Playing With Fire

by

Achan Jeevas

.

.

.

.

.

.

Main Cast :

[OngNiel]

Ong Seongwoo - Kang Daniel - Woojin

.

Support Cast :

Yoon Jisung / Park Yoochun / Kim Jennie / Hwang Minhyun / Luhan / HyunA / Park Chanyeol / Song Hyekyo / Samuel

.

.

.

.

.

.

.

Summary :

Lima tahun setelah perang akhirnya Seongwoo diberikan kesempatan kedua untuk bertemu dengan Daniel tapi dia hanya memiliki waktu sepuluh hari untuk membuat Daniel jatuh cinta padanya jika tidak bisa maka Daniel akan selamanya melupakan Seongwoo dan putra mereka, Woojin.

.

.

.

A/N :

-Untuk reader baru Di wajibkan baca Eternal Love terlebih dahulu agar kalian tahu plot hubungan Ongniel sebelum ini.

-Seme Ong and Uke Niel. Nggak suka maka silahkan back.

-Daniel as Idol nd Agency yg naungi dia itu YC Ent yup YC bukan YMC. kenapa YC? Karena yang punya itu Park Yoochun. Yup Yoochun as CEO Agency

.

.

.

.

.

.

Prolog : Second Chance

.

.

.

.

.

Seongwoo ingat saat ia kecil Ibunya pernah bilang "Jangan pernah jatuh cinta, karena cinta itu seperti Api. Kau akan terbakar."

Saat itu Seongwoo tidak mengerti apa yang diucapkan Ibunya namun beberapa tahun kemudian ia mengerti ketika Ayahnya meninggalkan mereka dengan wanita fanna simpanannya.

Seongwoo mencoba untuk tidak mengenal apa itu cinta bahkan ketika Kang Dani –adik dari sahabatnya mengatakan cinta padanya.

"Seongwoo Oppa, aku mencintaimu." Dani menundukan wajahnya yang memerah.

"Maafkan aku, Dani."

Bahu Dani melemah mendengarnya. Ia mendongak untuk menatap Seongwoo mencoba tersenyum walaupun Seongwoo tahu itu adalah senyum terpaksa. "Tidak apa-apa Oppa. Aku mengerti."

Beberapa hari kemudian Kang Dani membakar dirinya sendiri dalam api hingga tubuhnya tak tersisa.

Cinta memang monster paling berbahaya.

Namun kematian bukanlah akhir. Kisah ini masih berlanjut hingga ada sosok yang melanjutkan kisahnya karena bukanlah sebuah kisah jika tidak berakhir bahagia.

Takdir telah merajut benang merahnya.

.

.

.

.

.

"Seongwoo."

Seongwoo membungkuk hormat pada Istri dari Dewa Langit itu. "Lady HyunA."

"Hari ini tepat lima tahun setelah Daniel pergi."

"Aku tahu." Seongwoo tentu saja tahu karena hari inilah yang ia nanti-nantikan.

"Suamiku mengutusku." HyunA membuka telapak tangannya dan seketika satu tangkai mawar merah muncul ditangannya.

Hyuna meletakan mawar itu diatas meja Seongwoo dan seketika mawar itu disekelilingi oleh sebuah kaca pelindung. "Mawar itu memiliki sepuluh kelopak dan itu berarti kau hanya memiliki sepuluh hari untuk membuat Kang Daniel jatuh cinta padamu."

Hyuna memandang Seongwoo. "Inilah kesempatan keduamu. Jika kau tidak berhasil maka Kang Daniel akan selamanya melupakanmu dan Woojin." Setelah mengatakannya Hyuna langsung menghilang dari hadapan Seongwoo.

.

.

"Daddy."

Seongwoo memeluk putranya. "Daddy akan membawa Mommymu pulang."

"Benarkah?"

Seongwoo mengangguk. "Apa Woojin melihat bunga mawar itu?"

Woojin memandang bunga mawar yang ada diatas meja Ayahnya.

"Teruslah perhatikan mawar itu dan pada kelopak terakhir mawar itu jatuh lihatlah kearah cakrawalan. Daddy akan pulang bersama Mommy."

Woojin mengangguk.

Seongwoo mencium kening putranya dengan sayang. Ia menatap Aron dan Samuel.

"Tolong jaga putraku sebentar, Hyung."

"Pasti, Seongwoo-ya. Kami akan menunggu kepulanganmu dan Daniel."

Seongwoo menatap Woojin yang masih belum melepaskan genggaman tangannya. "Daddy pergi dulu."

Dengan perlahan Woojin melepaskan genggaman tangannya pada Ayahnya. "Woojin sayang Daddy."

"Daddy juga menyayangi Woojin."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 1 : First Day : Our (Second) First Sight

.

.

Seoul

Burn it up! Yeah
Burn it up! Ooh woah
Burn it up! Uh oh
Burn it up! Ooh yeah

"Wae?" Daniel mengangkat ponselnya dengan malas.

"Apa maksudmu Wae? Cepat bangun kau akan melakukan pemotretan dalam satu jam lagi."

"Aku pikir aku sedang libur hari ini."

"Libur kau bilang? Katakan itu pada Agency ularmu itu dan aku yakin kau akan dipecat seketika."

Daniel terkekeh mendengarnya. "Mereka tidak akan memecatku. Aku adalah aset berharga mereka."

"Terserah kau bilang apa. Cepat bangun!"

"Iya, Jisung-hyung. Aku bangun." Daniel menutup sambungan teleponnya dengan managernya itu dan segera masuk ke kamar mandi.

Daniel melepaskan bajunya dan bercermin sebentar. Tangannya mengelus bekas luka yang ada diperutnya. Daniel menghela nafas setiap hari ia selalu bertanya-tanya sejak kapan ia memiliki luka ini dan mengapa ia merasa bahwa luka ini memiliki makna yang mendalam untuk hidupnya.

Salah satu penyanyi solo yang karirnya sedang berada diatas puncak itu memegang kepalanya. Seberapapun Daniel mencoba untuk mengingat namun ia tidak menemukan apa-apa dalam pikirannya. Ia merasa ada sesuatu yang hilang tapi apa?

.

Daniel mengunci pintu apartementnya dan dengan segera berlari kearah lift karena Jisung terus menerus menyuruhnya untuk segera datang.

"Iya, Hyung. Aku akan segera kesana." Daniel berlari menuju lift dengan tergesa-gesa.

"Tahan liftnya! Tahan liftnya!" teriaknya ketika melihat pintu lift hampir tertutup dan untungnya seseorang yang berada didalam lift menahan pintu lift tersebut. Daniel langsung memasuki lift tersebut dan membungkuk terimakasih pada sosok tersebut.

"Terimakasih sudah menahan li–" dan Daniel seakan lupa dengan dunia ketika melihat wajah sosok tersebut. Didepannya berdirilah pria berparas tampan –usianya mungkin baru dua puluh lima tahun dengan tinggi yang sama dengannya.

"Sama-sama." ujar pria tersebut.

Daniel yakin ia pernah mendengar suara pria itu sebelumnya dan entah keberanian dari mana Daniel lebih dulu mengulurkan tangannya pada pria tampan itu. "Namaku Kang Daniel."

Pria itu menatap tangan Daniel cukup lama namun akhirnya membalas uluran tangan Daniel. "Ong Seongwoo."

Sebuah cinta yang indah akan berakhir indah juga.

Lama keduanya hanya terdiam sambil menatap mata satu sama lain, menyelam kedasar sebuah perasaan hangat yang membuncah dalam diri mereka. Sebuah perasaan yang sejak dulu ada dalam hati mereka.

Ting

Keduanya segera melepaskan jabat tangan mereka ketika orang-orang mulai memasuki lift tersebut.

Daniel mencoba untuk kembali bersikap biasa namun matanya menatap telapak tangannya. Genggaman pria itu tegas namun dingin dan terasa familiar untuknya. Terlalu familiar.

Burn it up! Yeah
Burn it up! Ooh woah

Daniel segera mengangkat teleponnya yang tak lain dan tak bukan dari managernya sendiri. "Iya, Hyung. Aku sudah ada di lift."

"Cepatlah, Niel. Tidak biasanya kau bangun terlambat. Hyung pikir kemarin jadwalmu tidak terlalu padat."

Daniel sendiri juga tidak mengerti ini kali pertama dia bangun terlambat, biasanya ia sudah selesai bersiap ketika Jisung menelponnya. Well semua itu karena semalam ia tidak bisa tidur sama sekali.

Setiap kali ia mencoba untuk menutup mata entah bayangan-bayangan aneh tentang sebuah istana, pedang, darah dan anak kecil memasuki pikirannya, selama berjam-jam bayangan-bayangan itu terus menghantuinya dan akhirnya Daniel memilih untuk meminum pil tidur yang tidak pernah ia minum sebelumnya.

Ting

Daniel langsung menutup ponselnya dan segera berjalan keluar dari lift. Ia tidak mau lagi mendengar omelan Jisung lebih lama lagi. Daniel dengan segera memasuki mobil hitam yang diberikan perusahaan untuknya yang sudah menunggunya didepan gedung apartementnya.

"Aku harap ini adalah pertama dan terakhir kalinya kau terlambat, Daniel." Herdik Jisung pada sosok yang lebih muda darinya itu ketika Daniel sudah masuk kedalam mobil.

"Iya, Hyung. Mian."

Jisung menggelengkan kepalanya akan sikap Daniel dan tanpa banyak kata lagi segera menyalakan mesin mobil menuju tempat pemotretan artisnya.

Daniel menatap sekilas gedung apartementnya. Ia bersyukur agencynya memberikannya apartement yang memiliki tingkat keamanan yang tinggi sehingga para sasaeng fansnya tidak ada yang berani masuk.

Laki-laki yang baru menginjak usia 23 tahun pada Desember lalu merasakan jantungnya berhenti berdetak ketika pria tampan yang baru ia temui di lift tadi menatap tepat kearahnya dengan tatapan yang menyiratkan sesuatu.

"Hey, kenapa kau? Ada sesuatu yang menarik diluar?" tanya Jisung.

Daniel menengok kearah Jisung. "Tidak ada apa-apa." Ucapnya berbohong dan ketika ia kembali menatap pria tampan itu ternyata sosoknya sudah tidak ada disana.

"Ong Seongwoo." Gumamnya amat pelan.

.

.

.

.

Jisung memberikan botol air untuk Daniel. "Setelah ini kita akan ke Agency."

"Untuk apa kita kesana?"

"Untuk mendiskusikan album barumu dan mereka bilang sudah menemukan Koreografernya."

"Dari luar?" tanya Daniel.

Jisung menggeleng. "Dia memang pernah tinggal di luar selama bertahun-tahun tapi dia asli Korea."

Daniel mengangguk mengerti dan meminum airnya. "Aku tidak sabar untuk mengakhiri kontrakku dengan Agency."

"Bersabarlah, tiga bulan lagi kau akan terlepas dari mereka. Hyung akan selalu ada disampingmu."

"Terimakasih, Hyung. Untuk selalu ada disampingku."

"Itu gunanya seorang kakak, bukan?"

Daniel tersenyum mendengar ucapan manajernya itu. Manajer yang sudah menemaninya selama lima tahun ini dalam menghadapi lika-liku dunia hiburan yang begitu keras. Daniel menghela nafas mengingat kembali hidupnya selama lima tahun ini yang dipenuhi dengan blitz kamera dan teriakan fansnya.

Ketika ia debut ia tentu merasa senang akan semua itu karena akhirnya mimpinya sejak kecil terwujud namun tiga tahun kemudian agency yang menaunginya berubah sikap mereka hanya menganggapnya sebagai mesin pencetak uang dan mengharuskan Daniel untuk menuruti semua ucapan mereka.

Syukurlah kontraknya dan agencynya akan berakhir tiga bulan lagi dan pekerjaan terakhirnya adalah album baru miliknya ini yang berjudul 'Beautiful' setelah itu Daniel akan rehat sebentar dari dunia hiburan sebelum menandantangi kontrak dengan agency lain yang lebih baik.

.

.

"CEO-nim." Daniel membungkukan badannya ketika memasuki ruang CEO Agency yang menaunginya.

"Sudah ku katakan padamu, Daniel. Jangan terlalu formal padaku jika tidak ada kamera. Panggil aku, Hyung." Ucap sosok tampan tersebut pada salah satu artisnya.

"Maafkan aku, Yoochun-hyung."

Yoochun tersenyum mendengarnya. "Nah nah itu lebih baik. Sekarang mendekatlah aku ingin mengenalkanmu pada koreografer untuk album barumu nanti."

Daniel melangkahkan kakinya mendekati meja bossnya itu dan ia membelalakan matanya ketika melihat sosok yang tadi pagi ia temui duduk dikursi dengan santai yang ada diruangan bossnya.

"Seongwoo perkenalkan ini Kang Daniel dan Daniel perkenalkan ini Ong Seongwoo. Koreografer barumu."

Seongwoo berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Daniel. "Halo, Daniel. Kita bertemu lagi."

"A-a…" Daniel tidak yakin apa yang ia ucapkan karena jantungnya kini berdebar-debar. "Se-senang bertemu dengan anda."

"Daniel kau mungkin tidak ingat tapi Seongwoo pernah mengajar di SOPA sebagai pelatih dance dan aku ingat dari profilemu jika kau bersekolah di SOPA selama satu semester dan masuk ke Club Dance. Apa kalian saling mengenal di SOPA?" tanya Yoochun.

"Ya. Dia salah satu muridku di SOPA. Sayangnya aku harus ke New York dan aku dengar juga Daniel pergi ke Canada." Ujar Seongwoo dengan tenang.

"Sayangnya aku tidak mengingat apapun. Apakah saat di SOPA kita dekat?" tanya Daniel menatap penasaran pada Seongwoo.

"Club Dance memiliki 70 anggota dari seluruh tingkat. Tidak mungkin aku bisa dekat dengan semua muridku."

Daniel mengangguk paham mendengarnya. Tangannya terangkat memegang kepalanya ketika rasa pening menyerangnya.

"Apa kau baik-baik saja, Daniel-sshi?" Seongwoo menatap Daniel khawatir.

Daniel mengangguk. "Aku baik-baik saja."

"Biarkan saja, Seongwoo. Dia memang sering seperti itu nanti juga membaik dengan sendirinya." Ucap Yoochun acuh pada artisnya tersebut. "Seongwoo kau bisa melatihnya mulai besok. Album ini harus dirilis bulan depan dan semuanya harus selesai tepat waktu."

Seongwoo dan Daniel mengangguk mengerti.

.

.

"Apa kau yakin kau baik-baik saja, Daniel-sshi?" tanya Seongwoo ketika keduanya sudah ada di lift untuk keluar dari gedung YC Ent ini.

"Tolong jangan panggil aku dengan embel-embel sshi, Instruktur Ong. Dan yah aku baik-baik saja, ini hanya efek dari amnesiaku saja."

"Kalau begitu kau juga harus memanggilku Hyung. Umurmu 23th bukan? Kita hanya berbeda tujuh tahun."

"A-apa? berbeda tujuh tahun? Aku pikir kau masih berusia 25th?"

Seongwoo tidak menjawab, ia hanya mengangkat bahunya acuh. "Tadi kau mengatakan efek dari amnesia? Kau mengalami amnesia?"

"Yah, kemarin tepat lima tahun setelah kecelakaan yang membuatku kehilangan memory tiga tahunku."

"Memory tiga tahunmu?" Seongwoo berpura-pura tidak mengerti.

"Lima tahun yang lalu saat aku berusia 18th aku mengalami kecelakaan mobil –itu yang saksi katakan padaku tapi aku tidak ingat apa-apa. Aku merasa saat itu aku masih berusia 15th. Dokter mengatakan mungkin ada sebuah kejadian traumatis saat usiaku 15th sampai 18th sehingga pikiranku memilih membuangnya." Jelas Daniel.

Ia sendiri tidak mengerti mengapa ia dengan mudah menceritakannya pada Seongwoo. Apa karena dulu Seongwoo adalah Instruktur Dancenya kah? Dan tentang memory tiga tahun yang hilang itu… entahlah Daniel merasa ada sesuatu yang besar yang hilang dari hidupnya.

.

.

Seongwoo menghentikan mobil sport berwarna hitamnya didepan Daniel yang berdiri didepan gedung agency. Ia menurunkan kaca mobilnya. "Aku pikir kau sudah pulang bersama manajermu."

Daniel memasukan ponselnya dalam saku celananya. "Dia baru saja menelponku kalau dia harus pulang karena adiknya masuk rumah sakit. Sepertinya aku akan naik taxi."

"Aku akan mengantarmu pulang. Sangat berbahaya seorang Idol terkenal sepertimu naik taxi. Bagaimana kalau supir taxi itu adalah sasaeng fansmu?"

"Aku tidak mau merepotkanmu, Hyung. Lagipula mungkin saja tempat tinggal kita berjauhan."

"Sepertinya aku belum memberitahumu tapi kita tinggal di satu gedung apartement yang sama."

Daniel menatap tidak percaya sosok didepannya. "Mwo?"

"Aku baru pindah disana semalam. Ingat tadi pagi kita bertemu itu karena aku juga menyewa apartement disana."

Daniel terkekeh mendengarnya. "Well dari pada aku mengeluarkan uang untuk biaya taxi lebih baik aku ikut denganmu saja yang gratis." Setelah mengatakannya Daniel langsung memasuki mobil Seongwoo.

Seongwoo tersenyum mendengar ucapan Daniel. "Aku pikir menjadi seorang Idol memiliki banyak uang."

"Aku memang memiliki banyak uang tapi tidak ada salahnya jika berhemat kan?"

Seongwoo tidak menjawab, ia menyalakan mesin mobilnya dan membawa keduanya menuju tempat tinggal mereka.

Daniel menyentuh ujung kemejanya ketika jantungnya kembali berdebar-debar. Entah kenapa sejak tadi pagi hingga sekarang setiap kali dekat dengan Seongwoo jantungnya selalu berdebar-debar. Sepertinya sosok tampan disampingnya ini memberi pengaruh yang buruk untuk jantungnya tapi anehnya Daniel suka akan sensasi ini.

.

.

Daniel menatap tidak percaya pada Seongwoo yang berdiri didepan pintu berangka 96. "Apa kau Sasaeng fansku, Hyung?" tanyanya dengan geli.

"Aku tidak tahu kau adalah tetanggaku." Ucap Seongwoo sambil mengangkat bahunya.

Daniel hanya terkekeh mendengarnya. Ia sebenarnya ingin berbicara banyak pada Seongwoo namun ia merasa tubuhnya benar-benar lelah.

"Tidurlah, Daniel. Kau pasti lelah. Besok kita mulai latihan koreo dance." Ucap Seongwoo ketika melihat wajah Daniel yang tampak begitu kelelahan.

"Nde, Hyung. Terimakasih atas tumpangannya, Selamat malam."

"Hm."

.

.

.

Seongwoo menatap wajah damai Daniel yang tertidur lelap. Ia terkekeh gemas ketika Daniel menggesekan gigi-giginya. Kebiasaan Daniel ketika tidur tidak pernah berubah sama sekali bahkan selama lima tahun ini.

Seongwoo mendudukan dirinya diranjang Daniel. Tangannya terangkat untuk mengelus wajah yang begitu ia dan putranya rindukan itu.

"Biarkan aku yang berjuang untuk cinta ini, Daniel. Aku bersumpah akan memberikanmu kebahagiaan yang pantas kau dapatkan." Ucapnya dengan pelan dan mencium dahi Daniel.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

23 January 2018