Okaaaaay... I am Come Back

Maafkan aku karena membolos selama beberapa bulan. Tapi jiwaku sedang dipincut oleh banyaaaaak sekali anime keren dan dengan rela marathon untuk menonton mereka semua. Bagi yang menantikan cerita ini, aku sangat senang. Waktu senggangku sempit, belum lagi ada persiapan ujian ini dan itu meskipun aku belum mulai belajar dengan serius. Meski begitu aku tidak bisa menjanjikan update cepat seperti sebelumnya setelah ini.

Terima kasih telah ikut ke dunia fantasyku yang gaje ini.

Hak cipta cerita ini bukan milikku.

~Selamat membaca~

Namikaze Naruto secara harfiah lebih kecil dari mereka semua, bahkan dengan semua kekuatan di tubuh itu. Mereka berpikir dia tidak terkalahkan. Karasuba secara pribadi memastikan hal itu saat dia terus di kalahkan dalam duel dengan satu atau lain cara. Miya juga memberikan konstribusi dengan konfirmasi bahwa dia masih kesulitan menang dari pria pucat itu. tentu saja ... tanpa kekuatan sekireinya.

Tapi kemudian, pria yang sama jatuh sakit. Sakit, dia terlihat sekarat, hampir tidak hidup, dan bahkan sangat lemah.

Karasuba bisa membunuhnya setiap saat. Dia tidak perlu melakukannya, pria itu terlihat seolah dia akan disakiti hanya dengan mencoba bergerak. Naruto tidak bergerak. Tenang ditempat tidurnya dia sudah layak disebut mayat. Dia demam, batuk, kulit pucatnya semakin pucat dan dia terlihat serapuh kertas.

Lemah.

Karasuba meragukan bahwa itu adalah pria yang sama dengan pria yang mengalahkan dan memberinya banyak intruksi di lapangan.

Hari itu dia mengetahui rahasia bahwa Naruto Namikaze memiliki kelemahan.

Kelemahan yang terlalu menyedihkan untuk dimiliki oleh orang seperti dia.

Kemudian untuk saat itu Zero four berhasil memahami bahwa Namikaze Naruto adalah jenis makhluk yang sama dengan makhluk lemah yang hampir setiap hari dia potong dengan pedangnya semata-mata hanya untuk hiburan kecilnya.

Bisa-bisanya dia dikalahkan oleh mahkluk seperti itu!.

Dadanya terasa sesak dan dia kesulitan bernafas. Dia tidak ingat apa yang dia lakukan setelahnya tapi dia tahu karena beberapa peneliti dan petugas yang sering dia lewati ketika melenggang di koridor mulai belajar menjaga jarak darinya, mereka terus membisikkan tentang sesuatu dengan nada takut dan cemas di belakang punggungnya.

Kemudian, dia melihatnya... sebongkah karang seukuran gunung yang dia ingat pernah ada terbelah. Tercabik-cabik dengan cara yang tidak halus dan menyisakan pemandangan megah dari sebuah kehancuran yang mempesona.

Semua petunjuk dan bukti itu berbicara terlalu banyak padanya.

XXXX

Karasuba berjalan melintasi lorong dengan langkah lebar, hampir berlari saat dia menemukan targetnya di garis penglihatannya. Gadis itu dengan cepat menyerbu masuk dan mendorong targetnya ke dinding, dia agak mengabaikan ringisan dan beberapa suara yang terdengar seperti beberapa tulang rusuk yang patah dan dinding yang retak, memberikan target yang sekarang korbannya ciuman berantakan dan buru-buru. Sayap hitam berkedip pelan di belakang punggungnya.

Melepaskan targetnya seketika, Karasuba diam untuk waktu yang lama sebelum berkedip dan hilang dari tempatnya berdiri dalam sekejap.

.

.

Pikirannya tidak koheren. Dia merasa berantakan.

Aneh

Semuanya terasa lepas

Hilang

Ada disana, pria pucat dengan senyum meremehkan, geli, menusuk-nusuk kebagaannya. Tapi dia anehnya merasa hangat, lega melihat keberadaannya?

Zero four sama sekali tidak mengerti.

Sebuah rasa nyaman.

Wajah yang seharusnya dia tahu dan kenal ada di depannya saat itu. Ingatan yang tidak dia ingat berkedip, muncul ke permukaan. Akhirnya dia merasa punya kesempatan untuk tahu...

Tapi kemudian, yang dilakukannya adalah mengacungkan pedangnya dan hampir membunuh pria itu. anehnya Karasuba tidak terkejut saat pria itu mampu menghindari ayunan pedangnya dengan lancar, dan dia bergerak dengan naluri seolah mengenali bagaimana kemudian pria itu akan berkeliling, menari menghindar dan bertahan tanpa bahkan sekalipun benar-benar mencoba menyerang Sekirei hitam.

Karasuba berhasil memenangkan darah pertama dan kedua kemudian yang ketiga begitupun dengan keempat tapi setiap pukulan kipas baja itu menyakitkan dan dia terus melihat senyum di wajah pria itu.

Dia yakin dia marah karena sesuatu yang dia tahu telah dia pendam. Zero four menginginkan jawaban untuk semua pertanyaan di benaknya dan pria itu benar tentang sikapnya yang setengah-setengah.

Ketika mereka mengambil beberapa jeda dia memperhatikan fasad tenang pria itu dengan frustasi, memar diperutnya terasa sangat sakit, dia dipenuhi adrenalin.

Zero Four maju dengan kecepatan menyilaukan dan menyerang.

Tarian mereka berakhir ketika panggung yang mereka pijak tidak lagi mampu menerima kerusakan lain.

XXXX

Jika Asama Miya telah menjadi objek tak bergerak selama bertahun-tahun dan hal yang sama bisa di katakan untuk Namikaze Naruto. Konfrotasi dengan salah satu dari mereka adalah bencana. Rencana bunuh diri instan. Kemudian semuanya menjadi semakin rumit dingan keduanya bersama.

Takami merenungkan dengan serius fakta bahwa sebenarnya lebih mudah untuk berurusan dengan Namikaze Naruto daripada Asama Miya. Pria muda itu adalah orang yang cukup santai dan agak membantu juga karena ia secara pribadi mengenal pria itu dimasa lalu tapi di saat yang sama meninggalkan rasa pahit dimulutnya dan perasaan tak nyaman untuk melihat kembali sosok anak didik yang dulu ia tahu berubah menjadi pria asing yang tidak cukup dikenalnya saat ini.

Menutup file ditangannya, dia dengan nafas lelah mengangkat wajah untuk memperhatikan wajah asing tapi juga tak asing dengan rumpun rambut pirang liar dan mata biru, kulit tan dan senyum menyenangkan pria yang memiliki kemiripan dengan Namikaze Naruto di pikirannya beberapa saat lalu.

Yang ini cukup muda, namanya Namikaza Menma dan terlihat begitu bersahabat, cerah dan hampir menyilaukan dengan kemeja oranye dan dasi merah. Pria menatap kearahnya dengan serius, mungkin lebih tepatnya kearah Namikaze lain yang sudah sangat dia kenal yang sedang menyeruput secangkir earl grey tepat di samping kursi yang di dudukinya.

Namikaze yang lebih muda tidak sendirian, dia ditemani sosok Seo Kaoru beserta sekirei-sekireinya dan seorang gadis pemalu dengan mata levender yang mendudukkan diri di meja terpisah tak jauh dari mereka bertiga. Takami dengan sadar mengabaikan setiap kali dia menemukan beberapa dari keempatnya menggerakkan kepala mencoba mengintip dan mendengar dengan raut wajah penasaran.

Menu raksasa yang menutupi wajah mereka tidak cukup untuk membodohi Takami. Bukan berarti itu penting.

Takami bahkan tidak mengerti kenapa dia terjebak dengan situasi ini.

To be Continued

XXXX

Jadi beginilah akhirnya...

Aku sudah banyak membuat masalah jadi amu harus menyelesaikan semua itu sebelum menutup cerita.

Kejelasan tentang situasi Menma dan Naruto serta elemen lainnya akan di jelaskan pada chapter berikutnya.

Sekian

Terima kasih sudah membaca.