhentak teratur karena dorongan kasarnya. Begitu kagum melihat betapa sexynya Baekhyun yang kini terpejam menahan nikmat sembari menggigit bibir bawahnya dengan begitu sensual.

"Aku hampir,Chanyeol...Eungggh...Lebih cepat..."

"As your wish,Baby..."

Chanyeol tergesa bangkit, menarik diri dari pelukan Baekhyun dan bersiap menjemput pelepasannya yang pertama. Kedua tangannya mencengkram pinggul ramping Baekhyun, menenggelamkan kejantanannya sedekimian rupa hingga suara penyatuan keduanya terdengar begitu nyaring.

"Kau bisa mengeluarkannya di perut, dada atau bahkan di wajahku..."

Baekhyun mengusap peluh yang menetes di kening Chanyeol dengan lembut, sementara di bawah sana, ia terus menjepit kejantanan Chanyeol dengan begitu ketat, mengantarkan suami tampannya untuk semakin dekat dengan pelepasannya.

"Tapi sayangnya aku lebih suka mengeluarkannya di dalam,sayang...Aarrgghhjjhhhh"

Chanyeol benar-benar datang dengan keras, menyemburkan lahar panasnya hingga membuat Baekhyun merasakan sensasi hangat berlebih yang memenuhi rahimnya. Ia terengah hebat, menikmati sisa-sisa orgasmenya yang datang bersamaan dan terasa begitu menakjubkan.

"Kau luar biasa,sayang..."

Chanyeol menghujani wajah cantik Baekhyun dengan kecupan-kecupan sayang, sebuah tanda kasih untuk si mungil yang begitu hebat mengimbangi kegilaannya malam ini.

"Tapi kau tidak...Kau membuatku lelah..."

Baekhyun mengusakan wajahnya pada dada bidang Chanyeol, sedikit merajuk sebelum bersiap mengistirahatkan tubuhnya yang telah lelahnya. Hanya dalam hitungan detik, ia memejamkan sipitnya dengan erat, seketika terbius mimpi dengan hela nafas yang teratur. Terlalu lelah usai melewati pergumulan panas penuh desah yang menguras tenaganya.

"Itu adalah hukuman...Karena kau telah mengabaikanku dalam waktu yang lama...Tidurlah...Aku akan menjagamu..."

...

Baekhyun menggeliat dengan enggan, terpaksa terjaga karena dering alarm Chanyeol yang begitu ribut di atas nakas. Tangannya terulur perlahan, meraih si bundar bermotif Ironman yang kini menunjukan pukul 09 pagi.

Ia perlahan mengumpulkan kesadaran dan kewarasannya untuk kembali, mulai berfikir dengan keras perihal kejanggalan demi kejanggalan yang mengusik akal sehatnya. Entah sejak kapan, kamarnya yang semula bernuansa kuning merona berubah menjadi abu-abu suram seperti ini?

Ia juga tak benar tau, entah kenapa dan sejak kapan ia tertidur dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun? Tak hanya itu, ia juga mendapati sepasang lengan kekar yang kini memeluknya dengan erat, lengkap dengan hela nafas teratur yang menyapu tengkuk lehernya.

Dengan rasa penasaran yang berkecamuk, Baekhyun tergesa berbalik. Sipitnya seketika terbelalak saat menyadari bahwa sosok yang tengah tertidur pulas di balik punggungnya adalah Chanyeol, ayah Byul yang kini meringkuk di balik selimut bersama dengkuran halusnya.

Jantungnya kini benar-benar berulah, berdegup tak tau malu usai mendapati Chanyeol yang ternyata sama bugil sepertinya, sama-sama polos tanpa sehelai benangpun.

"Yak! Park Chanyeol! Apa yang kau lakukan di kamarku?"

Baekhyun tergesa bangkit dan melepaskan diri dari pelukan Chanyeol. Ia mulai sibuk memungut satu per satu pakaiannya yang tercecer sembarangan di atas lantai, mencoba bersikap senormal mungkin untuk menutupi gugup dan salah tingkahnya.

"Ini kamarku,Baekhyun...Tak bisakah kau membedakannya?"

Chanyeol menutup kuping caplangnya dengan bantal, sengaja meredam ocehan Baekhyun yang telah mengusik lelapnya dan terdengar begitu ribut.

"Apa yang terjadi tadi malam? Kenapa kita ada di ranjang yang sama dengan keadaan telanjang seperti ini?"

"Bercinta tentu saja...Apakah kepalamu terbentur sesuatu dan tiba-tiba hilang ingatan?"

"Bohong! Berhentilah berbicara omong kosong!"

Baekhyun menggeleng cepat, masih sulit untuk menerima kenyataan jika perang dinginnya dengan Chanyeol telah usai dan perlahan mulai terjebak dalam hubungan birahi yang panas. Setidaknya, ia butuh waktu untuk terbiasa dengan semua ini.

Sepertinya halnya saat ini. Ia harus menahan canggung saat Chanyeol tiba-tiba mengecup pipinya dengan mesra dan merengkuhnya ke dalam sebuah dekapan hangat. Ia mencoba untuk kembali terbiasa, menerima segala bentuk skinsip yang diberikan Chanyeol untuk menunjukan rasa cintanya.

"Ini apa?"

Baekhyun seketika tercekat bersamaan dengan sepasang sipitnya yang membulat, sepenuhnya terkejut saat ia mendapati bayang dirinya yang penuh di kissmark di setiap jengkal tubuhnya. Tak hanya terukir di sekitar leher, namun juga di pundak dan sepasang gundukan sintalnya.

"Bibir dan lidahku yang melakukannya...Bagaimana, kau suka?"

"Ini memalukan,Chanyeol...Seharusnya kau tidak menandaiku sebanyak ini..."

"Biar saja...Biar semua orang tau jika sekarang kau kembali menjadi milikku...Terimakasih,Baekhyun..."

Baekhyun tak tau harus bereaksi seperti apa selain mengangguk lirih. Netranya kini menatap lamat ke arah bayang keduanya dalam cermin, mengekori gerak sang suami yang kini menghujani pundak sempitnya dengan kecupan-kecupan sayang.

"Sepenting itukah aku dalam hidupmu?"

"Tentu saja...Jadi kumohon, jangan pergi dan jauhi aku lagi...Aku tak bisa hidup tanpamu dan Byul..."

"Byul?"

Baekhyun tergesa melepaskan diri dari Chanyeol, mulai diserang panik berlebih saat ia sadar telah meninggalkan Byul seorang diri di dalam kamar. Ia mulai sibuk mengutuk pikiran bodohnya, bagaimana mungkin ia tega meninggalkan bayi berusia 3bulan untuk menyusui bayi besar berumur hampir kepala 3?

"Ini semua salahmu,Chanyeol...Kau yang membuatku terpaksa meninggalkan Byul hanya untuk mengurusmu yang mabuk-mabukan! Bagaimana jika semalam Byul kelaparan dan mencariku? Bagaimana jika dia menangis sepanjang malam karena popoknya penuh? Ya tuhan...Aku benar-benar ibu yang buruk..."

"Tapi kita memiliki maid,sayang...Mereka tidak mungkin membiarkan Byul...Yak Baekhyun! Tunggu aku...!"

Baekhyun benar-benar tak ingin mendengar apapun lagi dari Chanyeol, ia tergesa berlari, mengurai langkah lebar-lebar diikuti Chanyeol yang akhirnya menyusul beberapa langkah di belakangnya.

Namun , langkah keduanya tiba-tiba terhenti, saat Kris terlihat berjalan menuruni anak tangga bersama Byul dalam dekapan. Pria bersurai emas itu melenggang sembari sesekali mengecup pipi bulat Byul dengan gemas, saling melepas rindu dengan berbagi tawa yang sama.

Sementara itu, Chanyeol dan Baekhyun kini saling pandang dengan tatapan bodoh. Keduanya tampak begitu menggemaskan, terlihat salah tingkah bak sepasang belia yang terciduk usai melakukan hubungan asusila.

"Good morning,mommy and daddy...Apakah tidur kalian nyenyak?"

TBC

A/N :

- Ini chapter sebenernya rada ajaib, siapa nyangka abis scene menye2 langsung NC…Semoga ga ada bocil yang baca chapter ini,wkwkwkwk. Anggap aja ini adalah hadiah kecil dari gue buat kalian yang masih mau baca story ini meskipun gue updatenya lama.
- Rencananya, next chapter adalah final Chapter, doakan, semoga ending yang gue kasih ga bikin kalian nyesel udah baca story ini dari prolog.
- Buat yang udah add ulang di IG, insya allah akan gue accept bertahap. Tapi maaf,yang akunnya digembok bakal gue accept belakangan.ㅋㅋㅋㅋㅋ
-Sampai jumpa di next chapter, salam Chanbaek is Real.