White Rose


Yoonmin

Namjin

Vkook

(Gender Switch)


Plak!

Tamparan keras menghantam wajah cantik seorang wanita bermata elok. Putih halus wajahnya, tampak kontras dengan bagian memerah di pipinya yang menerima perihnya tamparan tangan dari seorang lelaki yang kurang ajarnya adalah suaminya sendiri. Mata eloknya berkaca-kaca menahan buliran air mata. Perihnya wajahnya, tak lebih perih dari hatinya yang terluka.

"Adik kurang ajarmu itu! Apa ayah kalian selama ini memberi makan dengan bangkai, huh? Pembangkang. Aku sudah mengatur rapi semua untuknya, dan dihancurkan begitu saja dengan bodohnya."

Plak!

Satu tamparan lain kembali mendarat. Bersamaan dengan liquid tangis dari mata elok itu mengalir. Beribu sumpah serapah ingin dikeluarkannya untuk membalas perkataan sang suami. Namun, mulutnya tertutup serapat-rapatnya. Bahkan sesegukannya pun tertelan bulat-bulat.

Bukanlah karena rasa takut yang membuatnya bungkam. Tapi hal lainnya. Hal yang begitu rumit untuk dirunutkan. Apa yang bisa dilakukannya hanya bersabar menerima semua perlakuan buruk ini.

Pria kurang ajar itu berkacak pinggang menatapnya. Tatapan mata bajingan itu terlihat pongah dan meremehkan. Tangan kotornya yang tadi digunakan untuk menampar, kini mencengkram kuat wajah wanita bermata elok itu.

"Seokjin, apa kau tahu kenapa dalam setiap cerita selalu ada tokoh wanita cantiknya?" bisiknya berbahaya. Wanita bermata elok itu tetap diam seribu bahasa. Tidak ada gunanya menjawab. Ini pasti hanya satu dari sekian cara suaminya merendahkannya.

"Haha..." wajah iblis itu mendekat.

"Karena...Jalang selalu jadi pemanis cerita." kemudian wajah cantiknya dilepaskan dengan sangat kasar.

"Sekarang, jalankan bagianmu dalam cerita jalang! Buka pakaianmu dan menungging disisi tempat tidur. SEKARANG!"

Tubuh lemah wanita itu di dorong kuat. Air matanya mengalir deras. Hari-harinya selalu seperti ini. Setiap kali suaminya mengalami hari yang buruk, dialah yang akan menerima pelampiasan kekesalan. Tak cukup hanya dipukuli, dengan tega suaminya akan menyetubuhinya seperti pelacur. Tubuhnya tak lebih dari alat pemuas nafsu. Tidak pernah ada kasih sayang. Hanya ada persetubuhan.

Sementara lelaki jahanam itu sibuk mengejar klimaksnya, si cantik bermata elok hanya mampu merapalkan doa dan mengenang sebuah nama dalam batinnya sedang tubuhnya sedang terhentak-hentak.

"Namjoon, selamat aku."

"Ahhh~" dan bajingan itu mencapai kenikmatannya.


Media Korea heboh dengan kabar pertunangan Ketua Muda Min Group dengan seorang wanita yang diketahui adalah pemilik sebuah perusahaan yang bergerak di bidang seni rupa. Para awak media masing-masing melakukan berbagai analisa bagaimana pertemuan antara kedua pasangan ini terjadi.

Ada yang berpendapat bahwa kemungkinan Ketua Muda Min yang gemar mengoleksi lukisan dari pameran tahunan perusahaan itu. Mereka makin menguatkan pendapat itu dengan bukti beberapa kalinya perusahaan mengadakan pameran di galeri Hotel King; anak perusahaan terbesar yang rajin disambangi sang Ketua Muda.

Di saluran televisi lainnya, pendapat lain berkata bahwa mereka pasangan yang dikira sedang dimabuk cinta itu telah menjalani kencan buta sebelumnya. Namun, pendapat ini banyak dipandang lemah. Karena tidak memiliki bukti yang mendasar.

Klik!

Televisi yang sedang menayangkan berita itu dimatikan. Seorang wanita berambut sebahu tampak duduk tegak dibalik meja kerja jati yang sepertinya mahal. Kecantikannya bak mahakarya. Wajahnya kecil dengan bibir ranum menggoda. Terpoles lipstick merah menyala. Manis dan panas pada saat yang sama.

"Direktur!" sebuah suara berat memanggil. Seorang pemuda berbadan tegap memasuki ruangan kerja itu.

Sang Rose sedikit mengangkat kepala ke arah suara. Wajah cantiknya tampak datar tanpa ekspresi. "Bagaimana?" tanyanya kemudian kepada si pemilik suara.

"Semua sesuai keinginan anda. Ketua Besar Min tetap akan koma hingga pernikahan anda terlaksana. Dan hasil laboratorium akan menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah karena serangan jantung yang beliau derita."

Senyum sinis dari wajah cantiknya terkembang. "Berapa lama efek formulanya bertahan?"

"Untuk permulaan, hanya akan bertahan 24 jam. Lalu akan semakin bertambah dengan penambahan dosis dalam jangka waktu bertahap. Pada akhirnya, kita hanya perlu menyuntikkan formulanya satu kali dalam satu pekan."

"Siapa yang bertanggung jawab atas tugas ini?"

"Wu Yifan. Datang sebagai spesialis jantung terbaik dari China. Dokter muda berbakat yang dibawa kemari untuk merawat Ketua Besar."

"Ahh, Kris. Bagus, aku menyukai cara kerjanya. Cepat dan tidak banyak bicara. Pastikan kau memberinya bonus akhir tahun. Dia bekerja keras kali ini." Sang Rose tersenyum puas.

"Baik, direktur."

"Dan, Taehyung-ah. Sepekan ini, berjagalah di sekitar rumah sakit. Ini adalah langkah yang besar, aku tak bisa mempercayai siapapun sebaik kau."

"Tentu, direktur. Saya pamit." ujar pria bersuara berat itu membungkukkan badan lalu berbalik pergi dari sana.

Hanya beberapa langkah kemudian, pria itu berhenti. Badan tegap itu kembali berbalik.

" Jimin-ah... " panggilnya lirih.

Wajah cantik Sang Rose tampak terkejut. Terutama dengan panggilan tak biasa yang didengarnya. Mereka bersitatap, bukan sebagai atasan dan bawahan. Tapi tatapan seorang peduli seorang sahabat.

"Untuk kali ini saja, datanglah. Dia merindukanmu dengan teramat sangat." suara itu berubah lembut.

Sang Rose tertegun, matanya memerah sesaat. Dan ditepisnya air mata yang menggenang dengan berkedip sebanyak mungkin, serta dialihkannya pandangannya.

Tidak. Dia Sang Rose, bukan hanya sekedar Park Jimin.

"Sudahlah Taehyung. Suatu saat Jihoon akan mengerti kenapa ibunya melakukan ini. Tolong, berhenti mengajariku tentang apa yng harus ku lakukan. Kehancuran harus dibalas kehancuran."

"Aku tidak mengajarimu, Jimin. Aku hanya mengingatkanmu. Kita berdua tahu rasanya kehilangan kasih sayang orang tua, aku tidak tega keponakanku harus mengalaminya juga."

Park Jimin menarik nafas dalam serta memejamkan matanya rapat. Sejurus kemudian, ekspresinya berubah ramah.

"Aku sudah mengirimkan boneka teddy bear yang besar untuknya. Suster Seo mengatakan mata Jihoon berbinar senang menerimanya. Kau tahu, dia bahkan menamainya Tae-Tae. Dia lebih menyayangimu, benar-benar membuat cemburu." celotehnya sambil mencebik dan melipat tangan di depan dada. Manis sekali.

Pemandangan yang mengemaskan. Taehyung terbahak nyaring. Pria itu menggaruk tengkuknya canggung. Jimin yang seperti ini, kadang membuatnya salah tingkah.

"Yeah, dia sekarang memanggilku paman Keren. " ucap Taehyung kikuk.

"BENAR! Astaga, aku terkejut Suster Seo mengatakan Jihoon ingin menikahimu saat dia dewasa. Bisa kau bayangkan itu? Kau menjadi menantuku? Woahhh, anak itu." Park Jimin menggeleng-geleng tak habis pikir.

Gelak tawa canggung Taehyung terdengar lagi.

"Hahaha, dia hanya anak kecil. Baiklah, aku harus pergi." ujar Taehyung sembari tersenyum.

Park Jimin balas tersenyum manis dan menggangguk lucu, "Hati-hati, calon menantu." kelakarnya. Taehyung sekali lagi terbahak sebelum akhirnya pergi dengan wajah sumringah.

Dan ketika Taehyung menghilang dibalik pintu, ekspresi Sang Rose berubah datar. Senyum manisnya seketika menghilang dan sorot tajam berbahayanya kembali. Matanya menatap lurus kearah perginya Taehyung.

Senyum iblis Sang Rose tersungging.

Selalu. Dia selalu tahu bagaimana harus memanipulasi keadaan agar menguntungkan. Cih, semua pria sama saja. Terlalu mudah dikendalikan.


Sementara itu, di lorong sepi sebuah rumah sakit besar keriuhan telah terjadi. Ketua Muda Min terlihat kacau dan wajah-wajah petinggi perusahaan yang berada disekitarnya juga tampak panik dan tegang.

"Ketua. Kita tidak punya pilihan lain, kondisi Ketua Besar harus dirahasiakan demi posisi anda. Jika tidak, orang-orang jahat akan memanfaatkan komanya beliau untuk menghianati anda. Kami tidak bisa membiarkan itu."

Min Yoongi terdiam. Dia bukannya tidak tahu, bahwa orang-orang ini berada di pihaknya karena kepentingan mereka juga. Jika tahta Min hancur, maka begitu pun mereka. Dalam hati, Yoongi tertawa sarkas.

"Tentu saja. Paman sekalian lebih pengalaman akan hal ini, tolong bimbing saya. Jika memang harus dirahasiakan, baiklah. Silahkan atur bagaimana yang terbaik."

Seorang pria gendut dengan jas mahal berseloroh, "Ketua, ini hanya usulan. Bagaimana jika, untuk pengawasan Ketua Besar anda meminta bantuan..." pria paruh baya itu tak lantas melanjutkan kata-katanya. Matanya menoleh kiri-kanan meminta dorong mental pada beberapa orang disekitarnya. Beberapa dari mereka terlihat mengangguk mantap.

Yoongi merasakan hal yang tak biasa, dan mungkin saja akan berbahaya.

"Sang Rose. Kabarnya dia memiliki sindikat pengawal bayangan dengan tingkat keamanan setara presiden. Bahkan mungkin lebih hebat dari itu. Mereka bekerja secara rahasia dan tak terdeteksi, kadang menyamar sebagai orang biasa disekitar kita. Penguasaan ilmu bela diri mereka tingkat tinggi dan kecerdikan yang luar biasa. Para hackernya juga ikut serta bekerja dibalik bayangan."

"Maksud anda, aku meminta Jimin; maksudku Rose agar melakukan pengawalan untuk ayah?" Yoongi terhenyak mendengarnya. Menggunakan jasa Rose sama saja dengan menjual nyawa pada iblis. Dia memang telah melakukannya, tapi jika soal ayahnya juga diserahkan pada Rose itu bisa saja bagai pisau bermata dua. Kondisi ayahnya menjadi akan menjadi rahasia dari siapapun, begitu pula kematiannya bisa saja diterbunuh oleh bayangannya sendiri.

Tidak. Biar bagaimana pun muaknya Yoongi terhadap ayahnya, kematian lelaki itu akan menjadi kiamat bagi ibunya yang tercinta.

"Aku akan memikirkannya." jawab Yoongi pada akhirnya. Orang-orang disana terlihat mengangguk paham. Lalu kemudian mereka pamit undur diri meninggalkan Yoongi yang kini memijit alis.

Tak jauh dari Yoongi berdiri, seorang gadis berkursi roda menatap pemuda itu prihatin.


"Baiklah, terima kasih. Aku akan menghubungimu lagi nanti."

Kim Taehyung sedang berada di atap sebuah rumah sakit besar yang tingginya puluhan lantai dia baru saja melakukan sebuah panggilan.

Setelah menuntaskan pembicaraan teleponnya, Taehyung mengembalikan ponselnya ke saku celana. Suara teriakan seorang gadis mengejutkannya. Dia celingukan mencari sumber suar, dan setelah menemukannya diam-diam Taehyung menyimak.

"ARRRRHHH! Kau memang tidak berguna Jungkook." suara teriakan itu lagi-lagi menggaung diiringi dengan tangis sesegukannya. Seorang gadis muda yang duduk dikuri roda. Ah, sepertinya sedang putus asa.

Berniat menggendap-ngendap pergi dari sana, Taehyung mulai melangkah. Tiba-tiba suara decitan nyaring terpaksa membuatnya menoleh. Taehyung terkejut bukan main. Adrenalinnya berpacu kuat. Gadis itu ternyata akan menjatuhkan diri dari atap.

"Sial!" desisnya.

Dengan kecepatan tinggi Taehyung berlari sekencang-kencangnya. Dia menggeram laksana singa, melompat bak cheetah, mencengkram erat sebuah kursi roda yang sudah nyaris oleng menumpahkan isinya.

Terlambat, si gadis ternyata telah melemparkan diri ke udara. Taehyung dengan gesitnya menangkap pergelangan si gadis yang terkejut luar biasa. Tak menyadari ada orang lain yang melihatnya. Wajahnya pias dan matanya membulat kaget. Posisi mereka saling menggenggam dengan si gadis yang bergelantungan dari ketinggian 40 lantai. Jika jatuh, tulangnya mungkin remuk hancur terburai.

Sementara itu, Taehyung berjuang mengerahkan seluruh tenaganya mengangkat naik gadis itu. Suara beratnya seperti mengaum, ototnya berkontraksi tegang. Menunjukkan betapa perkasanya pria ini. Setelah mengeram kuat sekali lagi, Taehyung berhasil mengangkat gadis itu keatas dengan satu kali sentakan dan memeluk erat pinggangnya yang ramping.

Si gadis balik memeluk. Rautnya pucat seakaan tak berdarah. Tubuhnya gemetar ketakutan.

Selama beberapa menit, mereka hanya saling memeluk dalam keheningan. Sesekali yang terdengar hanya desah nafas lelah si pemuda berbadan tegap. Pekatnya malam yang menyelimuti. Dan... salju pertama pun turun. Dingin mulai merambat, namun tubuh keduanya menghangat.


Tbc


A/N : Hallo, cutepark is back. Hiatus is died. Huahahahaha

Pendek aja dulu ya, yg penting kita jumpa kangen dulu. Sampai ketemu di chap selanjutnya. Boleh dong review nya.

Tapi btw, emang cerita ini ditunggu ya? Ngehehe