Senyum sang boss perusahaan berbasis IT itu hari ini terlihat berkali kali lipat lebih manis dari biasanya. Mungkin status sebagai pengantin baru pengaruhnya.

Tak diketahui pria tinggi bermarga Park itu, banyak sebagian dari karyawan perempuannya diam-diam menghela napas kecewa, merasa patah hati. Sebab harapan kecil mereka untuk dapat bersanding dengan pria tersebut kini sudah tak bersisa. Meski begitu melihat aura ceria sang boss tentunya memberi suasana positif di gedung berlantai 31 itu.

"Selamat pagi Pak."

"Selamat pagi sekretaris Jung."

Chanyeol membalas tak kalah ramah sekretarisnya yang sudah dua tahun ini menemaninya bekerja.

"Anda terlihat cerah sekali hari ini," Puji wanita bernama Jung Ara itu tulus memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Benarkah?" Chanyeol kembali mengulas senyum lantas duduk dikursi kebesarannya. Tak merasa risih dengan pujian dan sikap sekretarisnya karena Chanyeol sudah tahu bagaimana kepribadian salah satu bawahannya ini.

Yang Chanyeol rasakan wanita ini tak menunjukan tanda-tanda memendam perasaan lebih terhadapnya. Memuji dan memberi perhatian dilakukan seperti layaknya teman kerja.

Ara pun dapat Chanyeol andalkan untuk beberapa hal, baik itu soal pekerjaan atau bahkan untuk urusan pribadinya. Selain itu Chanyeol menyukai cara kerjanya yang sigap, cekatan namun penuh kehati-hatian.

"Apa saja jadwalku hari ini?"

"Akan ada beberapa pertemuan hari ini.

Pak. Tapi sebelumnya beberapa berkas menunggu untuk bapak tanda tangani. Pak wakil kepala sudah lebih dulu memeriksa dan memilah beberapa ajuan proposal selama dua minggu ini."

Chanyeol mengangguk melihat tumpukan file-file dimeja. "Ada berapa untuk jadwal pertemuannya?"

Ara kembali melihat layar gawainya untuk mengecek.

"Enam Pak, dimulai pukul sepuluh nanti."

Chanyeol menggaruk alisnya. Banyak juga pertemuan yang harus ia lakukan belum lagi dengan antrian file yang harus diperiksa. Awalnya ia masih ingin sedikit bersantai sambil berchating ria dengan sang isteri.

Tapi itu tak mungkin sepertinya mengingat Kyungsoo pastinya juga mulai disibukan dengan kerjaannya.

Aahhh tentang itu... menambah beban pikirannya saja.

Chanyeol menghela napas, mencoba mengabaikan perkara satu itu. Biarkanlah saja berjalan dulu. Mengepalkan tangan kanannya pria itu memopa semangat untuk memulai pekerjaannya satu persatu. Tak baik juga jika ia menunda-nunda.

Tetapi baru saja pemuda tinggi itu meraih salah satu berkas tak berapa lama iapun kembali menaruhnya.

"Sekretaris Jung?"

"Ya Pak?"

"Bisa kau tolong susun berkas-berkas ini sesuai tanggal. Aku ingin tanggal lama berada dipaling atas." Perintah Chanyeol.

"Baik Pak," Ara pun mengangguk dan memulai pekerjaannya.

Pada kenyataanya pemuda itu tetap tak dapat menahan diri.

Selagi sekretarisnya itu merapikan file Chanyeol merogoh ponselnya. Ibu jarinya menggulir layar ponselnya sesaat, lalu kemudian bergerak dilayar mengetik sesuatu.

'Baru masuk kerja, tapi pekerjaanku begitu banyak? aku tak mau hal ini terjadi denganmu, biar aku saja yang lelah.

Send

Tak lupa disertai foto tumpukan filenya yang menggunung.

Chanyeol beberapa detik menunggu dan tak lama ponselnya kembali bergetar. Didepan layar ponselnya laki-laki itu tersenyum.

Kamu sedang menggombal atau merayuku untuk resign ? Aku tidak mau ? lelah sedikit tak masalah, aku menikmatinya.

Ingat juga kesepakatan kita pak boss ?

Hmmm aku merasa tak yakin mengingat perdebatan kita tadi pagi ?

Kita lihat saja nanti ? ゚リハ

Aku tak sabar menunggu hari itu. Ada banyak benihku diperutmu semoga salah satunya berhasil membuahimu ?

Park bahasamu...

Ohooo mereka pasti sedang kerja keras.

Tentu saja lihat dulu calon daddynya? Semoga telurnya tidak bandel sepertimu

?ᅡᅠ

Dan... jika berhasil nanti kamu harus siap menuruti daftar ngidamku Park

Sebagai calon daddy yang baik aku akan mengabulkannya ?

Kamu benar-benar tak sabar melihat perutku membuncit ?

Ya... pasti menggemaskan ?

Nanti susah peluk ?ᅡᅠ

Chanyeol kini terkekeh. Ara yang tengah merapikan berkas pun diam-diam tersenyum. Ia sudah biasa melihat pemandangan itu, siapa lagi kalau bukan Kyungsoo penyebab Bossnya tersebut senyum-senyum tidak jelas. Bisa dibilang pasangan pengantin baru itu merupakan pasangan idola bagi Ara.

Sementara itu ditempat kerja Kyungsoo. Saat sedang asyik membalas pesan suaminya Kyungsoo dikejutkan oleh suara deheman dari bossnya. Dengan sigap wanita itu menaruh ponsel dan tersenyum ke arah lelaki yang mungkin umurnya tak jauh beda dengan ayahnya. Tuan Lee tersenyum sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Pengantin baru bagaimana kabarnya eoh?"

"Baik pak," Kyungsoo tersenyum malu-malu.

Hari pertama ia kembali bekerja setelah mengambil cuti menikah ia mendapat ucapan selamat juga tak luput disertai godaan teman-temannya hingga pipinya tak berhenti bersemu. Mungkin ini resiko pengantin baru. Dan sekarang bossnya dengan secara pribadi menyelamatinya kembali. Biasanya bossnya itu akan turun memantau anak buahnya menjelang siang.

"Pernikahanmu mendadak sekali, padahal aku ingin mengenalkanmu pada anakku."

"Eoh,"

Tentu Kyungsoo terkejut mendengarnya, Boss nya ini tidak seriuskan tapi melihat raut wajahnya Kyungsoo tak menemukan tanda-tanda beliau sedang bergurau.

"Bapak ini bicara apa," Kyungsoo tertawa garing.

"Serius, tadinya aku ingin menjadikanmu menantuku, tapi rupanya kau sudah punya calon yang super." Tanggap boss nya itu.

Kyungsoo bingung bagaimana menanggapi tapi akhirnya ia bersuara diikuti senyum cerianya "Bapak bisa mencari calon mantu yang lebih baik dari saya pak,"

"Ya..ya... dan pesta pernikahan mu tsk, aku benar-benar iri juga kecewa kenapa kau tidak memakai jasa kita eoh. Punya kitapun tak kalah bagus. Tapi aku juga kagum dengan WO satu itu."

Kyungsoo merasa bersalah kali ini tapi ini diluar kuasanya, semua pernikahan ini Chanyeol lah yang menyiapkan semua.

"Maaf untuk itu pak, sayapun sempat kaget karena suami saya sudah mempersiapkan semuanya dari dua bulan yang lalu."

Tuan lee mengangguk-angguk. "Baiklah, sekali lagi aku doakan semoga pernikahan kalian langgeng. Tapi kalau bisa kau jangan cepat hamil lebih dulu, aku akan repot menemukan pengganti sepertimu nanti."

"Bapak, mana bisa begitu..."

"Yaaa tentu setelah hamil nanti kau akan keluar bukan? mengingat pekerjaan suamimu kau hanya perlu diam di rumah, Kyungsoo."

"Saya menyukai pekerjaan saya ini pak, saya pun sekarang sedang membujuknya jika nanti saya hamil saya masih ingin tetap bekerja."

"Semoga usahamu berhasil. Tetapi ingat peran seorang wanita yang sudah menikah paling utama adalah melayani suami juga merawat anak-anaknya." Ucap Tuan Lee. Kyungsoo terhenyak meresapi perkataan boosnya itu.

"Omong-omong bisakah kau beritahu atau bujuk suamimu mu supaya bisa bekerja sama dengan perusahaan kita?"

"Eoh? Kerja sama yang seperti apa, pak. Kenapa tidak langsung bapak saja." Kyungsoo kembali membulatkan matanya, andai bosnya ini tahu bahwa tadi sebelum Kyungsoo berangkat suaminya sempat mengancam menutup perusahaan ini. Bagaimana reaksi bossnya itu jika tahu. Kyungsoo bergidik tentu suaminya itu hanya main-main kan?

"Disini ada isterinya kenapa aku tak ambil peluang itu." Jawab Tuan Lee.

"Bapak mengambil kesempatan."

Kyungsoo memicingkan matanya.

"Saat ada kesempatan maka kita harus mengambilnya cepat-cepat Kyungsoo. Oke nanti aku akan membuat jadwal bertemu dengannya." Tuan Lee tertawa dan hal itu membuat perasaan Kyungsoo membaik juga gusar?

"Baik pak,"

Usai kepergian tuan Lee di sebrang kubikelnya Kyungsoo melihat ke arah Luhan yang kini memasang wajah kepo. Kyungsoo hanya mengibaskan tangannya tanda tak penting saat makan siang nanti pasti sahabatnya itu akan mencecarinya pertanyaan.

Dan benar saja tiba jam makan siang dengan semangat Luhan menghampiri Kyungsoo dan menyeretnya ke kantin mencari makan.

"Dia masih bekerja padahal suaminya kaya."

"Kalau aku mending diam dirumah."

"Apa yang dilihat darinya,"

"Dia cuma beruntung."

Kalimat-kalimat itu mengusik telinga Kyungsoo, tak menghiraukan beberapa orang yang membicarakannya itu Kyungsoo menarik kursi kemudian duduk dan siap menyantap makan siangnya. Realita kehidupan, selalu saja ada orang-orang yang sibuk berkomentar dan terlalu mengurusi urusan orang lain.

"Aku ingin menjahit mulut mereka." Ujar Luhan berapi-api. "Mood ibu hamil benar-benar seram ya.."

"Yak... kau tidak ternggagu mendengarnya."

"Untuk apa? Chanyeol bilang, mereka cuma iri. Untuk apa memikirkan omongan mereka yang penting aku bahagia bersama Chanyeol."

Luhan mengedipkan matanya, meski begitu wanita hamil itu masih mengetatkan rahangnya. "Ya tapi sekali-kali harusnya dikasi peringatan." Timpal Luhan.

"Melawan orang-orang seperti mereka hanya tinggal menunjukan seberapa kita bahagia Lu, nanti juga mereka kepanasan sendiri." Kyungsoo tersenyum kelewat kalem. Luhan mengangguk, benar juga pikirnya.

"Boss tadi bicara apa?"

"Eumu itu dia membujukku untuk menawarkan kerja sama dengan perusaan Chanyeol."

"Dia bergerak cepat," Luhan terkekeh. "Yang mengejutkan lagi sebelum aku menikah ternyata dia berencana mengenalkan aku dengan anaknya."

"Apa,?"

"Ekspresi mu bisa biasa saja tidak," Kyungsoo menujuk wajah Luhan dengan sumpit.

"Aku kaget Soo-ya. Kau belum tau saja anak tuan Lee itu tampan, sexy dan gagah."

"Semua laki-laki yang kau lihat kau bilang begitu Lu," Kyungsoo memutar bola matanya malas. "Aku serius," Luhan berujar semangat.

"Aku sudah punya yang tak kalah tampan, SEXY dan jauh lebih GAGAH" jawab Kyungsoo menekan kata sexy dan gagah. Pipi wanita itu memerah, dan Luhan seketika terbahak. "Iya, iya yang sudah digagahi Tuan Park."

Gumpalan tissue mengenai lengan Luhan.

Lalu notifikasi yang masuk ke ponsel Kyungoo menengahi obrolan mereka. Pesan dari Chanyeol.

"Sudah makan siang?"

"Jangan makan junk food!"

Kyungsoo mengirim foto menu makan siangnya.

Suamiku juga jangan lupa makan ?

Kyungsoo senyum-senyum sendiri membaca percakapannya dengan Chanyeol.

"Habiskan makannya. Aku makan diluar bareng teman-teman,"

"Cewek cowok?"

"Tidak biasanya, mulai possesif eoh? ?"

"Cowok semua sayang ❤"

Ya sudah, makan yang lahap nde?

Nde...

harus sabar kecup2 online dulu ?ᅡᅠ

Nanti kecup offline dirumah ? ゚リト

Can't wait ? ゚リレ? ゚リレ?

Chanyeol tak menyadari jika ia menjadi pusat perhatian ketiga sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Suho, Hanbin juga kasper. Setelah dua minggu lebih terlewat mereka akhirnya bisa berkumpul bersama secara lengkap.

Hanbin dan Kasper kedua orang itu menyesap minuman dingin masing-masing sambil menatap Chanyeol yang asyik dengan ponselnya... saling melempar tatapan disertai alis terangkat heran Suho pun menyadari itu ikut-ikut mengalihkan perhatian dari sup ayam dimangkuknya beralih menatap Chanyeol.

Ketika chatnya dengan Kyungsoo selesai Chanyeol baru menyadari ketiga temannya itu tengah menatapnya. Laki-laki itu kemudian berdehem "Apa yang kalian lihat?" Katanya menaruh ponsel dan kembali menyantap makan siangnya.

"Kau sadar kau seperti anak remaja baru pacaran," Hanbin membuka suara.

"Syndrom pengantin baru Bin, seperti kau tidak pernah merasakannya saja." Sahut Suho kalem.

"Aku tidak lebay seperti dia." Hanbin mencibir.

"Seharusnya kau senang melihat teman senang." Chanyeol menimpali.

"Wajahmu membuatku ngeri."

"Sialan." Chanyeol mencomot daun selada dan melemparnya ke arah hanbin. Tetapi lelaki itu lebih gesit menghindari.

"Kau jangan buang-buang sayurnya Yeol, itu bagus buat kesuburan."

"Aku lihat kau tak makan sayur tapi anak mu sudah mau tiga." Suho berujar santai Chanyeol terkekeh.

"Itu karena isteriku terlalu sexy,"

"Dasar memang otakmu..." Chanyeol mencibir.

"Omong-omong kau sudah pakai kado dariku?"

"Yaa... aku sangat. Sangat. Berterimkasih." Ujar Chanyeol sarkas tapi tak ayal pemuda itu salah tingkah.

Hanbin tertawa memegangi perutnya "Kyungsoo pasti kewalahan."

"Jangan bilang kau benar-benar memberinya obat kuat Bin kau sungguh konyol."

"Entah, memang itu yang terlintas diotak ku hyung," Hanbin masih saja terkekeh.

"Tinggal tunggu hasil ya Yeol." Suho menggumam.

"Ya doakan saja hyung, supaya isteriku cepat juga berhenti kerja."

"Eumm... kau akan tahu rasanya nanti betapa bahagianya saat mendengar isterimu hamil Yeol. Apalagi setelah bayinya lahir, rasanya tak bisa dideskripskikan."

Hanbin mengangguk "Aku bahkan sampai menangis haru saat isteriku berhasil lahiran."

Chanyeol terdiam mendengar ucapan Suho dan hanbin ia jadi tak sabar menunggu moment itu. "Tapi aku sarankan untuk saat ini kau nikmati saja dulu waktu kalian berdua."

"Benar, kau akan tahu nanti betapa susahnya dapat waktu berduaan dengan isterimu."

"Yaaak kalian membuatku iri saja. Rasanya aku ingin menyusul kalian." Kali ini Kasper yang bersuara menengahi pembahasan yang sepertinya melupakan keberadaan dirinya tersebut.

Beberapa detik tiga pria itu terdiam lalu Chanyeol dan Hanbin terkekeh melihat ekspresi memelas Kasper.

"Kalau begitu cepat nikahi Soohee." Usul Suho, selain umur Suho yang memang lebih tua diantara mereka berempat dilihat dari raut pria tersebut pun memang dia yang terlihat lebih dewasa dan bijak. Hanbin cenderung dengan wajah gangsternya, kasper dengan wajah playboynya sementara Chanyeol biarlah kalian yang menilai sendiri.

"Iya jangan cuma ngomong tapi harus action." -Chanyeol.

"Apa menikah itu enak?" Tanya Kasper lesu.

"Kau tidak lihat ekspressi orang baru menikah?" -hanbin menunjuk Chanyeol dengan tatapannya. Dan Chanyeol otomatis tersenyum lebar. "Sangat nikmat," katanya.

Suho dan hanbin tertawa mendengarnya.

"Tapi aku belum siap jika harus direpotkan soal wanita arghhh ini membuatku pusing."

"Tanya hatimu sendiri apa kau benar-benar mencintai Soohee, sudah saatnya kau serius. Jangan terlalu lama membuatnya menunggu. Kalau dia sudah siap kenapa tidak? Wanita itu butuh kepastian." Suho menasehati dan Chanyeol membenarkan.

"Iya yang ada dia bosan menunggumu lalu pergi, perfect." Hanbin bersuara.

"Mulutmu bin minta dikuncir." Seloroh Kasper kesal. Suho dan Chanyeol tertawa melihat aksi dua orang yang kadang tak pernah akur itu.

Gerimis membuat cuaca lebih dingin juga gelap sore itu. Tapi senyum cerah Kyungsoo mampu membuat suasana hati Chanyeol membaik. Rasa penatnya pun menguap begitu saja.

Chanyeol menjemput Kyungsoo tepat waktu. Pemuda itu jalan setengah berlari, tangannya membawa payung yang melindunginya. Ia tersenyum saat melihat wajah malu-malu isterinya yang mungkin sepertinya terkena godaan Luhan. Karena Chanyeol melihat gesture wanita hamil itupun melihat kearahnya.

"Hallo Luhan," Chanyeol menyapa setelah menyampingkan payungnya. Seperti magnet Kyungsoo langsung mendekat dan Chanyeol merengkuh pinggang isterinya itu mesra.

"Hai Chan, duh kalian benar-benar. Aku gemas lihatnya."

"Memangnya kami bayi," timpal Kyungsoo. Luhan mendesis "Haishhh, ya sudah ayok pulang takut hujannya makin besar"

"Lu kau yakin tidak mau itu.." Kyungsoo mengkode melirik pipi Chanyeol pada Luhan. Teringat keinginan Luhan menyentuh dimple Chanyeol.

"Mau apa sayang," disini Chanyeol sedikit bingung juga penasaran melihat gelagat istrinya.

"Itu Luhan ngidam menyentuh dimple mu Chan, ngidamnya benar-benar aneh."

"Kau bicara apa Soo-ya," Luhan merasa tak enak juga malu terhadap Chanyeol.

"O Benarkah? Tak masalah, aku tidak keberatan ini untuk bayimu. Diapun mengijinkan." Chanyeol menepuk-nepuk kepala Kyungsoo pelan, Kyungsoo mendelik lalu Chanyeol sengaja tersenyum membuat lesung pipinya semakin terlihat.

"Tunggu apa lagi Lu, mumpung aku sedang baik,"

Dan Luhan pun tak lama menjulurkan telunjuknya menyentuh cekungan kecil dipipi Chanyeol. "Semoga nanti anakku punya lesung pipi juga hihi," wanita hamil itu terlihat senang dan tanpa sadar mencubit pipi Chanyeol gemas.

"Yaakkk sudah jangan lama-lama," Dengan cepat Kyungsoo menurunkan tangan Luhan.

"Park sudah senyumnya ishh."

Dan tingkah Kyungsoo justru membuat seringai Chanyeol semakin lebar.

Fin

Maaf telah menunggu lama :" semoga ini bisa menghibur kalian yang mungkin bosan stay dirumah. Stay safe ya kalian, semoga keadaan lekas membaik aamiin. Hope u enjoy this and dont forget to vote and write some word please ? thank u ?