THE PERVERTS! Daily Life

© riryzha

Characters

© Fujimaki Tadatoshi

© Yuusei Matsui

-cerita ini penuh dengan ke-OOC-an dan hal tidak lazim lainnya-

Sequel The Perverts!


Prekuel + Bonus untuk reader-tachi :


Segala macam mainan berserakan di lantai. Seolah enggan menyisakan tempat sekecil apapun untuk berpijak. Sementara itu, tiga orang anak beda umur sedang berada di atas kasur besar nan empuk yang diletakkan di dekat jendela. Dua anak tengah bersandar pada tumpukan bantal sambil membaca buku bergambar sementara yang satunya berbaring malas di pinggir tempat tidur.

"Ah, aku bosan," keluh anak laki-laki yang tengah berbaring.

"Kau sudah mengeluarkan semua mainan kita ke lantai, Daiki-nii." Ujar anak laki-laki dengan rambut warna biru muda yang dipotong pendek.

"Benal kata Tetsu-nii. Kamal jadi belantakan." Lanjut anak laki-laki yang satunya ikut menimpali.

"Heeehhh, mau bagaimana lagi? Aku sudah mencoba semua permainan ini tapi tetap saja aku bosan." Mukanya ditekuk karena kesal. Sementara tangan berkulit dim itu mengudara. Membentuk gerakan acak untuk menjelaskan bagaimana bosannya ia.

Yah, mereka adalah anak-anak dari keluarga Aomine.

Dimulai dari si sulung yang menjadi pelaku yang mengacaukan kamar, Aomine Daiki, 6 tahun. Memiliki warna rambut dan kulit lebih gelap daripada kedua adik kembarnya yang merupakan turunan sang ayah. Sementara kedua anak kembar, yakni Aomine Tetsuya dan Aomine Nagisa berkulit putih dan memiliki warna rambut biru muda. Keduanya berumur 4 tahun. Walau begitu mereka sudah pintar membaca buku tanpa bantuan orang dewasa. Namun hanya Nagisa yang masih sedikit cadel huruf r karena ia masih harus banyak belajar berbicara.

'Tok tok tok'

"Boleh Ibu masuk?" Suara sang Ibu mengagetkan ketiganya. Daiki seketika menatap horror pintu kamarnya begitu ia ingat kondisi kamar saat ini.

"Mati! Kita bisa diomeli Ibu!" Pekiknya takut.

"Bukan kami, tapi hanya kau, Daiki-nii." Ralat Tetsuya.

"Kalian tidak mau membantuku?" Keduanya menggelengkan kepala. Mata Daiki membulat seketika.

"Baiklah jika tidak menjawab, Ibu akan masuk dan-APA-APAAN INI, AOMINE DAIKI?!"

"Bu, kenapa Nagisa juga ikut dipukul?" Nagisa memajukan bibir kecilnya.

"Gomenne, Nagisa-chan. Ibu kelepasan." ibunya menggaruk kepala sambil tersenyum kikuk.

"Dan apa lagi yang kau lakukan kali ini, Daiki?" tanya sang ayah, Aomine Daisuke.

"Aku belum sempat merapikan mainanku saat Ibu datang." gerutu Daiki.

"Daiki-nii mengeluarkan semua mainannya hingga memenuhi lantai, Tou-san." terang Tetsuya.

Daiki menatap adiknya itu tidak suka.

"Dasar pengkhianat!" desisnya pelan.

"Daiki!"

"Ya! Tou-sama!" Daiki segera menegakkan punggung.

"Segera bersihkan mainanmu. Beberapa jam lagi keluarga teman Tou-san akan datang berkunjung. Tetsuya dan Nagisa, kalian juga ikut bantu kakak kalian." keduanya memberengut. Lagi-lagi mereka kena sial karena ulah sang kakak.

"Baiklah, Tou-san." jawab keduanya pasrah.

Ketiganya segera merapikan kamar tempat biasa mereka bermain dengan tenang. Hanya Tetsuya dan Nagisa yang tenang. Sementara Daiki lebih memilih bekerja dengan mulut ikut bersuara.

"Kira-kira teman Tou-san bakal menginap tidak ya?"

"Dan apa mereka akan membawa anak mereka?"

"Hurm… kuharap ada anak yang seumuran denganku agar aku bisa bermain dengannya."

"Daiki-nii belisik sekali." keluh Nagisa.

"Memang kau tidak ingin punya teman baru?" tanya Daiki.

"Yah, aku mau sih." Nagisa mengaitkan kedua tangannya ke belakang. Ia sudah selesai merapikan bagiannya.

"Kalau begitu nanti kita intip mereka dari jendela."

"Daiki-nii, kau lambat." sindir Tetsuya. Ia dan Nagisa sudah menyelesaikan bagian mereka dengan cepat. Sementara sang kakak belum selesai karena terlalu banyak berceloteh.

"Berisik!"

.

.

.

.

Bandara Narita…

"Mom, sepertinya barang bawaanmu terlalu berlebihan. Bukankah barang lainnya bisa dikirim besok?" anak laki-laki dengan surai gradasi itu hanya bisa sweatdrop melihat sang ibu menarik dua koper besar dan satu tas jinjing.

"Biarkan dia, Taiga. Mommy-mu terlalu bersemangat karena akan bertemu teman lamanya." ujar sang ayah, Akashi Masaomi.

"Kau juga akan bertemu dengan Daisuke loh, Dear." sahut Akashi-Kagami Rieko.

"Aku tahu itu."

"Ngomong-ngomong, kalau Mommy membawa koper dan aku juga, lalu Daddy membawa apa?" tanya Taiga, anak laki-laki mereka.

"Daddy-mu tentu mengawasi adik-adikmu... Masaomi, di mana anak-anak?" Masaomi tersenyum kecut sambil mengangkat kedua tangannya.

"Sepertinya aku kehilangan mereka."

"Cepat temukan mereka atau kau kugantung di Tokyo Tower!"

Tak perlu waktu lama, terdengar suara panggilan untuk keluarga Akashi dari pengeras suara untuk segera menjemput kedua anak mereka yang hilang.

"Tak kusangka kau begitu teledor dalam mengawasi anak-anak, Masaomi." Rieko memulai ceramahnya di dalam mobil yang sudah menunggu mereka.

"I'm sorry, Honey…"

Sementara di sisi lain limousine, Taiga dan kedua adiknya pura-pura tidak melihat ayah mereka dijewer sangat keras oleh ibu mereka.

"Seriously, Sei, Karma?" Tanya Taiga tidak percaya pada dua adiknya yang memiliki kulit lebih cerah dan warna rambut merah cerah dan sedikit oranye.

"Kakak harusnya lihat bagaimana aku memasukkan wasabi ke dalam mulut mereka hingga pingsan!" Seru Karma bangga.

"Mereka mencoba menentangku yang absolut ini, Aniki. Makanya aku harus memberi mereka sedikit pelajaran dengan guntingku." Jelas Sei, atau lengkapnya Seijuurou, tak kalah bangganya karena telah berhasil membuat beberapa orang dewasa dan 2 anak kecil menangis hingga terkencing-kencing.

"Kalian itu baru empat tahun!"

"Tapi kami kan keluarga Akashi. Umur tidak jadi alasan untuk menjadi lemah." jawab Sei.

Dan sungguh, sepanjang perjalanan Taiga hanya bisa membenturkan kepala ke kaca jendela.

Limousine yang membawa keluarga Akashi tiba di pekarangan rumah kediaman Aomine. Daiki, Tetsuya dan Nagisa segera mengintip dari jendela. Menyaksikan dengan ekspresi penasaran begitu keluarga Akashi satu persatu keluar dari kendaraan mewah tersebut. Dan sungguh, baru kali ini Daiki melihat seseorang seindah dan sesempurna anak yang sedang dilihatnya sekarang.

"Kirei…" gumamnya tanpa berpaling menatap anak yang sepertinya seumuran dengannya itu menggandeng kedua adiknya masuk ke dalam rumah.

Tak ingin terlalu lama kehilangan sosok indah itu, Daiki segera menarik adik-adiknya turun.

"Ayo!"

Sementara Taiga, Sei, dan Karma tengah berdiri di depan Daisuke dan Natsumi lalu membungkukkan badan.

"Konnichiwa, Daisuke-san, Natsumi-san." ujar ketiganya berbarengan.

"Konnichiwa. Arara~ anak kalian sangat sopan, Masaomi, Rieko." Yang disebut namanya hanya bisa membusungkan dada, bangga dengan anak-anak mereka.

Baru saja Daisuke hendak mempersilakan tamunya untuk minum, Daiki, Tetsuya dan Nagisa berlari ke arah mereka.

"Tou-san! Kaa-san!" seru Daiki.

"Ah, iya. Perkenalkan. Ini anak kami. Daiki, Tetsuya dan Nagisa. Kalian bertiga, beri salam." ketiganya segera membungkukkan badan lalu berdiri di dekat orang tua mereka. Daiki beberapa kali melirik ke arah Taiga yang menyadari tatapan aneh yang tertuju padanya. Karena mengira Daiki penasaran padanya, Taiga balik menatap lalu tersenyum manis. Sangat manis hingga wajah Daiki memerah.

Sementara Sei dan Karma tengah menatap Tetsuya dan Nagisa dengan penuh selidik.

'Mereka imut seperti Taiga-nii. Dan cantik.'

Begitu mereka sadar kakak mereka tengah tersenyum, keduanya mengarahkan pandangan kemana sang kakak tersenyum lalu memincingkan mata.

'Sepertinya ada alarm bahaya yang mengancam Taiga-nii.'

Keduanya kembali akan menatap anak kembar keluarga Aomine kalau saja sang Aomine sulung tidak mengatakan sesuatu yang membuat kening mereka berkedut.

"Kaa-san, aku mau hidup selamanya sama anak cantik bersurai gradasi itu."

Masaomi dan Rieko hanya bisa sweatdrop sementara Daisuke dan Natsumi menepuk kening mereka cukup keras.

"Kau harus memberikan dua adikmu pada kami. Baru akan kami pertimbangkan apakah kau pantas untuk Taiga-nii atau tidak." dan sekarang gantian Daisuke dan Natsumi yang hanya bisa melongo sementara Masaomi serta Rieko tertawa hambar.

Taiga langsung bersembunyi dalam dekapan mommy-nya dengan muka semerah tomat karena malu dipanggil cantik oleh Daiki.

Dan Tetsuya maupun Nagisa menatap kakaknya serta kedua anak berambut merah cerah dan oranye itu dengan tatapan tidak mengerti.

.

.

.

Weh….flashback cerita ini akhirnya jadi! Ini bakal menjadi gambaran awal mula mereka berenam bertemu.

Baru ketemu sudah sepanas ini ya, readers~ xixixi

Jadi penasaran keseharian mereka apalagi nasib terakhir tiga uke kita di ff The Perverts!

Tunggu update selanjutnya ya~~~