"Chanyeol, aku rindu" – BBH

"Jangan rindu, berat. Kau tak kan kuat, biar aku saja" – PCY

Benar kata Chanyeol, rindu itu berat tapi entah kenapa aku suka merindukan Chanyeol.

1st of january

.

[25 January 2018]

Baekchanuary

Prologue

Dinia ini memang kadang terasa aneh, ketika cinta berbeda alam saja dianggap biasa kenapa cinta sesama jenis dianggap tabu? Untungnya hubunganku tidak dilarang oleh orang-orang disekitarku walaupun banyak rintangan yang harus kami hadapi dalam menjalani hubungan sampai ketahap ini. Aku memandangi dedaunan berjatuhan didepan mataku, daun-daun kering yang sudah tanggal dari pohon nya tertup pelan oleh angin.

Rasanya telah berlalu banyak hal hingga aku sampai pada saat ini, aku bahkan tidak pernah membayangkan akan jadi seperti ini. Ini bukanlah akhir sebenarnya, bagaimana aku Byun Baekhyun yang terlahir dari keluarga berkecukupan jatuh cinta pada seorang lelaki kusut, mencintainya dalam diam asal dia tetap berada disisiku, aku bahkan pernah mencoba untuk melepaskan nya tapi malah berakhir dengan aku kembali jatuh dalam pelukan nya. Kemudian aku merasakan sebuah lengan melingkari perutku diikuti sebuah dagu bertumpu di bahu kananku.

"Menikmati musim gugur?"

Suara beratnya membelai telingaku membuat mataku terpejam menikmatinya, dia yang berada dibelakangku, dia yang tengah memelukku, dia yang sedang mengendusi aroma tubuhku adalah mantan sahabatku yang kini menjadi suamiku. Park Chanyeol.

"Chan~"

"Hng?" Dia hanya bergumam ditelingaku dengan nafas beratnya membuat wajahku terasa merah seketika, aku menggenggam tangan nya yang melingkar di perutku mengusapnya sensual, kemudian memalingkan wajah kesamping untuk menjemput bibir tebal yang selalu kurindukan setiap saat.

Chanyeol tersenyum disela ciuman nya, membalik tubuhku dengan pelan membawa kami dalam sebuah ciuman yang lebih dalam, saling membagi kehangatan mengalungkan tangan pada tubuh masing-masing. Ciuman ini bukan ciuman yang pertama tapi debaran nya masih sama, rasanya masih sama. Manis seperti biasanya, masih seperti pertama kali kami berciuman dulu.

"Kenapa?" Chanyeol membuka pembicaraan lebih dulu setelah mengatur nafas kami yang sama-sama memburu barusan, tangan nya masih melingkari pinggangku begitupun tanganku masih mengalungi lehernya. Manik kami bertabrakan kembali menghasilkan rona merah di pipiku

"Hanya rindu," Chanyeol tersenyum mendengar penuturanku kemudian kembali memelukku mengusap pelan punggungku seakan mengatakan 'Tenaglah sayang, aku disini'.

e)(o

Rindu

Satu kata yang membuatku selalu terpikir Park Chanyeol sahabatku, katakana aku gila karna aku bahkan merindukan dia yang berada tepat didepan hidungku. Chanyeol itu anak baik sebenarnya, alasan nya menjadi berandalan sekolah adalah agar kami tidak ditindas oleh anak-anak orang kaya yang bersekolah disini. Kantor polisi? Sudah sering kali Chanyeol mendatanginya dengan alasan perkelahian atau tawuran tapi si Park ini tak pernah jera sama sekali dengan semua itu.

Sebenarnya siapa yang akan menyukai berandalan miskin seperti Park Chanyeol, bahkan bajunya selalu kusam ke sekolah. Dia sangat jauh dari kata rapi, rambut yang tak pernah tertata dengan baik selalu saja kusut seperti orang bangun tidur, baju keluar dengan kaos dibagian dalam nya kemudian tatto seperti sepasang sayap yang menghiasi tengkuknya. Sangat-sangat berandalan, walau begitu Chanyeol sama sekali tidak merokok seperti teman-teman nya yang lain. Aku sangat tau itu, karna aku adalah orang yang melarangnya menghisap benda mematikan itu.

Kalau diusung dari manapun sebenarnya tak aka nada yang menyangka Chanyeol akan menjadi suamiku sekarang, Chanyeol si berandalan itu sebenarnya punya hati yang hangat dan pribadi yang ceria. Tapi semua orang memiliki alasan untuk memilih diam daripada banyak bicara, dan itulah Chanyeol dia lebih memilih diam dan hanya akan melawan jika dia diganggu—ralat, maksudku jika tema-teman nya diganggu.

Chanyeol sudah bersahabat denganku sejak SMP, kami berada di kelas yang sama saat itu walau begitu kami tak saling mengenal apalagi jadi sahabat, tidak sama sekali. Dia itu terlalu cuek dengan semua yang ada disekelilingnya juga penampilan nya yang tak jauh berbeda dengan sekarang hanya tatto nya saja yang belum ada saat itu. Baju, kaos didalam, rambut dan aroma khas lelakinya masih sama. Sementara aku adalah anak yang rapi, yang selalu diantar jemput kesekolah degan sekotak bekal yang selalu disediakan oleh ibuku.

Pada pertemuan pertamaku dengan nya aku malah dikagetkan dengan umpatan seorang bocah sekolah dasar yang datang menunjuk wajahku disertai amarah berapi-api. Sebenarnya bukan pertemuan pertama, kami sering bertemu hanya saja tak pernah saling sapa ataupun bicara, hanya saling kenal bahwa dia Chanyeol dan aku Baekhyun.

"Chanyeol Oppa! Apa-apaan kau? Mau selingkuh dariku?"

Aku kaget mendengar ucapan gadis tersebut, padahal tadinya Chanyeol hanya membantuku menyusun kursi dan meja yang tak beraturan karna kami berada pada hari piket yang sama, Chanyeol hanya menatap datar kearah bocah tadi kemudian berucap tak kalah datarnya.

"Buat apa aku selingkuh?"

"Pokoknya Chanyeol Oppa tidak boleh dekat-dekat dengan noona itu"

"Kenapa? Bukan kah dia laki-laki? Kenapa kau memanggilnya noona," Chanyeol menatapku sementara aku cepat-cepat memalingkan wajah karna ketahuan sengaja mendengarkan pembicaraan orang lain, wajahku terasa panas entah kenapa mungkin karna aku marah bocah itu barusan memanggilku noona padahal jelas sekali seragamku dan Chanyeol itu sama-sama mengenakan celana.

"Dia laki-laki? Yang benar saja!?" Pekik bocah tadi setengah kaget

"Berhenti berteriak Sohyun-ah, kau tidak lihat ya seragamnya sama denganku?"

Bocah bernama Sohyun tadi memandangku dari ujung kaki sampai ujung rambut kemudian menggangguk kegirangan, aku bukan nya tidak suka padanya hanya saja aku tak suka sikapnya yang mengatakan seolah-olah Chanyeol adalah kekasihnya. Ayolah dia terlalu dini untuk mengenal hal seperti 'kekasih' bahkan aku belum memiliki kekasih.

"Sekarang kita pulang, aku tidak mau kau dimarahi oleh ibumu karna menungguiku"

"Tapi siapa nama noo— maksud ku Oppa itu?"

"Kau bisa tanyakan sendiri padanya"

"Um, Oppa yang menghapus papan tulis. Boleh aku tahu namamu?" Bohong jika aku bilang Sohyun itu tidak manis dan menggemaskan, aku menoleh padanya menampilkan senyuman seramah mungkin agar dia tidak takut padaku dan juga aku ingin memberikan kesan yang baik di pertemuanku dengan Chanyeol.

"Hai Sohyun-ah, aku Byun Baekhyun"

"Baekhyun oppa cantik, jadi aku pikir tadi itu oppa wanita makanya aku cemburu"

"Huh?"

"Kami duluan"

Chanyeol menggam tangan kecil Sohyun keluar kelas, dia tampak begitu perhatian dengan kekasih mungilnya bahkan membawakan tas Sohyun yang mana membuat anak itu hanya membawa berat badan nya saja ketika pulang, kemudian dari kejauhan ini aku melihat Chanyeol membungkuk ketika Sohyun terjatuh, dia menggendong anak itu dengan tas Sohyun didepan dadanya. Saat itu, entahlah aku merasa iri pada Sohyun tapi aku masih terlalu kecil untuk menyadari bahwa rasa itu adalah cemburu, seperti yang dikatakan Sohyun.

Sebenarnya sampai kami SMA aku dan Chanyeol masih bersahabat seperti biasa, walau jauh sebelum ini aku menyimpan perasaan lebih dari sahabat padanya hanya saja aku tidak tahu entah dia tidak peka atau tidak peduli, sikapnya selalu sama padaku dingin dan hangat secara bersamaan, aku sangat sulit untuk bisa mengerti Chanyeol jika biasanya aku akan dengan mudah mengenal seseorang berbeda dengan Chanyeol yang sangat sulit untuk dipahami, dia itu bisa dikatakan lelaki pemberi harapan palsu, dia terlalu baik dengan semua orang dan aku tidak suka itu.

Seperti memberikan pekerjaan rumahnya secara cuma-cuma pada gadis-gadis dikelas kami atau membantu mereka piket kelas walau iutu bukan jadwalnya, Chanyeol sukses membuat banyak gadis jatuh hati padanya tapi jangan sesekali membuat Chanyeol tahu akan perasaanmu karna dia akan berubah seketika tahu orang tersebut menyimpan perasaan padanya, dia menjadi tak peduli dan dingin. Saat itu kami berada dikelas paling atas SMP ketika seorang gadis cantik bernama Nayeon menyatakan perasaan padanya melalui sekotak coklat, ketika kami berada dalam kelompok yang dijam pelajaran Matematika dia mendorong sekotak coklat kearah Chanyeol dengan senyuman manis berbumbui rona merah dipipinya.

Chanyeol memang selalu baik pada semua orang dan itu membuat orang-orang salah paham dengan kebaikan ya— termasuk aku. Selama ini Chanyeol selalu bersikap baik pada Nayeon, dia membantu membenarkan rantai sepeda anak itu saat rusak, memberikan nya contekan ketika ada tugas, atau bahkan mengajarinya olahraga yang sulit di jam olahraga. Tapi ingatlah bahwa Chanyeol tak hanya melakukan itu pada Nayeon melainkan pada semua orang yang ada didekatnya. Dia itu terlalu baik, bahkan aku sendiri kadang salah paham dengan sikapnya, seperti di hari ketika Nayeon menyatakan perasaan nya pada Chanyeol, gadis itu memanggil Chanyeol dengan cicitan malu.

"Chanyeol?"

"Ya?"

"Aku dengar kau sedang tak memiliki kekasih"

"Lalu?"

"Boleh aku menjadi kekasihmu?"

"Aku memang tak pernah memiliki kekasih dan tak ingin memiliki kekasih apalagi yang sepertimu"

Kata-kata Chanyeol barusan sebenarnya tak hanya terasa menyakitkan bagi Nayeon tapi secara tak langsung juga menyakitiku, gadis itu terlihat seperti orang bodoh karna malu padaku sebagai satu-satunya orang lain dalam kelompok kami selain dia dan Chanyeol, dia Nampak ingin mengambil coklat yang tadi di berikan nya namun keduluan Chanyeol yang membuka kotak coklat itu menyuapinya kedalam mulutku. Sedikit banyak aku terkejut tapi tetap membuka mulutku ketika coklat itu masuk dalam mulutku. Nayeon tampak menahan air matanya membuatku merasa iba padanya tapi aku bisa apa? Aku tak akan bisa membujuknya lagipula aku tak mau melakukan itu yang jelas akan membuat Chanyeol marah padaku.

"Ku-pikir, selama ini kebaikanmu padaku karna kau menyukai ku Chanyeol. Kau selalu memberikan apa yang aku minta, tugas, membantuku piket kelas, membantuku ini dan itu. Maaf—" suaranya tercekat karna menelan tangis, sungguh aku tak tega melihatnya. Aku hanya memalingkan wajahku kelain arah asal jangan ke wajah Nayeon karna aku kasihan melihatnya menangis seperti itu. Aku memahami perasaan nya, dia pasti terluka karna ppenolakan Chanyeol "—Maaf karna aku salah menilai sikapmu padaku, maaf sudah membuatmu tak nyaman dengan ini, tapi kumohon jangan menjauhiku Chanyeol"

"Hng," Seperti biasanya ketika mood nya sedang buruk Chanyeol hanya akan bergumam menjawab semua pernyataan panjang lebar dari Nayeon, gadis itu tak lagi menahan tangisnya dengan cepat mengubur wajahnya dibalik lipatan tangan yang bertumpu pada meja, sementara Chanyeol dia meremas tanganku yang sedari tadi digenggamnya. Dia marah, aku tahu Chanyeol tak pernah bisa melihat orang lain menangis terutama jika itu wanita.

Itulah alasanku masih menyimpan perasaanku padanya sampai sekarang, aku hanya tak mau mengganggu nya dengan semua itu. Seperti sekarang dia tengah menyumbat sebelah telinganya dengan earphone memejamkan mata, kami berada di atap sekolah seusai sejak jam istirahat dan belum masuk kelas sampai saat ini. Sebenarnya Chanyeol sudah memintaku untuk masuk kelas hanya saja aku tidak menurut dan masih menungguinya disini, duduk disebelahnya dengan tenang sampai aku merasa bosan kemudian memanggilnya.

"Chanyeol?" Aku memanggilnya dengan sedikit keras

"Hng?" Dia hanya bergumam dengan mata terpejam disebelahku

"Tidak masuk kelas lagi?"

"Iya, kalau mau masuk duluan saja"

"Tidak mau, lagian sebentar lagi Jongdae dan Jongin kesini kan?"

"Jadi benar kau mau ikut?"

"Hu'um"

"Kenapa begitu tertarik?"

"Karna aku ingin tahu seperti apa Chanyeol jika berkelahi"

Chanyeol membuka earphone yang sedari tadi menyumbat telinganya memandangku dengan tatapan yang tak dapat ku artikan sama sekali, sudah kubilang bukan kalau aku sulit memahami Park Chanyeol? Sungguh sebenarnya aku canggung dan salah tingkah ketika ditatap seperti ini, rasanya wajahku terbakar ketika terlalu lama menatap manik bulat Chanyeol terutama dalam jarak sedekat in, aku berdehem untuk menghilangkan kecanggunganku.

"Ekhem, umm itu—"

"Apa?"

"Aku hanya, uh apa aku akan merepotkan Chanyeol?"

"Tentu, kau kan tidak bisa berkelahi"

"Kalau begitu aku tidak jadi ikut saja," Putusku dengan berat hati

"Lalu kau akan masuk kelas?"

"Tidak juga, mungkin tidur diperpustakaan bukan ide yang buruk"

"Dan berakhir dengan diperkosa preman dilorong perpustakaan?" Perkataan Chanyeol itu frontal sekali sampai aku rasanya ingin memukul mulut bebalnya itu tapi yang bisa kulakukan hanyalah menunduk diam menahan tangis, aku tak tahu kenapa emosiku mudah sekali berubah jika itu bersangkutan dengan Park Chanyeol, dia selalu saja memporak porandakan hatiku bahkan hanya dengan kata-katanya.

"Hei kenapa menangis?" Chanyeol mengangkat daguku memandangi mataku yang sudah dialiri oleh air mata yang aku sendiri tak tahu pasti penyebabnya, mungkin karna aku tidak diizinkan pergi bersama Chanyeol?, mungkin karna takut ketahuan bolos sendirian?, mungkin juga karna perkataan frontal Chanyeol barusan? Yang pasti aku menangis karna Chanyeol hanya saja aku tak sanggup mengutarakan nya pada Chanyeol, aku tak berani sama sekali dan memilih untuk memalingkan wajahku menghindari tatapan nya.

"Maafkan aku Baekhyun, aku tidak bermaksud membuatmu sedih," Chanyeol berucap penuh penyesalan, tanganku mulai merambati tubuhnya dengan pelan menjangkau leher Chanyeol untuk menenggalamkan tangisanku didalam pelukan si jangkung kesayanganku, Chanyeol hanya mengusap punggungku dengan pelan memalingkan wajahnya kesamping untuk memberikan ciuman-ciuaman kecil dileher dan belakang kepalaku sebagai penenang.

Apa kalian berpikir ini seperti kekasih? Inilah yang kusebut Park Chanyeol si pemberi harapan palsu, dia memberikanku ciuman, pelukan dan kehangatan dalam sekejap tapi tak pernah mengatakan satu kata yang telingaku begitu inginkan 'Aku mencintaimu' hanya dengan mengatakan itu mungkin aku akan kejang-kejang atau pingsan. Bagaimana caranya aku megatakan pada Chanyeol bahwa aku mencintainya sementara hatiku dilanda ketakutan dia akan menjauhiku seperti yang dia lakukan pada para wanita-wanita yang menyatakan perasaan padanya terlebih aku adalah seorang laki-laki. Dia akan menganggapku tidak normal—maksudku Chanyeol sebenarnya sudah mengetahui orientasi seksual ku tapi dia tidak pernah terganggu dengan itu.

Aku masih ingat pertama kali aku melepas ciumanku pada seorang lelaki tinggi dengan telinga lebar yang selalu membuatku bergairah mendengar suara beratnya. Ketika memasuki SMA kami menjalani masa orientasi sekolah seperti yang dilakukan setiap tahun tapi hari itu Chanyeol bilang dia memiliki janji untuk berkelahi dengan anak sekolah sebelah dan melarangku untuk ikut dengannya, akhirnya hari itu aku menjalani masa orientasi sendirian.

Hari itu berakhir dengan buruk, aku menangis karna beberapa seniorku melecehkan ku secara fisik. Awalnya aku tidak tahu kenapa mereka berdua membawaku kelorong gelap di ujung sekolah. Aku tak terlalu ambil pusing karna mereka adalah kakak senior dan anggota OSIS yang biasanya merupakan anak baik dan teladan dari sekolah, kupikir mereka akan menyuruhku melakukan sesuatu atau menemui guru tapi yang ada mereka memojokkan ku kesudut ruangan dengan salah satu diantara mereka mulai mengendusi leherku, aku menangis, meronta dan berteriak tapi mereka tak menghentikan aksinya.

"Le-passhh hiks—"

Aku menangis,

Aku memikirkan Chanyeol,

Aku tak tahu akan jadi bagaiman aku setelah ini,

Apa dia tidak akan menganggapku murahan setelah ini,

Ini sama sekali bukan keinginanku,

Aku dipaksa!

"Chan-yeol— hiks" isak ku terputus-putus

Mereka masih mencengkam tubuhku dengan kuat, salah satu diantara mereka bahkan mulai meremas kepunyaanku dibalik celana, aku frustasi sampai rasanya ingin mati saja. Ini adalah pengalaman paling buruk dalam hidupku sampai tanganku terasa lepas, kupikir tubuhku sudah mati rasa sampai tak bisa lagi merasakan perlakuan mereka padaku. Mataku masih setia terpejam dengan air mata yang masih mengalir deras, aku berakhir. Kupikir setelah ini hidupku akan hancur sepenuhnya karna pelecehan ini tapi ketika telingaku mendengar ringisan seseorang dengan pelan aku membuka mataku.

Hal pertama yang aku lihat adalah Chanyeol yang dengan beringas memukuli salah satu dari mereka, duduk diatas perutnya sambil memukuli wajahnya bertubi-tubi sementara satunya sudah tersandar lemas dipintu lorong ujung sana dengan jejak sepatu tercetak jelas dibagian dadanya, aku pernah melihat Chanyeol lebih marah dari ini beberapa waktu lalu hanya saja kali ini berbeda dia seakan marah karna miliknya disentuh orang, dulu Chanyeol tidak mengucapkan apapun ketika memukuli orang sampai pingsan tapi sekarang kata-kata kotor mulai mengalir dari mulutnya.

"Brengsek!"

Aku mendengar Chanyeol mengumpati korban pukulan nya dengan emosi menggebu-gebu. Bukan nya menghentikan tangisanku karna tertolong aku malah semakin terisak dalam, keadaanku kusut sekali dengan rambut dan baju yang berantakan. A ku membenarkan pakaianku., berbenah untuk kesekian kalinya walau aku tahu ini sudah sangat rapi.

"C-chan~ hiks" Aku memanggilnya ditengah isakanku membuat wajah marahnya berpaling padaku sementara orang dibawahnya sudah tak sadarkan diri, dia masih mempertahankan ekspresi marahnya melangkah kearahku membuat rasa akut membuncah dalam diriku kemudian dengan lembut membuka jaket yang dikenakan nya membungkus tubuhku. Air mataku masih mengalir tak henti bahkan ketika tatapan Chanyeol sudah redup digantikan padangan meneduhkan, aku masih setia menunduk tak bergerak sedikitpun di iringi isakan-isakan yang menggema dalam ruangan kosong berisi kami berdua bersama dua orang yang tak sadarkan diri.

"Baekhyun," dia memanggil namaku dengan lembut mengangkat daguku agar aku menatap matanya "— Hei, kenapa masih menangis? Maaf aku tak bermaksud membuatmu ketakutan dengan tindakan beringasku tadi"

Aku hanya menggeleng lemah kembali menundukkan pandanganku membuat Chanyeol yang tadinya bertumpu pada satu kaki kini benar-benar duduk disebelahku, Chanyeol masih setia mendengarkan tangisku lebih dari setengah jam lamanya walau aku masih belum membuka satu patah katapun dia memilih untuk diam memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya pada dinding dibelakangnya, nafas beratnya terdengar sangat kelelahan. Ingat? Dia bolos orientasi karna janji berkelahi kemudian sampai disini dia kembali berkelahi, dia pasti sangat kelelahan saat ini ditambah lagi dengan tangisan tak jelasku yang pastinya menguji kesabaran Park Chanyeol. Aku memutuskan untuk membuka pembicaraan menelan semua isakan yang aku rasakan saat ini.

"A-aku kotor Chanyeol hiks," Aku terisak lagi setelah berbicara dari sekian lama keterdiaman ku, tapi Chanyeol hanya membuka matanya seakan meminta aku bicara lebih padanya. Aku kembali menelan semua isakan walau tenggorokan ku mulai skait menahannya.

"Mereka menyentuhku, aku memang bodoh sekali mau saja diajak ketempat seperti ini oleh ihk— oleh mereka," Aku sampai tercekik karna menahan isakanku.

Chanyeol mengalihkan pandangan nya kearahku, aku bertahan memandang hazel nya dengan perasaan berkecamuk dan segala ketakukan yang membayangi diriku. Bagaimana nantinya Chanyeol akan membenci atau menjauhiku setelah ini namun yang aku dapatkan lagi-lagi kelembutan. Chanyeol mengusap puncak kepalaku dengan sayang.

"Jangan ditahan, lepaskan saja jika itu membuatmu merasa lebih baik"

Pada akhirnya aku menangis, benar-benar menangis meraung-raung dengan sakit ini. Aku menangis karna membenci diriku sendiri sementara Chanyeol hanya menatapku dengan pandangan yang tak dapat ku artikan untuk kesekian kalinya. Chanyeol membawaku dalam sebuah kehangatan, membawa tubuhku untuk duduk mengangkang dipelukan nya, tubuhku menegang seketika tangisku tercekat merasakan bahwa aku berada diatas paha Chanyeol. Dia mendongakkan kepalanya menatapku dengan senyuman hangat yang menimbulkan selung pipi single di wajah tampan nya.

"Kau akan baik-baik saja selama ada aku, jangan khawatirkan apapun karna aku akan selalu disini"

Salahkah jika aku berharap dengan kata-katanya? Aku tersentak mendengar ucapan Chanyeol, seketika hatiku merasa lega mendengar dia berkata bahwa dia akan selalu disini bersamaku. Chanyeol membawa tangan nya melingari pinggangku menenggelamkan wajahnya didadaku, aku dapat merasakan nafasnya membelai kulitku yang dibatasi oleh kemeja sekolah.

"Aku lelah," Adu nya menyamankan posisi dalam dekapan kami tanpa sadar aku tersenyum mengusap rambutnya meyusupkan jemariku disela-sela rambut hitam nya. Chanyeol kembali mendongak menatapku dan entah apa yang ada dipikiranku aku justru merundukkan tubuhku menuju bibir Chanyeol mungkin setelah aku melakukan nya Chanyeol akan benar-benar membenciku tapi yang ada dia setia memejamkan mata menerima setiap hisapan dan lumatan yang kulakukan pada bibirnya. Awalnya akulah yang mendominasi ciuman ini tapi setelahnya Chanyeol membuka muluknya membalikkan keadaan membuat tubuhku bergetar ketika merasakan bagaimana Chanyeol mempermainkan mulutku.

"Euugh," Aku tanpa sadar mendesah dalam ciuman kami sementara Chanyeol mempererat pelukan nya dipinggangku.

Kecipak saliva terdengar ketika ciuman kami terputus, Chanyeol menatap dalam mataku dengan tatapan polos seakan tak terjadi apa-apa sebelum ini. Cukup lama kami berpandangan sampai dia kembali membuka suara menyentak lamunanku, ciuman pertamaku telah lepas dengan satu desahan yang menyentak ciuman kami.

"Apa tadi mereka menyentuh bibirmu?" Chanyeol bertanya penuh intimidasi, aku hanya menggeleng lemah antara malu dan lelah saat ini, Chanyeol kembali mengenggelamkan wajahnya didadaku menyamankan posisi kami. Aku tak ingat apa-apa setelahnya karna aku tertidur saking nyaman nya.

Saat aku membuka mata aku berada dalam gendongan Chanyeol seperti yang dia lakukan pada Sohyun menggendongku dibelakang dengan tas yang berada didadanya. Mataku kembali terpejam merasakan kehangatan merambat sampai kehatiku, aku menghirup aroma jantan yang menguar di tubuh Chanyeol masih setia memejamkan mata mengeratkan pelukanku pada lehernya, walau aku tak tahu Chanyeol menganggap hubungan kami seperti apa tapi tak ada salahnya jika aku berharap lebih setelah ciuman kami tadi.

"Tidurlah, malam ini aku menginap dirumahmu"

"Hng," Aku hanya bergumam menikmati debaran halus didadaku serta aroma dan suhu tubuh Chanyeol, entah bagaiamana caraku mengatakan bahwa aku mencintai lelaki yang menggendongku ini? Aku tidak bisa mendeskripsikan semuanya. Itu terlalu sulit untuk dilakukan.

Kembali saat aku memelukknya di atap sekolah, Chanyeol telah berhenti mengusap punggunngku dia hanya diam ketika aku memeluknya hampir satu jam. Apa Chanyeol tidak pegal aku memeluknya terus? Aku saja yang memeluk merasa tanganku pegal karna bergelayutan dilehernya. Aku membuka mataku yang mana air mata tadi telah mongering saking lamanya aku berdiam diri setelah berhenti menangis.

"Chanyeol?"

"Hng," Rupanya dia tidak tertidur dari tadi, lalu apa yang dia lakukan sejak tadi aku hampir terlelap memeluknya, aku merenggangkan pelukan kami menoleh kebelakang ternyata Chanyeol tengah memainkan ponselnya dibelakangku.

"Apa kau pegal?"

"Sedikit"

"Tapi aku tidak mau melepaskanmu"

"Kalau begitu lanjut saja memelukku"

"Chanyeol?"

"Apa lagi Baekhyun?"

"Kalau saat ini ada yang menyatakan perasaan padamu apa kau akan menjauhi mereka seperti yang sudah-sudah?"

"Huh?"

"Maksudku jika—"

"Hoi kalian berdua, masih sibuk bermesraan sementara kami susah payah mengendap-endap keluar kelas. Sialan!" Jongdae si mulut besar mengumpat pada kami sementara Jongin hanya memutar matanya dengan malas seakan ini adalah hal yang sudah biasa dilihatnya. Chanyeol taunya memeluk pinggangku semakin dekat mendelik kepada duo Jong yang berdiri disebelah kami.

"Memangnya kenapa? Kalau mau juga cari saja yang mau kau peluk," Tukas Chanyeol menyamankan posisinya seakan dia benar-benar menikmati momen ini didepan kedua sahabatnya.

"Jadi pergi tidak? Si gusi panjang pasti sudah menunggu sejak tadi," Jongin memanggil musuh Chanyeol dengan panggilan yang sangat aneh, apa itu gusi panjang?

"Biar saja"

"Kau benar-benar menguji kesabaran nya Yeol"

"Lalu kenapa?" Chanyeol menatap remeh kearah Jongin

"Tidak, hanya saja aku tak suka membuang-buang waktu"

Chanyeol melepaskan pelukan kami dengan palan kemudian menatapku dengan wajah bertanya. Aku tahu benar apa yang akan ditanyakan oleh Chanyeol, pasti masalah aku jadi ingin ikut atau tidak. Entah kenapa hatiku menolak untuk tinggal karna bagaimanapun aku ingin melihat Chanyeol melumpuhkan musuh-musuhnya.

"Bagaimana?" Tanya Chanyeol padaku

"Boleh aku ikut?" Cicitku pelan

"What the— yang benar saja Baekhyun," Semprot Jongdae dengan cepat

"Kau hanya akan menyulitkan Chanyeol Baek"

"Ta-tapi aku hanya—"

"Biar saja dia ikut, toh aku yang repot bukan kalian"

"Berjanjilah tak akan menangis Baekhyun, kau bisa saja terluka karna salah satu dari mereka"

Aku mengangguk pelan, jujur saja hatiku mendua untuk mengikuti ini tapi keinginanku untuk ikut juga sangat besar. Aku sendiri bingung tapi aku tetap memilih pergi mengikuti mereka yang nyatanya malah membuatku menyesal tak mengikuti perkataan mereka.

Aku benar-benar menyulitkan Chanyeol, ketika kami sampai disana hal pertama yang menyambutku adalah sebuah gedung tua yang tak terpakai dengan beberapa orang pereman didalamnya menunggu kedatangan kami— maksudku kedatangan Chanyeol, awalnya kupikir ini adalah tawuran antar sekolah atau pemenuhan janji berkelahi Chanyeol seperti biasanya tapi aku salah. Dia bukan lawan biasa, dia memiliki banyak ukiran tatto ditubuh tingginya menyeringai puas saat Chanyeol datang menuju padanya.

"Lama tak bertemu tikus kecil," Sapanya dengan senyuman lebar menampakkan gusinya yang menghitam, aku menangkap sesuatu dari perkataan Jongin bahwa dia adahal si gusi panjang yang dikatakan Jongin tadi.

"Lama tak bertemu juga Yifan," Chanyeol memanggilnya dengan nada menyebalkan yang terdengar seperti tengah menyapa kenalan baik yang tak ia jumpai selama bertahun-tahun.

"Namaku Kris," Pria itu menggertakkan rahangnya karna marah dengan sapaan Chanyeol yang terlihat sangat main-main padanya.

"Wu Yifan, itu adalah namamu jadi tidak usah kebarat-baratan kucing jalanan dari China"

"Brengsek," Kris maju duluan mendekati Chanyeol dengan langkah berapi-api sementara Chanyeol mengetepikanku yang ketakutan kebelakang dengan santai menahan bogeman Kris.

"Dae, bawa Baekhyun dari sini!"

"Menyusahkan!" Jongdae menggerutu menuntunku untuk berdiri dibelakang menyaksikan mereka berkelahi.

Mereka berkelahi dipenuhi emosi dari pihak Kris dengan tiga teman nya sementara Chanyeol dan Jongin, tidak kah mereka terlihat terlalu santai menghadapi emosi meluap-luap preman seperti Kris? Aku sudah sering melihat Chanyeol berkelahi sebenarnya dan dia masih sama, sulit untuk dikalahkan. Aku tidak tahu dimana Chanyeol belajar berkelahi tapi sayangnya mereka tidak hanya bertiga, dua orang diantara mereka datang menghampiri Jongdae disinilah Chanyeol begitu sulit.

Fokusnya membuyar ketika aku ketakutan seorang dari mereka mendekat kearahku dengan senyum miring. Dia mulai menyentuh rahangku yang gemetaran memejamkan mata ketakutan, satu tendangan diterima oleh pria tersebut sampai dia tersungkur kemudian Chanyeol mendudukinya dengan emosi diubun-ubun sama seperti saat itu memukul korban nya dengan beringas sampai wajah yang tadinya lumayan tampan menjadi tak berbentuk.

Kris yang ditinggal oleh Chanyeol hanya memperhatikan bagaimana Chanyeol dengan beringas memukuli teman nya sepeti orang kesetanan bahkan aku sendiri melihat nya dengan sedikit takut sampai tak menyaradi sesuatu membentur tengkukku dengan keras, aku meringis merasakan duniaku berputar serta Chanyeol yang buram dari pandanganku.

"BAEKHYUN!" Anak itu berteriak memanggilku ketika samar-samar masih terdengar langkah kaki berlari menjauhi area perkelahian yang dapat kusimpulkan bahwa Kris telah melarikan diri. Setelahnya semua benar-benar terasa gelap yang terakhir kuingat aku berada dalam dekapan Park Chanyeol.

e)(o

Chapter berikutnya akan hadir dengan Chanyeol side hehe

Ff ini tercipta karna kecintaan sama ff Lifemate karya 10thPrinceWangEun yang sampai sekarang masih TBC bikin kangen. Tapi tenang ini bukan plagiat

Ada yang minat lanjut dari chapter pertama ini?