CHAERI ZHANG PRESENT!

A SEKAI / HUNKAI FICTION

GENDER SWITCH FOR JONGIN

LEMON SCENE

NOT FOR CHILDREN U-18

-AFTERMATH-

Gelegak gelegak suara pendar cahaya diatas langit yang mulai menyebar warna mengabu, siap menumpahkan ribuan partikel air, seolah menjadi simbol perasaan Chenle yang teraduk, air mata yang mengelayut di kelopak mata Chenle, seperti menghianati Manik Chenle tak hentinya memandang penuh binar sesosok laki-laki yang mengaku sebagai Ayahnya.

"Anyeong, Chenle, ini Baba"

Sehun masih berusaha memasang senyum terhangatnya, menunggu reaksi Chenle atas pengakuan dirinya sebagai ayah si sakit. Cebikan bibir Chenle semakin membuat Sehun merasa bersalah, bayinya pasti kaget, tidak siap menerima Sehun masuk ke dalam lingkaran waktu, masa depan miliknya.

"Huwaaaa... Baba.. Huwaaa.. Chenle.. punya.. Huwaa.. Baba.."

Tangisan Chenle mau tidak mau membuat Sehun langsung menariknya dalam dekapan. Bersyukur ternyata bukan penolakan yang ia dapat. Sehun takut, pengakuannya Chenle bisa mengakibatkan anaknya anfal, meskipun Doyoung memastikan Chenle hari ini dalam kondisi terbaiknya sebelum operasi besar yang akan menetukan hidup dan mati Chenle, dilakukan dua hari lagi.

"Nah, Chenle sayang.. kan sekarang sudah ada Baba, dokter Youngie bilang, Chenle harus banyak istirahat ya"

"Baba mau kemana memang?"

"Baba mau bekerja lagi" jawab Sehun seraya memamerkan Snelli (jas praktek dokter) pada sang anak.

"Baba Chenle Dokter? Chenle juga mau jadi Dokter nanti kalau sudah sembuh, seperti Baba"

Sehun tersenyum, lalu mengusak sayang surai Chenle, setelah mengecup puncak kepala Chenle sayang.

"Baba.. ibu kemana? dari kemarin Chenle hanya di temani suster sama dokter Doyoung"

Sehun menelan senyum pahit, belum saatnya Chenle tahu, bahwa ibunya tidak akan pernah kembali lagi di kehidupan mereka, Chenle punya seorang wanita yang harus ia panggil Mama, bukan Irene, tapi Kim Jongin.

"Ba.."

" Ibu kembali ke China nak, orang tua Ibu sakit, jadi Chenle disini bersama Baba, tak apa kan? Chenle konsentrasi saja ya untuk kesembuhan Chenle"

Chenle mengangguk lemah, yah dia harus sembuh, demi bersatunya kembali kedua orang tuanya.

-AFTERMATH-

Perputaran waktu dan nasib, tidak selalu dengan apa yang diharapkan, kehidupan yang tidak selalu sinkron dengan harapan, permainan takdir yang dibubuhi kekuasaan dan sedikit uang, pun kesombongan manusia hanya karena terlahir dari keluarga yang berada, entah karena memiliki harta berupa lembaran uang dengan nominal lebih dari dua belas angka. Tidak selalu menjamin apa yang manusia gariskan, akan sempurna, seperti si rencana, tetap tangan Tuhan yang akhirnya menentukan, memutuskan dan memberi peradilan akan hasil akhir.

Seperti Park Chanyeol, lelaki angkuh yang kini sedang menghakimi seorang Oh Sehun, atas nama Tuhan yang tak adil, hanya karena pernah meloloskan si tersangka pada tes mendapatkan beasiswa Park Suho Foundation, membantunya meraih gelar tinggi dan karier gemilang, karena Chanyeol hanya ingin dibantu sekali saja oleh psikolog brilian di hadapannya ini. Membujuk dan mengajuk Kim Jongin untuk kembali menerima seorang Park Chanyeol meskipun ada ikatan darah kental yang mengalir sama pada nadi-nadinya.

Pamrih Chanyeol yang menurut si pemberi dibalas air tuba oleh si penerima.

Chanyeol semakin muak pada Sehun, hanya karena lelaki itu telah mendapatkan sang pujaan dalam genggaman, terlebih lagi Jonginnya telah membawa nyawa manusia kemana-mana, hasil jerih payah sumbangan benih Oh Sehun tentunya.

"Kau telah melanggar kesepakatan kita, Sehun"

"Ya, Hyung"

Tangan Chanyeol yang sudah terkepal sedari tadi, langsung meluncur di pipi Sehun, melayangkan puluhan pukulan amarah tanpa pembalasan dari si pesakitan. Sehun tau, ia bersalah, melanggar kontrak, namun hatinya telah jatuh, dan apapun akan ia korbankan untuk mendapat hak atas gadisnya, istrinya, ibu dari anak-anaknya.

"Kenapa diam Oh? Ayo lawan aku"

Chanyeol menarik kerah si submisif kasar, kesal karena tidak ada perlawanan berarti, seolah memang ia ditakdirkan untuk menahan perih, sakit, penuh kepasrahan. Chanyeol hancur, bagaimanapun juga setelah P.O menjauh darinya, Oh Sehun yang mengantikan peran sebagai adik manis yang Chanyeol rindukan. Chanyeol terhianati lagi.

"Aku tidak akan melawan kakak iparku sendiri Hyung, aku yang hanya si tunggal ini, sudah terlampau bahagia mempunyai dua Hyung atas asas pernikahan, aku tidak mau kehilangan saudara lagi"

"Persetan! Saudara tidak akan menghianati yang tertua, janji tak akan teringkari"

"Maafkan Hyung, dia terlalu rapuh untuk tidak ku rengkuh, kau tahu Hyung, ia terbuang, ibunya tidak menginginkan dia, sementara Kau? Kau malah berhenti berjuang, tidak mempertahankannya, tidak berusaha mengajuk kedefensifan hatinya yang terluka, dan malah mengumpankan aku, si pesakitan yang sama, kesamaan kami, mungkin menjadi pemantik akan perasaan asing bernama cinta"

Chanyeol menarik nafas lebih panjang, mencoba mengagungkan logika untuk membawanya ke pintu kesadaran, memukuli Sehun pun percuma, ia adalah awal dari semua ini, biang dari takdir yang ia goreskan sendiri, terlepas dari kenyataan bahwa darah lebih kental daripada air, bahwa Jongin mempunyai darah Park Yifan yang mengalir di dalam tubuh gadis itu.

Seandainya!

Seandainya Chanyeol lebih defensif pada kemauan Yifan, lebih Protektif pada kerapuhan Jongin, dan tidak menjadi seorang yang obsesif akan harta yang akan berkurang, mungkin.. kini Jongin berada dalam pelukannya.

"Jika kau membuat Jonginku menangis, jangan harap hidupmu akan tenang, aku melepas, tapi bukan berarti tak mengawas"

Putus Chanyeol, mungkin ia memang kalut, keputusan dan kerelaan seperti ini bukan yang terbaik, tapi bisa apa? Ketika senyuman yang seharusnya ia rekahkan di bibir Jongin, justeru kini Sehunlah alasan Jongin ceria, alasan dimana seharusnya adalah Chanyeol, bukan lelaki lain.

"Hyung.. Hyu-"

"Pergilah, pangil Ten untuk membereskan ruanganku, dan temui Yuta agar lukamu segera diurus"

"Chanyeol Hyung.. terima kasih"

Sehun tak mau berlama-lama lagi, setelah memberi salam, ia segera keluar ruangan Chanyeol, menyisakan sang CEO yang entah karena alasan apa, bernafas lega, seolah beban pergi dari kehidupannya. Tapi tak dipungkiri juga bahwa ia mulai kalut, melepas bukan berarti hati iklas, hanya beban yang hilang mengetahui sang pujaan berada di tangan yang tepat, Ah! Baekhyun sedang apa ya di ruangan sebelah? Kekalutan akan keputusan Chanyeol tadi, hanya akan segera hilang dengan mendesah. Jemari Chanyeol segera mendial interkom, meyambungkan dengan sang isteri.

"Hallo Byun.. sibuk atau tidak, tolonglah.. aku butuh makan siangku"

-AFTERMATH-

Kicauan burung liar di pagi hari membuat Baekhyun membuka mata malas, huh! Badannya masih terasa remuk, Chanyeol terus-terusan meminta pelayanan setelah quickie noon mereka di kantor kemarin. Entah mengapa suami bongsornya itu jadi lebih maniak, meskipun memang setiap malam Chanyeol selalu bertanam benih dengan Baekhyun.

Atensi Baekhyun beralih pada sosok di sampingnya, Chanyeol memang sempurna, wajah dengan potongan rahang tegas, hidung mancung, tinggi badan diatas rata-rata dan mata bulat yang berbinar, membuat siapapun tak mungkin tak jatuh cinta pada sosok aristrokrat keturunan Park.

"Sudah puas memandangiku, Nyonya Muda Park yang terhormat?"

Baekhyun melempar bantal yang sedari tadi menutupi ketelanjangan dadanya, dua pasang anak manusia yang terus menerus mengatakan bahwa hubungan mereka murni karena ikatan bisnis, selalu membiarkan kepolosan tubuh yang hanya terbalut selimut, selesai melakukan ritual malam mereka.

"Byun.."

alih-alih mengaduh karena kepalanya terpukul bantal, Chanyeol sudah merubah atensinya pada dua gundukan sintal Baekhyun yang tidak terhalang apapun.

"Apa Park"

Tak perlu menunggu jawaban, Chanyeol segera menarik si mungil dalam dekapan, lalu menyusupkan little Park diantara celah manis Baekhyun, Baekhyun mendesah pasrah, namun kumpulan mual dasyat menyerang ulu hatinya, melepas tautan di bawah, Baekhyun segera berlari ke kamar mandi, disusul Chanyeol yang tak peduli dengan ketelanjangan mereka.

"Huk.. huek.. hueek.."

Pijatan Chanyeol di tengkuk Baekhyun, semakin membawa mual yang lebih parah. Setelah puas memuntahkan isi perutnya, Baekhyun segera mengobrak-abrik isi kotak obat, menemukan alat tes kehamilan pribadi. Kemudian mengetes urinenya sendiri dengan Chanyeol yang terduduk di kloset, hanya menjadi penonton.

Satu, dua, tiga... Sepuluh. Detik berlalu.

Baekhyun mengangkat alat pendeteksi kehamilannya, pekikan bahagia langsung menggema.

"PARK! PEWARIS PERTAMA KITA! ON THE WAY!"

-AFTERMATH-

pendek aja ya hehehe.. soalnya lagi ngejar Papi Prof di story sebelah yang bakalan tamat dalam waktu dekat hehehe...

.

oh iya, aku niat pindah lapak ke watpadd, anyone deal with that?

.

lastly, kutunggu kencan kita dikotak review, SeKai-nim Shipperdeul..

saranghaee