Behind The Locked Door

Pairing : Sehun Kai (Top!Sehun Bottom!Kai)

Warning : smut, agegap, college!AU, harsh language, sexual content

Inspired by a kaisoo fanfict by author kim jignog (AFF)

read while listening to Love Bloomed Late by G.Soul

SEKAI

Dosen muda dengan kacamatanya itu benar-benar tidak membantu.

O

oOo

O

Behind The Locked Door — Story 1 — Glasses

"Baiklah, ini adalah basic, kalian harus berusaha memahaminya." katanya berbalik, menghadap papan tulis, menggerakkan tangan dengan jari lentik itu diatas papan tulis.

"Ini benar-benar hal yang sepele." sambungnya lagi.

Terdengar helaan nafas dari beberapa mahasiswa yang sudah sangat frustasi dengan mata kuliah Calculus ini. Tapi coba perhatikan, disana, di bangku hampir paling sudut. Seorang mahasiswa, dengan pandangan lurus, datar, dan tajam menghujami sang dosen yang masih asyik menuliskan rumus-rumus integral di depan.

Pemuda itu tampak berulang kali menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi datar. Matanya tampak gelisah tak lepas memandang sang dosen.

"Apa ini sangat sulit? Kalian hanya perlu merubahnya, menaikannya? Apa sesulit itu?" ujar dosen muda itu menjelaskan bab integral. Ia berbalik, memindai ekspresi yang dikeluarkan mahasiswanya satu-satu. Sampai tatapan matanya bertubrukan dengan salah satu mahasiswanya yang balas menatap mata di balik lensa kacamata itu dengan datar dan tajam. Seolah menantang sang dosen. Dosen muda itu mengalihkan perhatiannya saat merasa ada getaran aneh pada seluruh tubuhnya ketika matanya bertubrukan dengan iris hitam kelam tersebut.

"Aku rasa kalian sudah mulai lelah." kata sang dosen muda memutar tubuhnya berjalan menuju mejanya. Kacamata dengan bingkai hitam itu menggantung manis di hidungnya yang mungil.

"Kita akhiri saja, dan lanjutkan di pertemuan berikutnya." katanya lagi, saat melihat jam di pergelangan tangannya, memang sudah di penguhujung waktu.

Beberapa mahasiswa bersorak senang, akhirnya mata kuliah membosankan ini selesai juga. Ada juga yang menghela nafas kecewa, karena itu artinya habis sudah waktu bagi mereka untuk memandang paras cantik milik dosen muda mereka.

O

O

O

Kelas sudah sepi, hampir semua mahasiswa pergi meninggalkan kelas.

"Bisakah kau berhenti, berhenti mengeluarkan liurmu saat memandang Dosen Kim." ucap seorang pemuda mungil sambil mengacak rambut merahnya frustasi.

"Aku tidak." Balas pemuda yang dimaksud. Nyantanya ia memang tidak berliur tadi.

"Heol, kau, memang tidak berliur, tapi aku yakin 99.9% isi otakmu sibuk memikirkan hal-hal kotor tentang Dosen Kim." balasnya ngotot sambil menggeplak belakang kepala pemuda di sampingnya.

"Hey, Byun, tahan suaramu, Dosen Kim masih ada disini jika kau ingin tahu." temannya yang lain mencoba mengingatkan.

"Hah aku sudah tidak peduli lagi. Oh Sehun matamu bisa lepas jika kau terus memelototi Dosen Kim." tidak ada habisnya kata-kata si Byun ini menyinyiri kelakuan temannya, Oh Sehun. Pemuda yang sedari tadi menatap Dosennya tanpa berkedip, penuh minat, dan juga keinginan yang tinggi.

"Tapi, Sehun, benar juga kata Baekhyun. Daripada kau hanya memandangnya terus, lebih baik ajak dia tidur." Park Chanyeol, salah satu teman Sehun menimpali.

"Wow Park, kau ini frontal sekali." kali ini Jongdae, teman Sehun yang lainnya menyahut.

"Hah, apa kau yakin dia mau? Lihatlah dia, nampak seperti orang yang rajin pergi ke gereja dua kali seminggu." Sehun membalas dengan kekehan kecil diakhiri seringaian saat matanya tak sengaja bersitatap dengan Dosen Kim yang sedang berberes di depan kelas.

"Siapa yang tahu. Aku bahkan tergoda melihat pantatnya. Bagaimana bisa ia memiliki pantat yang tercetak jelas dari celana kerja yang bahkan longgar itu. Luar biasa." Chanyeol mulai meracau tidak jelas. Jari-jarinya membentuk gestur seperti sedang meremas sesuatu. Dasar maniak.

Plak

Terdengar suara geplakan keras, Baekhyun layangkan tangannya tepat pada kepala Chanyeol.

"Kau! Berhenti menjadi seorang maniak! Dia itu dosenmu!" bentaknya keras, menyita perhatian Dosen Kim di depan sana.

"Sebaiknya kita keluar sekarang." Jongdae mengarahkan teman-temannya untuk segera keluar sebelum terjadi perang dunia antara Baekhyun dan Chanyeol.

O

O

O

"Ah Sehun-ssi." suara lembut itu menyapa Sehun dan teman-temannya saat hendak keluar, mereka kompak berhenti di ambang pintu. Sehun berbalik, mendapati dosennya terdiam di sebelah meja kerjanya.

"Ya?" memcoba untuk tetap sopan. Sehun sepenuhnya berbalik menghadap sang dosen muda.

"Ada yang ingin kubicarakan, apa kau memiliki waktu?" tanya Dosen Kim sedikit ragu.

"Ah Sehun memiliki banyak waktu, Prof." belum sempat Sehun membalas, Chanyeol di belakangnya sudah menyahut terlebih dahulu.

"Nanti malam jangan lupa. Tempat Hyorin!" Chanyeol kembali berteriak ke arah Sehun sambil menarik Jongdae dan Baekhyun keluar, tak lupa menutup pintu kelas.

O

O

O

Keheningan melanda beberapa saat, sebelum Dosen Kim berdeham mencoba mencairkan suasana yang sedikit canggung. Jujur saja, Dosen Kim adalah seorang pemalu yang sedikit susah berinteraksi secara privasi seperti ini. Tapi ia harus melakukannya.

"Jadi?" tanya Dosen Kim menatap Sehun tepat di mata.

"Ya, sepertinya aku memiliki waktu." ujar Sehun mengedikan bahunnya. Balas menatap Dosen Kim. Ingin rasanya Sehun maju dan menerjang dosen muda itu. Lihatlah dia, bersender pada meja kerjanya, dengan kemeja longgar berwarna putih, dan juga kacamatanya itu sama sekali tidak membantu hasrat Sehun. Bagaimana bisa, ia bahkan hanya diam, tapi pikiran Sehun sudah lari kemana-mana. Tahan Sehun tahan, dia itu dosenmu. Sugesti sehun dalam hati.

"Apa kau sedang ada masalah?" tanya Dosen Kim pelan, menghasilkan kerutan di wajah tampan Sehun. Sehun menaikan satu alisnya, wow ini tidak sopan, dia Dosenmu. Tapi sehun masih sedikit bingung, jadi dia tidak sadar.

"Seperti, tidak menyukai mata kuliahku mungkin?" lanjut Dosen Kim, menjelaskan kepada Sehun.

"Kau selalu terlihat tidak fokus saat mata kuliahku akhir-akhir ini. Dari sekian banyak mahasiswa di kelasku, hanya kau saja yang terlihat tidak fokus. Ada apa?" Dosen Kim terus mendesak Sehun. Sedangkan Sehun sendiri, masih diam tak menjawab. Ia terlihat memikirkan sesuatu. Bagaimana aku bisa fokus Kim Jongin, tubuhmu, wajahmu, dan kacamatamu itu semua menggangguku. Aku ingin sekali menghancurkanmu. Racaunya frustasi, menyebutkan nama lengkap dosennya, di dalam hati tentu saja. Sehun masih diam saja, bahkan saat Dosen Kim mendekat ke arahnya, hendak mengayunkan tangannya di depan wajah Sehun yang terlihat melamun sebelum pergelangan tangannya ditahan oleh jari-jari berurat milik Sehun.

"Kim Jongin-ssi" panggil Sehun dengan nafas yang memendek. Matanya menatap mata bulat yang terlihat terkejut itu. Dosen Kim tampak sangat terkejut dengan tingkah Sehun yang tiba-tiba.

"Sehun-ssi..." cicit Jongin pelan, ia merasa takut ditatap mata tajam Sehun. Dan seperti tersambar petir dan terkejut, Sehun langsung melepaskan tangan Dosen Kim.

"Maafkan aku." ujarnya pelan sambil menundukan kepalanya. Shit, apa yang kau lakukan brengsek. Umpatnya dalam hati.

Jongin di lain sisi berusaha menenangkan debaran jantungnya. Saat tangan sehun menahan pergelangan tangannya, tak sengaja menariknya, membuat jarak di antara mereka menjadi saat dekat. Ketika hendak memundurkan tubuhnya, berniat menjaga jarak, tangan sehun menahan pinggangnya, dan menarik tubuhnya mendekat.

"Aku tidak bisa." ujar sehun pelan, matanya menatap wajah Jongin yang begitu dekat di depan wajahnya. Ia tidak bisa menahannya lagi, tidak dengan Jongin berada sangat dekat di depannya. Kacamata itu, benar-benar membuat pikiran sehun berubah buas. Bibir plump sewarna cherry blossom itu benar-benar menggodanya untuk mencicipi.

"Kim Jongin, bagaimana bisa." tanpa sadar Sehun menyuarakan nama dosennya tanpa embel-embel apapun. Jika sedang berada dalam keadaan formal mungkin Jongin akan memberi detensi untuk mahasiswanya ini karena berlaku tidak sopan.

Satu tangan sehun naik ke atas, jari telunjuknya menyetuh bingkai kacamata yang dikenakan Jongin. Mata di balik lensa kacamata itu langsung terpejam saat tangan sehun turun menyentuh pipinya dengan sentuhan seringan kupu-kupu. Jongin menahan diri untuk tidak melenguh di bawah sentuhan mahasiswanya. Karena demi Tuhan, ia harus mengakui jika mahasiswanya itu terlihat sangat amat tampan dan menggoda jika dilihat dari jarak sedekat ini.

"Kacamatamu ini, bagaimana bisa sangat menggoda. Bahkan saat kau tidak berniat menggodaku dan hanya berdiri disini menerangkan tentang integral." suara Sehun turun beberapa oktav. Membuat suara yang sudah dalam itu menjadi semakin dalam. "aku tidak habis pikir, bibirmu ini sangat serasi berada di bawah bingkai kacamatamu." helaan nafas tertahan keluar dari bibir plump Jongin, saat jari Sehun kembali menelusuri wajahnya dan berhenti tepat diatas bibirnya.

Mata tajam itu bergantian memandang bibir dan mata sayu Jongin.

"Aku.." belum sempat Jongin menyelesaikan kalimatnya, bibirnya sudah dibungkam oleh bibir pemuda di depannya. Tingginya yang cukup berjarak dengan Sehun, membuatnya mendongak saat Sehun menubrukkan bibirnya.

Hanya kecupan ringan. Jongin terdiam karena terkejut. Sehun pun hanya terdiam, menunggu Jongin mendorongnya, lalu memukulnya mungkin, karena ini sudah kelewatan. Tapi apa yang ia dapat, Jongin yang terdiam pasrah di dalam dekapannya. Sehun menjauhkan wajahnya, matanya menatap mata bulat yang tampak semakin bulat karena sang empu membelalakan mata, masih terkejut.

"Maafkan aku Kim Jongin." ujar sehun sebelum kembali memagut bibir menggoda milik dosennya. Bibirnya menjelajahi bibir atas dan bawah milik Jongin. Tangan kirinya yang berada di pinggang ramping Jongin semakin mengeratkan pelukannya.

Tangan Jongin yang menggantung lemas di sisi tubuhnya bergerak meraih pegangan. Meraih lengan berotot milik Sehun, mencengkeram lengan itu. Lenguhan itu terdengar semakin jelas saat Sehun mulai berani mengeluarkan lidahnya untuk menjelajahi bibir Jongin, layaknya anak kecil yang menjilati es krim. Lidah sehun semakin berani, tidak hanya bermain di permukaan bibir Jongin. Kini benda lunak tak bertulang itu memasuki rongga hangat Jongin. Menginvasi seluruh isi mulut Jongin.

Perbedaan usia yang cukup berjarak. Kim Jongin pemuda berusia hampir 31 tahun, yang pastinya sudah paham tentang hal ini. Memberanikan diri membalas ciuman mahasiswanya. Tangannya yang mencengkeram lengan Sehun beranjak naik ke leher pemuda itu, meremas tengkuknya. Gerakan Jongin membuat pemuda berusia 23 tahun itu tidak dapat menahan birahinya lagi.

Ia hempaskan tubuh semampai milik dosennya itu pada papan tulis di sampingnya, tanpa melepas pagutan bibir keduanya. Dosen muda itu hanya bisa melenguh dan sedikit membalas bibir berpengalaman milik Sehun. Otak pintarnya sudah tidak dapat bekerja lagi, dirinya telah dikuasai oleh nafsu dan birahi. Pun Sehun yang tangannya mulai berani turun ke bawah, menemukan bongkahan kenyal yang sempat menjadi bayangan kotor Chanyeol. Meremasnya tanpa ragu, menghasilkan lenguhan seksi dari bibir dosennya yang masih Ia bungkam dengan bibirnya.

Jongin semakin kencang mengcengkeram tengkuk Sehun saat dirasa nafasnya sudah berada di ujung. tangan kirinya Ia gunakan untuk memukul bahu pemuda yang masih asyik menginvasi mulutnya. Mengerti Jongin telah kehabisan nafas, Sehun memindahkan bibirnya menuju rahang tegas itu, mengecup basah seluruh rahang sampai bibirnya berhenti di perpotongan leher Jongin. Tangannya yang tadi bertahan di bongkahan pantat Jongin, naik satu menuju kerah kemeja Jongin. Jari penuh urat itu membuka dengan paksa kancing nomor dua kemeja Jongin yang masih tertutup. Setelah berhasil membukanya, bibirnya ia arahkan ke bahu mulus milik Jongin. Ia hirup aroma tubuh dosennya yang sangat memabukkan itu.

"Aku benar-benar ingin menghancurkanmu." ucapnya disela-sela kegiatannya mencumbu bahu Jongin.

"Eungh, Sehunh." Jongin hanya mampu mendesah. Bahkan nama sehun jauh lebih baik jika Jongin mengucapkannya dalam keadaan seperti ini. Bibir Sehun naik ke leher Jongin, mengecupnya pelan, lalu mengeluarkan lidahnya, giginya ikut andil. Ketika hendak menyesap leher menggoda itu, tangan lentik Jongin menghentikannya, menarik tengkuknya pelan lalu mengarahkan bibir sehun ke bahunya.

"Tidak di leher Sehun. Banyak orang akan tahu." ucapnya dengan wajah memerah disela desahan dan lenguhannya. Tanpa aba-aba, sehun langsung menghisap bahu mulus itu dengan kencang, menghasilkan desahan tertahan dari bibir yang digigit sang empunya.

Menjauhkan wajahnya, seringai seksi itu tercipta di bibirnya saat matanya mendapati bahu mulus itu telah terhias pola bewarna kemerahan. Hicky.

"Kau terlihat seksi seperti ini. Sangat lemah dan pasrah di bawah kungkungan mahasiswamu sendiri." suara Sehun terdengar seperti geraman hewan buas. Justru membuat Jongin semakin sulit menahan birahinya. Hanya dapat melenguh saat Sehun kembali mempertemukan bibir keduanya.

"Sehunh,.." lenguhan Jongin, menahan kepala Sehun. Telapak tangannya menangkup kedua sisi wajah tampan Sehun.

"pintu. Kau harus menguncinya, atau orang lain akan.." tak kuasa meneruskan kalimatnya, ia menunduk dengan wajah yang sudah seluruhnya memerah, entah karena malu atau nafsu.

"Katakan padaku Jongin." Sehun mengarahkan telunjuknya untuk mengangkat dagu Jongin, membuatnya mendongak menatap mata tajam penuh gairah milik Sehun.

"Apa kau juga menginginkan sentuhanku? Apa kau ingin tangan dan bibirku menyentuh setiap jengkal tubuhmu? hm?" dengan aura yang sangat mendominasi, Jongin hanya dapat melenguh. Sehun mengartikan lenguhan Jongin sebagai jawaban 'iya'. Dengan tergesa ia menegakan tubuhnya, sedikit berlari menuju pintu ruang kelasnya, meninggalkan Jongin yang bersandar lemas di depan papan tulis.

Klik

Bunyi pintu yang telah terkunci. Segera Sehun menghampiri Jongin yang sudah diliputi nafsu. Bersandar di papan tulis, dengan wajah berantakan, kacamata yang miring dari tempatnya, bibir bengkak yang sedikit terbuka, terengah, dan bahu yang terekspos. Jangan lupakan selangkangannya yang telah menyembul itu. Pemandangan yang sangat indah di mata Sehun. Langsung saja Ia terjang tubuh itu. Ia pagut kembali bibir sensual milik dosennya itu. Menarik tubuh ramping Jongin menuju meja kerjanya, tanpa melepas pagutan bibir keduanya.

Sehun sedikit mengangkat tubuh Jongin saat sudah berada di belakang meja kerja Jongin. Mendudukan pantat sintal itu di atas meja. Bibirnya masih asyik berjelajah di rongga hangat milik Jongin. Saat sudah puas dengan mulut Jongin, bibir Sehun kembali turun untuk mengecupi bahu Jongin. Tangan kirinya ia gunakan untuk membuka sisa kancing yang masih tertutup. Menjauhkan wajahnya, mata Sehun semakin terbakar nafsu melihat keadaan Jongin saat ini. Erangan tak terima keluar dari bibir Jongin merasa kehilangan kenikmatan saat bibir Sehun tak lagi mencumbu tubuhnya. Paha Jongin terbuka lebar di atas meja, mengapit kaki-kaki Sehun, tangannya menggantung lemas di bahu sehun, kemeja yang hampir terbuka semua itu melorot, menampilkan bahu mulusnya yang terhiasi hickeys yang diciptakan oleh Sehun, mata sayunya memandang Sehun penuh gairah.

"Lihatlah dirimu Kim Jongin. terlihat haus akan sentuhan. Bahkan kau tidak mempermasalahkan mahasiswamu menyentuhmu. Mengerang, meminta lebih?" dirty talk mulai Sehun lancarkan. Tapi semua itu justru membuat Jongin semakin bernafsu. Tangannya yang berada di bahu sehun berusaha menarik Sehun kembali untuk ciuman yang lain. Tapi Sehun menahan tubuhnya.

"Ck, apa kau selalu tidak sabar seperti ini? hm?" Sehun masih keukeuh dengan dirty talknya, mengabaikan erangan Jongin. Aku ingin sekali membuatnya membungkuk di atas meja kerjanya, bend him down and fuck him so hard.

"Sehunh.." Jongin tanpa sadar, merengek seperti anak kecil. Oh atau mungkin ia sengaja?

"Aku tidak menyangka, Prof Kim Jongin, seorang dosen muda mata kuliah Calculus, yang ramah dan terlihat polos itu merengek kepada mahasiswanya untuk disentuh? Bagaimana aku menyebutnya? Slut?"

"Eungh pleasseh Sehunh, akuuh." Tangan jongin turun menuju dada bidang Sehun. Merabanya, membuat pola abstrak dengan jari lentiknya.

"Not so fast, baby." Sehun menangkap tangan nakal jongin di dadanya lalu mengarahkannya ke bagian selatan tubuhnya. Warna merah semakin kentara menghiasi wajah cantik Jongin, entah karena panggilan Sehun untuknya, atau rasa keras dan tegang pada telapak tangannya. Yang benar saja, Sehun mengarahkan tangan Jongin menuju kejantanannya yang telah menegang sempurna itu, mengeluskan tangan lembut Jongin pada adik kecilnya.

Geraman rendah terdengar. Sehun melepaskan tangan Jongin, dengan segera membuka jaket kulitnya dan kaos hitam lengan pendek yang ia kenakan. Membuat Jongin terkesiap, melihat ada tato menghiasasi dada bidang Sehun.

"Suka dengan apa yang kau lihat? hm?" jari-jari sehun menyentuh sisi wajah Jongin. Membuat perhatian Jongin terarah kepadanya. Mata bulat sayu itu menatap iris tajam milik Sehun. Dengan gemetar, Jongin mengarahkan jemari lentiknya untuk menyentuh tato di dada kiri Sehun. Mengelusnya pelan, merasakan dada bidang penuh otot itu menegang di bawah sentuhannya.

"Aku tidak tahu kau memiliki tato." matanya kembali manatap Sehun. Memberikan Sehun senyum nakal menggoda.

"Tapi aku suka, kau bahkan terlihat sangat panas dengan tatomu." lanjutnya berani tanpa melepas pandangannya.

"Apa kau baru saja memujiku? Dosen Kim?" ujar Sehun menggoda, jelas saja setelah itu rona merah menghiasi pipi Jongin.

Mengalihkan pandangannya, tangan Jongin sedikit mendorong Sehun untuk duduk di kursi yang berada di belakang tubuh Sehun.

"duduklah Sehun, aku akan membantumu."

"Not now." tolak sehun halus, tangannya menahan paha Jongin yang hendak turun dari meja. "Let me help u first. u seem so hard just rite now."

Tangan kekarnya mengarah pada selangkangan Jongin yang sudah menegang sempurnya. Jari-jari penuh urat itu bergerak naik turun, mengurut kejantanan Jongin. Membuat Jongin semakin gelisah. Jemari Jongin mencengkeram bicep Sehun, dadanya membusung dengan puting yang sudah tegang, kepalanya mendongak, menampilkan buah adamnya.

"Aaa..ahh.. Seh.." bibirnya ia gigit, menahan desahan. Ia tidak bisa, ini terlalu nikmat.

Dengan tidak sabaran, Sehun membuka sabuk dan dan kancing celana kain Jongin. Menurunkan zippernya dengan tergesa. Mengangkat Jongin untuk menurunkan celana kain beserta underwere Jongin. Meninggalkan Jongin hanya dengan kemeja yang sudah lusuh. Setelahnya ia membuka kancing celana jinsnya dan menurunkan zippernya.

Memandang Jongin sebentar sebelum menarik tubuh ramping itu turun dari meja. Membalikan tubuh Jongin lalu membuatnya membungkuk di atas meja.

"Hah aku benar-benar ingin melakukan ini sejak lama." bisiknya tepat di samping telingan Jongin. Melenguh pelan, saat Jongin merasakan kejantanan Sehun menekan pantat polosnya. Lenguhan itu semakin tak tertahan saat Sehun menekan tubuhnya ke depan, membuat putingnya yang menegang itu berinteraksi langsung dengan kaca meja yang dingin.

"Apa kau suka seperti ini? hm? Menungging di atas mejamu, menunggu penisku mengisi lubangmu ? hm?" Sehun kembali berbisik di telinga Jongin.

"Neehh, cepat masukkan penismu yang besar itu ke dalam pantatku. ngahh" Jongin melenguh keras di akhir kalimatnya saat Sehun menampar pipi pantatnya.

"Tidak sabaran." ujar Sehun dengan seringaian. "tapi babe, aku tidak menyimpan lube sekarang? Apa kau ingin yang kasar?" hidung mancungnya itu mengendusi tengkuk Jongin.

"Laci, nomor 2, tempat hand-sanitizer. Tapi aku tidak memiliki kondom." Sehun mengambil lube dimana Jongin menyimpan. Menyeringai saat sadar kelakuan licik dosennya. Menyimpan lube di tempat hand-sanitizer? Apa dia sering bermain dengan lubangnya? Dasar jalang. Sehun jadi tidak yakin jika dosennya rajin pergi ke gereja, melihat kelakuannya.

"Aku selalu menyimpan kondom di dompetku." meraih kantung belakang celana jinsnya untuk mengambil kondom di dalam dompet. Lalu menyimpannya di samping tubuh Jongin.

"I've to prepare you first." katanya melumuri jari-jarinya dengan lube.

"No sehun, just fuck me already. aah ahhh Sehunh." tidak mau mendengarkan dosennya, Sehun langsung saja melesakkan jari tengahnya ke dalam lubang Jongin.

"Tenanglah slut, aku ingin menikmatinya perlahan." Sehun kembali berdirty talk. Kalimatnya langsung mencapai bagian selatan tubuh Jongin, ia mengerang frustasi dan menginginkan lebih.

"Please sehunh, moreehh. Aaahh"

Sehun menambahkan jari telunjuk membuat gerakan menggunting. Melebarkan dinding lubang Jongin, lalu memasukkan jari manisnya. Memaju mundurkan jari-jari panjanganya perlahan, tidak tergesa.

Sehun melepaskan tangan kanannya yang menahan pinggang Jongin untuk mengambil kondom yang ia simpan di sisi tubuh Jongin. Ia merobek bungkus kondom itu dengan giginya. Jari-jari tangan kiri Sehun masih bergerak di dalam lubang Jongin. Memaju mundurkan, lalu menekuknya, menciptakan erangan seksi dari Jongin. Setelah puas mempersiapkan lubang Jongin, Sehun mengeluarkan jari-jarinya. Jongin melenguh tidak terima, merasakan kekosongan pada lubangnya.

Menggulung kondom itu pada kejantanannya, memberi lube, lalu mengarahkan kejantanan yang sudah sangat tegang itu pada lubang berkedut Jongin. Saat kepala penisnya sudah berada di pintu masuk lubang surga Jongin, Sehun dengan sengaja membuat gerakan memutar, menggoda lubang itu tanpa ada niatan untuk memasukkannya. Erangnya frustasi Jongin membuat Sehun semakin semangat untuk mengerjai dosennya itu.

"Apa yang kau inginkan Jongin?" tanyanya dengan suara dalam yang menggoda.

"Angh Sehun, pleaseehh." Jongin merengek seperti seorang jalang yang menginginkan sentuhan.

"Katakan padaku, katakan dengan jelas, slut!" jari-jari tangan Sehun menjelajahi punggung Jongin yang masih tertutupi kemejanya yang sudah berantakan di depannya.

"Cepat masukkan penismu, brengsek ahh ahh, Sehun."

Jongin mencari pegangan, tangan kanannya berusaha meraih lengan Sehun di belakangnya. Saat tanpa aba-aba, Sehun melesakkan penis besar beruratnya ke dalam lubang Jongin. Oh bahkan ini baru kepala penis Sehun, tapi Jongin sudah mendesah sangat keras. Suara desahannya menggema di dalam ruang kelas yang besar itu.

Geraman rendah Sehun, terdengar sangat menggoda di telinga Jongin. Tangan kiri Sehun ia gunakan untuk menahan pinggang Jongin, sedangkan tangan kanannya membantu penisnya untuk lebih masuk lagi ke dalam lubang Jongin. Sehun menggerakkan pinggangnya pelan, perlahan melesakkan sisa penisnya yang masih mengambang di udara. Dengan sekali hentakan, Sehun melesakkan penisnya ke dalam lubang Jongin. Membuahkan desahan keras dari mulut Jongin. Sehun merendahkan tubuhnya, memeluk tubuh Jongin dari belakang. Menunggu lubang Jongin untuk menyesuaikan ukuran penisnya.

Jongin memejamkan matanya yang memanas. Ia bukan pemuda baru berusia 20 tahun. Ia laki-laki matang yang hampir menuju usia 31 tahun. Ia pernah melakukan one night stand beberapa kali saat dirinya benar-benar tidak mampu menahan hasratnya. Tapi jujur saja, penis milik mahasiswanya ini adalah penis terbesar yang pernah masuk ke dalam lubangnya. Rasanya sakit, seperti saat pertama kali lubang perawannya itu dibobol oleh teman one night standnya 4 tahun lalu. Menggigit giginya keras untuk menahan rasa perih pada lubangnya. Ia harus bisa menahannya, karena jujur saja, Ia juga sangat menginginkan Sehun sekarang.

"Kenapa lubangmu sangat sempit hmm? Apa aku menyakitimu?" Tanya Sehun beruntun, bibirnya sibuk menecupi bahu Jongin yang tersekpos karena kemejanya melorot sampai siku. Hidung Sehun ikut mengendusi bahu tan itu, layaknya hewan buas mengendus mangsanya.

Jongin hanya mendesah, saat gigi Sehun menggigit bahunya, lalu bibir tipis itu menghisap kuat kulit bahunya. Menciptakan tanda baru. Saat lubang Jongin sudah bisa menyesuaikan penis besar Sehun, Ia dengan segera memundurkan pantatnya sambil membuat gerakan memutar. Sedikit kesulitan karena berat badan Sehun di atas tubuhnya.

"Apa kau menggodaku sekarang?" menggeram, tangan Sehun turun di antara meja dan badan Jongin, untuk mencubit puting tegang itu.

"Eungh move. Sehun move. I can't.. ahh ngah." Jongin mendongakan kepalanya saat Sehun mulai menggerakkan pinggulnya.

Kedua tangan Sehun berpindah menahan bahu Jongin supaya tetap berada di meja. Pinggulnya semakin kencang bergerak. Gerakkannya semakin tak terkendali, liar, dan panas, saat Jongin ikut menggerakan pantatnya berlawanan arah. Tangan kanan Sehun turun untuk memainkan puting Jongin, sedangkan tangan kirinya menahan tengkuk Jongin.

Meja kerja itu tampak berantakan, dengan kertas-kertas yang berceceran di bawahnya. Bunyi decitan kaki meja dan lantai itu terdengar nyaring bersahutan dengan desahan Jongin dan geraman Sehun. Tangan kiri Jongin pindah ke belakang, menemukan pinggang Sehun, berpegangan disana. Mulutnya terbuka, mendesahkan nama mahasiswanya dengan keras tanpa rasa malu.

"Ah kau benar-benar seperti jalang Jongin. Tanpa malu mendesahkan nama mahasiswamu, dengan lubangmu yang penuh tersumpal penis besarku ah hmh." kata-kata kotor Sehun justru membuat getaran gairah semakin menguasai tubuh Jongin. Desahannya semakin kencang memenuhi kelasnya, tidak sanggup membalas omongan Sehun. Yang Ia lakukan hanya mendesah, mengerang, dan melenguh saat penis besar itu berhasil menyentuh titik terdalam tubuhnya berkali-kali.

Sehun semakin gencar mempercepat gerakannya saat dirasa Jongin sudah dekat. Terbukti dengan dindingnya yang semakin kuat mencengkeram penis Sehun.

"Ngah ahh Sehunh, touchh meh, ngaahh ahh ahh ah soh closehh eumh." desahan Jongin semakin tak terkendali, Ia mengerang menyebut nama Sehun. Meminta Sehun untuk menyentuhnya. Tangannya yang bebas ia arahkan pada kejantanannya yang sudah mengeluarkan precum itu, berusaha menyentuh dan memberikan kepuasan pada penisnya yang tidak mendapat perhatian. Sebelum tangan Sehun menahan kedua tangannya dan menahannya di belakang tubuh Jongin dengan satu tangan.

"Then come for meh, untouched." perintahnya semakin gila menggerakkan pinggulnya kesetanan.

Jongin hanya mampu mendesah dan mendesah. Kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri. Merasa frustasi karena penisnya tidak mendapat perhatian. Wajahnya memerah sampai telinga dan leher merasakan klimaksnya sudah semakin dekat. Kacamatanya masih menggantung berantakan di hidungnya. Sehun di belakangnya tak hentinya menggerakkan pinggulnya. Membuat penisnya yang sudah sangat basah karena precum itu bertabrakan dengan sisi meja.

Desahan panjang itu keluar dari bibir bengkak milik Jongin saat klimaks datang menghampirinya. Sesaat ia hanya dapat memejamkan mata di balik lensa kacamata itu, dengan bibir terbuka lebar meraup oksigen. Ia benar-benar datang bahkan tanpa disentuh. Tubuhnya jatuh lemas di atas meja.

"See? Kau klimaks bahkan tanpa kusentuh sekali pun. Benar-benar seperti jalang." mengeluarkan penisnya yang sudah sangat tegang dari lubang Jongin. Kali ini dia tidak mau keluar di dalam kondom, ia menginginkan hal yang lebih menarik.

Sehun menarik tubuh lemas Jongin. Membaliknya, lalu membuatnya bersimpuh. Membuat wajah memerah Jongin bersibobrok dengan penis tegangnya yang masih terbungkus kondom. Mata Jongin terbuka perlahan, bibirnya sedikit terbuka mengambil nafas, lalu kacamatanya itu adalah point plus. Dilihat dari posisi seperti ini, Sehun benar-benar tergoda untuk memasukkan penisnya ke mulut Jongin. Tapi tidak, ia akan membuat ini menjadi lebih menarik.

"Ayo buat ini menjadi lebih menarik." Kata Sehun sambil melepas kondomnya dan membuangnya asal. Tangannya dengan cekatan mengurut penisnya dengan cepat. Matanya terpejam dengan kepala mendongak, merasakan nikmat. Tak sengaja kepala penisnya menabrak hidung Jongin di depannya saat ia memajukan pinggulnya. Hal itu lantas menghasilkan erangan dari pemuda yang tengah bersimpuh di depannya.

Jongin mengalihkan kedua tanganya untuk berpegangan pada paha Sehun yang masih tertutupi celana jins. Kepalanya mendongak, memperhatikan bagaimana rahang itu mengencang, wajah penuh gairah itu, dan bagaimana mulut itu mengeluarkan desahan dalam. Ia tidak tahu sampai saat ini, jika ia mempunyai seorang mahasiswa yang begitu tampan dan panas seperti Oh Sehun.

Matanya yang berada di balik lensa bening itu terpejam saat merasakan semburan tiba-tiba mengarah pada wajahnya dibarengi dengan geraman rendah milik pemuda di depannya. Bibirnya terbuka secara spontan saat dirasa cairan Sehun semakin banyak mengotori paras cantiknya. Tangannya yang berada di paha Sehun mencengkeram dengan kuat. Beberapa cairan Sehun ada yang langsung menyembur masuk ke dalam mulutnya yang terbuka, membuat Jongin tersedak karena terkejut. Wow Sehun keluar banyak sekali.

Rambutnya ditarik oleh tangan Sehun ke belakang, membuatnya mendongak. Jongin membuka matanya perlahan, mempertemukan mata keduanya. Pandangannya sedikit memburam karena lensa kacamatanya yang kotor oleh cairan Sehun. Tapi ia masih bisa melihat bagaimana mata setajam elang itu menatapnya dengan takjub.

"Kau. Kau bahkan terlihat lebih indah seperti ini. Dengan cairanku yang menghiasi wajahmu." ujar Sehun masih dengan kata-kata kotornya.

"Sehun, kau membuat kacamataku kotor." balas Jongin manja. Menegakkan tubuhnya, berdiri di hadapan Sehun. Lidahnya iya keluarkan untuk menjilati cairan Sehun yang bisa dijangkau. Matanya lurus menatap mata Sehun. Jari-jari lentiknya membuat pola acak di dada Sehun.

"Aku tidak bisa untuk ronde kedua. Ada acara di rumah Hyorin setelah ini, jadi jangan menggodaku." Sehun memajukan tubuhnya, tangannya memeluk pinggang Jongin. Dengan tangan yang satunya meraih tisu yang berada di meja Jongin. Melepas kacamata Jongin, lalu dengan perlahan membersihkan lelehan spermanya yang menghiasi paras cantik dosennya. Jongin dengan manjanya mengalungkan tangannya pada leher Sehun. Matanya tak lepas memandang wajah tampan pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Sehun. Aku tidak tahu jika aku memliki mahasiswa yang sangat panas sepertimu?" Jari lentik itu terangkat mengelus rahang tegas Sehun. Dengan berani Jongin memajukan wajahnya untuk mengecup bibir Sehun saat Sehun sudah selesai dengan acara 'mari membersihkan paras cantik penuh sperma itu'. Hanya kecupan ringan yang Ia layangkan berkali-kali pada bibir Sehun. Sehun tidak bisa untuk tidak tersenyum melihat tingkah menggemaskan dosennya, apalagi dengan aroma cairannya yang masih khas menempel pada wajah Jongin.

Jongin menjauhkan wajah dan tubuhnya. Jarinya yang tadi merangkum rahang Sehun ia turunkan untuk mengelus tato di dada kiri Sehun.

"Aku suka yang ini." katanya jujur, memandang tato yang bertuliskan 'Atme über einen Traum' di dada kiri Sehun.

"Apa aku boleh mengetahui artinya?" tanyanya menatap mata Sehun. Mata tajam Sehun balas menatap dengan tatapan lembut.

"Breath over a dream." jawaban Sehun membuahkan kerutan di dahi Jongin.

"Kau akan melihat yang lain, nanti." Kata-kata Sehun secara tidak langsung mengatakan tentang ajakan kedua. Hal itu sukses membuat pipi dosen muda itu memerah.

Sehun kembali memajukan wajahnya untuk memagut bibir dosennya itu yang telah menjadi candunya. Menyesapnya perlahan, lembut, dan tidak tergesa. Mencoba mengatakan perasaannya melalui ciuman tersebut, bahwa ia tidak hanya main-main dengan dosennya. Ia ingin lebih. Setelah puas, ia memindahkan ciumannya ke dahi Jongin, sangat lembut. Seolah-olah jika ia terlalu kasar dapat merusak makhluk indah di hadapannya. Jongin memejamkan matanya. Jantungnya bedebar, hatinya menghangat saat mendapatkan prilaku yang sangat lembut dari mahasiswanya.

"I'd like to give you a better making love, next time." janji Sehun sambil menyatukan keningnya dengan kening Jongin. Berujar lembut di depan bibir Jongin. Dosennya itu sudah sangat merona. Hei dia bahkan lebih tua beberapa tahun dari Sehun, tapi kenapa sekarang ia merona seperti seorang siswa menengah yang sedang jatuh cinta. Sehun terlihat sangat dewasa, dan itu membuat Jongin lemah.

"Aku harus membereskan mejamu." mengalihkan tatapannya ke meja kerja Jongin di belakang tubuhnya. Jongin ikut memutar kepalannya melihat betapa berantakannya meja kerjanya.

"Uumm kau memang harus melakukannya." Jongin menimpali. Ia berjalan kearah celananya yang berserakan di samping meja. Mengambil lalu memakainya sambil memperhatikan Sehun yang sedang membereskan mejanya, Jongin melihat bagaimana punggung tegap itu mengencang tiap kali Sehun melakukan gerakan bahkan yang ringan sekalipun.

Jongin mengambil kaos dan jaket Sehun yang berada di bawah kakinya. Menghampiri Sehun lalu menyerahkan pakaiannya pada Sehun. Pipinya merona saat sadar Sehun belum menutup celana jinsnya, sehingga penis besarnya itu masih terlihat menggantung lemas di antara selangkangan Sehun. Sehun yang melihat itu justru menyeringai. Dengan sengaja memakai pakaian dan menutup celananya menghadap Jongin.

O

O

O

"Prof Kim, pulang dan istirahatlah. Anda terlihat lelah." Sehun berjalan menuju pintu. Tangan kirinya membuat gestur seperti orang yang sedang menelepon, dan tangan satunya menunjuk meja kerja Jongin.

Jongin masih memperhatikan Sehun sampai pemuda itu membuka kunci lalu keluar dari kelasnya. Matanya ia alihkan pada meja kerjanya. Pipinya nerona saat tahu, Sehun meninggalkan catatan di tisu yang ia letakkan di atas meja.

010-00XX-XXX

Hubungi aku, jika kau setuju untuk kencan Sabtu besok, baby *

"Apa-apaan tanda cium ini. Menyebalkan." gumamnya dengan senyum manis di bibirnya dan rona merah yang kembali menghiasi pipinya.

O

O

O

Jongin tidak pernah tahu seperti apa takdir mempermainkannya. Tapi mungkin menjadi teman kencan mahasiswanya sendiri bukanlah hal yang buruk.

Hari itu Jongin kembali ke apartemennya dengan perasaan yang menghangat.

"Semoga ini awal yang baik." doanya sebelum keluar kelasnya meninggalkan universitas tenpatnya menyalurkan ilmunya.

END

well, aku ga nyangka nulis sesuatu kaya gini. haha. tapi bener deh ff kaisoo yang aku baca itu tuh terngiang ngiang terus dipikiran aku, terus aku mikir gimana ya kalo sekai? and yes jadilah hal lucknut kaya gini. huhu

FF ini udah pernah aku publish di WP. dengan nama akun yg sama @thiswasmay.

sorry for typos!

sorry ya jalo smutnya gagal. this is the very first time nulis smut. nulis yang ngga smut aja berantakan apa lagi yang smut gini. ehee

thanks buat yg mau baca dan review!

p.s. kalo kalian punya promt bisa kirim ke aku, siapa tau aku niat mau buatin ff. ga janji tapi, kalo mood aja haha.

with love, May