A Victuuri fanfiction. R18. AR (Alternate Reality). Omegaverse. Untuk teman-teman yang berusia 18 tahun, mohon kerjasamanya untuk tidak melanjutkan membaca ya. :)
Tambahan: karena penyesuaian rating, adegan dewasa saya potong, versi lengkap ada di AO3 dan Wattpad dengan judul sama.

Ide cerita terinspirasi dari roleplay karakter saya dengan Hajime (Kashikomarimashita, Destiny).

Please enjoy this story, minna.


Jika keseluruhan jumlah manusia adalah seratus persen, maka jika bisa memilih, Yuuri Katsuki ingin menjadi delapan puluh persennya. Menjadi beta. Tidak semenonjol alpha, tidak selemah omega. Berada di kalangan biasa-biasa saja seperti sang kakak, Mari Katsuki, atau orang-orang yang berada di dekatnya; Minako-sensei, Celestino, Phichit, keluarga Nishigori.

Sayangnya, kadang keinginan tak sesederhana itu untuk terwujud.


A Victor Nikiforov/Yuuri Katsuki fanfiction
AR, omegaverse

-#-

Heartbeat
[Satu: heat]

-#-

Yuri! on Ice © Mitsurō Kubo
I don't gain anything from this fanfiction


Di usianya yang sudah menginjak dua puluh tiga tahun, Yuuri Katsuki belum pernah mengalami heat, walaupun secara medis, catatan kesehatannya jelas mengatakan bahwa ia adalah omega. Saat kedua orang tuanya tahu mengenai hal itu, mereka tidak berkata apa-apa, hanya memeluk Yuuri dan mengatakan bahwa semuanya tidak akan berubah.

Mereka percaya bahwa Yuuri bebas menjadi apa saja yang ia inginkan.

Figure skater, dokter, insinyur, atau bahkan penari balet sekalipun. Sama seperti cara mereka memperlakukan Mari. Tapi Yuuri sadar, dunia tidak memperlakukannya sama setelah mengetahui bahwa ia adalah seorang omega.

Entah sudah berapa pasang mata yang menunjukkan ekspresi iba dan prihatin padanya saat mengetahui bahwa ia adalah seorang omega. Saat dirinya masuk SMA, Mari membelinya sebuah kalung khusus karena bau manis di tubuhnya bisa mengundang satu atau dua alpha untuk mendekat.

Yuuri sadar bahwa ia tidak bisa lagi menjadi Yuuri kecil yang berlari bebas di taman, berputar-putar di atas ice rink, menghabiskan malam di ballet gallery Minako tanpa takut alpha menyerangnya di jalan. Tanpa takut bahwa tiba-tiba masa heat yang menunjukkan masa suburnya tiba-tiba datang dan mengambil alih dunianya. Membuat seluruh orang tahu bahwa ia adalah omega; lemah, butuh dilindungi, dan 'mesin pencetak anak' untuk alpha.

Tiap kali pikiran itu datang, tiap kali juga rasa percaya dirinya tergerus hingga nyaris tak bersisa.

"Yuuri! Jangan cemas begitu, kau pasti bisa melakukannya. Kau sudah berlatih untuk free program itu berkali-kali, bukan? Ini akan sama seperti kejuaraan lainnya, hanya berbeda tempat saja," Celestino menepuk-nepuk punggung Yuuri berulang kali, menenangkan anak didiknya itu.

Yuuri menarik bibirnya sedikit, memandangi Victor Nikiforov yang baru saja menampilkan free program-nya dengan sangat apik, dengan total skor 335.76, memecahkan rekornya sendiri di tahun lalu dan nyaris tidak mungkin disusul oleh figure skater yang lain. Rasanya ia ingin memesan tiket pulang ke Jepang saja dan menangisi kepergian Vicchan, anjing kesayangannya yang menyeberangi jembatan pelangi saat ia bertanding di Sochi.

Jantungnya berdebar lebih kuat daripada biasanya, tubuhnya terasa panas meskipun saat itu ice rink indoor di Sochi sangat dingin. Namun, entah kenapa keringatnya tidak mau berhenti. Ia yakin tidak ada yang salah, namun tentu ada yang berbeda pada tubuhnya, atau minimal ada yang berubah pada nyalinya untuk bertanding.

"Berikutnya, penampilan peserta dari Jepang, Katsuki Yuuri!"

Riuh rendah tepuk tangan penonton memenuhi ice rink tempat Grand Prix Final diselenggarakan. Yuuri meluncur di atas es dengan kikuk, membiarkan pisau di bawah sepatunya mulai membuat suara gesekan yang khas.

Victor Nikiforov … ya? Seorang pria yang ia kagumi sejak dirinya masih sangat belia. Tubuhnya sangat gemulai, menari di atas es seperti seorang dewa, melompat tinggi seolah peri, begitu menakjubkan. Membayangkannya membuat tubuh Yuuri terasa semakin panas dan pipinya merona. Seolah dirinya kini tengah berada di atas es dengan Victor sebagai pasangannya.

Ketika tepuk tangan penonton mereda dan music pengantar free program-nya mengalun, Yuuri meluncur di atas es dengan perasaan bebas. Seakan dirinya adalah seekor kupu-kupu, melakukan gerakan dan lompatan sederhana. Baik, berikutnya adalah triple axel. Yuuri menumpukan kekuatan pada kakinya namun gagal. Ia terjatuh setelah berhasil mendarat di atas es.

Kau hanya perlu bangun lagi.

Seandainya sesederhana itu. Yuuri bahkan tidak tahu seperti apa wajahnya saat ini, tubuhnya semakin memanas seiring pikiran-pikiran bahwa ia akan kalah dan dipermalukan di Jepang berdatangan. Apa yang akan dikatakan oleh ayah dan ibunya? Apa mereka melihat penampilan dirinya di televisi? Perjuangannya untuk mencapai titik ini, berada di atas ice rink yang sama dengan Victor rasanya jadi sia-sia. Nafas Yuuri mulai terengah padahal seharusnya staminanya masih cukup untuk sampai di akhir lagu.

"Berikutnya… quadruple toe loop, yang akan menjadi penutup dari penampilan Yuuri Katsuki, apakah ia berhasil melakukannya?"

Bruk.

Gagal.

Yuuri benar-benar ingin menangis sekarang. Jantungnya berdebar begitu cepat, tubuhnya semakin memanas, dan nafasnya mulai memburu. Berikutnya combination spin untuk mengakhiri penampilannya dan Yuuri akan baik-baik saja. Benar, kan? Yuuri memaksimalkan penampilannya pada putaran itu saat lagu mulai terhenti dan ia kini bisa mengatur nafasnya.

Kepalanya terasa berat dan di bawah sana terasa janggal. Yuuri bersumpah saat itu bukanlah saat tepat untuk kejantanannya mengeras. Namun ia tidak bisa mengontrol tubuhnya. Bayangan Celestino yang melambaikan kedua tangannya, meminta Yuuri untuk mendekatinya, terasa semakin kabur.

Inikah … heat?

Yuuri meluncur ke arah Celestino, membiarkan sang coach menangkap tubuhnya yang hampir ambruk dan membiarkan pria dengan rambut ekor kuda itu memakaikan 'kalung khusus' pada lehernya. Yuuri bersumpah kini ia bisa mencium bau tubuhnya sendiri. Manis. Seperti aroma buah berry atau manisan jeruk yang biasa dibeli ibunya saat musim panas.

"Celestino … air, aku haus, aku … nnnnhh," Yuuri melenguh, kesadarannya kini mungkin hanya di pelupuk mata sebelum Celestino memanggil petugas kesehatan untuk membawa tandu dan mengantar Yuuri ke tempat yang lebih aman.

Siapa yang tahu di sana ada alpha atau tidak?

Bisa saja Yuuri diserang jika tidak dibawa ke tempat yang lebih aman.

Yuuri merasakan kesadarannya benar-benar mnghilang ketika Celestino berteriak pada petugas kesehatan untuk mengangkat tubuhnya dengan hati-hati.


Sehari setelah kejadian itu, Yuuri tahu bahwa dirinya berada di peringkat terbawah pada Grand Prix Final Sochi. Baik di instagram maupun website berita olahraga, tersiar kabar mengenai seorang atlet figure skating yang ternyata seorang omega. Lagi. Perasaan tidak menyenangkan yang muncul saat orang-orang mengasihaninya, komentar-komentar iba dan juga beberapa kalimat setajam belati yang memintanya pulang saja untuk mengurung diri saat sedang heat. Yuuri mematikan fitur komentar pada Instagram-nya. Sudah cukup.

Siapa yang tahu bahwa heat pertamanya datang saat dirinya sedang berada di moment penting seperti itu?

Cklek.

Pintu dibuka. Celestino masuk dan memastikan bahwa Yuuri merasa nyaman di kamar hotel. Tadi pagi Yuuri meminta pindah dari 'ruang isolasi' karena ia merasa bahwa dirinya sudah baik-baik saja dan bahkan bisa pulang ke Jepang walau ada yang bilang bahwa masa heat omega setidaknya berlangsung tiga hari sampai satu mingu. Namun, beberapa omega memang memiliki pengecualian tentang hal itu.

"Yuuri! Sudahlah, kau tidak usah pikirkan soal Grand Prix, setidaknya kini kau sudah sehat, bukan?"

"Celestino? Ah … ya, aku ada di peringkat akhir. Bahkan skorku jauh di bawah yang lain, ya? Apakah aku harus pensiun?"

"Yuuri! Bersemangatlah. Kau tidak perlu sekhawatir itu."

"Celestino, aku butuh waktu sendiri," ujar Yuuri akhirnya, membiarkan dirinya berada di bawah selimut dan mengabaikan pelatihnya yang saat ini sedang berusaha menghibur dirinya.

Yuuri merasa tak ada hal apapun yang bisa membuatnya tersenyum saat ini. Karirnya sebagai atlet figure skating terancam tidak berkembang karena statusnya yang seorang omega, dan sekarang impiannya untuk berada di satu ice rink yang sama dengan Victor dengan medali di leher juga telah pupus.

Yuuri tahu bahwa mimpi yang terlalu tinggi akan terasa menyakitkan jika ia gagal menggapainya.

"Aku akan ada di pesta perjamuan para atlet, Yuuri. Datanglah jika kau sudah merasa baikan," Celestino akhirnya mengalah. Ia tahu bahwa anak didiknya yang seusia Yuuri saat ini tengah memasuki masa-masa penyangkalan diri karena beranjak dewasa dan mulai berdiri di atas kakinya yang goyah. Namun ia juga tahu bahwa Yuuri cukup tegar.

Suara sol sepatu yang bertemu dengan lantai keramik dan suara pintu tertutup membuat Yuuri membenamkan kepalanya dalam-dalam di bantal.

Ia harus apa sekarang?


Celestino menyiapkan pakaian ganti untuk Yuuri datang ke pesta perjamuan para atlet usai kemenangan Victor Nikiforov. Yuuri mau tak mau memaksa dirinya untuk datang ke sana karena tahu Celestino pasti akan mewakilkan jika ia tidak datang. Namun orang-orang akan menganggapnya pongah dan tidak mau berbaur kalau sampai hanya Celestino yang muncul di pesta itu.

Maka di sanalah ia sekarang, memakai jas rapi dengan dasi berwarna merah, masuk ke ruang pertemuan yang berukuran cukup besar itu. Suara desas-desus para peserta pesta yang lain mulai memenuhi telinga Yuuri.

Kasihan sekali, dia.

Pasti berat menjadi omega.

Apa benar ia mengalami heat? Apa tidak minum surpresan?

Katanya itu heat pertamanya. Bisa kaubayangkan itu?

"Yuuri! Ayo ke mari, ke mari, ini Christoper Giacometti, ia yang memenangkan medali perak kemarin," Celestino merangkul pinggang Yuuri dengan santai, memperkenalkan Yuuri pada pria bertubuh tinggi besar namun flamboyan itu.

"Yuuri Katsuki, ya? Penampilanmu tidak buruk, kok. Kau harus mencoba lagi tahun depan, oke? Tapi aku juga tidak akan kalah," Christ mengulurkan tangan sambal mengedipkan sebelah matanya, menjabat tangan Yuuri dan menepuk punggung tangan pria berkacamata itu dengan tangannya yang lain, seolah menguatkannya.

Disemangati seperti itu, darah Yuuri terasa berdesir. Selama ini ia berjuang sendirian, melewati turnamen demi turnamen hanya untuk mencapai Grand Prix. Hanya untuk mencapai tingkat yang sama dengan Victor.

Tapi sang idola masih sama,berdiri di tengah ruang pertemuan, menyambut setiap orang yang datang ke arahnya dengan senyuman dan sapaan hangat. Beberapa kali Victor terlihat menjabat tangan orang lain selagi tangan kirinya memegang segelas wine. Khas seorang alpha yang selalu terlihat menonjol dan berbeda.

"Um … terima kasih, Christ," ujar Yuuri lirih.

"Hnn? Victor akan sangat senang berkenalan denganmu. Ayo, kukenalkan dia padamu."

Eh? EEEEH?

Sebentar. Yuuri belum siap. Untuk bertemu mata dengan Victor saja rasanya jantung Yuuri melorot ke perut dan nyalinya pergi tanpa pamit. Apalagi sampai harus memperkenalkan diri dan berhadap-hadapan dengan sang alpha? Bisa-bisa setelahnya Yuuri melompat dari atas gedung hotel dan mati bahagia.

"Mungkin … n-nanti, Christ. Aku permisi ke toilet dulu."

Lagi. Perasaan yang sama dengan saat sebelum Yuuri bertanding kemarin. Tubuhnya memanas dan jantungnya berdebar sangat cepat. Membayangkan Victor yang menjabat tangannya sehangat Christ menyambutnya tadi. Tersenyum dengan sangat menawan.

Tidak. Jangan lagi.

Kenapa rasa panas ini selalu datang tiap kali ia memikirkan Victor?

Yuuri buru-buru beranjak ke arah kamar mandi usai mendapat izin Christ dan Celestino, memasuki salah satu biliknya dan duduk di atas toilet tanpa sempat membuka celananya. Nafasnya memburu, darahnya berdesir dengan cepat dan kejantanannya di bawah sana tidak bisa tenang, mulai mengeras lagi disertai cairan dari lubangnya dan membasahi celana.

Apa heat semenakutkan ini? Yuuri tidak membawa kalungnya maupun pil surpresan yang diberikan dokter padanya tadi pagi.

Yuuri membuka celananya, melihat kejantanannya yang menegang sebelum ia menyentuh dirinya sendiri. Mungkin ia sudah gila, namun Yuuri tak punya cara lain saat ini. Ia butuh sesuatu untuk melepaskan perasaan nikmat yang tertahan.

Yuuri melenguh kuat, merasa dirinya sudah tidak waras dengan kenyataan bahwa ia menikmati saat ini selagi mendengungkan nama Victor dari bibirnya. Memuaskan dirinya selagi membayangkan sosok juara bertahan asal Russia itu.

Jemari kakinya yang masih terbungkus kaus kaki dan sepatu mulai melengkung. Tangannya semakin cepat dan jantungnya tak berhenti berdebar-debar atas apa yang ia lakukan ini. Sebuah kesalahan indah, menurutnya.

Sang omega mulai bersandar ke belakang, membiarkan penutup toilet menjadi penyangga punggungnya dan celananya mulai melorot ke kaki. Ia menggigit bibir untuk menahan desahan, meski gagal. Sensasinya begitu nikmat dan mungkin ia bisa pingsan kapan saja seperti saat di pertandingan kemarin. Namun Yuuri tak peduli. Tubuhnya menginginkan ini.

Si bungsu Katsuki ini sepertinya lupa di mana ia sekarang. Bilik sempit toilet dan siapapun bisa mendengarnya.

"Kau baik-baik saja?" suara berat yang khas terdengar di telinga Yuuri. Ia bahkan tidak sadar bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam toilet selain dirinya. Yuuri menggigit bibirnya kuat-kuat dan mulai menyentuh dirinya lebih cepat, baik di bagian atas dengan pijatan ataupun dengan dua jarinya yang masuk ke lubangnya dan membuat suara-suara basah.

Krieet.

Tinggi, bersurai perak, ramping, iris biru. Tidak salah lagi. Yuuri pasti sudah sangat-sangat gila sampai berdelusi bahwa kini Victor Nikiforov ada di depannya. Memandanginya dengan matanya yang sayu, seolah terangsang dengan bau manis feromon dari Yuuri.

Bagaimanapun Victor tetaplah seorang alpha yang kewarasannya akan memudar saat mencium aroma tubuh seorang omega di masa heat-nya.

Geraman meluncur dari bibir pria berdarah Russia itu.

Victor mengunci pintu kamar mandi yang tak sempat dilakukan Yuuri tadi. Memojokkan sang omega dengan satu tangannya dan menyambar bibir Yuuri, membuat kacamata sang adam terlepas dan jatuh ke keramik toilet. Detik berikutnya, Yuuri sadar apa yang dilakukan Victor, memberikan Yuuri kenikmatankepadannya.

Hingga malam itu, Yuuri sadar bahwa seorang alpha telah menandainya, melakukan knotting di dalamnya, dan itu adalah Victor Nikiforov.

Yuuri menangis keras dan memeluk Victor erat-erat selagi mereka saling bertukar peluh dan lenguh.

Mesin pencetak anak bagi alpha.

Begitu dogma yang muncul saat semua orang mengetahui bahwa dirinya omega. Kini, ia mungkin akan mengamini pernyataan itu. Dirinya yang tak lagi sadar bahwa apa yang tengah dilakukan Victor padanya mungkin membuahkan benih di dalam dirinya.

Semuanya mungkin tidak akan sama lagi.

Namun Yuuri tidak menyesal.

"Hhhah hhahh … Yuuri, Yuuri, kau … baumu manis sekali, Yuuri."

Yuuri tidak menjawab, masih menitikkan air matanya dan membenamkan wajahnya dalam-dalam di dada Victor yang masih tertutup oleh kemeja. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh sang alpha dan menyimpannya dalam ingatan. Victor akan menanam benih pada dirinya. Pikiran itu terus berkecamuk di kepala Yuuri, seolah menjadi kabar buruk yang terdengar baik.

Remasan di jas Victor semakin menguat, Yuuri tersentak, melenguh lirih, "Victor, aku … hhhhhh sampai."

Ya, Yuuri tahu.

Ia seharusnya sadar bahwa dirinya adalah mangsa bagi para alpha predator yang siap melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Victor padanya.

Ia bukan lagi omega anak-anak yang hanya bisa dikasihani tanpa dipersalahkan dan dituduh bahwa dirinya menjual tubuh agar dikasihani, diberikan pengakuan, cinta, dan kasih sayang. Menjual statusnya yang bisa mengandung untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Minimal untuk mendapatkan perhatian dunia.

Bagi Yuuri, Victor adalah dunianya, tempat ia meletakkan mimpi dan cita-cita. Impiannya selama ini tak berubah; ingin bertemu dan mendapat perhatian idolanya, bukan hanya dari layar kaca.

Sesederhana itu.

"Yuuri!"

Lantunan suara bariton Victor yang melenguhkan namanya menjadi puncak pergumulan mereka. Yuuri dapat merasakan cairan kental itu memenuhinya sebelum mulai menetes ke dalam toilet tempat Yuuri duduk tadi dan Victor yang terhuyung, ambruk menimpa tubuhnya.

Dari jarak sedekat itu, Yuuri dapat merasakan nafas Victor yang serupa dengan aroma wine.


"Yuuri … kau harus bersiap-siap kembali ke Detroit. Mau sampai kapan tertidur?"

Matahari sudah meninggi. Yuuri Katsuki menaikkan kembali selimutnya sampai sebatas bahu, menutupi tubuhnya yang terasa sakit di beberapa titik. Rasanya ia ingin tidur saja tanpa harus berangkat ke bandara dan tiba-tiba terbangun di Jepang, memakan katsudon buatan ibunya untuk mendamaikan hatinya.

"Celestino, pesankan aku tiket ke Jepang, aku ingin pulang saja…"

Ah, sebagai pelatih yang baik, mau tidak mau Celestino harus menanggung biaya perjalanan itu sebelum Yuuri menerima honorariumnya nanti, saat pemerintah sudah mengirimkan sejumlah dana ke rekening Yuuri. Tentu saja … yang waktunya akan menjadi sebuah misteri.

"Baiklah, kalau kau mau begitu, Yuuri. Kau tidak ingin menyelesaikan kuliahmu di Detroit?"

"Ah, nanti saja … aku akan selesaikan," ujar Yuuri, separuh melantur.

Atlet asal negri sakura itu membenamkan kembali wajah di bantalnya dalam-dalam, mengingat bagaimana pelatih asal Russia yang berwajah menyeramkan malah menyambutnya hangat dan menatapnya dengan iba saat menyeret Victor yang setengah sadar ke kamar tempatnya menginap; untungnya berlokasi sama dengan tempat pertemuan.

Dibantu Yuri Plisetsky yang kebetulan menghindari pertemuan itu dengan pergi ke toilet, atlet figure skating junior itu memaki namun tidak mempersoalkan status Yuuri yang seorang omega dan bau cairan cinta yang begitu kuat dari tubuh Victor maupun Yuuri. Ah, sebegitu menyenangkannya kah menjadi seorang beta?

Lagi, jika Yuuri bisa meminta, ia ingin menjadi sebagian besar manusia yang bestatus beta. Biasa-biasa saja. Tidak semenonjol alpha dan tidak selemah omega.

Tangannya turun menuju ke perutnya. Berapa besar kemungkinan ia akan mengandung bayi figure skater nomor satu saat ini?

Yuuri meremas bajunya.

Tidak, ia tidak menyesal.

Satu-satunya yang harus ia sesalkan adalah … Victor akan melupakan apa yang terjadi semalam setelah ia sepakat dengan Yakov dan Yuri Plisetsky untuk tidak menceritakan hal yang sebenarnya saat Victor terbangun nanti.

"Victor."


-tsuzuku-
[2636 words, 31/12/2017 14:52 © aRaRaNcHa]


A/N: Pertama-tama, saya ingin minta maaf karena telah menistakan karakter Victor maupun Yuuri, membuat mereka menjadi out of character dalam fanfiksi ini. Kedua, saya ingin berterima kasih untuk yang membacanya sampai sini. Kritik dan saran akan menjadi masukan yang baik untuk saya. Terakhir, salam kenal untuk semuanya yang ada di fandom ini. Semoga saya bisa melanjutkan fanfiksi ini cepat dan tepat waktu ya. :")

Nee, mind to RnR, readers?